MORPHINE
Chapter 2
Awan dan daun yang tertiup angin
"Kau melepaskannya?!!" geram pria dengan kulit hitam dan kekar khas Shinobi Kumo kebanyakan, menatap tegas gadis berkuncir kuda dengan baju yang basah kuyup didepannya.
"Ta-tapi Taichou, dia tidak akan kembali lagi aku bisa menjamin itu," jawabnya meyakinkan pria yang menjadi pimpinannya itu.
Mendengus pelan dan mengalihkan tatapan tajamnya keluar jendela, menatap air hujan yang sedari tadi masih juga belum reda. "sudah jelas pria itu memata-matai desa kita dan kau melepaskannya?! kau ini bagaimana?!"
"Ta-taichou aku-"
"Akhir-akhir ini kepercayaan antar negara kembali melemah, kita harus waspada." Kalimatnya terpotong, "Bisa saja orang Konoha itu mendapatkan informasi penting desa kita dan menggunakannya untuk melemahkan Kumo! Sekarang kejar dan bawa kembali mata-mata Konoha itu!" Perintahnya tegas dan jelas.
"Ba-baik!" tidak menunggu perintah untuk kedua kalinya ia langsung membungkuk lalu segera pergi meninggalkan lelaki yang dipanggilnya Taichou.
Hujan masih turun saat itu, suasana gelap sedikit melemahkan indera pengelihatannya untuk mengawasi sekitar. Keadaan ini membuatnya sedikitpun tak merasa gentar, ia terus melesat menerjang pepohonan hutan meski sendirian. Mengejar seorang mata-mata, mungkin ini bukan misi yang sulit untuk seorang Hasegawa Yuuka.
Tatapannya menajam seakan menambah kejeliannya dalam menembus pandangannya ditengah derasnya hujan dan gelapnya hutan. "Tch! cepat juga dia!" decihnya kesal saat tak juga ia temui lelaki yang dicarinya, padahal dia sudah menggunakan chakra raiton dikedua telapak kakinya. Dia lebih cepat dari kecepatan Shinobi biasa.
TAP!
KRRRKKK!!
Kakinya menapak sebuah dahan kayu yang sepertinya rapuh, tapi saat ia mengangkat kakinya sebuah percikan api dipohon yang ia injak membuatnya terbelalak. "Kertas peledak?!!" pekiknya melihat kertas yang hampir seluruhnya terbakar, kemudian dia melompat menghindar.
DHHUUUAAAARRR!!!!
Sebuah ledakan besar meledak dibelakang punggungnya.
TAP!
Masih sempat, kakinya dengan sigap berhasil melompat menghindari ledakkan yang cukup besar itu. Ia menghela nafas lega saat tubuhnya berhasil mendarat disalah satu dahan yang agak berjauhan dari pohon yang sudah terbakar.
Tapi saat kakinya kembali terangkat, dari arah depan ia rasakan hembusan angin bergerak lurus kearahnya. Tatapannya menajam, telinganya menangkap suara gemerisik yang sepertinya menerobos daun-daun yang lebat, dan itu bukan suara rintik hujan. Benar saja, itu sebuah kunai! tidak hanya satu, tapi itu sangat banyak! iya dan kunai-kunai itu mengarah kearahnya.
SRET! SRET!
TAK!
TAK!!
"Hap!"
Dengan lincah Yuuka melompati pohon satu kepohon yang lain, serangan kunai itu masih terus menghujaninya dan mengenai pohon-pohon yang berdiri kokoh disana.
"Sial!!! ini pasti orang Konoha itu!" tuduhnya merogoh kunainya sambil terus menghindari kunai-kunai yang seakan tak ada habisnya menyerangnya.
Sambil terus menghindari dan menyingkirkan kunai yang seakan tak ada habisnya, mata yang sama sekali tak menyiratkan kehangatan disana tengah mengamati sekitar. Kalau diperhatikan kunai itu hanya berasal dari atas pohon seperti posisinya saat ini. Kemudian Yuuki mengambil keputusan untuk meneruskan perjalanannya didarat.
Ia melompat dari atas pohon dan menginjakkan kakinya ditanah.
TAP!
KRESK!!
"Hyaaaaahhhh!!!"
Tapi entah sedang sial atau apa, tanah yang diinjaknya sangat gembur. Tunggu! itu bukan gembur, tapi itu adalah sebuah jebakkan lubang besar.
"Tch!! *sensor*!!" mendecih lagi saat tubuhnya bagai gerakan slowmotion melayang didalam lubang dan menunggu waktu untuk menghantam benda didalamnya, entah apa itu yang jelas pasti sesuatu yang buruk untuknya.
Merogoh tali dari sakunya juga sudah tidak cukup, membuat segel bunshin juga sudah tidak mungkin sempat. Ini akhir untuknya, menyedihkan bukan? Shinobi tangguh sepertinya mati hanya karena sebuah perangkap? memalukan!
"Shinobi Konoha *sensor*!!" mengumpat dalam hati saat kaki dan tangannya mulai tergores benda-benda tajam disisi lubang itu, karena orang itu dia harus mati? Iya berakhir sudah, tubuhnya akan menghantam besi-besi runcing yang tertanam didasar lubang.
SET!!
Sebuah tangan kekar menangkap dan memegang tangannya erat. Dia selamat! bantuan dari desanya mungkin datang disaat yang tepat. Tapi saat cahaya kilat berkelip matanya kembali melebar, tangan kekar yang memegangnya itu bukan milik teman-temannya. Tapi seseorang yang seharusnya ia kejar.
"Kkh-kau!!" pekiknya heran melihat Akira yang juga basah kuyup karena guyuran air hujan sedang mengulurkan tangan yang satunya lagi untuk mengangkat tubuhnya.
Pria yang sedang menahan tubuh Yuuka agar tidak terjatuh itupun segera menarik Yuuka keatas. "Kau tidak apa-apa?" tanyanya saat tubuh ramping itu sudah aman disampingnya.
PLASH!
"Jangan berlagak keren!!" Tangan Akira dikibaskan dengan kasar oleh Yuuka, membuat Akira mengernyitkan dahinya heran.
"Aku sudah menolongmu, bisakah kau bersikap sedikit lembut nona?" sindirnya, berdiri sambil menepuk lumpur dari lututnya.
Meringis menahan sakit dikakinya, berusaha berdiri sambil melirik tak suka pada pria yang menolongnya, "Aku tidak-bu-tuh! Ahh!" kakinya begitu sakit bahkan untuk menopang tubuhnya sendiri ia tak bisa.
"Kau tidak apa-apa?!" reflek Akira menahan kedua lengan Yuuka dengan tangannya.
"Sudah kubilang jangan sok keren!! lepaskan aku!" kembali Yuuka menarik tangannya dari Akira.
"Baiklah-baiklah..." untuk saat ini sebaiknya Akira mengalah.
BRUKH!!
Tubuh Yuuka terjatuh bersimpuh ditanah. Apa-apaan pria itu melepaskannya begitu saja, lagipula kenapa tidak sedikit memaksanya? terkadang wanita itu lebih suka dipaksa kan.
"Ugh!" sekuat tenaga Yuuka mencoba bangkit, tapi kakinya benar-benar terasa ngilu dan sakit. Gadis itu hanya bisa berusaha bangkit dan terjatuh lagi.
Akira menatap Yuuka dengan tatapan meremehkan, "Kalau begitu aku pulang ya," ucapnya tidak serius, ia hanya ingin tau apa tanggapan gadis dengan tatapan dingin itu. Lagipula ia juga ingin tau kenapa gadis itu sampai ketempat ini.
"...." tidak ada jawaban. Hanya memegangi lengan kirinya yang berdarah.
Akira melirik heran, sepertinya gadis itu serius. "Sampai jumpa lagi," pamitnya mulai melangkah untuk memastikan walau dia tak berniat meninggalkan gadis yang beberapa waktu yang lalu menyerangnya.
"Tunggu!!" bagus! gadis itu mengabulkan apa yang diharapkan Akira, meski itu tidak disengaja.
"Kenapa kau tidak membunuhku saja! Lalu apa maksudmu menolongku! Kenapa tak kau biarkan aku masuk kelubang itu!" berondong Yuuka tanpa meneduhkan tatapannya yang seolah mengutuk apa yang ia lihat.
"Ee... aku mendengar suara ledakkan lalu berlari kemari, kulihat kau sedang terperangkap oleh perangkap yang dipasang entah oleh siapa," jawabnya dengan tenang.
"Kau berbicara seolah tidak tahu apa-apa!" jawab Yuuka geram. "Kau sengaja memasang perangkap ini karna kau tau kami akan mengejarmu kan!!!" lanjutnya.
Akira menaikkan sebelah alisnya, rentetan tuduhan Yuuka terhadapnya secara tidak langsung malah membuatnya mengerti kenapa gadis ini sampai ketempat ini, "Jadi mengejarku ya?" ucapnya pelan. "Ternyata desamu sama saja ya, kalau begini memang sudah pasti kepercayaan antar desa benar-benar akan hilang."
"Sudahlah!! jangan banyak bicara cepat bunuh aku!!" perintah Yuuka menyerah karena ia sama sekali tidak bisa berdiri, apalagi melawan Akira. "Aku tidak bisa membawamu kedesa! aku sudah gagal! sekarang apalagi?! kalau kau lari tanpa membunuhku itu sama saja merendahkanku dimata Taichou!!"
Pernyataan yang keluar dari bibir berwarna peach itu semakin membuat Akira tak mengerti. "Apa untungnya membunuhmu, ha?!" tanya Akira mengangkat salah satu sudut bibirnya. "Bagaimana dengan membawamu ke Konoha?" lanjutnya menyeringai membuat Yuuka melebarkan kedua matanya.
"A-apa maksudmu?!"
"Menangkapmu karena sudah mengejarku, apalagi?" jawab Akira mendekat membuat Yuuka menatapnya ngeri. "Ditangkap Konoha karena memata-matai Shinobi-nya terdengar lebih baik bukan dari pada disebut gagal?!"
SET!
"EH?!!"
Secepat kilat tangan kiri Akira sudah memeluk pinggang ramping Yuuka dan membawanya melesat meninggalkan tempat itu melewati dahan-dahan pohon yang lebat dihutan itu. Tak sempat untuknya mengambil kunai atau sesuatu yang lainnya untuk melukai Akira.
"Kau ini apa-apaan!! cepat lepaskan aku dasar *sensor*!!" Yuuka mencoba melepaskan diri dari Akira, bergerak sebisa mungkin untuk melonggarkan pelukan Akira, bahkan dia sempat memukul-mukul punggung Akira dengan tangan kanannya yang tak terkena benda tajam didalam lubang tadi, tapi sayangnya luka-luka dikaki dan tangan satunya sedikit menyulitkan gerakkannya. Lagipula kakinya kini lumpuh sementara karena sepertinya benda yang menggoresnya itu beracun.
"Kalau aku melepaskanmu kau akan mati diterkam binatang buas, lagipula kakimu terluka kan?! sudahlah kenapa kau tidak jadi wanita yang sedikit lembut?" hah perkataan macam apa itu? Akira mendengus geli dengan kalimatnya barusan, benar-benar seperti pria tua sedang merayu gadis sekolah yang biasanya bersikap malu-malu mau.
Tapi tidak dengan Yuuka, gadis itu tetap dengan raut wajahnya yang selalu masam. "Mau apa kau menangkapku! Konoha tidak akan mendapatkan informasi apa-apa!!" jawab Yuuka tanpa melembutkan tatapannya terhadap pria berhidung mancung jika dilihatnya dari samping begitu.
"Sama saja, kau juga tidak akan mendapatkan informasi apa-apa jika menangkapku!!" balasnya membuat kening Yuuka berkedut.
"Kau mencuri informasi dari kami!" Yuuka kembali menuduhkan dugaan pada Akira.
"Tidak ada bukti,"
"Tunggu sampai aku membuka mulutmu!"
"Bicaramu itu seolah kau bisa menangkapku ya? Padahal keadaanmu sekarang sangat menyedihkan!"
"Jangan banyak bicara!! cepat lepaskan aku!" lagi-lagi Yuuka berusaha kabur, tangannya mencakar lengan kekar Akira yang sedang menahan tubuhnya, meninggalkan bekas goresan yang memerah.
"Kau keras kepala sekali!!!" alih-alih melepaskan cengkeramannya dari tubuh Yuuka, Akira malah semakin mengencangkan pelukkannya membuat Yuuka sedikit sesak.
Tiba-tiba dari arah depan tampak kilatan logam semakin mendekat kearah mereka, membuat Akira dan Yuuka bersiap.
Syuut!!!
Syuutt!!
TAP!
"Sial!!!" decih Akira merogoh sebuah kunai dari kantungnya dan dengan sigap menghalau shuriken-shuriken yang mengarah kepadanya dan Yuuka.
Traaaangg!! traaang... traang!!
Suara dentingan kedua logam hitam itu terdengar begitu mendominasi sekitar, hujan sudah mulai reda hanya menyisakan hawa dingin menusuk tulang dan suara serangga malam yang bersahutan.
Melompat, menghindar dan menangkis, Akira dan Yuuka terus diserang shuriken-shuriken itu seakan tak ada habisnya. Gerakkannya tak terlalu gesit karena membawa Yuuka, tapi Shinobi yang sudah terlatih sepertinya tidak terlalu sulit menghindar.
"Apa ini!! apa ini orang-orang Konoha?!" dengan sinis Yuuka menebak.
"Bukan!" jawab Akira yakin.
Setelah serangan shuriken berhenti, tak lama kemudian ketiga sosok asing berdiri di pohon yang berbeda namun jaraknya tak saling berjauhan, menghadang Akira yang membawa Yuuka. Mereka semua laki-laki memakai pakaian panjang berwarna merah dengan celana hitam, ikat kepala mereka tak pernah Akira lihat sebelumnya, begitu juga dengan Yuuka. Hitai-ate dengan lambang bunga matahari.
"Waaah... ternyata dua tikus ya yang hampir terperangkap," pernyataan bernada merendahkan itu diucapkan salah satu orang yang berdiri paling depan.
"Siapa kalian!!" pertanyaan klise saat dihadang oleh orang yang tidak dikenal itu meluncur dari mulut Akira, sambil meneliti satu persatu orang-orang asing yang ternyata memang baru kali ini ia temui.
"Tikus katamu!!" geram Yuuka menajamkan matanya tidak suka dengan perumpamaan itu.
"Tidak terlalu penting bukan?!" jawab salah satu dari mereka.
"Kalau begitu biarkan kami lewat," putus Akira mencoba peruntungannya, tapi sepertinya tidak akan semudah itu.
"Membiarkan kalian lari?"
"Memangnya apa untungnya menangkap kami ha?!!!" balas Akira.
"Kau tidak perlu tau kan?" jawabnya, lalu kedua rekannya berpencar mengepung Akira sambil melemparkan kembali shuriken-shuriken mereka.
"Kkhh!!" Akira memekik tatkala besi-besi menyerupai bintang itu dengan cepat memberondongnya. Gerakannya tak terlalu gesit karena ia membawa Yuuka.
"Pindahlah kepunggungku! aku akan mencoba melawan mereka." pinta Akira dengan maksud agar memudahkannya membuat segel tangan dan menghentikan ninja kelas rendahan itu.
"Jangan memerintahku!! sebaiknya kau lepaskan aku!" Yuuka mencoba melepaskan tangan Akira yang memegang erat pinggangnya.
"Cih!" Akira tak habis pikir kenapa didunia ini ada gadis yang sangat keras sepertinya. Tak ada pilihan lain, pria itu malah mengencangkan pegangannya membuat pinggang Yuuka sedikit sakit, "Aku tidak akan membiarkan tawananku kabur!"
“Aku menyulitkan gerakanmu! Sebaiknya jatuhkan aku kebawah!!” ia masih tak menyerah, Yuuka berontak diatas udara dengan Akira yang masih bersusah payah menghindari musuh dari pohon satu kepohon yang lainnya. Tidak bisa dipungkiri memang dengan membawa Yuuka itu menyulitkan gerakannya, bahkan dirinya tidak bisa membuat segel tangan untuk sekedar membuat jurus. Apalagi ditambah Yuuka yang selalu bergerak semaunya berusaha melepaskan diri.
“Kau ini bisa diam tidak?!” protes Akira mulai jengah dengan sifat keras kepala Yuuka. Untuk keadaan sekarang dirinya memang hanya bisa menghindar.
"Cerewet!!"
HAP!!
Akira berlindung dari sambaran shuriken-shuriken itu dibalik pohon besar, tapi tidak cukup lama salah satu dari mereka menemukan Akira dan melemparkan kunai bertali yang disisipi kertas peledak disetiap jengkalnya.
DHUUUUAAARRR!!!
DHUUUAARRR!!
Ledakan besar itu berhasil menumbangkan pohon tempat berlindung Akira dan Yuuka, beruntung Akira bisa menghidari ledakan besar itu. Tapi lagi-lagi salah satu dari mereka berhasil mencegat Akira kemudian melemparkan Shurikennya lagi.
Syyuuuutt!
Crreek!
Kena, “Ah!!” kaki Akira tergores salah satu shuriken itu. Beberapa saat kemudian ia merasakan kaki kirinya kaku. “Cih sial! Shuriken beracun!” pekiknya menyadari bahwa sebentar lagi kakinya juga akan mengalami hal yang sama dengan Yuuka, yaitu lumpuh!
Sebelum hal itu terjadi Akira melompat turun kebawah, berusaha lari sambil memapah Yuuka. Tapi itu juga tidak mudah, musuh terus menyerang Akira yang hanya bisa meghindar. Beberapa kunai dengan peledak dilemparkan kearahnya, belum lagi hujan shuriken beracun yang bisa saja mengenainya.
Matanya menajam sambil terus fokus berlari kedepan berusaha kabur dari ketiga musuh yang masih mengejarnya, dibeberapa kesempatan Akira berusaha melemparkan shurikennya kearah musuh tetapi sepertinya itu tak berpengaruh terlalu banyak.
“Sudahlah menyerah saja kalian berdua! Tidak ada gunanya terus menghindar!” ucap orang itu masih terus mengejar dibelakang Akira.
“Haaaaaaaappp!!!” salah satu dari mereka tiba-tiba saja menerjang Akira dengan kakinya
Bugh!
Hantaman tinju dari tangan kanan Akira yang sedang menggenggam kunainya itu berhasil mengenai kaki musuhnya. Tapi secara bergantian kedua orang yang melompat diatas pohon mulai turun dan membantu rekan mereka.
“Hyaaaaaaaaahhh!!!!!!!!” Bersamaan mereka menyerang Akira dengan tinju yang sudah disiapkan kuat-kuat.
“HAP!!” ‘Dhuuuaag!!’ Akira bisa menghindari dan berbalik menendang perut salah satu dari mereka. Tapi bagamanapun pertempuran itu tidak seimbang, ia terlihat sangat kwalahan oleh serangan membabi-buta dari mereka, belum lagi kakinya yang semakin mati rasa.
“Hyaaaaahh” Yuuka berubah pikiran ia tak terlalu tega melihat pria yang menolongnya itu mati-matian sendirian, bertahan sekaligus melindunginya. Ia merogoh saku ninja dibelakangnya dan melemparkan beberapa shuriken kearah musuh yang terus menyerang Akira.
“Kakiku terkena racun, kita harus segera lari sebelum kakiku benar-benar lumpuh.” Akira mencoba memberitahukan keadaannya pada Yuuka, berharap kali ini gadis itu akan bekerja sama dengannya dan memudahkannya untuk segera pergi.
“....” tidak ada jawaban. Akira lalu merogoh lagi saku dibelakang celananya dan mengambil dua bulatan padat berwarna kecokelatan kemudian membenturkannya ditanah dan, BOOOOM!!! BOOMM!!. Kepulan asap berwarna kehitaman langsung menghalangi pandangan ketiga orang yang mengejarnya.
Akira terus berlari menjauh dan sepertinya kali ini dia beruntung terbebas dari para ninja yang tidak terlalu jelas apa misinya, meski kakinya benar-benar lumpuh sekarang. Semakin lama gerakkannya semakin memelan dan hanya bisa menyeret tubuhnya beserta Yuuka.
“Sepertinya kau kelelahan ya?” ucap Yuuka dengan nada mengejek. “aku tidak yakin kau bisa membawaku ke Konoha dengan keadaanmu yang seperti ini.”
“Diamlah, jarak Konoha memang masih sangat jauh tapi beristirahat sebentar aku pasti bisa kembali pulih. Dan saat itu aku akan berusaha secepat mungkin membawamu kesana!”
“Hn! Jangan bod0h, kau pikir racun apa yang mengenai kita? Semakin kau bergerak semakin cepat racun itu akan melumpuhkanmu!”
“Eh?” keringat menetes dipelipisnya, tidak begitu percaya apa yang dikatakan Yuuka. Lalu ia menghentikan langkahnya dan bersandar dan duduk beristirahat dibawah pohon besar. Hawa dingin yang seharusnya menusuk kulit itu juga sudah tak dirasakan mereka.
“Racun itu tidak hanya melumpuhkan sebagian kakimu, atau bagian yang tergores saja. Memang awalnya bagian yang terluka itu akan segera lumpuh dalam waktu beberapa menit, tapi racunnya akan kembali menyebar keseluruh tubuh dalam waktu 24 jam, jadi-“
“Kita sama sekali tidak akan bisa bergerak?” sahut Akira melirik gadis yang masih ia peluk pinggangnya.
“Hmm... jadi mereka akan kembali menemukan kita, lalu membunuh kita. Kupikir ini akan menjadi akhir yang adil untuk kita bukan?”
“Heh? Jadi kau sangat berharap bisa mati bersamaku ya?” goda Akira mengangkat sebelah alisnya.
“Jangan terbiasa menyimpulkan sesuatu yang tidak jelas,” tentu saja hal itu membuat gadis sedingin malam itu merasa semakin sebal.
“Dan jangan fikir aku akan dengan mudah mati hanya karena sebuah racun.”
“Kau keras kepala juga ya?” balas Yuuka.
“Mungkin sama denganmu, bedanya aku tidak gampang menyerah pada kematian,”
“Apa maksudmu?”
“Iya tentu saja... aku tidak akan meminta musuh untuk membunuhku. Aku ini shinobi Konoha, semua warga kami memiliki tekad api Hokage ke-7, pantang bagi kami untuk menyerah begitu saja. Aku tidak akan mati sebelum mencoba!”
“Hah! Kau ini berisik juga! Kenapa tidak terima nasip saja?!”
“Sudah kubilang kan aku akan berusaha!”
“Terserah kau saja!” seru Yuuka menyerah, dan kemudian suasana kembali hening.
“Ayo teruskan perjalanan,” Akira dengan susah payah membantu Yuuka berdiri, meski kakinya hanya berfungsi sebelahnya saja sama seperti Yuuka.
“Kh!! Kenapa kau tidak meninggalkanku saja!” keluh Yuuka ketus.
“Berapa kali harus kukatakan bahwa aku tidak akan melepaskan tawananku!”
“Ugh! Lepaskan!!” berusaha menggerakan tubuhnya lagi, kali ini terasa lebih kuat.
“Diamlah!”
“Aku tidak mau ikut denganmu!!”
Kressek!
“Kyaaaaaaaaaaahh!!!!”
“Haaaaaaaaakk!!!”
Kedua tubuh manusia berbeda gender itu akhirnya jatuh terperosok kesuatu tempat yang sepertinya penuh dengan duri-duri dan rerumputan hijau. Itu terasa dari rasa perih yang tertusuk-tusuk benda sebesar jarum dan arom khas rumput basah, tubuh mereka berguling-guling dengan keadaan yang saling memeluk. Entah sudah berapa kali mereka berguling, tempat yang begitu gelap membuat mata mereka tak bisa melihat tempat macam apa itu, tapi sepertinya mereka terjatuh kedalam jurang yang lumayan dalam.
Beberapa kali tubuh mereka berdua terantuk batu, ranting pohon yang runcing dan benda-benda asing lainnya. Entah sudah berapa kali mereka berguling akhirnya tubuh mereka berhenti disebuah daratan yang datar dengan rumput sebagai alasnya, mereka terkapar dengan tubuh membentuk huruf X yang besar.
“Hah.hah.hah.” Nafas mereka bersahutan, tubuhnya terluka penuh goresan yang mengeluarkan darah.
“Hei kau masih hidup?” Akira melirik tubuh disampingnya, memastikan gadis berwajah cantik itu baik-baik saja. Meski dia tau gadis itu tak jauh beda dengan dirinya.
“Aku berharap aku sudah mati,” jawabnya singkat.
“Hah... begitu ya?” jawab Akira hampir kehilangan semua tenaganya. Kilat berkelip dua kali, sekilas matanya menangkap bayangan dataran yang sangat tinggi dengan bebatuan yang sangat banyak. Iyaa jadi dirinya kini sedang dibawah jurang ya? Terjatuh dari tempat yang tinggi itu rupanya. Iyaa... Akira sadar kini dirinya begitu lemah, sekarang bagaimana caranya pulang ke Konoha? “Mungkin sebentar lagi kita akan mati,” lanjutnya menanggapi Yuuka.
“Yuuka hanya tersenyum tipis tubuhnya tak bisa digerakkan, padahal baru beberapa saat yang lalu pria disampingny ini mengoceh tentang pantang menyerah tapi kalimatnya barusan seolah menyatakan bahwa dirinya kini pasrah akan kematian.
Lalu suasana hening, hanya suara serangga hutan yang saling bersahutan menemani kedua Shinobi berbeda negara itu sedang memejamkan matanya. Cahaya kilat sesekali menampakkan keadaan tubuh mereka yang penuh luka. Tak ada yang tau, masing-masing negara tak ada yang tau bahwa kedua Shinobi mereka sedang dalam keadaan yang menyedihkan. Kedua mata-mata yang terjatuh kedalam jurang bersamaan.
***
Pagi kembali menjelang dengan sinar matahari yang begitu hangat, kupu-kupu berterbangan seolah sedang bersorak karena pagi itu terlihat begitu indah. Sisa-sisa air hujan yang membasahi dedaunan juga mulai menetes dan beberapa telah mengering.
Akira mengerjapkan matanya perlahan, hidung mancungnya mencium aroma rumput basah dan aroma-aroma khas bunga hutan. Tubuhnya terasa teramat nyeri.
Saat matanya sudah terbuka yang pertama kali ia lihat adalah langit yang begitu biru dengan awan-awan putih, beberapa kupu-kupu juga melintasinya. Kalau menggeser pandangannya sedikit ia melihat dataran tinggi yang menjulang.
Yah...kalau diingat-ingat semalam ia terjatuh didasar jurang ini kan, kalau tidak salah dia terjatuh bersama seorang gadis. Lantas ia menoleh kesisi kanannya, benar saja gadis itu masih disana. Sedang duduk dengan keadaan yang sangat menyedihkan, bajunya robek dibeberapa bagian, luka-luka semalaman juga terlihat begitu jelas.
"Sudah bangun?" ucapnya, melirik Akira yang berusaha duduk dengan susah payah.
"Kupikir kau sudah kabur," balas Akira yang meringis menahan sakitnya.
"Aku tidak mau mati sia-sia," jawab Yuuka.
"Baguslah, lalu apa yang akan kau lakukan? beberapa jam lagi tubuh kita akan benar-benar lumpuh."
"Aku bukan ninja medis, tapi aku tau penawar racun ini."
"Benarkah?"
"Begitulah."
"Apa?"
"Kalau aku memberitahumu apa ada imbalannya? mengobatiku lalu melepaskanku, mungkin?"
Akira mendengus pelan, mengangkat salah satu sudut bibirnya. "Begitu ya? pilihan yang sulit," Akira tidak tau harus bagaimana. "Lalu kalau aku tidak mau mencarikan tanaman itu, apa yang akan kau lakukan?"
"Aku tidak akan memberitahumu!!!" bentak Yuuka tak sabaran.
"Hah, begitu saja marah. Aku tidak tau tanamannya seperti apa, kalau kau mau aku akan menggendongmu dan tunjukan obatnya padaku." tawar Akira sambil menatap Yuuka yang terlihat sedikit terkejut.
TBC