Forum Indofanster
Rock and Laugh 143564713
Selamat datang di Forum Indofanster.
Silakan mendaftar dan login untuk bergabung mendiskusikan berbagai Manga-Anime.

Welcome to FAN

Jangan sungkan untuk bergabung ya...

Forum Indofanster
Rock and Laugh 143564713
Selamat datang di Forum Indofanster.
Silakan mendaftar dan login untuk bergabung mendiskusikan berbagai Manga-Anime.

Welcome to FAN

Jangan sungkan untuk bergabung ya...


Forum Indofanster

Forum Tempat Berdiskusi Tentang Manga - Anime
Dibuat oleh Agoess Sennin pada 16 Mei 2009
Indofanster adalah Keluarga, Bukan Sekedar Tempat Berkumpul
 
IndeksPortalGalleryPencarianLatest imagesAffiliatePendaftaranLogin
Welcome to
Rules • Staff • Ranks & Holder

Share
 

Rock and Laugh

Topik sebelumnya Topik selanjutnya Go down 
PengirimMessage
mudaro
Nukenin From Konohagakure
Nukenin From Konohagakure
mudaro


Posting : 438
Join date : 01.02.13
Age : 22
Lokasi : taki_gakure

Rock and Laugh Empty
#1PostSubyek: Rock and Laugh Rock and Laugh Empty3/8/2013, 4:07 pm

Rock and Laugh
Genre : Comedy, Romance, Friendship
Tempat Berkomentar : https://agoessnaruto.indonesianforum.net/t7286-tempat-penampungan-komentar-cerita-rock-and-laugh




Chapter 1
Langkah Awal part 1


Di sekolah Gladis..........

Gladis sibuk mencari Sita, sahabat sebangsa dan setanah airnya. Sahabat Gladis yang satu ini bagaikan sebuah komputer ber-RAM 8.0 MB yang diinstal Windows XP. Jadi loading-nya super lambat. Tu la lit kronis stadium empat! Kapasitas otaknya belum pernah bertambah semenjak ia mengetahui bahwa tidak ada kelinci di bulan.

Walau agak telat mikir, Gladis senang berteman dengan Sita. Selain bertubuh kurus sehingga jarang minta di traktir, tapi yang terpenting karena Sita adalah tipe orang ceria yang senang sekali bercerita hingga berbusa - busa. Gladis adalah pendengar setia Sita, jika di bawah ancaman todongan senjata pemusnah massal.

Tapi Sita memang gemar bercerita. Ceritanya seru, lucu, menyentuh. Kadang orang sampai tegang, senang, terharu, karena cerita Sita. Sayangnya gangguan koneksi kronis yang seenaknya kambuh itu sering membuat para pendengarnya menjadi psikopat. Sedang antusias - antusiasnya mendengarkan cerita tiba - tiba......

"Terus....Terus..."

Semua menunggu dengan antusiasme ala sapi perah.

"Terus...

"Aku lupa terusannya..... Rock and Laugh 3348148903" jawab Sita ketika penyakit "LOLA"-nya ( loading lambat ) kambuh.

Gedubrak!!!!!!!!!!!!

Hingga pernah suatu kali Sita nelfon HP Gladis tengah malam. Gladis yang waktu itu hampir saja dicium Fred Dust dalam mimpi, jadi terkaget - kaget. Buru - buru dia angkat HP-nya. Pasti ada yang penting!

"Ada apaan, ta? ada yang gawat, ya?" tanya Gladis cemas.

"Nggak, aku cuma mau nerusin cerita yang tadi siang. Aku baru  inget kelanjutannya...." jawab Sita ringan.

"AAAAAARRRRRGGGGGHHHHHHHHHH.....!!!!!!

Maaf, ini semua bukan bermaksud melebih - lebihkan, tapi sekedar gambaran agar kita semua bisa membayangkan bagaimana penderitaan pada guru fisika ketika harus menjelaskan teori relativitas Einstein kepada Sita.

Walau kadang akan menyebalkan, Sita adalah jenis teman yang bisa nge-klik dengan Gladis. Banyak kesamaan yang membuat mereka bisa akrab sehidup semati sedunia se-akhirat. Mereka sama - sama ( dengan narsisnya ) mendeklarasikan diri sebagai cewek manis, tinggi, dan berat hampir proporsional rambut cepak ala harajuku dan sangat mendukung upaya pemerintahmelestarikan cowok cakep, dan meyakini bahwa segala bentuk cowok matre di atas dunia harus dihapuskan. Mereka juga sesama penggemar Spongebob Square Pants.

Tapi selain itu semua, ada 1 hal yang bener2 mengikat mereka berdua. Sita juga Rockaholic ( penggemar musik rock ------Gladis juga------ ). Menurut Sita, penemuan musik rock jauh lebih DAHSYAT daripada penemuan mesin uap oleh James Watt atau pendaratan manusia di bulan. Gladis dan Sita juga sama - sama setuju bahwa Zaskia Gotik layak mendapatkan penghargaan Nobel tahun ini.

Setelah melakukan observasi dengan seksama, Gladis akhirnya berhasil menemukan Sita. Di kantin bu Harno yang populer dengan kantin "B*H" itu telah dipadati banyak anak yang sedang makan ataupun sekedar nongkrong, Sita sedang tekun menikmati minuman kebangsaannya, Es Teh. Melihat Sita sedang lemah, timbul naluri jahan*am Gladis untuk menyalurkan gangguan 24 jam nya ( selalu ingin mengganggu ). Gladis serius sedang berusaha menempelkan kertas bertuliskan : "Pelayanan sedot WC. Dijamin puas. Tidak puas, tinja kembali!" di punggung Sita.

Sebelum Gladis melangsungkan misinya, tiba - tiba ada suara sapaan dari belakang.

"Pagi, Gladis?" sapa orang itu sambil membawa kertas di tangannya.

Gladis yang sedang dalam posisi mengendap - endap dengan gaya maling jemuran, jelas kaget. Lebih kaget lagi ketika dia mengetahui siapa yang menegur dia. Muka ala sapinya berubah merah. MUALUUUUUU!!!

Itu Ken! Manajer Band sekolah Gladis. Cowok ber-rating tinggi yang diramalkan akan menggantikan Nicholas Saputra. Makhluk kelas 3 yang namanya sering beredar di dunia pergossipan pedagang sayur( loh ).

Dan sekarang dia menyapa Gladis. Menyapa?

Iya. Anda benar!


Cihuuii!! Berarti dia tahu kalau selama ini manusia yang serring dianggap taplak meja atau gantungan kunci miki moss yang tidak terlalu penting keberadaannya itu benar - benar ADA!!! Dan lebih dari itu, dia tahu nama Gladis! Selama ini, posisi Gladis sebagai makhluk yang sekedar 'manis' dan 'alakadarnya' membuatnya harus puas menjadi warga berkasta rendah di sekolahan. Kenalan langsung dengan Ken, mimpi kali yeee....!!!!!!

"Pagi Gladis?" sapa Ken lagi.

Gladis masih tertegun dengan muka sapi do*ngo-nya.

"Eh, pagi, kak...." Gladis berusaha menyembunyikan kegugupannya. Tangannya reflek menyembunyikan kertas yang akan ditempelkan di punggung Sita.

"Kertas apa itu, Dis?" tanya Ken basa - basi.

"Emm,ini....ini poster pengumuman lomba terjun payung.Baru aja Gladis mau tempelin di Mading." Gladis menjawab asal.

"O, ya? kebetulan aku juga meu nempelin pengumuman.Bareng yuk?" ajak Ken dengan tampang cool.

Gladis bingung. Tapi perlahan dia mengikuti Ken. Jantungnya berdegup kencang, dag dig dug...gonjrang ganjreng...., seirama dengan langkah kakinya. prok prok prok...aku seorang kapiten....

"Itu pengumuman apa kak?" tanya Gladis sok akrab.

"Wah, aku sampe lupa. Band sekolah mau adain rekruitmen anggota baru. Tadinya aku mau ngasih tau kamu langsung, tapi kelupaan. Aku liat kamu nyanyi waktu OSPEK kemarin, kayak nya suaramu lumayan juga.....buat ngusir hujan. Kamu harus cobain, dis." ajak Ken dengan penuh semangat.

Someone,please hold me down! Buru - buru Gladis mengecek kakinya. Syukur masih napak tanah. Sum*pah, kalau saat itu tidak ada Ken disampingnya, mungkin sekarang Gladis sudah melayang sampai ke bulan!

Akhirnya mereka sampai juga di depan mading. Letaknya tak terlalu jau dari kantin. Ternyata, pengalaman berjalan menuju mading ini memiliki makna yang berbeda bagi mereka berdua.

Bagi Gladis : serasa menjelajahi dunia. Setiap detik yang terjadi dalam perjalanan menuju mading bersama Ken itu tercatat secara cermat dan teliti dalam otaknya. Ini adalah cerita yang kelak akan dikenang umat manusia di masa yang akan datang.

Bagi Ken : itu adalah peristiwa 5 menit yang akan terhapus dari memori otaknya dalam hitungan 1 kali klik.

Bersambung ke Chapter Berikutnya


Terakhir diubah oleh mudaro tanggal 20/1/2014, 12:07 pm, total 6 kali diubah
Kembali Ke Atas Go down
http://indolearningandstudy.indonesianforum.net/
mudaro
Nukenin From Konohagakure
Nukenin From Konohagakure
mudaro


Posting : 438
Join date : 01.02.13
Age : 22
Lokasi : taki_gakure

Rock and Laugh Empty
#2PostSubyek: Re: Rock and Laugh Rock and Laugh Empty7/8/2013, 8:44 pm

Chapter 2
Langkah Kedua


Ken menempelkan pengumumannya.

Stairway to the fame,

Buat kamu semua anak kelas 1 dan 2 yang ngaku gape sama musik, buruan daftar buat jadi anggota band sekolah. Kita butuh vocalis, bassis, gitaris, drummer and keyboardis baru. Seleksinya diadain hari Rabu, 22 Feb. 2006 jam 3 sore di studio sekolah kita. Lagu BEBAS. Ini kesempatan buat nunjukin bakat mu and be popular at the same time. So, boyz and galz, tunggu apa lagi? The hall of fame is waiting for U...

Gladis khusyuk membaca pengumuman itu. Ini kesempatan emas! Band sekolah Gladis bukan sembarang band. Band sekolahnya sudah lumayan punya nama. Selain itu juga biasa memborong juara festival - festival band pelajar. Biasanya personil band-nya sukses di kemudian hari. Tidak sedikit yang setelah lulus sekolah melanjutkan kuliah, membentuk group band, sering tampil, serius menekuni dunia musik, rutin ikut audisi, rajin mengirimkan demo rekaman dan akhirnya memutuskan untuk menjadi penjaja batagor keliling yang sukses. ( loh, apa hubungannya? )

"Nah, sekarang giliran kamu." suara Ken memecahkan lamunan indah Gladis.

"Giliran Gladis?" Gladis bingung campur kaget. Expresi maling jemuran masih melekat erat di wajahnya.

"Iya. Tempelin pengumuman lomba terjun payungnya ."

"Oh, emm, nggak jadi deh kak. Pati entar sedikit yang ikutan lomba. Ini kan musim hujan, takut payungnya lgi dipake......" jawab Gladis ngelantur.

___________________________________________________________________________

Bel masuk berdering. Semua anakk di kelas Gladis langsung masuk ke kelas dengan tembok yang sudah full-mural itu untuk mengikuti pelajaran Bu Mus.

Bu Mus, guru matematika mereka datang. Kelas yang tadinya ramai, mendadak sepi mirip lokasi adu nyali. Gladis buru-buru duduk di bangku sebelah Sita. Bu Mus terkenal killer, anak - anak segan berurusan dengan guru yang satu ini. Apalagi Bu Mus mengajar matematika, pelajaran yang membuat rambut menjadi keriting, kepala miring dan sakit seperti dicubit kepiting. Konon sejak lahir matematika sudah mengalir dalam darah nya, nama lengkapnya saja "BuMus - BuMus Matematika".

Hari ini matematika menjadi menu pelajaran pertama. Anak - anak diam, berusaha mendengar kan sambil berdo'a dalam hati, berharap untuk tidak ditunjuk mengerjakan soal di papan tulis.

Sita pernah punya pengalaman buruk ketika mengerjakan soal di papan tulis. Anak yang otaknya sudah desperate butuh di upgrade ini pernah ditertawakan seisi kelas gara - gara nekat ingin mendapat nilai tambahan.

Ceritanya, suatu ketika Bu Mus mengadakan kuis untuk menambah nilai anak - anak.

"Coba kerjakan soal ini. Siapa bisa angkat tangan!?" perintah Bu Mus.

Sita dengan PD nya mengangkat tangan tinggi - tinggi. ( mengingat adegan ini merugikan kesehatan pernafasan, maka penulis menolak mendeskripsikan nya secara mendetail -penulis- )

"Ya, kamu?" tunjuk Bu Mus.

"Saya bisa angkat tangan, Bu." jawab Sita dengan expresi seorang balita lucu yang secara tidak sengaja telah menekan tombol untuk meluncurkan roket nuklir berdaya hancur 5 negara sekaligus, karena mengira tombol itu adalah sebuah kue bolu.

Langsunng saja dia kena semprot Bu Mus, diiringi cekikikan anak - anak sekelas. Wajah Sita berubah mirip udang rebus, akibat menahan malu.

Setelah 2x45 menit berkutat dengan rumus - rumus yang membuat otak serasa habis di rebus, akhirnya penderitaan mereka selesai sudah. Sekarang pergantian jam pelajaran ke Bahasa Indonesia. Anak - anak diberi waktu 5 menit untuk ke toilet, ngobrol - ngobrol, meluruskan otak yang keriting atau sekedar kemping ke Bogor untuk refreshing.

"Dis, kamu dah liat mading belom? Ada seleksi anggota baru band sekolah loh!" Sita bertanya dengan sangat antusias.

"Udah, emang kenapa?" tanya Gladis sambil memasukkan bukunya ke dalam tas.

"Kenapa?! Kita harus ikut, dis!" respon Sita berapi - api. "Ini udah takdir kita sebagai rocker sejati!" tegas Sita dengan semangat 45.

"Nggak tau nih, aku bingung...." ucap Gladis sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Bingung? lantaran pengumumannya ada bahasa Inggris nya? Kata - kata mana yang kamu nggak ngerti?" tanya Sita lugu.

Walah...kumat lagi deh tu la lit-nya. Gladis heran, bagaimana mungkin seonggok daging yang tergeletak di hadapannya ini bisa lulus TK.

"Bukan gitu. Aku bingung ta, aku sih penginnya ikut, tapi Bunda pasti nggak ngijinin. Mana peserta lain jago - jago lagi."

"Jago - jago? nggak juga ah, pasti ada manusia yang ikut kok. Lagian aku juga ikutan, gini - gini suara aku sering di request ama abang tukang sayur yang sering mangkal di ujung kompleks rumah aku kok." Sita membanggakan diri mendeskripsikan secara mendetail tentang fans-nya.

"Ayo dong Dis, kamu juga ikutan! Temanin aku, kalo gak ada kamu, aku nggak jadi  ikutan aja....." rengek Sita dengan expresi najong.

"Iya deh, aku ikutan" akhirnya Gladis  mau juga. Demi sahabatnya. Demi cita - cita nya. Demi umat manusia. Dengan kekuatan bulan...akan menghukummu!( loh? )

Dan siapa tahu ini akan membuka pikiran Bunda nya, lalu Gladis benar - benar bisa menjadi rockstar seperti impiannya selama ini. Tidak ada salahnya untuk dicoba. Kalaupun akhirnya tidak terpilih, bukan berarti Gladis kalah. Itu justru merupakan tonggak bersejarah dalam sejarah nista nan kelam kehidupan manusia, karena akhirnya Gladis berhasil membulatkan rekornya menjadi 100 kali kekalahan dengan penuh suka cita.

Bagaimanakah nasib Gladis selanjutnya?

Akankah ia berhasil kali ini?

Siapakah yang akan tereliminasi selanjutnya?(loh?)


Bersambung ke Chapter Berikutnya


Terakhir diubah oleh mudaro tanggal 17/1/2014, 9:08 pm, total 2 kali diubah
Kembali Ke Atas Go down
http://indolearningandstudy.indonesianforum.net/
mudaro
Nukenin From Konohagakure
Nukenin From Konohagakure
mudaro


Posting : 438
Join date : 01.02.13
Age : 22
Lokasi : taki_gakure

Rock and Laugh Empty
#3PostSubyek: Re: Rock and Laugh Rock and Laugh Empty29/12/2013, 2:15 pm

Chapter 3
Langkah Terakhir


Bel masuk berdering. Semua anakk di kelas Gladis langsung masuk ke kelas dengan tembok yang sudah full-mural itu untuk mengikuti pelajaran Bu Mus.

Bu Mus, guru matematika mereka datang. Kelas yang tadinya ramai, mendadak sepi mirip lokasi adu nyali. Gladis buru-buru duduk di bangku sebelah Sita. Bu Mus terkenal killer, anak - anak segan berurusan dengan guru yang satu ini. Apalagi Bu Mus mengajar matematika, pelajaran yang membuat rambut menjadi keriting, kepala miring dan sakit seperti dicubit kepiting. Konon sejak lahir matematika sudah mengalir dalam darah nya, nama lengkapnya saja "BuMus - BuMus Matematika".

Hari ini matematika menjadi menu pelajaran pertama. Anak - anak diam, berusaha mendengar kan sambil berdo'a dalam hati, berharap untuk tidak ditunjuk mengerjakan soal di papan tulis.

Sita pernah punya pengalaman buruk ketika mengerjakan soal di papan tulis. Anak yang otaknya sudah desperate butuh di upgrade ini pernah ditertawakan seisi kelas gara - gara nekat ingin mendapat nilai tambahan.

Ceritanya, suatu ketika Bu Mus mengadakan kuis untuk menambah nilai anak - anak.

"Coba kerjakan soal ini. Siapa bisa angkat tangan!?" perintah Bu Mus.

Sita dengan PD nya mengangkat tangan tinggi - tinggi. ( mengingat adegan ini merugikan kesehatan pernafasan, maka penulis menolak mendeskripsikan nya secara mendetail -penulis- )

"Ya, kamu?" tunjuk Bu Mus.

"Saya bisa angkat tangan, Bu." jawab Sita dengan expresi seorang balita lucu yang secara tidak sengaja telah menekan tombol untuk meluncurkan roket nuklir berdaya hancur 5 negara sekaligus, karena mengira tombol itu adalah sebuah kue bolu.

Langsunng saja dia kena semprot Bu Mus, diiringi cekikikan anak - anak sekelas. Wajah Sita berubah mirip udang rebus, akibat menahan malu.

Setelah 2x45 menit berkutat dengan rumus - rumus yang membuat otak serasa habis di rebus, akhirnya penderitaan mereka selesai sudah. Sekarang pergantian jam pelajaran ke Bahasa Indonesia. Anak - anak diberi waktu 5 menit untuk ke toilet, ngobrol - ngobrol, meluruskan otak yang keriting atau sekedar kemping ke Bogor untuk refreshing.

"Dis, kamu dah liat mading belom? Ada seleksi anggota baru band sekolah loh!" Sita bertanya dengan sangat antusias.

"Udah, emang kenapa?" tanya Gladis sambil memasukkan bukunya ke dalam tas.

"Kenapa?! Kita harus ikut, dis!" respon Sita berapi - api. "Ini udah takdir kita sebagai rocker sejati!" tegas Sita dengan semangat 45.

"Nggak tau nih, aku bingung...." ucap Gladis sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Bingung? lantaran pengumumannya ada bahasa Inggris nya? Kata - kata mana yang kamu nggak ngerti?" tanya Sita lugu.

Walah...kumat lagi deh tu la lit-nya. Gladis heran, bagaimana mungkin seonggok daging yang tergeletak di hadapannya ini bisa lulus TK.

"Bukan gitu. Aku bingung ta, aku sih penginnya ikut, tapi Bunda pasti nggak ngijinin. Mana peserta lain jago - jago lagi."

"Jago - jago? nggak juga ah, pasti ada manusia yang ikut kok. Lagian aku juga ikutan, gini - gini suara aku sering di request ama abang tukang sayur yang sering mangkal di ujung kompleks rumah aku kok." Sita membanggakan diri mendeskripsikan secara mendetail tentang fans-nya.

"Ayo dong Dis, kamu juga ikutan! Temanin aku, kalo gak ada kamu, aku nggak jadi ikutan aja....." rengek Sita dengan expresi najong.

"Iya deh, aku ikutan" akhirnya Gladis mau juga. Demi sahabatnya. Demi cita - cita nya. Demi umat manusia. Dengan kekuatan bulan...akan menghukummu!( loh? )

Dan siapa tahu ini akan membuka pikiran Bunda nya, lalu Gladis benar - benar bisa menjadi rockstar seperti impiannya selama ini. Tidak ada salahnya untuk dicoba. Kalaupun akhirnya tidak terpilih, bukan berarti Gladis kalah. Itu justru merupakan tonggak bersejarah dalam sejarah nista nan kelam kehidupan manusia, karena akhirnya Gladis berhasil membulatkan rekornya menjadi 100 kali kekalahan dengan penuh suka cita.

Bagaimanakah nasib Gladis selanjutnya?

Akankah ia berhasil kali ini?

Siapakah yang akan tereliminasi selanjutnya?(loh?)

Bersambung ke Chapter Selanjutnya






Terakhir diubah oleh mudaro tanggal 31/12/2013, 3:30 pm, total 1 kali diubah
Kembali Ke Atas Go down
http://indolearningandstudy.indonesianforum.net/
mudaro
Nukenin From Konohagakure
Nukenin From Konohagakure
mudaro


Posting : 438
Join date : 01.02.13
Age : 22
Lokasi : taki_gakure

Rock and Laugh Empty
#4PostSubyek: Re: Rock and Laugh Rock and Laugh Empty29/12/2013, 8:59 pm

Chapter 4
Makhluk Manis Dalam Metromini


Tahukah kamu apa yang akan terjadi bila setiap orang di dunia mempunyai mobil lebih banyakdari pada celana dalam mereka? Terutama di Jakarta, kota yang jumlah penduduknya lebih banyak dari jumlah bulu hidung Kera Sakti.

Mungkin kemacetan akan sambung menyambung menjadi satu, dari Sabang sampai Merauke. Mungkin jalantol akan dibangun sampai tingkat 5, demi menampung semua kendaraan yang lewat. Jutaan kuda, kerbau, sapi, an*jing yang amalng di seluruh dunia dan sekitarnya akan terancam di PHK karena orang tdak mau lagi menggunakan kendaraan tradisional. Belum lagi timbulnya sengketa perebutan tempat parkir dan efek samping yang ditimbulkan, seperti: terbaringnya seseorang dengan tubuh penuh perban di Bangsal 13 sebuah Rumah Sakit di pedalaman Sukabumi karena secara kebetulan dia berebut tempat parkir dengan seorang pegulat proffesional.

Itulah sebabnya ada sebuah benda yang bernama metromini, transportasi umum yang rela mengangkut ribuan orang berbau ketek setiap hari. Di metromini tidak dikenal indivuidualisme. Di metromini yang ada adalah manusia bertemu manusia, berkenalan, ngobrol, becanda - canda, dan biasanya berakhir dengan kecopetan dengan penuh suka cita.

Tiap pagi, di sebuah metromini yang dipadati peserta tes CPNS dan pedagang tahu subang, terselip sesosok makhluk manis berpakaian putih abu-abu bernama Gladis. Tiap hari Gladis harus berebut tempat duduk dengan metrominiwan dan metrominiwati ( para pengguna metromini ).

"Ini semua demi mendukung upaya pemerintah mengatasi kemacetan. Asal kamu tau, jalan terbaik untuk mengatasi kemacetan itu adalah menggunakan transportasi umum. Coba aja kamu liat di Jepang, mereka semua pake  transportasi umum, jadi jalannya gak macet....." pendapat Gladis terhadap bapak penjual tahu di sbelahnya.

Itu alasan yang secara resmi sudah dirilis ke khalayak ramai. Tapi kalo mau jujur, Gladis 'baru' 1 tahun2 minggu ininaik metromini. Tepatnya semenjak dia SMA. Dulu, sewaktu SMP, dia selalu diantar Adnan, kakak nya. Tapi sekarang tempat sekolahnya berlawanan arah dengan tempat kuliah Adnan, terpaksa dia harus Naik metromini.

Dulu, pertama kali mau naik metromini, Gladis sempat bingung."Ini naiknya dari mana?" batinnya. Soalnya di pintu metromini itu penuh sesak dengan orang-orang yang tanpa dosa berpose mirip tarzan, bergelantungan.

"Neng, naik aja. Di dalem kosong, kok," Bujuk kernetnya. Gladis nurut kebo. Setelah naik, dia sadar telah tertipu dengan sukses. Metromini itu penuh sesak luar dalam. Saat itu Gladis hanya bisa membayangkan betapa menyenangkannya saat - saat ketika dia berdiri di tepi liang lahat yang penuh belatung dan menyaksikan kernet jahannam itu masuk ke dalamnya. AZAB SEORANG PENDUSTA!

Tapi itu cerita dulu, sekarang dia sudah terbiasa berdesak-desakkan tiap pagi. Hitung - hitung olahraga. Biasanya badan jadi lumayan bau bangkai sehabis turun dari metromini. Hal ini patut dimaklumi mengingat bellum ada peraturan pemerintah yang mewajibkan penumpang untuk mandi atau sekedar sikat gigi setelah menikmati sarapan jengkol yang lezat di pagi hari. Tapi Gladis siap sedia. Setiap berangkat Gladis melengkapi diri dengan berbagai amunisi yang bisa membuat orang yang gemar berenang salam tinja menjadi seharum melati wangi berseri sepanjang hari. Biasanya Gladis menyempatkan diri ke toilet untuk menyemprotkan beberapa wewangian dan deodorant sebelum berinteraksi dengan makhluk hidup ciptaan Tuhan lainnya. Itu biasanya.

Sayangnya, hari ini Gladis telat bangun.

Tadi malam Gladis nekat begadang untuk nonton konser Limp Bizkit live dari Bali. Sebelumnya, Gladis sudah menyetel jam weker yang bisa membangunkan mayat - mayat di kuburan.

Tapi ternyata Gladis tergolong biadab untuk urusan tidur. Mungkin, kalau ada bom atom berdaya ledak radius 10 km yang meledak di samping telinganya, Gladis akan tetap tidur dengn kebo-nya. Dia baru terjaga setelah mencium bau aneh yang semerbak di hidungnya. Setelah otaknya bekerja kembali secara sempurna, Gladis baru sadar kalau sumber bau itu adalah kaos kaki bulukan yang tanpa dosa bertengger manis di atas hidungnya. Gladis juga baru sadar kalau Adnan ada di kamarnya, sedang sibuk mencari - cari sesuatu di laci  meja belajarnya. Sepertinya kaus kaki laknat ini tidak sengaja mendarat di hidung Gladis ketika Adnan bongkar - bongkar barang.

"Nyari apaan, Nan?" tanya Gladis sambil mengucek - ngucek mata.

"Mesin cuci," jawab Adnan serius tanpamelepaskan pandangan dari meja belajar.

Belum sempat Gladis mengomentari kebodohan Adnan lebih lanjut, matanya tertumbuk ke jam weker di meja belajarnya.

06.35!!!!!!!!!!!!

OH MAI GAT.........!!!!!!!!!!!!!

Smbil marah - marah kepada jam wekernya secara memba*bi buta, Gladis sibuk memasukkan berbagai peralatan sekolah ke dalam tasnya. Mulai dari Diskman lengkap dengan CD - CD kesayangannya, kemudian disusul dengan berbagai macam buku, pulpen yang ujung belakangnya penuh upil, stabilo, pensil 2B, setip bergambar ulet bulu, penggaris patah-patah, jangka ngebor, rautan ngecor, golok berukiran naga pada gagangnya ( eh, kok ada golok segala? ). Gladis meletakkan kembali golok itu. Ini pasti obyek lukisan Adnan, batin Gladis. Setelah semua beres, Gladis dengan tegas menuruh Adnan keluar kamar. Masa' dia mau ganti baju di depan Adnan ( penulis mendukung UU anti pornografi dan pornoaksi ).

Gladis sarapan ala kadarnya, lalu pamitan kepada Bunda. Ayahnya yang merupakan marketing dari sebuah perusahaan swasta sudah seminggu ini tidak pulang. Ada tugas menjual komputer berspesifikasi mutakhir dan peralatan GPS canggih kepada suku primitif di pedalaman Jayawijaya.

"Nan, anterin aku ke sekolah, dong?" pinta Gladis dengan memancarkan sinar di matanya penuh harap.

"Sorry, dis. Aku harus cepet-cepet melukis. Aku baru aja dapet inspirasi." tolak Adnan mentah-mentah.

"Aku dah hampir telat, nih! Balas Gladis dengan tatapan yang mengatakan : 'SEKOLAH-LEBIH-PENTING-DARI-SEBUAH-LUKISAN-ABSTRAK'. Adnan gak mau kalah. Dia langsung membalas dengan tatapan : 'INSPIRASI-DATANGNYA-LEBIH -LANGKA-DARI-KEMUNCULAN-KOMET-HALLEY'. Sebuah komunikasi yang mustahil dilakukan oleh mereka ang tidak dikaruniai IQ setingkat lumba-lumba.

Setelah menunggu beberapa saat, Gladis akhirnya berhasil duduk manis di sebuah metromini yang dikuasai oleh serombongan pedagang pete cina. Detik pertama dia bernafas lega karena sebentar lagi dia akan sampai di sekolah. Detik kedua, Gladis merasa ada sesuatu yang kurang. Tapi apa, ya?

Aku nggak lupa bawa disckman, kok.....

Nggak salah jurusan....

Tapi kayaknya ada yang kurang. Apa ya......?

Nggak kebalik pake rok-nya.......

Apa ya......?

OH MAI GAT, AKU BELUM MANDI!!!!



Gladis yang merupakan satu-satunya makhluk berseragam mendadak jadi selebritisloka. Ada yang bertanya-tanya, kenalan, sekedar senyum, konsultasi jodoh, pasang susuk atau sekedar berdiskusi mengenai kontemplasi percaturan politik timur tengah. Gladis menikmati itu semua mengingat di kehidupannya yang sesungguhnya, dia hanya puna peranan layaknya sebuah gantungan kunci mickey mouse yang tidak begitu penting.

Sedang asik-asiknya jadi selebritis, tiba-tiba metromini itu mogok. Sebenarnya Gladis ingin bersyukur karena dengan ini ia bisa menikmati jadi seleb lebih lama, tapi dia sadar akan kenyataan bahwa dalam waktu kurang dari 15 menit  dia harus berada di sekolah atau harus berhadapan dengan guru BP yang bagi sebagian orang lebih memilih menghabiskan 10 hari 10 malam dengan 10 ekor ular sanca dari pada 10 menit di kantornya.

Setelah usaha supir mengotak-atik mesin gagal, maka pemandangan berikutnya adalah : Gladis den seluruh penumpang lainnya bergotong royong mendorong metromini itu ke bengkel terdekat. Kesialan Gladis hari ini bertambah 1.

Ditengah - tengah kegiatan dorong mendorong itu, terbesit ide brilian di kepala Gladis untuk mengutuk metromini itu jadi batu. Tapi kemudian pikiran itu disingkirkannya jauh - jauh, mengingat metromini yang terbuat dari batu pasti akan lebih berat untuk di dorong.

__________________________________________________________________________________________


Sebelum ajal menjemput para pembaca, akhirnya metromini itu selesai diperbaiki. Gladis masuk kembali ke dalam metromini dan secara tiba-tiba menyadari bahwa sebenarnya dia bisa menyetop metromini lain daripada menunggu di bengkel sambil melayani pertanyaan tentang kontemplasi percaturan politik timur tengah dari para penjual pete cina. Kenyataan bahwa sekarang dia sudah telat 20 menit memaksa Gladis untuk memikirkan jalan keluar terbaik untuk menghidari konsekuensi 10 menit di ruang BP ( balai penyiksaan ) akibat keterlaambatannya. Setelah menimbang, melihat dan mendorong dengan seksama, akhirnya diputuskan untuk lompat pagar sekolah dan diam-diam menyelinap masuk kelas dengan berpura - pura dari toilet.

Bersambung ke Chapter Berikutnya


Terakhir diubah oleh mudaro tanggal 17/1/2014, 9:14 pm, total 2 kali diubah
Kembali Ke Atas Go down
http://indolearningandstudy.indonesianforum.net/
mudaro
Nukenin From Konohagakure
Nukenin From Konohagakure
mudaro


Posting : 438
Join date : 01.02.13
Age : 22
Lokasi : taki_gakure

Rock and Laugh Empty
#5PostSubyek: Re: Rock and Laugh Rock and Laugh Empty1/1/2014, 3:57 pm

Chapter 5
Makhluk Ghaib Dalam Metromini


Maka dimulailah aksi pemanjatan pagar sekolah yang hampir ambruk itu. Aksi dimulai dengan adegan Gladis yang menatap nanar pagar sekolah yang lumayan tinggi. Kemudian dengan bekal pernah menonton film Spiderman 1,2,3, dan The Amazing Spiderman, Gladis mulai memanjat pagar itu. Ternyata tidak begitu sulit, buktinya Gladis sudah berada di atas. Tapi na'as, aksi tak bermoral itu diketahui pak Satpam. Dengan serta merta pak Satpam mendekati Gladis yang sedang bertengger di pagar sekolah. Akhirnya dengan keahlian yang diperoleh berkat menonton acara World's Amazing Stunts secara rutin, Gladis memutuskan untuk lompat dari atas pagar dan lari. Melihat kejadian itu, pak Satpam berinisiatif untuk meniup peluitnya.

PPPRRRRIIIIITTT!!!!!!!!!! (dan permainan pun dimulai -penulis-)

Gladis lari ke kantin menghindari posisi pak Satpam. Pak Satpam menghubungi bu Kantin untuk bersiaga. Bu Kantin menghubuni pak Kebun. Pak Kebun ke pak tukang sapu. Kemudian umpan balik ke pak Satpam. Gladis yang mengetahui akan dicegat bu Kantin langsug merubah arah lari ke gedung olahraga. Melihat itu, para pengejar mengubah strategi dengan membentuk posisi 4-3-4. Kejar-kejaran itu berlangsung seru dan intens, membuat para peserta kelelahan.

"Neng, istirahat bentar yuk?" tiba2 pak Satpam menawarkan sebuah rekonsilasi damai. "Saya udah kecapean nih."

Gladis memandang pak Satpam dengan pandangan apriori seekor ikan yang diundang makan malam oleh seeekor kucing kelaparan.

"Saya janji deh nggak maen curang" janjipak Satpam yang diucapkan dengan ekspresi seekor macan yang sedang bersumpah menjadi vegetarian.

Gladis setuju.

Mereka semua duduk-duduk di kantin sambil menikmati minuman racikan bu Kantin, saling kenalan, ngobrol-ngobrol seru, saling becanda, bercengkrama dan akhirnya mereka hidup bersama bahagia selamanya (loh?)

Tapi musuh tetaplah musuh. Setelah ber-koordinasi dengan bahasa isyarat yang hanya dimengerti oleh orang ber-IQ kaktus, secara tiba-tiba mereka mengepung Gladis. Gladis terdesak.

Merujuk pada film JanjI Joni, tindakan paling tepat pada keadaan terjepit akibat dikejar-kejar massa seperti ini adalah bersembunyi di tempat sampah. Tapi niat itu diurungkan, mengingat diameter tempat sampah yang tersedia tidak lebih besar dari rata-rata mulut anggota DPR ketika sedang menguap. Satu-satunya jalan yang tersedia adalah mencari sebuah ruangan dan bersembunyi di dalamnya sampai keadaan kembali kondusif.

Dalam keadaan terdesak, Gladis melihat sebuah pintu yang sedikit terbuka. Dengan menggunakan kecepatan supersonic, Gladis melesat menuju pintu itu, masuk ke dalamnya dan menguncinya rapat-rapat dari dalam. Tunggu sejenak. Hingga akhirnya suara para pengejar tidak terdengar lagi. AMAN!!!!! Gladis berusaha mengatur nafasnya yang ngos-ngosan akibat penyergapan mendadak tadi. Setelah nafasnya kembali teratur, Gladismenyadari bau badannya yang semakin kronis. Gladis mengambil sebuah deodoran dari dalam tasnya kemudian mengolesakan ke ketiak melalui sela-sela lubang lengannya. Kemudian Gladis merogoh sisir dari dalam tasnya lalumembalikkan badan untuk mencari cermin. 3 detik kemudian merupakan peristiwa paling mencengankan dalam kehidupan remaja Gladis yang cerah ceria. Pada detik pertama dia menyadari di ruangan itu ada 3 orang lengkap dengan meja kerja, tumpukan dokumen dan mesin ketik di depan hidung masing-masing orang. Di detik kedua, Gladis sadar bahwa ini adalah ruangan BP. Di detik ketiga, Gladis berharap saat ini ada sebuah komet raksasa yang menghantam bumi.

___________________________________________________________________________

Bangun telat, lupa mandi, haruus mendorong metromini yang mogok, lompat pagar sekolah, dikejar-kejar massa, memperlakukan kantor BP layaknya sebuah toilet, dan akhirnya berakhir dengan peristiwa 10 manit paling tidak manusiawi dalam peradaban manusia. Berakhir? anda belum beruntung sodara-sodara.

Gladis akhirnya diijinkan untuk kembali ke kelas. Baru saja melangkahkan kaki ke dalam kelas, tiba-tiba terjadi demo besar-besaran memprotes polusi udara yang bersumber dari Gladis. Bagi sebagian besar cewek, lebih baik dikutuk jadi jengkol daripada mendapat reputasi buruk karena bau badan. Untunglah, di tengah hiruk-pikuk massa yang semakin brutal itu, masuklah seorang pegawai Tata Usaha membacakan pengumuman.

"Anak-anak, berhubung hari ini ada seminar dan loka karya guru SMU se-jakarta mengenai peranan budidaya pete cina dalam kontemplasi percaturan politik timur tengah, maka kegiatan belajar-mengajar harri ini ditiadakan. Mohon maaf kalau pengumuman ini mendadak, ini dikarenakan pak Pos bangun kesiangan setelah nonton konser KDI, sehingga baru bisa diumumkan hari ini. Terima kasih dan kalian semua boleh pulang, sekolah hari ini dianggap libur." jelas pegawai TU itu.

"AAAAARRRRRRGGGGGHHHHHHH!!!!!!!!!!!!!!"

Kalau diurut-urut, semua kejadian ini gara-gara metromini jahannam itu. Seandainya metromini itu tidak mogok, pasti tidak akan terjadi seperti ini. Seandainya Gladis sudah cukup umur untuk menyetir, dia tidak perlu naik metromini dan tidak perlu dipermalukan di depan khalayak ramai. Tapi itu semua cuma seandainya, kenyataannya selalu lebih kejam dari pembunuhan.

Gladis memejamkan matanya. Mencoba berkonsentrasi sebisa mungkin. Satu-satunya yang dapat ia lakukan saat ini hanyalah berdo'a memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa agar mengubah metromini tersebut menjadi kue lapis.

___________________________________________________________________________

Dan terjadilah kejadian ajaib itu. (metromini-nya jadi kue lapis Oh My God ). Kejadian yang lebih ajaib dari berubahnya metromini menjadi kue lapis. Kejadian yang mempertemukan makhluk dari 2 dunia yang berbeda. Ken tanpa sengaja lewat di depan Gladis dan tersenyum ke arahnya. Senyuman khas yang biasa kita temui di wajah seorang istri hartawan yang diberitahu bahwa umur suaminya tidak akan lama lagi. Senyum yang sangat sinis, hina, najis, nista, nehi, cuih....cuh!!!. Yng kemudian oleh Gladis diterjemahkan secara hiperbolis menjadi : KEN SENGAJA MAMPIR KE KELAS CUMA BUAT TERSENYUM MANIS KE ARAH KU. Satu senyuman yang mampu melejitkan mood Gladis dari dasar neraka menuju pucuk nirwana. Dan tiba-tiba Gladis merasa menjadi makhluk paling bahagia di dunia.

Karena terlalu bahagia, Gladis sampaitidak sadar menabrak seorang anak berpenampilan kadaluarsa. Dari penampilannya, dapat dipastikan bahwa dia datang dari jaman rikiplik. Berkacamata tebal, kurus kurang gizi, tinggi agak bungkuk, rambut model belah pinggir jurang. Buku anak itu terjatuh.

Mereka berdua kaget. Gladis merasa bersalah, muka sang anak cupu memerah, dan sang buku marah-marah.

"Maaf saya gak sengaja"ujar cowok berkacamata itu.

"Eh, oh iya, nggak apa-apa. Emm nggak ding, mestinya aku yang minta maaf." Jwab Gladis sambil membantu anak itu memunguti bukunya.

"Permisi!" jawab cowok itu datar, menata bukunya, kemudian pergi.

Bagi Gladis, itu tadi adalah kecelakaan kecil yang dalam memori-nya setara dengan kegiatan hariannya di dalam WC. Tidak penting untuk diingat. Gladis tetap nampak bahagia. Bahkan kenyataan bahwa metromini yang disetopnya penuh, tidak bisa mengusir kebahagiaannya itu.

"Di dalem penuh, neng. kalo mau, di atap masih kosong." ucap sang kondektur lugu.

Gladis berdo'a supaya ada mesin jahit yang menimpa kondektur tersebut.

"Ya kalo mau sih..." sinis sang kondektur Rock and Laugh 272213397

Karena tidak ada pilihan lain, Gladis menuruti saran sang kernet. Untunglah anak dari jaman rikiplik itu ada di dalam metromini. Dia mempersilakan tempat duduknya untuk Gladis. Gladis duduk dengan seenaknya. Akhirnya, ada 2 kejadian menyenangkan dalam kehidupan remajanya yang terancam suram. Gladis tersenyum-senyum najis. Bayang-bayang Ken yang tersenyum ke arahnya membuatnya lupa berterima kasih kepada anak bergaya Khas neolithikum yang merelakan kursinya tadi.

Siapakah anak itu?

Mengapa dia berkeliaran di abad 21?

Apakah Gladis akan bertemu lagi dengannya?

Anda-kah calon milioner berikutnya?(-loh)



Bersambung ke Chapter Berikutnya
Kembali Ke Atas Go down
http://indolearningandstudy.indonesianforum.net/
mudaro
Nukenin From Konohagakure
Nukenin From Konohagakure
mudaro


Posting : 438
Join date : 01.02.13
Age : 22
Lokasi : taki_gakure

Rock and Laugh Empty
#6PostSubyek: Re: Rock and Laugh Rock and Laugh Empty20/1/2014, 11:32 am

Chapter 6
Balada Anak Pingit


Sore yang panas. Bunda mengajak Gladis berbelanja bulanan di Mall yang baru selesai dibangun 1 bulan yang lalu. Tidak lupa mereka membawa bantal, sebagai pelindung kepala kalau-kalau pondasi Mall yang belum teruji itu, rapuh dan kemudian mengakibatkan keruntuhan. Gladis sebenarnya malas menemani Bunda belanja. Soalnya Bunda merupakan orang yang berhasil memenangkan Consument Award dari Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia sebagai mausia yang berhasil menerapkan prinsip ekonomi dalam kehiduoan sehari-hari. Alias pelit kronis stadium 5. Dalam kasus ini, menemani Bunda berbelanja beresiko keliling berjam-jam keluar-masuk semua tempat hanya untuk menemukan counter mana yang menjual terong paling murah.

Sudah hampir 1 jam mereka berkeliling di Mall tersebut, namun belum ada satupun barang yang dibeli. Akhirnya mereka masuk ke sebuah counter.

"Dik, harga wortel di sini berapa, ya?" tanya Bunda ke seorang pelayan.

"Maaf bu, di sini counter khusus kacamata." jawab pelayan itu ramah.

"Kalau ember berapa, ya?" tanya Bunda dengan muka tanpa dosa.

"Di sini cuma jual kacamata." dengan penekanan pada kata cuma.

"Ooo..." sebuah o yang berimplikasi pada perubahan raut wajah sang pelayan. Tersirat sebuah kepuasan batin karena akhirnya pembelinya mengerti informasi yang dia sampaikan.

"Truss, kalo es dawet semangkuknya berapa ya????"

Gedubrak!!!!

_______________________________________________

Akhirnya Gladis memutuskan untuk beristirahat di sebuah Restoran Cina di Mall itu sambil menunggu Bunda selesai berbelanja. Ketika Gladis sedang memesan makanan, tiba-tiba....

"Hi, Gladiss..." sapa suara cowok di belakangnya.

Gladis menoleh ke arah suara itu. Di sana terdapat Ken yang sedang melempar senyum ke arahnya dengan kekuatan penuh.

Aduuuuuhhh.....senyumnya itu, lho... bikin ikan-ikan pada mabok!

"Sendirian aja, nih? masa' cewek secantik kamu nggak ada bodyguardnya?" tanya Ken sekedar basa-basi.

Ya ampyyuuuunnnn....!!!!!!

"Gladis kirain siapa, Kak Ken rupanya? Gladis sama Bunda. Bunda lagi belanja di lantai 3. " Terang Gladis menghindari rasa groginya.

"Aku duduk di sini aja, ya? Daripada aku bengong sendirian. Mumpung calon mertua belom dateng. Hehehehe...."

Perhatian. Kalimat ini punya peranan ganda.

Bagi Ken: Ini adalah sebuah lelucon yang mempunyai bobot sama dengan sebuah plesetan bahwa bulu yang berwarna kuning adalah bluband atau pocong yang ada di Mall adalah pocongan harga. Sebuah lelucon yang mudah dilupakan setelah tertawa selama 3 detik.

Bagi Gladis: Sebuah kalimat yang menghasilkan banyak bunga dalam hatinya sehingga cukup untuk membuka usaha flourist secara swadaya.

"Bo..boleh, duduk di sini aja. Kok tau Gladis di sini?" tanya Gladis GR.

"Aku ngikutin kamu, kok. Daritadi aku cuma bisa liatin kamu dari jauh, abis aku takut sama Bunda kamu." jawab Ken sambil tersenyum menggoda kepada Gladis.

Ken tidak sadar bahwa dia telah menerbangkan jiwa Gladis ke angkasa.

"Kok malam minggu gini malah jalan sama Bunda kamu, sih? Cowok mu kemana nih?" sindir Ken.

"Kak Ken bisa aja. Gladis kan jomblo, kak." jawab Gladis dengan penekanan kata jomblo untuk memproklamirkan kepada Ken bahwa dia masih memiliki peluang.

"Masa' sih? Wah, masih ada kesempatan nih...." tanya Ken sambil menatap mata Gladis dengan seksama.

"Kakak, bisa aja...." Gladis jadi benar-benar GR.

"O iya, dis, gimana persiapan kamu buat seleksi vokalis band sekolah? Kamu udah banyak latihan kan? Soalnya yang nyeleksi besok orang TOP semua loh dis. Ada 3 jurinya, Pak Agus guru musik kita, alumni kita mas Erwin Gutawa dan yang paling keren dan super T.O.P, Ken Alandonkz. Hehehehe...." Ken membanggakan diri.

"Emang penilaiannya apa aja, kak?" tanya Gladis hendak mencatat di organizernya.

"Banyak sih, dis. Tapi aku nggak bisa kasih tau kamu, nggak adil buat yang lain." Jawab Ken yang membuat Gladis semakin kesem-sem.

"Yaahh..pendengar kecewa deh. Jadi kak Ken sengaja ngikutin Gladis cuma buat ngomong itu doang?" tanya Gladis.

"Ya nggak sih. Ada yang mau aku sampaikan sama kamu...." wajah Ken berubah serius.

"Apaan, kak? keliatannya serius banget?" tanya Gladis GR.

"Emang harus serius, dis. Masalhnya ini penting" jawab Ken serius.

"Masalah apaan sih? ngomong aja, kak." Gladis semakin GR.

"Aku malu, dis." jawab Ken lirih.

Gladis jadi heran. "Ngapain pake malu segala?" Gladis mulai penasaran.

"Soalnya ini menyangkut sesuatu yang aku rasain, udah lama pengin aku keluarin,Dis....Aku nggak bisa nahan lagi" sahut Ken setengah berbisik.

Gladis berada di GR stadium 4.

"Emangnya apa sih yang pengin kakak omongin...? tanya Gladis lirih.

"Sebenernya...Sebenernya aku pengen ngomong, kalo aku......" kalimat Ken terputus, omongannya mulai patah-patah.

"Kalo kakak kenapa?" Gladis sudah tidak sabar lagi.

"Susah, dis..udah diujung, tapi aku nggak bisa keluarin sekarang." ucap Ken terbata-bata.

Gladis tersenyum manis. " Kalo emang kakak belom bisa ngutarain sekarang, nggak apa-apa kok. Gladis bisa nunggu." Ucap Gladis Pe-De.

"Bener mau nunggu? Tapi mendingan nggak usah deh, Dis."

"Kok gitu?" tanya Gladis semakin penasaran.

"Sebenernya aku pengin ngomong kalo aku... kebelet pipis dari tadi! Udah di ujung tapi nggak bisa aku keluarin sekarang, soalnya aku takut dikatain ngompol kalo aku keluarin di sini. Hehehehe...." Ken tertawa biadab.

Gladis jadi malu sekali. Tapi dia berusaha sekuat tenaga untuk menahan kemaluannya.

"Jadi kak Ken ngikutin Gladis cuma buat nyari toilet?" tanya Gladis dengan bibir manyun.

"Aku tadi kebetulan aja liat kamu belanja, jadi sekalian aja aku tanya kesiapan kamu, gitu. Aku mau nyari toilet dulu, deh, kamu balik aja lagi sama Bunda kamu, nggak usah nungguin aku. Heheheh....." jawab Ken santai.

Wajah Gladis jadi merah, salting. Saat ini dia berharap ada sekelompok milisi radikal yang meneror Mall ini dengan bom berdaya hancur radius 10 km sehingga dia punya alasan untuk lari dan kabur. Karena sibuk menahan malu, Gladis tidak menyadari kalu Bunda sudah ada di belakangnya. Padahal biasanya dia mesti menunggu hingga ada sarang laba-laba selesai dibangun di rambutnya, baru Bunda-nya selesai berbelanja.

"Gladis,ayo pulang! Nggak baik nongkrong di Mall sama cowok berandalan!" bentak Bunda. Bunda kelihatan tidak  suka dengan dandanan Ken yang khas anak band.

Tanpa sempat mengucapkan selamat tinggal, Gladis mengikuti Bundanya, meninggalkan Ken dan makanannya yang belum selesai dimakan. Gladis benar-benar kesal dengan Bundanya.

Rupanya, kekesalan Bunda belum usai. Di mobil, Gladis langsung di-introgasi di bawah ancaman senjata kimia.

"Siapa sih itu tadi, Dis?" tanya bunda mengintrogasi.

"Kak Ken, Bunda. Manajer band sekolah Gladis." jawab Gladis jujur.

"Ngapain kamu ngobrol sama dia?" cerca Bunda lagi.

"Nggak kok, Bunda. Tadi nggak sengaja ketemu di Restoran...."

"Kamu nggak sering bergaul sama dia kan, sayang?" tanya Bunda seperti akan mengeksekusi.

"Nggak, Bunda, dia udah kelas 3. Mana kelasnya jauh dari kelas Gladis..." sangkal Gladis.

"Baguslah kalo gitu, Bunda nggak pengen kamu jadi salah pergaulan." ucap Bunda sambil menghembusakn nafas.

Selama ini Bunda memang tidak suka kalu Gladis bergaul dengan anak-anak band. Bunda beralasan jika menjadi anak band tidak punya masa depan, kerjaannya cuma hura-hura. Apalagi semenjak tragedi Bu Nani, Bunda jadi makin benci anak band. Gladis merasa jadi anak pingit.

Bersambung ke Chapter Berikutnya


Terakhir diubah oleh mudaro tanggal 24/8/2014, 2:02 pm, total 1 kali diubah
Kembali Ke Atas Go down
http://indolearningandstudy.indonesianforum.net/
mudaro
Nukenin From Konohagakure
Nukenin From Konohagakure
mudaro


Posting : 438
Join date : 01.02.13
Age : 22
Lokasi : taki_gakure

Rock and Laugh Empty
#7PostSubyek: Re: Rock and Laugh Rock and Laugh Empty5/2/2014, 5:53 pm

Chapter 7
Balada Anak Pingit part  2


Ternyata dampak domino kejadian di Mall tadi tidak berhenti begitu saja.

Malam itu, Gladis sedang asyik ngemil membabi buta sambil tiduran. Sebenarnya perutnya sudah lapar, tapi bundanya belum selesai masak, jadi harus sabar. Kedua telinganya tersumbat earphone. Dari sampul CD yang berserakan, bias diketahui bahwa lagu yang sedang ia dengarkan bukanlah lagu dari album Koleksi 10 Lagu Dangdut Terbaik. Setelah beberapa saat lamanya, kelaparan Gladis makin meraja lela. Biskuit seukuran tutup botol minyak kerok itu sudah tidak sanggup lagi memuaskan perutnya. Tapi Bunda belum memanggilnya untuk makan.

Gladis memutuskan untuk keluar kamar. Perutnya sudah tidak bias bertahan dari kelaparan ini.  Gladis heran, kenapa Bundanya lama sekali menyiapkan makan malam kali ini. Dan…. Betapa terkejutnya dia melihat secarik kertas tertempel rapi di depan pintu kamarnya yang bertuliskan :  Gladis, makanan sudah siap. Ayo makn dulu. –Bunda-

“…….” <= Ini adalah ekspresi yang sama ketika kita menjatuhkan smartphone berharga 7 juta-an kedalam sebuah ember penuh es cendol.

Gladis turun ke bawah.

“Sini, makan dulu saying.” Sapa bunda begitu melihat Gladis sudah di ujung tangga.

“Kenapa nggak manggil Gladis sih, Bunda?  Gladis udah kelaparan niy…” protes Gladis yang melangkah gontai menuju meja makan.

“Kan udah?” jawab bunda simple.

“……..”

Gladis menahan diri, mengingat dia masih membutuhkan kaki bunda-nya untuk dapat masuk ke surga.

“Tadi Bunda juga udah teriak-teriak sampe menggedor pintu kamu, tapi kamu nggak jawab juga,” ujar bunda.

“Oooohhh…” Gladis baru sadar.

“Dis, bunda perhatiin kamu sekarang jadi kurang ngurusin sekolah kamu. Kamu sering banget pulang sore” protes bunda.

Deg! Gladis yang baru saja selesai menyuapkan seekor udang ke mulutnya, jadi berhenti. Tersirat ekspresi kebahagiaan di wajah sang udang. Dengan was-was Gladis menatap wajah Bunda.

“Bunda takut kamu jadi salah pergaulan. Apalagi nilai – nilai kamu jadi turun semua.”

“Gladis udah berusaha kok, Bunda. Tapi Gladis butuh penyesuaian, soalnya kan sekarang pelajarannya IPA semua, pusing!” Bela Gladis.

Dikunyahnya sang udang tanpa membedakan jenis kelaminnya dulu (-loh?). Sang udang melolong-lolong minta tolong dalam bahasa yang hanya dimengerti oleh udang. Sementara udang-udang yang menyaksikan kejadian mengerikan itu, menatap Gladis dengan pandangan apatis yang najis. Mereka tidak rela lahir batin jika harus menghabiskan sisa hidupnya bermain catur dengan cacing pita di perut Gladis.

“Bunda tau. Bunda tadi ngomong sama wali kelasmu  di telepon. Katanaaya kamu perlu lebih banyak belajar lagi. Besok Bunda daftarin ke bimbel, ya?” Tanya bunda dengan tatapan “HARUS”.

Gladis lebih rela dipaksa ikut liburan ke Hawaii dengan penerbangan kelas VVIP, menginap di hotel bintang 5 dan menikmati pertunjukkan tari hula-hula selama 7 hari 7 malam, daripada disuruh ikut bimbel. ( siapa sih yang nggak mau ikut begituan?  -penulis- )

“Waduh…jangan Bunda, mahal. Gladis bias kok belajar sendiri. Janji.” elak Gladis dengan mata berharap.

Celaka kalau aku harus ikutan bimbel!

“Nggak apa-apa kok, dis. Uang bukan masalah.” Jawab Bunda.

“Tapi kan…” Gladis berusaha mengelak.

“Udah nggak apa-apa. Ilmu itu tidak ternilai harganya. Bunda pengen kamu jadi orang sukses.” Tegas Bunda dengan mencantumkan argumennya.

“Gladis bias belajar sendiri kok, lagian sekarang banyak pennipuan berkedk bimbel…..” Gladis coba ngeles lagi.

“Bunda punya temen waktu SMA, orangnya pinter, baik banget. Sekarang kabarnya dia mengelola sekaligus mengajar di salah satu bimbel. Kamu daftar di sana aja, ya?” rengek Bunda.

Gladis diam, tidak bicara sepatah katapun. Bukan kehabisan alasan dan menyerah untuk setuju, tapi karena ada seonggok tulang udang yang tersangkut di tenggorokannya. Kepalanya mengangguk-angguk mencoba mengeluarkan tulang itu. Na’as, anggukan itu diartikan secara bebas oleh Bunda sebagai pernyataan setuju. Pembicaraan selesai.

Gladis masuk kamar dengan langkah tak bergairah. Bunda melanjutkan makannya. Para udang mengadakan syukuran.


Keesokan harinya di  kelas, ketika jam istirahat.

Gladis sedang memikirkan kehidupan masa mudanya yang hina dan terancam suram di bangku singgasananya karena harus ikut bimbel. Tiba-tiba Sita yang tidak tahu apa-apa, menghampirinya dan dengan kekuatan penuh memberikan pertanyaan yang bias dijawab oleh makhluk berotak jangkrik sekalipun.

“Apa sih yang harus dilatih  oleh seorang penyanyi agar suaranya bagus?” Tanya Sita kepada Gladis.

“Otot biseps dan triseps” jawab Gladis males-malesan (masih memikirkan masa mudanya).

“Masa sih? Buat apa?” Tanya Sita ingin tahu sambil meletakkan tangannya di dagu.

“Buat mukul orang yang tanya pertanyaan semacam :  apa yang anda latih sehingga suaranya bagus?” jawab Gladis dengan muatan sarkasme yang kental.

“Oh iya, ya? Tadinya aku pikir kita herus melatih vokal.” Saran Sita sambil mengacungkan jarinya tanda telah mencetuskan ide.

Perlu dicatat, ini adalah sebuah contoh kegagalan dalam menangkap maksud insplisit dalam sebuah kalimat yang mengakibatkan banyak orang berakhir di UGD sebuah rumah sakit di pedalaman Sukabumi.

“BTW dis, kamu mau ikutan latihan vokal, nggak?” ajak Sita.

Apakah tanggapan Gladis mengenai pertanyaan Sita?
Bersambung ke Chapter Berikutnya


Kembali Ke Atas Go down
http://indolearningandstudy.indonesianforum.net/
mudaro
Nukenin From Konohagakure
Nukenin From Konohagakure
mudaro


Posting : 438
Join date : 01.02.13
Age : 22
Lokasi : taki_gakure

Rock and Laugh Empty
#8PostSubyek: Re: Rock and Laugh Rock and Laugh Empty24/8/2014, 1:57 pm

Chapter 8
Balada Anak Pingit part 3


"Aku sih pengin, tapi Bunda nggak bakaln ngijinin,deh." jawab Gladis muram.

"Ngapain pake ijin Bunda mu segala?" tanya Sita sambil mengernyitkan dahinya.

Sekarang Gladis benar-benar yakin bahwa Rumor yg mengatakan bahwa Sita dan ulet bulu masih satu spesies, adalah benar adanya. Sabar.....sabar..... orang sabar enaknya digampar.

"Karena aku butuh duit buat ikutan les vokal." jawab Gladis to the point.

"Nggak kok, nggak usah pake duit."

Apakah itu berarti aku harus membayar dengan cara menggadaikan jiwaku sama setan? Belum sempat Gladis menanyakannya, tiba-tiba ada kegaduhan di pintu kelas. Rupanya Mitun sedang ribut dengan anak dari jaman rikiplik yg ditemui Gladis di metromini. Gara-garanya masih sama seperti ketika dengan Gladis, tapi kali ini persoalannya, anak kadaluarsa itu yg menabrak Mitun karena dia asik dengan bukunya dan tidak memperhatikan jalan. Baju Mitun basah oleh minuman yg tadi dibawanya.

"Heh....! Kalo jalan liat-liat, dong?!" bentak Mitun beringas.

"Eh...Maaf..." jawab anak rikiplik itu.

"Maaf,maaf... enak aja kau minta maaf! Emang baju ku bisa kering kalau kau minta maaf?!" Mitun emosi badak.

"Oh.....Eh.....Ya nggak bisa. Harus dijemur dulu." sahut si rikiplik.

"Heh, sok tau lagi!! Mata mu ditaruh dimana, sih?!" Mitun semakin nyolot.

"Di kepala." ( diucapkan dengan penuh keyakinan -penulis- ).

"Kau kira aku *sensor*?!!" bentak Mitun sambil melayangkan tinjunya yg sebesar tiang listrik.

Anak-anak sekelas ketakutan. Gladis dan sita juga tidak tega anak kerempeng itu dijadikan bulan-bulanan Mitun. Mereka memejamkan mata. Oh ya, sedikit deskripsi singkat mengenai Mitun, dia adalah contoh sempurna hasil dari penyinaran sinar gamma terhadap sebuah truk tinja. Mutasi sempurna dari sebuah truk tinja. Makhluk yg berbadan besar, bau, dan kuat. Di ujung hidungnya terdapat tahi lalat sebesar biji kuaci, yang membuat kita mudah untuk membedakan antara Mitun truk tinja dengan Mitun Cakrabothi. Mitun Cakrabothi yg bintang Bollywood itu memiliki tanda titik di jidad, sementara Mitun di hidung. Mengingat ukuran badannya yg layar lebar, bisa dipastikan nasib anak kerempeng jaman rikiplik itu akan suram.

Tapi ternyata yg terjadi lain, pukulan Mitun justru menangkap angin kosong, meleset. Rupanya anak kerempeng itu melangkahkan kaki kirinya kebelakang, semacam gerak kipas kiri yg sederhana, tapi efektif. Akibatnya justru Mitun yg jatuh akibat kehilangan keseimbangan.

GDEBUGH!

Tubuh Mitun yg besar itu membentur lantai dengan kerasnya. Mitun meringis. Lantainya menangis.

"Maaf...saya nggak sengaja...." anak purba itu mengulurkan tangannya.

Mitun yg  terlanjur tengsin, langsung menepis tangan itu.

"Maaf lagi, maaf lagi!! Sialan kau ya?! Kau sengaja, ya?!! bentak Mitun.

Untunglah bel masuk bunyi, jadi masalahya tidak berlanjut sampai KUA (LOH?).

Mitun masih emosi, soalnya selain bajunya basah, dia juga dipermalukan di depan teman-teman kelas. " Awas kau?!" Ancam Mitun sebelum akhirnya mereka berpisah.

Setelah situasi mereda, Gladis berusaha mencari informasi.

"Ta, siapa sih anak kadaluarsa itu? Nekat juga, ya, berani berurusan sama si truk tinja? Aku baru sadar kalo dia anak kelas kita." ucap Gladis sambil berbisik kepada Sita.

"Dia kan emang anak kelas kita. Kalo nggak salah namanya Sona. " otak Sita mencoba mengingat - ingat.

"Masa, sih? Kok aku kayaknya jarang ngeliat dia? Anak baru, ya?" Gladis penasaran.

"Nggak, kok, dia emang udah dari dulu di sekolah ini. Dia emang pendiem, kuper gitu deh.... Setiap istirahat dia langsung cabut ke perpus, makanya kamu jarang ngeliat dia."

"Kok kamu bisa kenal sam cowok model gituan, sih?" Giliran Gladis penasaran.

"Itu juga nggak sengaja. Aku tau dia gara-gara aku pernah nyalin PR dia waktu rabu kemaren. Kamu sih, dateng telat mulu.....!" protes Sita.

"Ya maaf, non! Eh, aku jadi penasarn sama tuh anak...." ucap Gladis dengan tampang di serius-seriusin.

"Penasaran, apa demen....?" ledek Sita.

"Enak aja! Yang kayak gitu bukan tipe aku, lagi. Kemaren kebetulan aja ketemu dia di metromini." klarifikasi Gladis.

Sepanjang pelajaran Gladis susah berkonsentrasi, pikirannya bercabang-cabang. Antara tawaran Sita dan jalan pikiran Bunda yg kolot. Kenapa Bunda selalu menganggap orang tua selalu benar sih? Padahal banyak bukti dimana anak lebih pintar dari orang tuanya. Contohnya, yang menemukan teori relativitas adalah Einstein, bukan orang tuanya.


___________________________________________________________________________


Bel pulang berdering.

Siang itu Bunda menjemputnya di sekolah. Begitu melihat Bunda di mobil, Gladis langsung tau adegan selanjutnya. Tapi dia menurut, toh dia tidak bisa berbuat apa-apa. Kemudian mereka pergi ke tempat bimbel dengan penuh sukacita dan menyanyikan lagu 'naik-naik ke puncak gunung', secara bersama-sama. (loh?)

Mereka masuk ke ruang resepsionis. Gladis menunggu di kursi tunggu sementara Bunda mendaftarkan namanya. Gladis cuek-cuek ho ta he.

"Dis, kamu ikutan kelass intensif ya, sayang?" pinta Bunda sambil membelai rambut Gladis.


"Terserah Bunda aja deh....."

"Ya udah kalo gitu."

Gladis sibuk dengan Dickman-nya sambil menunggu Bunda selesai. Wajahnya meneyiratkan kebodohan yg merasuki jiwa.

Setelah menunggu hampir setengah jam, akhirnya Bundanya selesai juga.

Ayo pulang, sayang" ajak Bunda.

Gladis mengekor di belakang sampai mereka masuk mobil.

"Bunda seneng kamu bisa ikutan bimbel disini. Malaham tadi Bunda sempat tanya, katanya teman lama Bunda juga ngajar dikelasmu nanti. Bunda seneng, kamu pasti suka cara dia ngajar. " Bunda kelihatan bersemangat cerita tentang temannya.

Semangat yg berlebihan itu hanya bisa ditanggapi Gladis denngan senyum apatis.

"Mulai besok setiap hari kamu udah bisa mulai belajar di sini." ucap Bunda menekankan pada kata mulai besok.

"Haah......?! Tiap hari Bunda?" Gladis kaget bukan main.

"Iya, kan tadi kata kamu terserah? Bunda daftarin kamu buat ikut yg kelas intensif, kamu berangkatnya setiap hari."

Apa yg bisa aku ceritain tentang kehidupan masa muda ku ke anak cucu ku entar? Gladis  menyadari kebodohannya.

CKIIIIITTTT!!!

TIIIN...TIIIN...!

Mobil Gladis berhenti mendadak gara-gara ada anak yg jalan sambil meleng. Hampir ketabrak, untung mobilnya belum jalan cepat. Tapi itu cukup untuk membuat ekspresi wajah Bunda menjadi mirip bisul berapi yg akan meletus. Sekilas Gladis mengamati anak itu. Ajaib, itu adalah anak jaman rikiplik! Gladis baru sadar kalu ternyata tabrak menabrak  ternyata bisa menjadi hobi bagi sebagian orang.

Dengan gugup anak berkaca mata itu memunguti buku-bukunya yg jatuh, terus menyingkir dari jalan sambil mengucapkan maaf.


___________________________________________________________________________



Keesokan paginya, di sekolah Gladis.

Sita berlari dengan antusiasme penjual kolor mengahmpiri Gladis yg baru datang.

"Dis, gimana tawaranku yg kemaren? Kamu mau nggak? Soalnya mama aku kemaren nanyain." tanya Sita sambil terengah-engah.

"Gimana, ya, Ta.....?" Gladis masih bingung...bingung....tuk memikirkannya..

"Pokoknya kamu harus ikut!" perintah Sita.


"Iya, deh..." Gladis nurut.

"Nah...gitu dong! Kita saingan secara sehat, ya?" pinta Sita kepada Gladis dengan melingkarkan jari kelingkingnya ke jari kelingking Gladis.

"Deal?

"Deal!" []

Bersambung ke Chapter Berikutnya!
Kembali Ke Atas Go down
http://indolearningandstudy.indonesianforum.net/
Sponsored content




Rock and Laugh Empty
#9PostSubyek: Re: Rock and Laugh Rock and Laugh Empty

Kembali Ke Atas Go down
Subject: Re: Rock and Laugh  None

Anda tidak dapat mengirmkan postingan atau mengomentari pembahasan di topik ini karena masih berstatus sebagai Tamu.
Silakan Mendaftar dan Login agar dapat mengakses segala fitur forum secara penuh.
AgoessNaruto Robot
Forum Bot



Join Date: 16/05/2009
Lokasi: Forum AgoessNaruto
Comments: Bot untuk membantu anda di Forum AgoessNaruto
Kembali Ke Atas Go down
 

Rock and Laugh

Topik sebelumnya Topik selanjutnya Kembali Ke Atas 
Halaman 1 dari 1

 Similar topics

-
» Tempat Penampungan Komentar Cerita "Rock and "Laugh"
» Karakter Rock Lee
» Rock Climbing
» Masalah Rock lee
» [Mission] Rock of Libary

Permissions in this forum:Anda tidak dapat menjawab topik
Forum Indofanster :: Tambahan ::   :: Karangan Cerita & Fanfiction-