Forum Indofanster
Morphine 143564713
Selamat datang di Forum Indofanster.
Silakan mendaftar dan login untuk bergabung mendiskusikan berbagai Manga-Anime.

Welcome to FAN

Jangan sungkan untuk bergabung ya...

Forum Indofanster
Morphine 143564713
Selamat datang di Forum Indofanster.
Silakan mendaftar dan login untuk bergabung mendiskusikan berbagai Manga-Anime.

Welcome to FAN

Jangan sungkan untuk bergabung ya...


Forum Indofanster

Forum Tempat Berdiskusi Tentang Manga - Anime
Dibuat oleh Agoess Sennin pada 16 Mei 2009
Indofanster adalah Keluarga, Bukan Sekedar Tempat Berkumpul
 
IndeksPortalGalleryPencarianLatest imagesAffiliatePendaftaranLogin
Welcome to
Rules • Staff • Ranks & Holder

Share
 

Morphine

Topik sebelumnya Topik selanjutnya Go down 
PengirimMessage
Nue
Kelas S (GL51076X)
Nue


Posting : 1841
Join date : 22.01.12
Lokasi : Kepo luw

Morphine Empty
#1PostSubyek: Morphine Morphine Empty27/4/2015, 10:29 pm

Based Story : Naruto
Main Character : Masayuuki Akira, Hasegawa Yuuka (OC)
Author : Nue/Makenshi Zaoldyeck Ft. Putry Hyuugazumaki/Taora Anggara




MORPHINE





Chapter I
Daun Yang Tersayat Awan




Jangan tanya kenapa setiap negara shinobi berperang, tak ada yang namanya perdamaian abadi, yang ada hanya kekacauan yang abadi. Tak selamanya memang, tapi akan selalu ada orang – orang yang memulainya. Bahkan Konohagakure, orang memandang negara api adalah negara mulia dan desanya yang kuat. Tapi tak selalu begitu.
“Ya ya... Hanya karena Uzumaki Naruto dulu menyatukan seluruh shinobi, bukan berarti konoha jadi superior”

Percikan – percikan iri dan hal – hal seperti itu kini kian lumrah di pasar, bar, lingkungan kerja, selentingan – selentingan yang berubah menjadi sebuah keresahan dan jadi perhatian pada akhirnya.

Negara api sebagai negara adikuasa saat ini mencoba bergerak lebih dahulu dengan mengintai tanpa sepengetahuan negara – negara lainnya ke negara lain, mereka menyebarkan dan menyusupkan seluruh pasukannya, menyamar sebagai perantau, penduduk, dan yang lainnya.

Kumo tak luput disusupi, bukan salah shinobi, mereka hanya tombak politik. Disaat malam hujan yang tak begitu lebat, pria berambut hitam legam ini terjebak ditengah – tengah orang yang sedang mabuk di bar, seperti biasa, ini patroli malam nya, dia sendirian disini, rekan – rekannya sudah ditarik mundur, karena jika terlalu banyak akan terlalu menarik perhatian.

Namanya Masayuuki Akira, tak ada perubahan nama ketika ia dimasukan ke Kumo, kehidupannya sehari – hari disana dapat dibilang cukup baik meski udaranya tak pernah sesuai dengan tubuhnya, dia selalu kesulitan hidup di dataran curam seperti kumo, apalagi dia amat terganggu dengan banyaknya rawa yang ada di Kumogakure.

Namun karena kepentingan tugas desa dia rela melakukan semua hal nista ini sendirian, meski dia shinobi yang tak begitu hebat, tapi dia mampu diandalkan dalam hal seperti ini, buktinya dia sudah banyak mempunyai teman di kumo, dan sampai sekarang tak ada satupun yang merasa curiga dengan kehadirannya.

Minuman nya kini tersisa setengahnya, suara hujan masi terdengar dari atap, itu tandanya ia harus berdiam diri lebih lama disini, kepulan asap disekitar nya tak membuat terganggu, toh dia juga perokok, meski tak terlalu sering, duduk didepan meja bartender yang melintang sepanjang bangunan membuatnya tak mendapat apapun, dia memutar posisi duduknya dan bersandar pada meja tersebut, mencoba menangkap beberapa informasi yang menurutnya berguna.

Tapi sepertinya tak ada apapun hari ini, justru yang membuatnya aneh adalah seorang wanita yang baru saja melewatinya, dia terburu – buru keluar padahal hari masih hujan, sosok wanita berambut panjang hitam diikat kuncir kuda, wanginya begitu menarik perhatian sampai – sampai akira yang cuek ini menolehkan wajahnya kearah pintu keluar, melihat wanita itu mengambil payung hitam yang disimpan di samping pintu.

“Karyawan baru...” Tiba – tiba saja paman bartender bersuara.

“oh...” seaakan menyerah karena tertangkap basah menatap seorang wanita, Akira kembali berbalik pada meja.

“paman... bagaimana kumo akhir – akhir ini menurutmu?” Tanya akira pada paman itu sambil meraih gelas minumannya.

“Apanya yang bagaimana? Selama ini kau disini kan, tak ada yang aneh dengan desa ini sejak perang berakhir...” Jawabnya santai sambil mengelap beberapa gelas yang ada dihadapannya.

“Tapi...” Kalimat ini jelas membuat akira sedikit memfokuskan perhatiannya pada si paman.

“Kudengar para daimyo mulai resah, entah kenapa mereka selalu menyusahkan meski pada kenyataanya kita memjiak tanah milik mereka” Lanjutnya dengan nada rendah.

“Menyusahkan ya...” Timpal akira, tak akan ada yang menyalahkan nya berkata seperti itu, dari tingkatan kage hingga gennin pun akan berkata seperti itu dengan keadaan yang sekarang, terlalu damai sehingga hampir kedudukan Kage benar – benar seperti ‘Kage’ bayangan saja.

“Maa... Aku harus pulang” Gumamnya sambil meneguk habis minuman miliknya.

“Oi... Kau tak punya payung? Hari masih hujan!” Seru si bartender, Akira hanya membalasnya dengan lambaian tangan tanpa menoleh.

Seorang shinobi seperti dia tak pernah butuh payung, bahkan cuaca lebih buruk dari ini pun tak butuh payung, sebenarnya tak ada yang tahu dia seorang shinobi, mereka hanya tahu dia datang dari negara api, bekerja sebagai tukang kayu dan kuli panggul di sudut desa.

Disaat ia hampir menuju rumahnya dia mendapati wanita tadi tengah berdiri termangu didepan gang, seorang muncul dari gang tersebut dan melambaikan tangannya pada wanita berkulit putih tersebut, Akira hanya memperhatikannya dari jauh, namun tampaknya apa yang ia lakukan itu kembali ketahuan, kali ini wanita itu menatap balik Akira.

Tatapannya yang hampir seperti menerkam nya meski dari jarak sejauh ini, namun disaat yang bersamaan ada terkesan kelembutan yang membelai sensor visual nya.

“Tsk! Apa apaan dia...” desis akira pelan, lalu kembali melanjutkan perjalanannya.

“siapa orang tadi, rasanya aku baru melihatnya sekitar sini” Akira kembali teringat tangan legam yang melambai pada si wanita.

Keesokan hari nya seperti biasa Akira beraktifitas sebagai tukang kayu di sebuah bangunan yang tengah dibangun di sudut desa. Paku diapit dibibirnya dan palu serta alat alat lainnya yang ia ikat dengan tali di pinggangnya, begitu fasih mengerjakan apa yang harus ia kerjakan.

Tak seperti di konoha, keadaan di kumo sedikit lebih sejuk karena lingkungan rawa dan langitnya yang berawan. Para pekerja lain dan penduduk benar – benar menerima dan memaklumi perbedaan yang dibawa Akira, ia tak pernah lupa memakai pakaian panjang di desa ini, benar – benar berbeda dengan konoha yang sedikit lebih hangat.

“Akira, kayu pesanan kita sudah siap, bisa kau bawa kan ke pusat desa ?” Tanya sang mandor.

“Ah, serahkan padaku...” Ia kemudian melompat dan menyambar kertas memo yang dipegang oleh sang mandor.

“Tolong ya!” Pekik sang mandor, Akira kembali melambai tanpa menoleh dan menarik kereta dorong untk mengangkut kayu di pusat desa.

Setibanya di depan toko kayu dia kemudian mengambil pesanan dan mengikatnya dengan kencang, ia terlihat begitu menikmati hari – hari dan pekerjaan nya disini, terbebas dari misi jangka pendek yang melelahkan.

Ketika tubuh tangguh itu mengikat tali agar kayu tak bergoyang kesana kemari ketika diangkut, tiba – tiba tercium kembari aroma yang tak asing, parfum wanita itu tak pernah berganti, dan diantara orang – orang pinggiran desa ini Akira rasa hanya wanita itu yang punya aroma seperti ini, lantas ia menolehkan kembali wajahnya dan benarlah dia menemukan sosok yang ia jumpai kemarin.

Seakan sadar ada sepasang iris yang mengawasinya wanita itu menoleh kearah Akira, masih dengan tatapan yang sama hanya saja kali ini lebih melunak, dibalik parasnya yang cantik seolah ia berkata “Aku adalah harimau yang terbungkus bulu kucing”.

Akira tak begitu peduli pada paras wanita itu, paling tidak untuk saat ini, namun keganjilan dari tatapannya yang belakangan membuatnya semakin penasaran dan ingin menyeledikinya, sudah merupakan tugasnya untuk menyelidiki setiap pergerakan Kumogakure.

Ketika wanita itu beberapa langkah menjauh darinya tiba – tiba keributan memaksa Akira kembali memfokuskan pada hal yang lain. Ia mendapati wanita berpakaian serba putih itu tersungkur dengan sikut nya menyentuh tanah.

“Ada apa ?” Tiba – tiba seseorang wanita paruh baya keluar dari toko untuk memeriksa.

“Entahlah, sepertinya wanita itu sedang dalam masalah” gumamnya pelan sambil mengikat kencang kayu pesanan.

“Dasar kau! Jalan yang benar!” tiba – tiba saja kalimat kasar terdengar, Akira mendekati sumber suara tersebut, pandangannya sedikit terhalang karena kerumunan yang tiba – tiba saja terbentuk.

“Dasar kau!” kembali ucapan tak menyenangkan terluncur dari seseorang.

“Sebenarnya apa yang terjadi...” pikir Akira, awalnya dia menyangka wanita itu melakukan sebuah kesalahan.

“Hh...lagi – lagi... lebih baik kau keluar dari kumo... sana!” lagi.

“Hei – hei apa ini...” Ia semakin penasaran dengan apa yang terjadi.

“Pergi kau, menghalangi jalan saja!” semakin sini suara – suara senada meluncur dari berbagai sudut kerumunan.

Dengan susah payah kini akira berada di bibir lingkaran kerumunan, dengan wanita itu sebagai pusatnya.

“Kasihan... lebih baik kau pergi...” Lagi – lagi, Akira kini benar – benar kebingungan dengan apa yang terjadi. Ingin sekali dia bertanya, tapi bertanya ditempat seperti ini akan membuat orang curiga, jadi sementara waktu lihat dahulu.

Wanita itu berdiri tertatih, namun dia masih terlihat tegar, sorot mata nya masih sama, tak berubah sedikitpun. Tak ada yang menolongnya bahkan untuk berdiri, hanya ada sorot mata seakan menyudutkannya, wanita malang itu kemudian melangkah tanpa berkata apapun, wajahnya tak menunduk, sorot matanya masih tajam, langkahnya tak terlihat gentar, malah mata itu bergulir lagi ke arah akira.

“Tsk! Apa – apaan dia itu, selalu saja, sebenarnya siapa dia, aku mulai mencurigai sesuatu dari dirinya” satu – satunya hal lembut yang tersisa pada wanita itu hanya aroma wangi nya yang benar – benar serasa membelai hidung.

Beberapa menit kemudian bubarlah kerumunan itu dan pusat desa kembali seperti biasa, perjalanan kembali akira cukup melelahkan, kontur geografis kumo yang curam membuatnya harus ekstra hati – hati mengangkut kayu tersebut.

Sesampainya di lokasi pekerjaan dia kemudian melanjutkan pekerjaannya sebagai tukang kayu. Kebetulan saat dia tiba, ia diizinkan untuk beristirahat lebih lama dari rekan – rekannya.

Dalam lamunannya ia mengulang kembali apa yang ia lihat, beberapa kali ia menggelengkan kepalanya dan berfikir untuk lebih fokus pada hal lain, semacam informasi yang lebih penting.

“Hei kenapa kau akira...?” Si mandor menghampirinya, sadar ada hal yang aneh dengan pria ini.

“Ah tidak, uh...anoo... ada sesuatu yang menggangguku di pusat desa, tapi sudahlah, tak apa...” Timpalnya sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.

“Sudah, katakan saja...jangan sungkan, lagipula jika pikiranmu kacau, pekerjaan kau berantakan, aku tak mau itu terjadi...” tukas si mandor.

“ah...baiklah...jika kau memaksa, tapi jangan kau anggap ini serius...” dengan helaan nafas ia akhirnya memulai.

“ung...bagaimana memulainya....” Kali ini raut kebingungan jelas tersirat dari wajahnya.

“Wanita ya...” gumam si mandor, lantas Akira seolah terhenyak dan menoleh tajam kepada si mandor, kemudian ia mengerutkan alisnya.

“Hahaha...ternyata benar” ucap sang mandor dengan nada geli.

“Ini bukan seperti yang kau bayangkan...” Seperti biasa, wajah cuek itu kembali menguasai keadaan, meski awalnya sempat terhenyak.

“Bukan karena aku suka...tapi aku hanya penasaran, apa kau tahu wanita yang bekerja di bar baru – baru ini?” Tanya akira sambil menatap kosong kedepan.

“Ohh... Dia ya, kau pasti melihat hal yang tidak menyenangkan di pusat kota ya...” Nada bicaranya sedikit merendah, terkesan enggan menceritakan pada orang baru seperti akira.

“Lebih baik kau menjauhi gadis itu, daripada kau terseret kedalam masalah” Ucap sang mandor kembali.

“Aku harus kembali bekerja, kau ambil lah istirahat lebih lama...” Ujar si mandor sembari meninggalkan akira.

“Tunggu...!” Seruan Akira membuat si mandor menoleh.

“Apa dia Jinchuriki” Tanya nya dengan wajah serius, awalnya sang mandor ingin tertawa, tapi melihat keseriusan pertanyaan Akira ia tak sampai hati untuk terbahak.

“Tidak... sudahlah... itu tidak penting, yang jelas kau jauhi saja dia...” ujar si mandor sambil kembali ke pekerjaannya.

Akira kini terdiam sembari mendekap kedua lututnya di pinggiran tebing dimana bangunan tersebut berdiri. Kini dia makin penasaran, seolah ada yang ditutup – tutupi disini, dan jelas sebuah tugas baginya ketika ada hal mencurigakan di Kumogakure.

“Ada yang tak beres, jelas ini ada yang salah disini....” menggigit jari jempolnya seakan benar – benar gemas dengan rasa penasaran yang melandanya saat ini. Sudah jadi kebiasaanya menginvestigasi sesuatu sampai tuntas.

Tekadnya sudah bulat, malam ini ia berencana kembali ke bar, target nya kali ini benar – benar jelas, wanita itu, pertama hal yang ia harus dapatkan adalah namanya.

Malam kembali menjelang, tampaknya hujan kembali akan turun malam ini, tapi itu tak membuatnya mundur selangkahpun untuk menjalankan apa yang akan dijadikannya sebagai misi.

Sesampainya di bar, seperti biasa ia hanya memesan minuman ringan yang tak memabukan, segelas teh panas dan beberapa cemilan yang tersedia disana. Entah kebetulan apa yang menimpanya saat ini, si penjaga bar yang biasanya tak ada, kali ini wanita itu yang berdiri dibelakang bar. Wanita itu terlihat sangat menyedihkan dengan pakaian putih dan serbet hitam yang tak begitu bagus meski masih terkesan rapi.

“Hei kau !” Akira pikir orang itu memanggilnya, namun setelah ia menoleh kearah sumber suara, dia memanggil wanita itu sambil mengacungkan botol sake.

“Tambah!” pekiknya kembali, memang ini di bar, tapi itu sedikit tidak normal untuk meminta seseorang menambah sake.

“Cepat kau !” Sloki yang ada dihadapannya masih berisi sake, namun ia siram kan ke arah wanita itu. Lagi, sepanjang ia bertemu dengan wanita itu, dia diperlakukan tak baik oleh sekitarnya, itu bukan urusannya, tapi benar – benar gatal sekali melihat kejadian seperti ini .

Wanita itu mencoba menuruti keinginan pria itu tanpa keluhan, tanpa kata, dia melakukannya. Akira sempat menggelengkan kepalanya, ketika melihat semua ini terjadi. Setelah wanita itu selesai melayani pria yang diujung bar tersebut, dia kembali ke hadapan akira, bukan karena ingin, tapi gelas kotor berada tepat didepan akira.

Ada sedikit keraguan untuk mulai bertanya pada wanita itu, ia ingat pada apa yang dikatakan oleh si mandor di tempat kerjanya, jauhi masalah, artinya jauhi wanita ini, namun apa yang salah, jika dia sumber masalahnya ia harus tahu.

“hei, kau tak apa – apa?” Ini pertama kalinya ia menyapa wanita itu. Yang akira takutkan ternyata benar, tatapan yang sama, seolah hanya dia yang mendapat tatapan itu, padahal justru Akira yang tak melakukan apapun padanya. Justru pria yang menyiramnya dengan sake pantas mendapatkan hal seperti itu.

“Bukan urusanmu...” Ini baru pertama kalinya Akira mendengar suara wanita yang selama ini menatapnya dengan tatapan kurang menyenangkan, paras cantiknya tidak menolong sama sekali, tak ada rasa tertarik meski Akira seorang lelaki, jika ditatap seperti itu yang ada hanya balik kesal.

“Ya ampun...” Gumam akira meratapi nasibnya yang seolah tak dibutuhkan wanita ini.

“Baiklah... Tak apa, memang benar bukan urusanmu, aku hanya melakukan yang seharusnya, tampaknya kau kesulitan hidup disini” Lanjutnya sambil menyesap aroma teh yang sering ia pesan.

Wanita itu tampak cuek dengan apa yang diucapkan oleh Akira, dia hanya memfokuskan pada gelas yang kini sedang ia lap dengan kain bersih. Akira adalah informan ulung, dia mampu menempatkan diri dalam situasi seperti ini.

“Mau ku traktir minuman” Rubah strategi, sedikit lebih agresif untuk menarik perhatian, dengan semakin banyak bicara dan berkomunikasi, dia akan mendapat banyak sekali informasi meski itu akan jadi awal yang buruk baginya.

“Tak bisakah kau melihat aku sedang bekerja disini tuan?” Lagi – lagi suara lembut dibalut nada ketus itu kembali meluncur begitu lancarnya dari bibir sang dara.

“Siapa namamu” kali ini dia benar – benar merubah manuvernya menjadi lebih agresif.

“Jika aku memberikan sebuah nama, bisakah kau berhenti bertanya, aku harus segera menyelesaikan tugasku dan pulang...” Jawab si bartender magang ini.

“Tergantung...” tukas Akira, tanggapan si wanita hanya membalasnya dengan tatapan dingin, meski dalam hatinya si wanita merasa kebingungan dengan kalimat yang baru saja diucapkan Akira tersebut.

“Yuuka, Hasegawa...” Tuturnya sembari meninggalkan Akira. Pria ini bekerja langsung dibawah pimpinan departemen intelejen Konoha, dan kemampuannya melacak jejak informasi sudah sangat diakui di desa nya, itulah salah satu alasan mengapa ia di kirim jauh – jauh ke kumogakure, dia tahu mana orang yang tengah berbohong dan tidak.

“Binggo...” Gumamnya puas, Konoha punya banyak jaringan informasi yang dapat diandalkan, setidaknya sebuah nama akan menjadi modal utama baginya, tapi bukan jaminan bahwa semua akan jauh lebih mudah.

Puas dengan apa yang ia dapat, ia segera bergegas pulang, keluar dari bar dengan sedikit terburu – buru karena hujan sepertinya akan turun, langkahnya sedikit cepat menyusuri jalanan pinggiran desa, ada beberapa rencana yang akan ia kembali lancarkan untuk mengorek informasi dari wanita itu.

“mungkin saja dugaanku benar... bahwa dia adalah jinchuriki, aku harus benar – benar menyelidiki kasus ini” pikirnya ketika sedang berjalan, entah kebetulan atau apa, diantara koridor – koridor desa kumogakure yang sedikit lebih sempit di zaman ini, dia kembali menangkap sosok wanita itu, kini ia tahu namanya, Hasegawa Yuuka.

Seperti biasa, di gang yang sama dia berdiri termangu, kali ini Akira benar – benar berniat menyelidiki siapa Yuuka sebenarnya.

“Kemarin dia bertemu seseorang di gang ini, aku penasaran siapa dia...” kali ini dia mencari sudut mati agar tak terlihat secara langsung oleh Yuuka, hujan mulai berjatuhan, ini buruk bagi seorang informan, hujan akan mengaburkan suara yang akan diucapkan objek.

“Benar saja... dia menemui pria yang sama... siapa dia, aku harus lebih dekat...” gumamnya dalam hati, sembari menggeser sedikit posisi nya. Pria itu berkulit hitam dan sedikit kekar, dia tak mengenakan seragam shinobi, tapi Akira benar – benar curiga dengan hal ini, hujan kian deras, sementara Yuuka terlihat bercakap dengan pria itu, tapi Akira tak mampu mendengar apa yang diucapkannya, tampaknya hal yang serius.

Beberapa detik kemudian sepertinya posisi bersembunyi akira ketahuan, pria legam yang memunggunginya kali ini menoleh ke arah dimana Akira bersembunyi.

“Shimatta!” saatnya lari, Akira meloncat dengan kecepatan tertinggi yang ia mampu.

“Siapa dia sebenarnya?” Pria bertubuh besar dan legam itu bertanya pada Yuuka.

“Dia target kita, biar saya urus taichou” Entitas misterius yang dipanggil taichou itu hanya menatap pada Yuuka dan menghela nafas.

“Terserah kau saja... Aku akan melaporkannya pada raikage...kau urus dia” Lalu pria itu lenyap dalam kegelapan dan lebatnya hujan.

“Makasete kudasai... Taichou...” Balas Yuuka sembari membungkukan badan. Setelah semuanya tenang, tampaknya Akira sudah berhasil kabur jauh, namun Yuuka tampak tidak berniat melepaskan akira.

Sebuah kilatan listrik yang dihasilkan dari chakranya tampak memercik diantara kedua telapak kakinya, teknik yang membuat langkahnya semakin cepat sehingga dia mampu meningkatkan kecepatannya lebih dari shinobi biasa.

“Kenapa kau mengikutiku, Akira dari Konoha!” Sebuah sambaran kunai mendatar menyasar leher sang adam dengan telak.

“Cepat sekali!” Wanita itu tiba – tiba saja ada dihadapan akira dan menyambarkan kunai ke arahnya padahal jarak diantara mereka Akira yakin sudah cukup untuk menghilangkan jejaknya.

“Bagaimana bisa kau...ngh!?” tiba – tiba saja garis merah sepanjang pipi Akira mulai terlihat, akira mengelus pipinya yang kini mulai mengeluarkan darah hasil goresan Yuuka.

       “Siapa kau sebenarnya!?” tanya Akira beringas.

“Bukankah aku sudah bilang namaku Hasegawa Yuuka, aku jujur, tak seperti kau... menyembunyikan identitasmu sebagai kaki tangan departemen intelejen shinobi konoha!” Timpal Yuuka sengit.

“Tsk...” Pilihan seorang shinobi yang misinya ketahuan adalah, bertarung lalu membunuh lawannya, kedua kabur dan menghilangkan jejak. Akira tak bisa memilih yang pertama, itu memicu perang baru, namun ia kini mengeluarkan kunai dan merogoh shuriken untuk berjaga – jaga dari serangan cepatnya.

“Konoha benar – benar busuk...” Seolah hanya itu saja yang ingin disampaikan Yuuka pada Akira, kini tubuh langsinya melesat menuju pria yang sudah lama ia awasi selama ini, berawal dari kecurigaan pihak Kumo pada imigran negara api yang berdatangan secara estafet dan bergantian, pola seperti ini yang tidak disadari Konoha dapat menciptakan kecurigaan departemen intelejen Kumo, sehingga pihak mereka mengirimkan Yuuka untuk menyelidiki intel Konoha.

Akira benar – benar tidak dapat mengelak saat ini, satu – satunya cara adalah melawan Yuuka untuk mencari celah kabur, namun sepertinya sedikit sulit, kontur geografis kumo benar – benar menyulitkannya, kemudian hujan lebat ini menghambat pergerakannya.

“Cih...Shikatanai... Suiton ! Suiryuudan no jutsu!” Gumpalan air dari tiap genangan menyatu dan membuat pusaran air yang kemudian melesat maju menghantam Yuuka dengan cepat.

Alih – alih mengenai Yuuka dengan telak, wanita itu sudah berada di hadapan Akira sembari menghujamkan jemarinya yang dibentuk selancip mungkin, terlebih dilapisi aliran chakra raiton.

“C-cepat sekali wanita ini!” pikir akira, dengan refleks nya yang sekelas jounin dia memutar tubuhnya kebelakang sembari menyambarkan tendangan ke arah lengan yang mengarah kepadanya hingga lengan Yuuka mengambang di udara.

“Kesempatan!” dengan cepat dia meraih kunai di kantung belakangnya dan melontarkan tubuhnya sesuai dengan momentum yang dihasilkan telapak kakinya saat berhasil mendarat dengan aman, Yuuka sadar betul Akira akan menyerang balik, tubuhnya yang ramping masih melayang bebas dengan chakra raiton di kedua telapak kakinya, ketika mendarat dia sudah siap dengan shuriken dan kunai yang tengah ia rogoh ketika di udara.

Lesatan shuriken dari balik pinggul sang hawa telak mengarah pada Akira, meski Yuuka tahu itu tak menghentikan pria yang kini jadi lawannya, dentangan dua logam yang beradu memecah gemercik hujan yang sedikit mereda, dua tatapan iris yang saling bertentangan kini beradu dalam jarak yang dekat, keduanya menekan kunai ke arah berlawanan dengan niat melukai satu sama lain.

“Tak kusangka kau mata – mata kumogakure!” Ucap Akira geram.

“Kau sendiri yang memulai! Kami hanya melindungi diri!” Balas Yuuka sengit.

“Melindungi dari apa!? Hal buruk yang akan kalian lakukan!?” nada bicara akira kian meninggi.

“Apa!? Memang apa!? Lagipula jika iya ini bukan hak mu untuk tahu!” Yuuka menekan lebih keras kunai nya hingga kunai Akira terpental ke salah satu sisi, diikuti tendangan memutar yang menghantam rahang Akira.

Akira ambruk mendapat tendangan raiton dalam jarak sedekat itu. Refleks super cepat ditunjukan Yuuka, dada Akira ditahan lutut mulus wanita itu hingga ia tak dapat bergerak, ditodongkan nya bilah kunai yang kini mengiris tipis kulit leher Akira.

“Bergerak sedikit aku akan memotong arteri mu hingga kau akan menggelepar disini...” Ancam Yuuka dengan keras.

“Dengar, aku akan membiarkanmu pergi, tapi jika aku melihatmu memijak negara petir, apalagi desa kami, aku takan segan lagi” Bisiknya dengan nada meyakinkan. Akira benar – benar kalah telak saat itu, bukan karena ninjutsu dan taijutsunya, tapi dengan kata – kata Yuuka.

Kini kunai di lehernya mulai melonggar, sesak akibat tekanan lutut wanita itu pun kini berkurang, tubuh ideal itu kini berdiri disamping akira yang terbaring menerima langsung rintik hujan. Tak berkata apapun akira menopang tubuhnya dan bangkit dengan cepat, ia masih menatap dingin mata Yuuka, begitupun Yuuka. Akira berbalik dan memunggunginya, menghela nafas sejenak kemudian melangkah menjauh.

“Cih...” desisnya pelan.



Bersambung...
Kembali Ke Atas Go down
Taora Anggara
Nukenin From Kirigakure
Nukenin From Kirigakure
Taora Anggara


Posting : 412
Join date : 16.12.12
Age : 28
Lokasi : Bikini Bottom

Morphine Empty
#2PostSubyek: Re: Morphine Morphine Empty4/5/2015, 12:50 pm

MORPHINE


Chapter 2
Awan dan daun yang tertiup angin


"Kau melepaskannya?!!" geram pria dengan kulit hitam dan kekar khas Shinobi Kumo kebanyakan, menatap tegas gadis berkuncir kuda dengan baju yang basah kuyup didepannya.


"Ta-tapi Taichou, dia tidak akan kembali lagi aku bisa menjamin itu," jawabnya meyakinkan pria yang menjadi pimpinannya itu.


Mendengus pelan dan mengalihkan tatapan tajamnya keluar jendela, menatap air hujan yang sedari tadi masih juga belum reda. "sudah jelas pria itu memata-matai desa kita dan kau melepaskannya?! kau ini bagaimana?!"


"Ta-taichou aku-"


"Akhir-akhir ini kepercayaan antar negara kembali melemah, kita harus waspada." Kalimatnya terpotong, "Bisa saja orang Konoha itu mendapatkan informasi penting desa kita dan menggunakannya untuk melemahkan Kumo! Sekarang kejar dan bawa kembali mata-mata Konoha itu!" Perintahnya tegas dan jelas.


"Ba-baik!" tidak menunggu perintah untuk kedua kalinya ia langsung membungkuk lalu segera pergi meninggalkan lelaki yang dipanggilnya Taichou.


Hujan masih turun saat itu, suasana gelap sedikit melemahkan indera pengelihatannya untuk mengawasi sekitar. Keadaan ini membuatnya sedikitpun tak merasa gentar, ia terus melesat menerjang pepohonan hutan meski sendirian. Mengejar seorang mata-mata, mungkin ini bukan misi yang sulit untuk seorang Hasegawa Yuuka.


Tatapannya menajam seakan menambah kejeliannya dalam menembus pandangannya ditengah derasnya hujan dan gelapnya hutan. "Tch! cepat juga dia!" decihnya kesal saat tak juga ia temui lelaki yang dicarinya, padahal dia sudah menggunakan chakra raiton dikedua telapak kakinya. Dia lebih cepat dari kecepatan Shinobi biasa.


TAP!


KRRRKKK!!


Kakinya menapak sebuah dahan kayu yang sepertinya rapuh, tapi saat ia mengangkat kakinya sebuah percikan api dipohon yang ia injak membuatnya terbelalak. "Kertas peledak?!!" pekiknya melihat kertas yang hampir seluruhnya terbakar, kemudian dia melompat menghindar.


DHHUUUAAAARRR!!!!


Sebuah ledakan besar meledak dibelakang punggungnya.


TAP!


Masih sempat, kakinya dengan sigap berhasil melompat menghindari ledakkan yang cukup besar itu. Ia menghela nafas lega saat tubuhnya berhasil mendarat disalah satu dahan yang agak berjauhan dari pohon yang sudah terbakar.


Tapi saat kakinya kembali terangkat, dari arah depan ia rasakan hembusan angin bergerak lurus kearahnya. Tatapannya menajam, telinganya menangkap suara gemerisik yang sepertinya menerobos daun-daun yang lebat, dan itu bukan suara rintik hujan. Benar saja, itu sebuah kunai! tidak hanya satu, tapi itu sangat banyak! iya dan kunai-kunai itu mengarah kearahnya.


SRET! SRET!


TAK!


TAK!!

"Hap!"

Dengan lincah Yuuka melompati pohon satu kepohon yang lain, serangan kunai itu masih terus menghujaninya dan mengenai pohon-pohon yang berdiri kokoh disana.


"Sial!!! ini pasti orang Konoha itu!" tuduhnya merogoh kunainya sambil terus menghindari kunai-kunai yang seakan tak ada habisnya menyerangnya.


Sambil terus menghindari dan menyingkirkan kunai yang seakan tak ada habisnya, mata yang sama sekali tak menyiratkan kehangatan disana tengah mengamati sekitar. Kalau diperhatikan kunai itu hanya berasal dari atas pohon seperti posisinya saat ini. Kemudian Yuuki mengambil keputusan untuk meneruskan perjalanannya didarat.


Ia melompat dari atas pohon dan menginjakkan kakinya ditanah.


TAP!


KRESK!!


"Hyaaaaahhhh!!!"


Tapi entah sedang sial atau apa, tanah yang diinjaknya sangat gembur. Tunggu! itu bukan gembur, tapi itu adalah sebuah jebakkan lubang besar.


"Tch!! *sensor*!!" mendecih lagi saat tubuhnya bagai gerakan slowmotion melayang didalam lubang dan menunggu waktu untuk menghantam benda didalamnya, entah apa itu yang jelas pasti sesuatu yang buruk untuknya.


Merogoh tali dari sakunya juga sudah tidak cukup, membuat segel bunshin juga sudah tidak mungkin sempat. Ini akhir untuknya, menyedihkan bukan? Shinobi tangguh sepertinya mati hanya karena sebuah perangkap? memalukan!


"Shinobi Konoha *sensor*!!" mengumpat dalam hati saat kaki dan tangannya mulai tergores benda-benda tajam disisi lubang itu, karena orang itu dia harus mati? Iya berakhir sudah, tubuhnya akan menghantam besi-besi runcing yang tertanam didasar lubang.


SET!!


Sebuah tangan kekar menangkap dan memegang tangannya erat. Dia selamat! bantuan dari desanya mungkin datang disaat yang tepat. Tapi saat cahaya kilat berkelip matanya kembali melebar, tangan kekar yang memegangnya itu bukan milik teman-temannya. Tapi seseorang yang seharusnya ia kejar.


"Kkh-kau!!" pekiknya heran melihat Akira yang juga basah kuyup karena guyuran air hujan sedang mengulurkan tangan yang satunya lagi untuk mengangkat tubuhnya.



Pria yang sedang menahan tubuh Yuuka agar tidak terjatuh itupun segera menarik Yuuka keatas. "Kau tidak apa-apa?" tanyanya saat tubuh ramping itu sudah aman disampingnya.


PLASH!


"Jangan berlagak keren!!" Tangan Akira dikibaskan dengan kasar oleh Yuuka, membuat Akira mengernyitkan dahinya heran.



"Aku sudah menolongmu, bisakah kau bersikap sedikit lembut nona?" sindirnya, berdiri sambil menepuk lumpur dari lututnya.


Meringis menahan sakit dikakinya, berusaha berdiri sambil melirik tak suka pada pria yang menolongnya, "Aku tidak-bu-tuh! Ahh!" kakinya begitu sakit bahkan untuk menopang tubuhnya sendiri ia tak bisa.


"Kau tidak apa-apa?!" reflek Akira menahan kedua lengan Yuuka dengan tangannya.


"Sudah kubilang jangan sok keren!! lepaskan aku!" kembali Yuuka menarik tangannya dari Akira.


"Baiklah-baiklah..." untuk saat ini sebaiknya Akira mengalah.


BRUKH!!


Tubuh Yuuka terjatuh bersimpuh ditanah. Apa-apaan pria itu melepaskannya begitu saja, lagipula kenapa tidak sedikit memaksanya? terkadang wanita itu lebih suka dipaksa kan.


"Ugh!" sekuat tenaga Yuuka mencoba bangkit, tapi kakinya benar-benar terasa ngilu dan sakit. Gadis itu hanya bisa berusaha bangkit dan terjatuh lagi.


Akira menatap Yuuka dengan tatapan meremehkan, "Kalau begitu aku pulang ya," ucapnya tidak serius, ia hanya ingin tau apa tanggapan gadis dengan tatapan dingin itu. Lagipula ia juga ingin tau kenapa gadis itu sampai ketempat ini.


"...." tidak ada jawaban. Hanya memegangi lengan kirinya yang berdarah.


Akira melirik heran, sepertinya gadis itu serius. "Sampai jumpa lagi," pamitnya mulai melangkah untuk memastikan walau dia tak berniat meninggalkan gadis yang beberapa waktu yang lalu menyerangnya.


"Tunggu!!" bagus! gadis itu mengabulkan apa yang diharapkan Akira, meski itu tidak disengaja.


"Kenapa kau tidak membunuhku saja! Lalu apa maksudmu menolongku! Kenapa tak kau biarkan aku masuk kelubang itu!" berondong Yuuka tanpa meneduhkan tatapannya yang seolah mengutuk apa yang ia lihat.


"Ee... aku mendengar suara ledakkan lalu berlari kemari, kulihat kau sedang terperangkap oleh perangkap yang dipasang entah oleh siapa," jawabnya dengan tenang.


"Kau berbicara seolah tidak tahu apa-apa!" jawab Yuuka geram. "Kau sengaja memasang perangkap ini karna kau tau kami akan mengejarmu kan!!!" lanjutnya.


Akira menaikkan sebelah alisnya, rentetan tuduhan Yuuka terhadapnya secara tidak langsung malah membuatnya mengerti kenapa gadis ini sampai ketempat ini, "Jadi mengejarku ya?" ucapnya pelan. "Ternyata desamu sama saja ya, kalau begini memang sudah pasti kepercayaan antar desa benar-benar akan hilang."



"Sudahlah!! jangan banyak bicara cepat bunuh aku!!" perintah Yuuka menyerah karena ia sama sekali tidak bisa berdiri, apalagi melawan Akira. "Aku tidak bisa membawamu kedesa! aku sudah gagal! sekarang apalagi?! kalau kau lari tanpa membunuhku itu sama saja merendahkanku dimata Taichou!!"


Pernyataan yang keluar dari bibir berwarna peach itu semakin membuat Akira tak mengerti. "Apa untungnya membunuhmu, ha?!" tanya Akira mengangkat salah satu sudut bibirnya. "Bagaimana dengan membawamu ke Konoha?" lanjutnya menyeringai membuat Yuuka melebarkan kedua matanya.


"A-apa maksudmu?!"


"Menangkapmu karena sudah mengejarku, apalagi?" jawab Akira mendekat membuat Yuuka menatapnya ngeri. "Ditangkap Konoha karena memata-matai Shinobi-nya terdengar lebih baik bukan dari pada disebut gagal?!"


SET!


"EH?!!"


Secepat kilat tangan kiri Akira sudah memeluk pinggang ramping Yuuka dan membawanya melesat meninggalkan tempat itu melewati dahan-dahan pohon yang lebat dihutan itu. Tak sempat untuknya mengambil kunai atau sesuatu yang lainnya untuk melukai Akira.


"Kau ini apa-apaan!! cepat lepaskan aku dasar *sensor*!!" Yuuka mencoba melepaskan diri dari Akira, bergerak sebisa mungkin untuk melonggarkan pelukan Akira, bahkan dia sempat memukul-mukul punggung Akira dengan tangan kanannya yang tak terkena benda tajam didalam lubang tadi, tapi sayangnya luka-luka dikaki dan tangan satunya sedikit menyulitkan gerakkannya. Lagipula kakinya kini lumpuh sementara karena sepertinya benda yang menggoresnya itu beracun.


"Kalau aku melepaskanmu kau akan mati diterkam binatang buas, lagipula kakimu terluka kan?! sudahlah kenapa kau tidak jadi wanita yang sedikit lembut?" hah perkataan macam apa itu? Akira mendengus geli dengan kalimatnya barusan, benar-benar seperti pria tua sedang merayu gadis sekolah yang biasanya bersikap malu-malu mau.


Tapi tidak dengan Yuuka, gadis itu tetap dengan raut wajahnya yang selalu masam. "Mau apa kau menangkapku! Konoha tidak akan mendapatkan informasi apa-apa!!" jawab Yuuka tanpa melembutkan tatapannya terhadap pria berhidung mancung jika dilihatnya dari samping begitu.


"Sama saja, kau juga tidak akan mendapatkan informasi apa-apa jika menangkapku!!" balasnya membuat kening Yuuka berkedut.


"Kau mencuri informasi dari kami!" Yuuka kembali menuduhkan dugaan pada Akira.


"Tidak ada bukti,"


"Tunggu sampai aku membuka mulutmu!"


"Bicaramu itu seolah kau bisa menangkapku ya? Padahal keadaanmu sekarang sangat menyedihkan!"


"Jangan banyak bicara!! cepat lepaskan aku!" lagi-lagi Yuuka berusaha kabur, tangannya mencakar lengan kekar Akira yang sedang menahan tubuhnya, meninggalkan bekas goresan yang memerah.



"Kau keras kepala sekali!!!" alih-alih melepaskan cengkeramannya dari tubuh Yuuka, Akira malah semakin mengencangkan pelukkannya membuat Yuuka sedikit sesak.


Tiba-tiba dari arah depan tampak kilatan logam semakin mendekat kearah mereka, membuat Akira dan Yuuka bersiap.


Syuut!!!


Syuutt!!


TAP!

"Sial!!!" decih Akira merogoh sebuah kunai dari kantungnya dan dengan sigap menghalau shuriken-shuriken yang mengarah kepadanya dan Yuuka.


Traaaangg!! traaang... traang!!


Suara dentingan kedua logam hitam itu terdengar begitu mendominasi sekitar, hujan sudah mulai reda hanya menyisakan hawa dingin menusuk tulang dan suara serangga malam yang bersahutan.


Melompat, menghindar dan menangkis, Akira dan Yuuka terus diserang shuriken-shuriken itu seakan tak ada habisnya. Gerakkannya tak terlalu gesit karena membawa Yuuka, tapi Shinobi yang sudah terlatih sepertinya tidak terlalu sulit menghindar.


"Apa ini!! apa ini orang-orang Konoha?!" dengan sinis Yuuka menebak.


"Bukan!" jawab Akira yakin.


Setelah serangan shuriken berhenti, tak lama kemudian ketiga sosok asing berdiri di pohon yang berbeda namun jaraknya tak saling berjauhan, menghadang Akira yang membawa Yuuka. Mereka semua laki-laki memakai pakaian panjang berwarna merah dengan celana hitam, ikat kepala mereka tak pernah Akira lihat sebelumnya, begitu juga dengan Yuuka. Hitai-ate dengan lambang bunga matahari.


"Waaah... ternyata dua tikus ya yang hampir terperangkap," pernyataan bernada merendahkan itu diucapkan salah satu orang yang berdiri paling depan.


"Siapa kalian!!" pertanyaan klise saat dihadang oleh orang yang tidak dikenal itu meluncur dari mulut Akira, sambil meneliti satu persatu orang-orang asing yang ternyata memang baru kali ini ia temui.


"Tikus katamu!!" geram Yuuka menajamkan matanya tidak suka dengan perumpamaan itu.


"Tidak terlalu penting bukan?!" jawab salah satu dari mereka.


"Kalau begitu biarkan kami lewat," putus Akira mencoba peruntungannya, tapi sepertinya tidak akan semudah itu.


"Membiarkan kalian lari?"


"Memangnya apa untungnya menangkap kami ha?!!!" balas Akira.


"Kau tidak perlu tau kan?" jawabnya, lalu kedua rekannya berpencar mengepung Akira sambil melemparkan kembali shuriken-shuriken mereka.


"Kkhh!!" Akira memekik tatkala besi-besi menyerupai bintang itu dengan cepat memberondongnya. Gerakannya tak terlalu gesit karena ia membawa Yuuka.


"Pindahlah kepunggungku! aku akan mencoba melawan mereka." pinta Akira dengan maksud agar memudahkannya membuat segel tangan dan menghentikan ninja kelas rendahan itu.


"Jangan memerintahku!! sebaiknya kau lepaskan aku!" Yuuka mencoba melepaskan tangan Akira yang memegang erat pinggangnya.

"Cih!" Akira tak habis pikir kenapa didunia ini ada gadis yang sangat keras sepertinya. Tak ada pilihan lain, pria itu malah mengencangkan pegangannya membuat pinggang Yuuka sedikit sakit, "Aku tidak akan membiarkan tawananku kabur!"


“Aku menyulitkan gerakanmu! Sebaiknya jatuhkan aku kebawah!!” ia masih tak menyerah, Yuuka berontak diatas udara dengan Akira yang masih bersusah payah menghindari musuh dari pohon satu kepohon yang lainnya. Tidak bisa dipungkiri memang dengan membawa Yuuka itu menyulitkan gerakannya, bahkan dirinya tidak bisa membuat segel tangan untuk sekedar membuat jurus. Apalagi ditambah Yuuka yang selalu bergerak semaunya berusaha melepaskan diri.


“Kau ini bisa diam tidak?!” protes Akira mulai jengah dengan sifat keras kepala Yuuka. Untuk keadaan sekarang dirinya memang hanya bisa menghindar.


"Cerewet!!"


HAP!!


Akira berlindung dari sambaran shuriken-shuriken itu dibalik pohon besar, tapi tidak cukup lama salah satu dari mereka menemukan Akira dan melemparkan kunai bertali yang disisipi kertas peledak disetiap jengkalnya.


DHUUUUAAARRR!!!


DHUUUAARRR!!


Ledakan besar itu berhasil menumbangkan pohon tempat berlindung Akira dan Yuuka, beruntung Akira bisa menghidari ledakan besar itu. Tapi lagi-lagi salah satu dari mereka berhasil mencegat Akira kemudian melemparkan Shurikennya lagi.


Syyuuuutt!


Crreek!


Kena, “Ah!!” kaki Akira tergores salah satu shuriken itu. Beberapa saat kemudian ia merasakan kaki kirinya kaku. “Cih sial! Shuriken beracun!” pekiknya menyadari bahwa sebentar lagi kakinya juga akan mengalami hal yang sama dengan Yuuka, yaitu lumpuh!


Sebelum hal itu terjadi Akira melompat turun kebawah, berusaha lari sambil memapah Yuuka. Tapi itu juga tidak mudah, musuh terus menyerang Akira yang hanya bisa meghindar. Beberapa kunai dengan peledak dilemparkan kearahnya, belum lagi hujan shuriken beracun yang bisa saja mengenainya.


Matanya menajam sambil terus fokus berlari kedepan berusaha kabur dari ketiga musuh yang masih mengejarnya, dibeberapa kesempatan Akira berusaha melemparkan shurikennya kearah musuh tetapi sepertinya itu tak berpengaruh terlalu banyak.


“Sudahlah menyerah saja kalian berdua! Tidak ada gunanya terus menghindar!” ucap orang itu masih terus mengejar dibelakang Akira.


“Haaaaaaaappp!!!” salah satu dari mereka tiba-tiba saja menerjang Akira dengan kakinya


Bugh!


Hantaman tinju dari tangan kanan Akira yang sedang menggenggam kunainya itu berhasil mengenai kaki musuhnya. Tapi secara bergantian kedua orang yang melompat diatas pohon mulai turun dan membantu rekan mereka.


“Hyaaaaaaaaahhh!!!!!!!!” Bersamaan mereka menyerang Akira dengan tinju yang sudah disiapkan kuat-kuat.


“HAP!!” ‘Dhuuuaag!!’ Akira bisa menghindari dan berbalik menendang perut salah satu dari mereka. Tapi bagamanapun pertempuran itu tidak seimbang, ia terlihat sangat kwalahan oleh serangan membabi-buta dari mereka, belum lagi kakinya yang semakin mati rasa.


“Hyaaaaahh” Yuuka berubah pikiran ia tak terlalu tega melihat pria yang menolongnya itu mati-matian sendirian, bertahan sekaligus melindunginya. Ia merogoh saku ninja dibelakangnya dan melemparkan beberapa shuriken kearah musuh yang terus menyerang Akira.


“Kakiku terkena racun, kita harus segera lari sebelum kakiku benar-benar lumpuh.” Akira mencoba memberitahukan keadaannya pada Yuuka, berharap kali ini gadis itu akan bekerja sama dengannya dan memudahkannya untuk segera pergi.


“....” tidak ada jawaban. Akira lalu merogoh lagi saku dibelakang celananya dan mengambil dua bulatan padat berwarna kecokelatan kemudian membenturkannya ditanah dan, BOOOOM!!! BOOMM!!. Kepulan asap berwarna kehitaman langsung menghalangi pandangan ketiga orang yang mengejarnya.


Akira terus berlari menjauh dan sepertinya kali ini dia beruntung terbebas dari para ninja yang tidak terlalu jelas apa misinya, meski kakinya benar-benar lumpuh sekarang. Semakin lama gerakkannya semakin memelan dan hanya bisa menyeret tubuhnya beserta Yuuka.


“Sepertinya kau kelelahan ya?” ucap Yuuka dengan nada mengejek. “aku tidak yakin kau bisa membawaku ke Konoha dengan keadaanmu yang seperti ini.”


“Diamlah, jarak Konoha memang masih sangat jauh tapi beristirahat sebentar aku pasti bisa kembali pulih. Dan saat itu aku akan berusaha secepat mungkin membawamu kesana!”


“Hn! Jangan bod0h, kau pikir racun apa yang mengenai kita? Semakin kau bergerak semakin cepat racun itu akan melumpuhkanmu!”


“Eh?” keringat menetes dipelipisnya, tidak begitu percaya apa yang dikatakan Yuuka. Lalu ia menghentikan langkahnya dan bersandar dan duduk beristirahat dibawah pohon besar. Hawa dingin yang seharusnya menusuk kulit itu juga sudah tak dirasakan mereka.


“Racun itu tidak hanya melumpuhkan sebagian kakimu, atau bagian yang tergores saja. Memang awalnya bagian yang terluka itu akan segera lumpuh dalam waktu beberapa menit, tapi racunnya akan kembali menyebar keseluruh tubuh dalam waktu 24 jam, jadi-“


“Kita sama sekali tidak akan bisa bergerak?” sahut Akira melirik gadis yang masih ia peluk pinggangnya.


“Hmm... jadi mereka akan kembali menemukan kita, lalu membunuh kita. Kupikir ini akan menjadi akhir yang adil untuk kita bukan?”


“Heh? Jadi kau sangat berharap bisa mati bersamaku ya?” goda Akira mengangkat sebelah alisnya.


“Jangan terbiasa menyimpulkan sesuatu yang tidak jelas,” tentu saja hal itu membuat gadis sedingin malam itu merasa semakin sebal.


“Dan jangan fikir aku akan dengan mudah mati hanya karena sebuah racun.”


“Kau keras kepala juga ya?” balas Yuuka.


“Mungkin sama denganmu, bedanya aku tidak gampang menyerah pada kematian,”


“Apa maksudmu?”


“Iya tentu saja... aku tidak akan meminta musuh untuk membunuhku. Aku ini shinobi Konoha, semua warga kami memiliki tekad api Hokage ke-7, pantang bagi kami untuk menyerah begitu saja. Aku tidak akan mati sebelum mencoba!”


“Hah! Kau ini berisik juga! Kenapa tidak terima nasip saja?!”


“Sudah kubilang kan aku akan berusaha!”


“Terserah kau saja!” seru Yuuka menyerah, dan kemudian suasana kembali hening.


“Ayo teruskan perjalanan,” Akira dengan susah payah membantu Yuuka berdiri, meski kakinya hanya berfungsi sebelahnya saja sama seperti Yuuka.


“Kh!! Kenapa kau tidak meninggalkanku saja!” keluh Yuuka ketus.


“Berapa kali harus kukatakan bahwa aku tidak akan melepaskan tawananku!”


“Ugh! Lepaskan!!” berusaha menggerakan tubuhnya lagi, kali ini terasa lebih kuat.


“Diamlah!”


“Aku tidak mau ikut denganmu!!”


Kressek!


“Kyaaaaaaaaaaahh!!!!”


“Haaaaaaaaakk!!!”


Kedua tubuh manusia berbeda gender itu akhirnya jatuh terperosok kesuatu tempat yang sepertinya penuh dengan duri-duri dan rerumputan hijau. Itu terasa dari rasa perih yang tertusuk-tusuk benda sebesar jarum dan arom khas rumput basah, tubuh mereka berguling-guling dengan keadaan yang saling memeluk. Entah sudah berapa kali mereka berguling, tempat yang begitu gelap membuat mata mereka tak bisa melihat tempat macam apa itu, tapi sepertinya mereka terjatuh kedalam jurang yang lumayan dalam.


Beberapa kali tubuh mereka berdua terantuk batu, ranting pohon yang runcing dan benda-benda asing lainnya. Entah sudah berapa kali mereka berguling akhirnya tubuh mereka berhenti disebuah daratan yang datar dengan rumput sebagai alasnya, mereka terkapar dengan tubuh membentuk huruf X yang besar.


“Hah.hah.hah.” Nafas mereka bersahutan, tubuhnya terluka penuh goresan yang mengeluarkan darah.


“Hei kau masih hidup?” Akira melirik tubuh disampingnya, memastikan gadis berwajah cantik itu baik-baik saja. Meski dia tau gadis itu tak jauh beda dengan dirinya.


“Aku berharap aku sudah mati,” jawabnya singkat.


“Hah... begitu ya?” jawab Akira hampir kehilangan semua tenaganya. Kilat berkelip dua kali, sekilas matanya menangkap bayangan dataran yang sangat tinggi dengan bebatuan yang sangat banyak. Iyaa jadi dirinya kini sedang dibawah jurang ya? Terjatuh dari tempat yang tinggi itu rupanya. Iyaa... Akira sadar kini dirinya begitu lemah, sekarang bagaimana caranya pulang ke Konoha? “Mungkin sebentar lagi kita akan mati,” lanjutnya menanggapi Yuuka.


“Yuuka hanya tersenyum tipis tubuhnya tak bisa digerakkan, padahal baru beberapa saat yang lalu pria disampingny ini mengoceh tentang pantang menyerah tapi kalimatnya barusan seolah menyatakan bahwa dirinya kini pasrah akan kematian.


Lalu suasana hening, hanya suara serangga hutan yang saling bersahutan menemani kedua Shinobi berbeda negara itu sedang memejamkan matanya. Cahaya kilat sesekali menampakkan keadaan tubuh mereka yang penuh luka. Tak ada yang tau, masing-masing negara tak ada yang tau bahwa kedua Shinobi mereka sedang dalam keadaan yang menyedihkan. Kedua mata-mata yang terjatuh kedalam jurang bersamaan.


***


Pagi kembali menjelang dengan sinar matahari yang begitu hangat, kupu-kupu berterbangan seolah sedang bersorak karena pagi itu terlihat begitu indah. Sisa-sisa air hujan yang membasahi dedaunan juga mulai menetes dan beberapa telah mengering.


Akira mengerjapkan matanya perlahan, hidung mancungnya mencium aroma rumput basah dan aroma-aroma khas bunga hutan. Tubuhnya terasa teramat nyeri.


Saat matanya sudah terbuka yang pertama kali ia lihat adalah langit yang begitu biru dengan awan-awan putih, beberapa kupu-kupu juga melintasinya. Kalau menggeser pandangannya sedikit ia melihat dataran tinggi yang menjulang.


Yah...kalau diingat-ingat semalam ia terjatuh didasar jurang ini kan, kalau tidak salah dia terjatuh bersama seorang gadis. Lantas ia menoleh kesisi kanannya, benar saja gadis itu masih disana. Sedang duduk dengan keadaan yang sangat menyedihkan, bajunya robek dibeberapa bagian, luka-luka semalaman juga terlihat begitu jelas.


"Sudah bangun?" ucapnya, melirik Akira yang berusaha duduk dengan susah payah.


"Kupikir kau sudah kabur," balas Akira yang meringis menahan sakitnya.


"Aku tidak mau mati sia-sia," jawab Yuuka.


"Baguslah, lalu apa yang akan kau lakukan? beberapa jam lagi tubuh kita akan benar-benar lumpuh."


"Aku bukan ninja medis, tapi aku tau penawar racun ini."


"Benarkah?"


"Begitulah."


"Apa?"


"Kalau aku memberitahumu apa ada imbalannya? mengobatiku lalu melepaskanku, mungkin?"


Akira mendengus pelan, mengangkat salah satu sudut bibirnya. "Begitu ya? pilihan yang sulit," Akira tidak tau harus bagaimana. "Lalu kalau aku tidak mau mencarikan tanaman itu, apa yang akan kau lakukan?"


"Aku tidak akan memberitahumu!!!" bentak Yuuka tak sabaran.


"Hah, begitu saja marah. Aku tidak tau tanamannya seperti apa, kalau kau mau aku akan menggendongmu dan tunjukan obatnya padaku." tawar Akira sambil menatap Yuuka yang terlihat sedikit terkejut.


TBC


Kembali Ke Atas Go down
http://www.indofanster.org/u8566
Shinobi
Social Division
Social Division
Shinobi


Posting : 3583
Join date : 03.09.11
Age : 33
Lokasi : sologakure

Morphine Empty
#3PostSubyek: Re: Morphine Morphine Empty4/5/2015, 8:00 pm

saran put-ri, kasih gambar main characternya dong biar bisa dibayangin kayak apa rupa mereka berdua
Kembali Ke Atas Go down
Taora Anggara
Nukenin From Kirigakure
Nukenin From Kirigakure
Taora Anggara


Posting : 412
Join date : 16.12.12
Age : 28
Lokasi : Bikini Bottom

Morphine Empty
#4PostSubyek: Re: Morphine Morphine Empty6/5/2015, 7:24 pm

Shinobi wrote:
saran put-ri, kasih gambar main characternya dong biar bisa dibayangin kayak apa rupa mereka berdua

Bayangin eikh aja bi... Sexy, cantik, smart, ga sombong Morphine 3720022674
Iyaaa makasih... tar aku bicarain sama maken deh ya...
Kembali Ke Atas Go down
http://www.indofanster.org/u8566
Shinobi
Social Division
Social Division
Shinobi


Posting : 3583
Join date : 03.09.11
Age : 33
Lokasi : sologakure

Morphine Empty
#5PostSubyek: Re: Morphine Morphine Empty6/5/2015, 7:40 pm

ok put. jangan lupa bikin cerita yg sulit ditebak juga. coz kalo liat plot awal, sedikit banyak udah ada dua ending yg ku tebak dari kedua tokoh utamanya
Kembali Ke Atas Go down
Sponsored content




Morphine Empty
#6PostSubyek: Re: Morphine Morphine Empty

Kembali Ke Atas Go down
Subject: Re: Morphine  None

Anda tidak dapat mengirmkan postingan atau mengomentari pembahasan di topik ini karena masih berstatus sebagai Tamu.
Silakan Mendaftar dan Login agar dapat mengakses segala fitur forum secara penuh.
AgoessNaruto Robot
Forum Bot



Join Date: 16/05/2009
Lokasi: Forum AgoessNaruto
Comments: Bot untuk membantu anda di Forum AgoessNaruto
Kembali Ke Atas Go down
 

Morphine

Topik sebelumnya Topik selanjutnya Kembali Ke Atas 
Halaman 1 dari 1

Permissions in this forum:Anda tidak dapat menjawab topik
Forum Indofanster :: Tambahan ::   :: Karangan Cerita & Fanfiction-