---

“Uuh...”

Aya Masaki tengah mendekam di dalam selimutnya dalam posisi duduk. Jemarinya tengah sibuk memilih-milih menu yang muncul di layar ponselnya; namun seolah membeku ketika sampai di salah satu menu.

‘Choose your desired gender’

“Hmmm, aku perempuan, jadi pilih Female saja, deh..” setelah bergumam seperti itu, jempolnya bergerak ke arah pilihan ‘Female’. Akan tetapi, entah kenapa terhenti.

“Umm.. pilih Male saja, kali, ya?”

---

“—Satoshi!”
“Hrm?”

Sesosok pemuda bersurai hitam yang dipanggil tampak menoleh. Dari kejauhan sana, seseorang tampak berlari ke arahnya dengan kepayahan. Pemuda itu—Satoshi, menghentikan langkah kakinya dan menunggu pemuda itu mendekat ke arahnya.

“Kau ini! Kucari di seluruh sekolah, ternyata sudah di luar kompleks sekolah,” pemuda itu menggerutu. Satoshi tertawa pelan. “Pfft—maaf, ya. Soalnya, percuma saja menunggu kegiatan klub basket—ya, itu klubmu—berakhir, dan aku bisa diomeli kalau pulang terlambat.”

“Berarti, sudah takdirmu diomeli,” pemuda itu menyeringai, “—dan, sudah takdirmu menunggu kegiatan klub basket berakhir. Apa aku salah, Fukube Satoshi~?”

Satoshi menghela napas. “Takdir apanya...” —kemudian, ia mengangkat bahu. “Kalau aku bisa menghindarinya, apa itu patut disebut takdir—? Lucu sekali.” Satoshi mempercepat langkahnya, kembali meninggalkan temannya di belakang.

---

To be updated. (uhugh)