Semilir angin menerbangkan dedaunan di hutan konoha,dirinya yang tengah beristirahat ditengah lebatnya hutan konoha mulai beranjak dari tempatnya,dengan jemarinya ia menyentuh batang pohon yang berumur cukup tua dan dengan perlahan sebuah segel teleport berukuran kecil muncul ditengahnya.

Entah ia mau melakukan apa nantinya "Tidak ada yang menarik disini — Aahh..." dengan menghela nafasnya sembari berdiri ia membentuk sebuah pusaran yang kemudian menyedotnya dan menteleportnya ke suatu tempat.

Makanan sudah ia masukan ke dalam tas kecil di punggungnya, tak lupa ia membawa tongkat kesayangannya dan menyimpannya di punggung Appa. Sebelum pemberangkatan, Appa sudah memakan banyak sekali rumput agar stamina ia terjaga. Aang juga memakan beberapa roti yang ia buat sendiri.

Tap... tap... tap...

Langkah kaki kecil mulai terdengar, kaki Aang kini sudah bergerak dan menaiki punggung Appa. Aang pun duduk manis diatas punggung Appa dan mulai memberikan senyuman pada sang mentari, menandakan bahwa dia sudah siap menjelajahi dunia yang luas ini.

Aang: Appa! Yipyip!

Wuuuussshhh...

Appa menghentakan ekornya dan dia mulai terbang bersama Aang. Dia mulai meninggalkan Sora no Kuni dan Hi no Kuni yang ada dibawahnya. Arah tujuan berikutnya dari Aang tak lain adalah Kaze no Kuni seperti niat awal dia.

Kaze no Kuni sudah terlihat, namun asap hitam mengelilingi daerah Kaze no Kuni, sepertinya sudah terjadi sesuatu disana. Appa berbelok 30 derajat ke kanan agar pandangannya tak tertutupi oleh asap hitam tersebut.

Aang: Appa sepertinya kita harus berpisah disini, kau tunggu di ujung Kaze no Kuni dekat laut, jika urusanku sudah selesai, aku akan kesana.

Sreeeett!!!

Aang pun mengambil tongkatnya dan membuka kedua sayap dari tongkatnya. Sedangkan Appa memperlambat lajunya agar Aang bisa loncat dengan tenang di ketinggian 100 meter di atas permukaan laut.

Tap... tap... tap... Wuuussshh!!!

Aang pun loncat dari punggung Appa untuk terbang menuju Kaze no Kuni yang ada di bawahnya. Sedangkan Appa terbang ke arah lain.

[2/2 - Out]

Appa dengan kecepatan penuh melesat dari Kaze no Kuni yang sedang dalam keadaan bahaya, dan tentu saja dengan kondisi Gyatso yang sedang pingsan ditambah lagi satu wanita yang sepertinya juga sedang kelelahan, Aang bingung harus terbang kemana, untung saja Appa sudah beristirahat sejenak saat di Kaze no Kuni.

Tapi, tiba-tiba saja leher Aang sudah siap disayat oleh sebuah pedang dari belakang, sontak saja Aang menjadi diam tak bergerak sedekatpun, karena satu gerakan akan memenggal kepalanya.

Aang: A... apa yang kau lakukan sialan?!

???: Cepat bawa aku ke Kirigakure!

Aang: Hah? Kirigakure? Sebenarnya apa maumu?!

???: Sudah jangan banyak bicara atau kau kubunuh disini!

Aang: Silahkan saja kau bunuh aku disini, tapi kau tidak akan bisa ke Kirigakure.

???: Cih! Kubu....

Belum sempat wanita itu berbicara, Gyatso dengan cepat menahan tangan sang wanita dan Aang berhasil lepas dari jeratannya.

Gyatso: Apa maumu Ryuketsu no Satsujin?!

Aang: Gyatso! Kau mengenalnya?

Gyatso: Tentu saja, dia adalah pendekar pedang wanita terbaik di dunia saat ini, Ryuketsu no Satsujin!

Aang: Na... nama yang aneh.

???: Lepaskan aku pak tua! Atau kau juga akan kubunuh!

[1/3]

Dengan kondisi tangan yang tertahan, wanita tersebut benar-benar tak bisa bergerak, kondisi ini dimanfaatkan Aang untuk mengambil tongkatnya.

Gyatso: Sebaiknya kita lemparkan saja wanita ini dari sini, agar dia tau bagaimana rasa sakit itu muncul.

Aang: Tidak, aku tak akan membunuh orang yang tidak bernyawa.

Gyatso: Tapi dia membunuh para penduduk Sunagakure!

Aang: Apa itu benar?

???: Pedangku tidak akan menyayat orang yang tidak berdosa! Oboitoke!

Gyatso: Tapi banyak warga Suna yang kalian bunuh!

???: Kami tidak membunuh siapapun! Kau jangan asal bicara! Justru Kazekage lah yang membunuh warga Kirigakure! Bedebah!

Gyatso: Ka... Kazekage Obi? Tidak mungkin!

???: Bahkan adikku ikut terbunuh oleh manusia biadab itu! Aku tidak akan memaafkannya!


Dengan berlinang air mata, wanita tersebut semakin memberontak dan berhasil lepas dari genggaman Gyatso. Dia pun kembali mengeluarkan pedang dari sangkarnya.

Sreeekk!!!

???: Akan kubunuh kalian berdua disini!

Ketika mata pedang itu sampai dikepala Gyatso, wanita tersebut malah melepaskan kedua pedangnya, dan malah diam tak bersuara sedikitpun. Sedangkan Aang menghampiri Gyatso yang ada didepannya.

Aang: Gya.. Gyatso, kau tidak apa-apa?! Hey kau! Apa yang kau lakukan!

???: Cepat antarkan aku ke Kirigakure, aku mohon.



Dengan ekspresi yang datar, membuat wanita itu berubah 180 derajat dari sifat dia yang pemarah tersebut. Gyatso hanya diam saja karena shock, sedangkan Aang bingung harus berkata apa. Aang berfikir sejenak dan akhirnya dia memutsukan sesuatu. Dia berjalan kedepan dan tiba di kepala Appa.

Aang: Baiklah, ayo kita berangkat. Appa, yipyip!


Gyatso: Aang, kau...

Wuuuuussshhhh

Appa mempercepat lajunya, dan tujuan berikutnya dari Aang adalah Kirigakure, di Mizu no Kuni.

[2/3]

Ditengah peristirahatannya di Yami No Yama a.k.a Gunung kegelapan ia membangun sebuah rencana tentang gerak gerik yang akan dilakukannya kedepan

"Desa yang tersembunyi dibalik kabut itu"Sedikit memberikan penegasan dengan kata 'itu'.

"Akan aku tenggelamkan."Gumamnya ditengah kondisi Kiri yang pengamanannya sudah amat longgar.

Ia bangun dari tempatnya berbaring dan menggerakkan satu jemarinya.
Beberapa detik kemudian ia menghilang keluar dari Yami No Yama dengan melakukan teleport ke salah satu serangga miliknya.

Pemuda itu menuju Desa Kiri !!!

Spoiler:

[1/4]

Aang yang tidak tau apa-apa hanya menuruti saja perintahnya, sedangkan Gyatso masih terengah-engah karena sebuah serangan tiba-tiba yang dilakukan wanita itu. Appa juga semakin terlihat kecapean karena sudah terbang lama sekali, mulai dari Soragakure dan sekarang Kirigakure. Tapi tunggu, Kirigakure? Aang baru ingat bahwa dia tidak tau jalan ke Kirigakure.

Aang: Eee.. anu, wanita berpedang...

Mikasa: Panggil saja aku Mikasa.

Aang: Mikasa-chan, aku sebenarnya tak tau jalan ke Kirigakure.

Mikasa: Astaga, kenapa kau tidak bertanya padaku.

Mendengar percakapan itu Gyatso yang tadinya terlihat kecapean sekarang malah tertawa terbahak-bahak.

Mikasa: Hey pak tua, kenapa kau tertawa? Ada yang salah?

Gyatso: Aku tidak menertawakanmu, aku menertawakan bocah ingusan itu, guhahahahaha!

Mikasa: Cih, dasar aneh. Hey kau botak, cari saja kabut yang sangat tebal didepan sana.

Aang: Hey kau jangan panggil aku botak! Aku punya nama, namaku Namikaze Aang!

Mikasa: Namikaze? Hmm clan yang sudah punah ternyata masih punya ninja sepertimu botak.

Aang: Hey! Jangan menjelekkan klan ku! Atau aku lemparkan kau dari sini!

Mikasa: Silahkan saja jika kau bisa.

Aang: Bakayaro!!!

Melihat kedua orang didepannya bertengkar, Gyatso hanya tersenyum memperhatikan saja. Dan tak terasa aura dingin mulai menyelimuti mereka, mungkin ini adalah efek dari kabut yang menutupi pandangan mereka dan juga Appa.

Aang: Hey Mikasa-chan! Ini kemana hey? Aku tak tau jalan dan Appa sudah sangat kelelahan.

Mikasa: Astaga, jangan terlalu kencang atau kita semua akan mati, cepat arahkan bisonmu ke kiri.

Dengan cepat Appa memiringkan badannya dan melaju dengan sangat kencang, meskipun badannya besar, tapi kecepatannya cukup cepat seukuran hewan sebesar dia. Dan akhirnya kabut itu perlahan semakin menghilang seiring melajunya Appa dan terlihat sebuah rumah yang berada di ujung pulau.

Aang: Hey Mikasa-chan, kenapa ada rumah ditempat seperti itu?

Mikasa: Sudah kau kesana saja, kau akan tau nanti.

Akhirnya mereka mendarat di rumah kecil tersebut, Mikasa pun mengetuk pintu rumah tersebut dan muncul dua orang dengan pakaian Jounin dari rumah tersebut.

Mikasa: Dimana Senju Karasuno? Cepat! Aku butuh dia sekarang!

Jounin 1: Mi... Mikasa-sama? Kenapa kau sudah pulang? Dan mana yang lainnya?

Mikasa: Sudah cepat panggil Karasuno! Tidak ada waktu lagi aku menjelaskannya!

Tiba-tiba saja ada seorang ninja lagi yang muncul dari belakang Appa.

Karasuno: Mikasa-sama, apa yg sebenarnya telah terjadi?

Mikasa: Cepat keluarkan segel Shiho Fujin, aku akan masuk ke dalam desa. Dan hey kau botak dan pak tua? Apa kalian akan ikut masuk?

Aang: Tentu saja, aku harus mengistirahatakan Appa, dia sepertinya kecapean.

Karasuno: Tunggu dulu! Dari tato yang ada pada kepala kalian, sepertinya aku tak asing lagi? Apa kalian dari Soragakure?

Aang: Iya, memang kenapa?

Karasuno: Bukannya seluruh warga Sora no Kuni dibantai habis oleh Konoha?

Aang: Cih, seharusnya kau jangan bilang seperti itu.

Tap... tap... tap...

Aang berjalan menghampiri Karasuno sambil mengambil tongkatnya dari punggung dan...

Syuuuut!!!

Aang melompat ke arah Karasuno dengan posisi menyerang, tapi...

Traaaakk!!!

Tongkat Aang dan sangkar pedang milik Mikasa beradu, sepersekian detik sebelum Aang menyerang, Mikasa berhasil mengenai serangan tersebut.

Mikasa: Kau ingin mati disini huh?!

Aang: Bakaaaa!!!

Karasuno: Mikasa-sama! Sudah hentikan!

Akhirnya Aang dan Mikasa pun mundur beberapa langkah, setelah meredamkan emosinya masing-masing, Aang pun angkat bicara.

Aang: Aku tidak akan mema...

Karasuno: Aku minta maaf, seharusnya aku tidak menceritakan kembali luka lama itu, sekali lagi aku minta maaf, ini salahku.

Gyatso: Sudahlah Aang, sepertinya kita harus pergi dari sini, apalagi Kirigakure diambang kehancuran.

Karasuno: Apa maksudmu pak tua?!

Mikasa: Jika kau berbicara lagi, kepalamu akan putus pak tua!

Mikasa pun mengeluarkan pedang dari sangkarnya dan menodong ke arah Aang dan Gyatso, sedangkan beberapa warga Kirigakure berdatangan ke arah sana karena melihat sesuatu yang aneh terbang di daerah sana.


Gyatso: Sepertinya kita harus pergi Aang.

Aang: Tidak bisa, Appa sudah kelelahan, lebih baik kita beristirahat diluar sini.

Mikasa: Baiklah jika itu mau kalian, aku harus masuk dulu, dan terimakasih sudah mengantarku kesini. Karasuno, ayo!

Karasuno: Shiho Fujin!

Dengan segel khusus, akhirnya Mikasa dan Karasuno masuk ke desa Kirigakure, sedangkan Aang dan Gyatso menunggu diluar agar Appa bisa berisitirahat.

[3/3 - Out]