Forum Indofanster
Judulnya belum dibuat 143564713
Selamat datang di Forum Indofanster.
Silakan mendaftar dan login untuk bergabung mendiskusikan berbagai Manga-Anime.

Welcome to FAN

Jangan sungkan untuk bergabung ya...

Forum Indofanster
Judulnya belum dibuat 143564713
Selamat datang di Forum Indofanster.
Silakan mendaftar dan login untuk bergabung mendiskusikan berbagai Manga-Anime.

Welcome to FAN

Jangan sungkan untuk bergabung ya...


Forum Indofanster

Forum Tempat Berdiskusi Tentang Manga - Anime
Dibuat oleh Agoess Sennin pada 16 Mei 2009
Indofanster adalah Keluarga, Bukan Sekedar Tempat Berkumpul
 
IndeksPortalGalleryPencarianLatest imagesAffiliatePendaftaranLogin
Welcome to
Rules • Staff • Ranks & Holder

Share
 

Judulnya belum dibuat

Topik sebelumnya Topik selanjutnya Go down 
PengirimMessage
Nue
Kelas S (GL51076X)
Nue


Posting : 1841
Join date : 22.01.12
Lokasi : Kepo luw

Judulnya belum dibuat Empty
#1PostSubyek: Judulnya belum dibuat Judulnya belum dibuat Empty1/8/2015, 7:57 am


BAGIAN I
AKU INGIN PULANG


Bandung, kota kembang, ratusan ribu orang lalu lalang di kota ini dengan segala hal yang ada,  kenyataan nya kota ini nyaman.

“Ham..... ham....”  Suara yang amat tak asing, di iringi dengan beberapa tepukan di paha ku yang sudah mulai terasa agak keras.
“Ilham Azuto !” Oke, itu tandanya aku harus berhenti pura – pura ketiduran.

“Jam berapa ini !?” Pekikan itu kian mengeras, suara wanita yang tiap hari tak lelah membangunkan ku pagi – pagi sekali.

“Iya... iya lu... aku bangun...” Saat kulirik wajah wanita itu dia hanya memasang wajah garang yang kerap membuatku setengah takut namun tetap saja ingin tertawa, dia bukan istri ku, dia juga bukan saudari ku, usianya terpaut 23 tahun dari usia ku, jelas dia bukan siapa – siapa jika orang awam melihat kami jalan bersama, namanya Lulu Hapsari, dan aku Ilham Azuto, jauh sekali bukan? Namaku berbau jepang bukan? Ya, aku orang jepang tapi dia ibu angkatku.

“Solat sana!” Lulu kembali berteriak, aku hanya bisa menuruti apa perkataanya, kuambil wudlu dan tunaikan solat subuh meski waktu masih menunjukan pukul 05:00 WIB.

“Udah....” Gumam ku sambil menggaruk kepala setelah salam terakhir.

“Yaudah, sarapan nih...” Ujarnya agak ketus namun penuh kasih sayang, bagaimana aku tahu, entahlah, yang jelas aku tahu.

“Makasih lu...” Ucap ku sambil mengambil mangkuk berisikan nasi lengko yang kerap kumakan tiap pagi. Lulu tak pernah marah meski kupanggil namanya, padahal dia ibu angkat ku.

“Ilham... “ Aku tahu ini akan berlanjut, tapi aku tetap santai melahap sarapan pagi ku.

“Kalau tidur itu jangan malem – malem... kan harus solat subuh... Lulu gak mau telat lagi ah, susah dibangunin... jelek tau... kapan lulu ajarin kayak gitu” dibalik kata – katanya yang tegas itu tersirat belaian seorang ibu pada seseorang yang bahkan bukan anak kandungnya sendiri.

Ceritanya saat usiaku 8 tahun, ayah ibuku adalah korban pembunuhan berantai, hingga kini kasusnya entah selesai apa tidak aku tak pernah tahu, bahkan aku sudah melupakannya, terlalu sakit untuk kuingat.

Tak ada yang mau mengurusiku, dengan sukarela Lulu datang dan mengadopsiku meski aturan setebal baja di jepang, tapi Lulu sanggup menyelesaikan syaratnya hanya dalam kurun waktu 2 tahun untuk mengadopsiku.

Entah apa yang ada dibenak lulu saat itu, tapi yang jelas aku sangat berterimakasih padanya karena hanya dia yang mau, dan bahkan sejauh itu, lulu mantan TKI di jepang, kini dia punya toko kecil di BEC bandung, menjual HP dan aksesoris lainnya.

“Kuliah jam berapa sekarang?” Tanya Lulu.

“Auk... jam 8an... mungkin, nunggu yang nge WA aja, Aku gak bisa anter lulu... gimana dong?” Bahasa indonesia ku jangan kalian tanya, aku sangat fasih sampai kalian akan tertipu ketika melihat wajah ku yang sangat terlihat jepang, dan logat bandung ku yang begitu kental.

“Ga apa, apa, lulu bisa dianter om Lukman” Jawab lulu sambil mengistrika beberapa pakaian kusut yang menumpuk disampingnya.

“Om mana? Masi di mesjid ya?” tanya aku dengan polosnya sambil mengunyah nasi lengko.

“Iyaaa... siapa suruh telat, jadi gak solat di masjid kan jadinya...” tampaknya lulu masih marah padaku, aku hanya pura – pura tidak tahu.

“Assalamualaikum...” Suara ini membuatku melirik 90 derajat kearah kiri, dan kutangkap sesosok pria berkopiah dan berpakaian khas dari masjid.

“Buset, dah makan aja ni anak...Solat belum?” Kadang aku terintimidasi dengan suaranya yang benar – benar kharismatik, pantas lulu menikahi pria ini.

“Udah om, Cuma telat aja...” sahut ku meski agak grogi, dia ayah ku secara hukum, meski kusebut “om” tapi tetap saja dia ayah ku, aku hanya tak terbiasa mengucapkan kata ayah dan ibu sejak aku di adopsi.

“Assalamualaikum!!” Suara kedua yang membuatku kaget,

“Waalaikumsalam” Kujawab.

Siapa lagi jika bukan adik ku, gadis belia yang wajahnya tak beda jauh seperti lulu saat masih menggandeng tangan ku di Jepang.

Lulu sudah menikah, dia punya suami bernama Lukman Ramdani, dan anak kandungnya sekaligus adik ku, namanya Lusi Azuto, lucu bukan.

Tadi lulu bertanya kuliah, dan aku pertama kali menulis kata Bandung, ya aku hampir lupa aku tinggal di Bandung sejak usia 10 tahun, nama awal ku Morizaki Azuto, aku mualaf sejak menginjak bandung, sejak itu aku berganti nama, Ilham Azuto.

Dan, ya, aku kuliah, sudah bekerja, usia ku masih 21 tahun, aku berangkat kuliah di pagi hari lalu setelah kuliah selesai, aku bekerja disebuah bengkel di kawasan lengkong.

Lulu bukan tak mampu, dia pekerja keras, secara tak langsung dia mencontoh padaku bahwa hidup tak pernah berhenti, kita harus berjuang, aku mengambil inisiatif bekerja dibengkel, dengan alasan tak mau membebani lulu yang sejauh ini sudah berhasil menjadikan ku WNI sekitar enam tahun lalu.

“Si jepang... Baru beres?” Logat sunda yang begitu kental menyapaku dari balik bayang – bayang ruang belakang bengkel yang gelap.

“Yo’i maaf yak...” Jawabku sambil cengengesan, dia yang mempunyai bengkel ini, Yogi, sudah beristri, meski bengkelnya tak terhitung besar tapi dia ahli mesin mobil yang cukup punya nama.

“Santai aja lah, sok aja siap siap, ngantri nih kerjaan” Balas sang pemilik sambil mengelap lengannya yang sudah lebih dulu kotor, sebagai catatan, aku pun akan begitu dalam hitungan menit.

“Siap dan... delapan enam” begitulah candaan jaman sekarang. Lucunya orang – orang yang baru kesini selalu melihat ku heran, entah apa yang ada dibenak mereka.

Entah apa yang tuhan sedang rencana kan, hari itu bengkel sudah hampir tutup, aku sedang santai di kursi belakang ruangan utama bengkel, tiba tiba yogi datang padaku sambil menggaruk – garuk kepala.

“Alah kabeneran... Cik ham, kadieu...” Dia bicara dalam bahasa sunda, aku mengerti, dan bisa mengucapkannya, artinya “Oalah...kebetulan... Ham, Kesini” begitulah kira – kira.

“Apa yog?” Aku menatap heran. Yogi hanya membalas dengan isyarat, isyarat untuk mengikutinya. Lantas aku ikuti tiap langkahnya, dia membawaku ke luar bengkel, dan berbelok kearah kanan, tepat didepan sebuah minimarket terdapat seorang pria hampir seusia ayah angkat ku sedang membungkuk menatapi kap mesin yang terbuka.

“Napa gak dibenerin sendiri sih yog?” Aku mulai sok tau.

“euhh... liat entar...” balas yogi sambil bergegas. Setibanya dihadapan pria berwajah oriental itu, kurang lebih serumpun dengan ku, menatapku, dan yogi hanya menyodorkan lengannya pada ku, isyarat lagi.

“You talk to him...” Ujar yogi, asal kalian tahu, yogi lulusan sarjana teknik mesin, dia mengenal dan sedikit mampu berbahasa inggris. Aku makin keheranan, orang seperti yogi tampak kebingungan.

“Can i help you sir?” Aku berusaha membuka pembicaraan dengan pria itu. Selang beberapa saat kemudian akhirnya aku sadar akan sesuatu yang membingungkan ku daritadi, sekarang aku tahu kenapa Yogi yang master bidang mesin tampak kepayahan.

“Watashi wa nihonjin desu, eigo wa nigate desu” Aku mengkedipkan mata ku beberapa kali seperti seorang yang *sensor*, kemudian melirik yogi dan yogi hanya tersenyum, sepertinya ia ingin terbahak tapi ditahan.

“pantesan....” bahkan aku lupa bagaimana bereaksi kaget dalam bahasa jepang, tapi hampir 10 tahun berada di indonesia tak melupakan bahasa daerah ku sendiri, aku masih lancar berbahasa jepang dan indonesia.

Jangan lupa tatak rama nya, aku langsung membungkuk, dan langsung bertanya tanpa basa basi.

“Gomennnasai... atashi no tomodachi wa nihon-go o nigate, sore de, nani o kowaretanda?” Yogi terlihat begitu puas ketika segala sesuatunya bisa terkendali.

Selanjutnya akan kutulis bahasa jepang dengan menggunakan bintang sebelumnya agar kalian tak kebingungan, aku khawatir kalian habis kuota gara – gara mentranslate apa yang kutulis dalam bahasa jepang.

“*Wah, kau ternyata bisa bahasa jepang” tampak sumringah, pria itu akhirnya memberi senyum lebarnya.

“*Ah, begitulah, saya aslinya dari jepang, hanya saja menetap disini sekarang” Pembicaraan tampak begitu cair, hingga akhirnya masalah ditemukan dan diselesaikan oleh kami pegawai bengkel.

Beberapa jam bercakap, bahkan saat kami mengerjakan, tentunya menggunakan bahasa jepang yang membuat yogi kadang menggeleng – gelengkan kepala.

Setelah semuanya selesai, pelanggan itu berpamitan, kami saling membungkuk.

“*Hubungi saya jika anda berminat bekerja diperusahaan saya” Ucapnya sembari menyodorkan sebuah kartu nama, lantas kuterima dengan senang hati, karena ini bagian dari adat di jepang, bertukar kartu nama, hanya saja aku tak punya.

Dari lengkong aku bawa motor bebek ku dengan wajah sumringah ke arah riung bandung, kembali ke rumah ku dimana adik ku sudah berada disana.

“Assalamualaikum” Ucapku sembari membuka pintu.

“Waalaikumsalam, aa kata mamah hari ini gak masak, aku belum makan...” Ucap lusi setengah merengek, yah wajar nya anak SMU sedikit manja tak apa.

“Ya Allah... masa lulu gak nelfon tadi... tau gitu aa beliin nasi padang atau apa kek...” Aku sedikit kesal dengan kejadian ini, lantas ku buka smartphone milik ku dan tampak ada notifikasi di layar muka.

“Astagfirullah!!!” Ya, bisa kau bayangkan ketika kau baru tersadar ada hampir 16 panggilan tak terjawab tertera di layarmu, dan itu dari ibu mu.

“Kenapa a!?” Lusi tanya padaku hingga ia terperanjat dari sofa.

“i-ih... nggak, ini... ya ampun...” aku tampak kebingungan menjawab pertanyaan adik ku, karena pikiranku hampir terbagi tiga, menjawab, mengotak atik hp, dan terbayang wajah lulu yang akan sangat geram padaku.

“apa a?”

“Uda lusi diem dulu napa ih, aa lagi pusing” Jawabku agak kesal.

“Halo? Lu? Iyaaaa.... maaf.... kena silent, gatau tadi aku lupa kali pas di kerjaan...” lalu terdengar beberapa teriakan dari speaker smartphone ku, lusi langsung diam dan duduk kembali menonton tivi ketika tahu bahwa ini salah kakaknya sendiri.

“Iya aku baru pulang lu, maaf... iyaaa.... iyaaa... iya sekarang berangkat ke depan... lulu mau beli apa? ........... yaudah jangan marah mulu.... ....................................nggak, iya jangan marah.................maaf........iya... waalaikumsalam...” Lalu muka ku seperti tersiram air keras.

Jam 10 malam lulu tiba dirumah, diantar om lukman tentunya, toh mereka jaga toko berdua.

“Asslamualaikum, lusi udah tidur?” Lulu buru – buru menuju kamar lusi hanya untuk melihatnya tidur pulas.

“Kenapa bisa mati gitu ?” tanya om lukman sambil duduk di sampingku.

“Ya tadi gatau kena sentuh gak sengaja kali...” Memang itu kenyataannya.

“Makannya ati ati, cek lagi, gimana kalo ada apa – apa terus Ilham ga tau? Gimana kalo lulu kecelakaan terus ilham kelayapan gak nyadar lulu sekarat, mau ?” Seriusan, itu benar – benar membuatku amat tertohok.

“Ih...Lulu... nggak mau...” aku kalah.

Aku memang tak terlalu dekat dengan om lukman, pertama dia gak kenal aku dari kecil, meski rasa sayang nya gak berbeda antara aku dan lusi, aku tahu dia sayang aku, tapi entah, rasanya beda kalo itu dari lulu.

Saat jam sebelas malam biasanya di keluargaku sudah tidur semua, om lukman juga sudah tidur, aku tahu dia amat kelelahan dengan segala macam kesibukan di toko.

Hanya ada aku dan lulu di ruang tv.

“Lulu...” Aku mulai seperti anak – anak yang bersiap meminta uang.

“Apa...” Tampak semua kekesalan yang tadi terucap dari mulut lulu yang menurut orang yang baru kenal akan menganggapnya ketus.

“*gimana ya, tadi ketemu orang jepang” Setelah kuucapkan bahasa jepang, lulu langsung menatapku kaget.

“Ilham.... kamu kesurupan apa....” Mendengar itu aku justru merasa ingin tertawa sekaligus kesal.

“Ih...lulu...gak boleh ngomong bahasa jepang” Jawabku ketus.

“*Iya iya, maaf, kenapa... kangen ma rumah kamu disana? Mau nengok ayah ama ibu?” Tanya lulu, jangan lupa, lulu fasih bahasa jepang juga, dia sempat lama bekerja disana.

Aku hendak mendekatinya, rasanya sesak ketika dengar lulu bilang seperti itu, padahal aku terbilang anak yang cukup kuat untuk menerima semua ini hingga sekarang.

“*Lulu sayang gak ma Ilham?” Rasanya tenggorokan ku amat tercekat saat itu, lulu kian menua, sejak kecil aku dipegang olehnya, aku bahkan lupa bagaimana ibuku memperlakukan ku.

“*Lulu sayang sama ilham, kalo gak sayang ilham uda lulu tinggal dari dulu...” Jawabnya lembut.

Rasanya sakit, tapi bahagia. Aku tak ingin bekerja ditelunjuk orang jepang tadi, tapi yang sebenarnya karena orang jepang itu, entah naluriah atau apa, keinginanku untuk pergi kesana mulai ada.

“*Ilham pengen pulang...” tiba – tiba saja kata itu keluar, padahal aku tahu, lulu tak terlalu kaya untuk memberangkatkan satu orang pun ke jepang, ketidak stabilan di indonesia membuatnya harus jatuh bangun dalam bidang usaha.

Aku seperti anak kecil yang meminta uang pada ibunya yang sedang tak punya uang. Sebagian diriku sadar itu salah, tapi sebagian diriku lagi merengek menginginkannya.

“*Tapi ilham gatau mau kemana... Ilham bingung lu... kadang sedih, tapi mau gimana lagi, setegar – tegarnya ilham selama ini tetep aja ada kalanya drop” Lulu hanya menatapku dalam, dia tak menjawab apapun sejak kalimat itu terucap dari mulutku.

“Lulu ngerti...” Itu saja yang ia ucapkan, aku sedikit kecewa saat itu.

“Ilham tidur gih, tar telat bangun lagi...” Pintanya.

“Hh.... iya deh...” Aku tak mau lulu teriak malam – malam karena aku membantahnya.

Saat kugelapkan kamar ku aku memikirkan semuanya, meski sedikit kesal kuikhlaskan karena memang lulu tak bersalah, bagiku sudah cukup semua perjuangannya hingga saat ini, kupejamkan mata ku dalam kesunyian dan kebingungan.
Kembali Ke Atas Go down
Subject: Re: Judulnya belum dibuat  None

Anda tidak dapat mengirmkan postingan atau mengomentari pembahasan di topik ini karena masih berstatus sebagai Tamu.
Silakan Mendaftar dan Login agar dapat mengakses segala fitur forum secara penuh.
AgoessNaruto Robot
Forum Bot



Join Date: 16/05/2009
Lokasi: Forum AgoessNaruto
Comments: Bot untuk membantu anda di Forum AgoessNaruto
Kembali Ke Atas Go down
 

Judulnya belum dibuat

Topik sebelumnya Topik selanjutnya Kembali Ke Atas 
Halaman 1 dari 1

 Similar topics

-
» Ide dibuat tempat khusus untuk Manga Indofanster

Permissions in this forum:Anda tidak dapat menjawab topik
Forum Indofanster :: Tambahan ::   :: Karangan Cerita & Fanfiction-