Forum Indofanster
Memoar 143564713
Selamat datang di Forum Indofanster.
Silakan mendaftar dan login untuk bergabung mendiskusikan berbagai Manga-Anime.

Welcome to FAN

Jangan sungkan untuk bergabung ya...

Forum Indofanster
Memoar 143564713
Selamat datang di Forum Indofanster.
Silakan mendaftar dan login untuk bergabung mendiskusikan berbagai Manga-Anime.

Welcome to FAN

Jangan sungkan untuk bergabung ya...


Forum Indofanster

Forum Tempat Berdiskusi Tentang Manga - Anime
Dibuat oleh Agoess Sennin pada 16 Mei 2009
Indofanster adalah Keluarga, Bukan Sekedar Tempat Berkumpul
 
IndeksPortalGalleryPencarianLatest imagesAffiliatePendaftaranLogin
Welcome to
Rules • Staff • Ranks & Holder

Share
 

Memoar

Topik sebelumnya Topik selanjutnya Go down 
PengirimMessage
Skye di Cielo
Jinchuriki Jyuubi
Jinchuriki Jyuubi
Skye di Cielo


Posting : 1182
Join date : 21.01.12

Memoar Empty
#1PostSubyek: Memoar Memoar Empty17/11/2012, 1:18 pm

Perasaan saya cuma nambah-nambahin tempet aja ya .___. saya mau tambah lagi cerita Naruto x Sakuranya :langue: maaf kalau Gaje + ribet .___.



Napasnya memburu dalam dekap gelora malam.

Dia tak mengeluh.

Tubuhnya dirasuki rasa sakit yang menghujam.

Dia tak mengaduh.

Detik waktu terus berlari pergi menyeret jiwanya yang kian rapuh—

—ada sosok yang bergeming menjaga dan tak pernah menjauh.

.

.


.

.

Banyak hal telah berlalu sejak terakhir kali mereka bertemu.

.

Siang pergi dan malam menjelang datang. Lalu dewi malam bersembunyi pertanda hari berganti.

Setelah hampir 2 bulan melakukan misi untuk membantu para ninja medis dalam beberapa peperangan kecil, pada akhirnya Sakura Haruno kembali ke Konoha dan mengambil cuti untuk menghabiskan waktu berada di Konoha dalam waktu yang lama. Dan sekarang, ia beranjak menuju ke kantor konoha.

Hanya satu tujuannya saat ini.

Menemui Uzumaki Naruto. Secepatnya.

.


.

Sibuk berkutat dengan kertas yang bertumpuk di mejanya, Naruto sesekali menyandarkan tubuhnya pada kursi. Dia tak keberatan, hanya saja dia merasa sebulan belakangan ini tubuhnya cepat letih. Ia tidak pernah dan tidak akan mengeluh dengan semua pekerjaan ini—setelah 4 bulan yang lalu, ia sudah diangkat menjadi Hokage menggantikan Tsunade.

Ia tahu rasa lelah itu bukan karena pekerjaan yang menumpuk ini…

Matanya terbuka dengan cepat setelah tadi terpejam. Suara ketukan pintu membuatnya menghentikan pekerjaannya dan menunggu seseorang yang akan masuk ke dalam ruangan Hokage itu.

"Naruto."

Dan sang gadis berambut pink tampak tersenyum dan berjalan menuju ke arahnya.

"Ah, kau sudah kembali Sakura-chan? " meletakkan kembali pulpen yang ada di tangannya dan mengalihkan perhatiannya sepenuhnya pada gadis itu.

"Begitulah, misi itu cukup lama karena banyak sekali masalah di sana—" menghela nafas dan duduk di salah satu sofa yang ada di dekat sana, “—jadi, tuan Hokage—apakah aku bisa mengambil cuti untuk waktu yang cukup lama?”

Tawa pelan menjadi jawaban dari sang Hokage muda yang ada di depannya. berdiri dari kursinya, ia berjalan menghampiri sang gadis hingga berhenti di depannya dan mendekatkan wajahnya.

“Bagaimana kalau menjalankan misi menjadi asisten pribadiku saja, Sakura-chan?”

Suara desingan angin terdengar bergemerisik membelai dedaunan. Menjadi saksi saat sepasang bibir bertautan bertukar napas dalam kehangatan.

Semakin dalam.

Dan waktu menyaksikan.

.


.

Tentu saja pada akhirnya Naruto memberikan libur yang cukup panjang untuk Sakura. Walaupun sebenarnya Sakura lebih memilih menghabiskan waktu bersama dengan Naruto.

“Sebaiknya kau tidak memanjakannya Sakura—“ dan kali ini, sang ketua anbu Konoha yang tampak berdiri dengan aura yang tidak mengenakkan di depannya. Uchiha Sasuke tampak membawakan beberapa laporan yang diharuskan untuk dikerjakan oleh Naruto untuk melihat sang Hokage tidak sama sekali mengerjakan laporan sebelumnya.

“Ayolah Sasuke-kun, bagaimanapun Naruto sudah cukup banyak bekerja sejak kemarin,” Sakura tampak tertawa dan menaruh telunjuknya di depan bibir menandakan Sasuke untuk diam sementara Naruto tampak tertidur dengan pangkuan Sakura sebagai bantalnya.

“Akhir-akhir ini aku merasa ada yang aneh dengan Naruto—makanya aku lebih memperbanyak istirahatnya…”

.

.

“Aku mengerti…”


.

Sakit yang menyusup kian terasa. Seperti menusuk seluruh tubuhnya dengan jarum panas yang dapat melelehkannya. Beberapa kali pandangannya terasa gelap dan seolah segalanya berputar dengan tidak beraturan, wajahnya yang putih semakin terlihat pucat saat ia merasakan tubuhnya sangat lelah. Bukan lelah yang biasa.

Pada akhirnya, melihat keadaan yang tidak biasa dari pemuda itu membuat Sasuke mengurangi porsi pekerjaan dari Naruto walaupun mendapatkan protes dari yang bersangkutan.

Ia tidak bisa menghentikannya—Uzumaki Naruto terlalu keras kepala untuk dilawan. Dan pada akhrnya Naruto akan menjalani rutinitasnya yang biasa, menjalankan tugasnya sebagai Hokage.

Mengabaikan rasa sakit yang semakin hari semakin nyata.

Hingga suatu pagi dia tak bisa lagi menahan berat tubuhnya. Yang ia dengar hanya suara samar-samar yang berteriak memanggil namanya dan suara panik entah dari siapa. Kesadarannya sepenuhnya hilang saat rambut berwarna pink itu berkelebat di atas sosoknya.

.

Rasa sakit menggerogotinya.

Berbulan-bulan terabaikan dan kini mencuat secara tiba-tiba ke permukaan.

Dia tak lemah, tapi sakit ini tak tertahankan.

.


.

Apa yang dapat dilakukan, saat takdir telah menunjukkan jalan yang tak dapat diingkari?

Apa lagi yang dapat dirasa, jika indera terasa tak berfungsi sebagaimana mestinya?

.

.

Dia tak sepenuhnya pingsan.

Tes… Tes… Tes…

Dia mendengar dengan tajam seperti biasa, hingga tetesan infus beraturan yang terjatuh setiap tiga detik sekali dapat didengarnya dengan jelas. Desir angin yang memainkan dedaunan dapat ditangkap gendang telinganya.

Dia tak sepenuhnya pingsan, tapi kelopak matanya terlalu lelah hingga ia terus terpejam. Dia memejamkan mata tapi dia tak tertidur.

Dia mendengar apa yang orang lain katakan.

"Yang kutemukan saat memeriksa Naruto adalah—"

Apa yang dikatakan orang itu? Dia yakin dia salah mendengarnya.

.

"Sa—Sakura-chan!" Hinata yang menemani sang ninja medis di Rumah Sakit Konoha tampak bergetar saat melihat pupil mata Sakura yang melebar. Dia terlalu takut untuk menyentuh Sakura yang hanya berdiri diam, tanpa ekspresi. Seolah jiwanya tak ada lagi untuk mengisi tubuhnya. Seolah jantungnya berhenti bekerja selama beberapa saat.

.

Sakura ingin tertawa. Dia ingin menertawai Tsunade yang baru saja mengajaknya berbicara dan memberitahu hasil diagnosa. Ini pasti lelucon. Lelucon yang sama sekali tidak ingin didengarnya. Lelucon yang membuat tubuhnya terasa kaku hingga rasanya seluruh tulangnya melunak dan tak mampu menopang berat tubuhnya.

Ada kesalahan di kalimat yang baru saja didengarnya. Itu pasti hanya manifestasi semu yang tak dapat dibuktikan kebenarannya.

.

Sayangnya…

Kenyataan terkadang terlalu menyakitkan jika dibandingkan dengan asa yang diharapkan.

.

Tidak mungkin sang Hokage yang bahkan bisa mengalahkan Uchiha Madara dan hidup tanpa menyandang gelar Jinchuuriki lagi itu kini berbaing di ranjang ruangan di rumah sakit. Pasti ada kesalahan dalam pendengarannya. Tidak mungkin Naruto-nya kalah hanya pada hal semacam itu. Pasti ada kesalahan—

"S—Sakura-chan…" wajah Hinata yang menatapnya dengan mata berkaca serta tepukan di pundak dari Sasuke terasa seperti menghantam kepalanya. Dia tidak sedang bermimpi. Telinganya masih cukup tajam untuk mendengarkan. Dia masih cukup sadar untuk mengenali… bahwa ini kenyataan.

.

Dia kuat. Dia kuat. Dia tidak lemah.

Dia tak akan kalah pada takdir hingga batas kemampuannya untuk tetap bertahan.

.


.

“Naruto! Sudah kukatakan untuk tidak membawa laporanmu kemari bukan?!” Sakura tampak benar-benar marah saat melihat bahwa ruangan yang tadinya sangat bersih itu kini dipenuhi oleh kertas-kertas yang berserakan dimanapun, “—bukankah Sasuke-kun sudah ingin membantumu! Serahkan semuanya pada Sasuke-kun!”

“Tetapi Sakura-chan, aku bosan berada disini dan tidak melakukan apapun!” mengembungkan pipinya dan menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Sakura hanya mendesah pelan sambil berjalan dan duduk di sampingnya.

“Aku hanya menghawatirkanmu bodoh—beristirahatlah,” Naruto tampak menatap pada Sakura yang kini menatapnya dengan tatapan serius sebelum menjawabnya dengan senyuman.

“Aku senang saat kau khawatir padaku Sakura-chan.”

.

Satu dari sekian banyak waktu yang telah terlewati.


.

Adakah yang menyadari bahwa di balik senyumannya itu, sekujur tubuhnya berteriak dan menangis?

.

Wajahnya semakin pucat dan terlihat lelah.

"Ohaiyou, Naruto."

Matanya menatap sendu pada gadis yang untuk kesekian kalinya datang dan menjenguknya. Gadis itu bergerak sebelum ia bisa menggerakkan tubuhnya, dan memberikan kecupan hangat di dahinya, "Tidur nyenyak?"

"Aku ingin pulang." Helaian pink panjang melambai lembut saat sang pemilik menggerakkan tubuhnya. Sakura tertawa, lebih pelan dari biasanya.

"Kalau kau sudah sembuh kau boleh pulang."

"Aku tidak sakit—" Tenggorokannya tercekat dan terasa kering saat dirinya terbatuk beberapa kali. Menahan rasa sakit di sekujur tubuhnya yang terasa seperti membakar habis dirinya hingga tak bersisa.

Matanya menatap datar pada kedua tangannya.

Merah menodai telapak tangannya yang putih. Dia tahu dia tidak baik-baik saja.

.

Sakura selalu menungguinya, hingga dapat terlihat jelas setiap kali dia menatap wajah ninja medis itu bayang hitam yang semakin kentara di bawah mata. Wajahnya terlihat tak seperti biasanya, tapi dengan mudahnya tertutupi tawa.

Dalam hati sebenarnya Naruto tidak menyukai tempat ini. Dia ingin segara pergi dari sini. Keinginan untuk melangkahkan kaki keluar dari ruangan tempat ia beristirahat terhalang oleh rasa sakit setiap kali ia menggerakkan tubuhnya. Sejak kapan dia jadi selemah ini?

.

"Sakura," matanya terpejam dengan tenang seolah tertidur.

"Ya, Sasuke-kun?"

"Kau belum istirahat sama sekali sejak 4 hari yang lalu. Kubawakan makanan, istirahatlah sejenak," suara dingin yang dikenalnya terdengar nyaring meski terselip nada khawatir yang jelas kentara.

"Letakkan saja di situ. Aku akan memakannya nanti."

Getaran sakit terasa riuh menggelegak. Menyebar memenuhi spasi dan menggigit pori-pori. Tak ada lagi yang terasa selain perih yang menikam sanubari. Terlalu dalam hingga sekujur tubuhnya gemetaran. Lelah, itulah yang ia rasakan. Dia terbaring tenang, Sakura menyelimutinya. Sama sekali tak memperhatikan ringisan tertahan yang tersembunyi di balik kelopak mata yang mengatup dalam dekapan malam.

.

Dia tak ingin bergeming di sini sementara waktu terus berlari dan tak berhenti berotasi. Dia tak ingin mematung di sudut hampa sementara cakrawala terus berganti warna.

Tapi takdir memaksanya untuk menyadari bahwa dirinya tak bisa melepaskan diri dari jerat ini.

… Dia hanya manusia.


.

“Sakura-chan, sudah kukatakan untuk beristirahat untuk satu hari saja bukan?”

Sakura hanya tersenyum tipis mendekati Naruto yang tengah menatap keluar melalui jendela yang ada di sisinya. Menikmati waktu sore. Mengamati warna biru dan merah yang tercampur menghasilkan warna lembut lembayung senja di cakrawala.

"Sedang bersantai, Naruto?" Sakura mendudukkan diri di sisi kanan Naruto.

"Neh Sakura-chan—" bukannya menjawab pertanyaan gadis itu, pemuda itu malah menyeringai dan menatap gadis itu, “—bagaimana kalau kita kencan?”

"Kau bodoh."

"Ayolah Sakura-chan~"

“Tidak kalau kau belum sembuh—“ jawab Sakura sambil menghela nafas dan melihat kearah pohon sakura yang ada di atas mereka. Belum bermekaran, hanya ada ranting kering yang diselimuti sedikit dedaunan.

.

Napasnya tak akan terbuang secara percuma.

Selama dia masih mampu untuk tetap terjaga.

.


.

Hari-hari panjangnya di rumah sakit hanya diisi dengan rangkaian pengobatan. Berapa kali pun ia memaksa untuk pergi, Sakura menggenggam tangannya erat, memaksanya agar tetap di sini. Namun pada akhirnya sia-sia saja, karena dia tak punya cukup tenaga untuk bangkit dari tempatnya tidur.

Berkali-kali dengan kasar dia menepis nampan berisi obat yang disodorkan padanya. Untuk apa tetap meminum butiran pahit itu, jika rasa sakit yang mendera tak juga sirna. Emosi yang tidak biasa ditunjukkan oleh sang Hokage itu tampak melunak beberapa saat melihat Sakura memungut butiran obat yang berserakan di lantai dan menyuruh perawat untuk pergi.

Tak dapat ditolaknya lagi…

Tubuhnya tak setegap dulu, terlihat kurus dan selalu kelelahan. Wajahnya pucat, bibirnya kering dengan kulit yang sering mengelupas pecah. Benang-benang kuning yang menghiasi kepalanya perlahan berjatuhan, hanya tinggal helaian tipis yang tersisa. Matanya masih tetap lembut seperti dulu, hanya saja jika seseorang menatap kedua bola matanya dalam-dalam, akan dapat terlihat pupil mata itu seringkali bergetar menahan rasa sakit.

Seolah dirinya adalah kepingan mozaik rapuh yang akan hancur luruh dengan sekali sentuh.

.

Apalagi yang dapat dipertahankan, jika dia tahu napasnya akan segera padam.

Dia tak pernah mengeluhkan rasa sakit.

Dia hanya diam dan duduk dengan tenang menikmati kehangatan yang menyelimuti tangannya yang digenggam.

Tak ada air mata meskipun terkadang lebih ekspresif dari untaian kata.

Dia tidak lemah. Dia terlalu kuat untuk mengekspresikan apa yang dirasakannya. Dia terlalu kuat untuk sekedar menahan rasa perih yang menyerang seluruh indera di tubuhnya.

.

Apakah waktunya sudah dekat?

Berikan sedikit waktu lagi, karena dia masih ingin melihat datangnya musim semi.

.

Puluhan hari terus berdiam diri, hanya memperhatikan hujan dari bening kaca jendela yang dihiasi aliran air, pada akhirnya dia bisa menghirup udara segar. Semua teman-temannya datang menengoknya di hari kepulangannya. Sakura tersenyum dan menggenggam tangannya.

.

Sampai di sini…

Biar ia terbawa senyap jika harus saatnya terlelap.

.

Hari itu, tampak sang pemuda duduk di atas batu monument Hokage yang terukir di pegunungan itu. Sudah lama ia tidak melakukan ini—ada perasaan rindu yang ia rasakan kala itu. Menikmati desau angin yang menyanyikan dedawai merdu penyambut malam. Memperhatikan rona jingga yang menghiasi petala langit saat datangnya senja.

Kesadarannya segera beralih saat sesuatu tampak menyelimuti punggungnya. Menoleh dan menemukan Sakura yang tersenyum dan duduk di sampingnya. Afeksi yang merasuki tubuhnya dengan kehangatan. Saat bibir pucatnya dipagut lembut sarat kasih sayang.

Saat gulita menyelimuti sudut-sudut sepi, nyala lilin keemasan menemaninya lelap dalam mimpi. Cahaya temaram terlihat menghiasi mega di angkasa, dewi malam bersinar ditemani gemintang yang berkelip di hamparan permadani kelabu.

Tubuhnya terbalut oleh rasa hangat yang begitu membuatnya terbuai. Rasa sakit yang abadi, perlahan pergi saat ia mengatupkan kelopak matanya disertai napasnya yang berdesah beraturan. Dia tersenyum tipis saat terlelap, dalam dekap hangat halimun malam yang senantiasa berdendang bersama lullaby.

.

Jika waktunya telah tiba…

.

Naruto tertidur terlalu lelap. Terlalu lelap, hingga Sakura tak dapat membangunkannya saat pagi tiba.

Kematian menjemputnya tanpa isyarat. Dia tertidur nyenyak malam harinya. Guncangan pelan pada tubuhnya tak segera membangunkannya. Kecupan di bibirnya yang dingin dan memucat dengan sempurna tak juga menghapus kebisuannya.

"Naruto…" Sakura mendesah, dalam satu sentakan frustasi memeluk tubuh Naruto yang bergeming semakin erat.

"Naruto…" Dia ingin menjawab jika dia mampu. Dia ingin bergerak jika dia bisa.

"Kau tidak sedang bercanda 'kan?" Sosoknya bergeming. Tenang. Tertidur dengan mata memejam dan berbalut selimut dan kehangatan.

Bibir yang masih terus mengatup rapat menjadi pertanda bahwa Uzumaki Naruto tak akan pernah menjawab.

Napasnya berhenti berdesah. Detak jantungnya berhenti berirama.

.

Di luar sana, kelopak sakura bermekaran dalam dekap gelora belenggu buana.

… Musim semi telah tiba.

.

Gerbang itu telah membukakan jalan.

.

Tentu saja hampir semua warga Konoha mengikuti pemakaman sang Hokage. Bahkan Sabaku no Gaara dan juga beberapa orang dari negara lain tampak datang untuk memberikan penghormatan terakhir bagi sang Hokage.

Namanya terukir dengan sempurna. Isakan samar terdengar bersahutan di sela angin muson yang menderu semakin kencang.

Jejak langkah berderap menjauhi, saat tetesan hujan berjatuhan dari langit menghantam permukaan bumi.

Hanya Sakura yang tidak terlihat sepanjang hari.

.


.

.

Langit masih saja kelabu. Tak nampak kerlip kartika yang menghiasi angkasa.

Sakura bergeming, tanpa ekspresi. Diam menatap hampa pada nama yang terukir sempurna di batu pualam meski tak terlihat jelas karena kepekatan malam. Memoar itu kembali berputar, menyinggahi relung hatinya hingga dadanya terasa sesak. Bukan karena udara dingin yang menusuk tulang, tapi karena jantungnya terasa berdetak tak beraturan.

Kenangan berai melodi sunyi. Desah napasnya mengalun berat dalam gulita sepi. Komposisi nada malam hipnotis waktu. Semua kenangan yang pernah ada terkumpul dalam batas semu.

Saat seikat mawar melambai oleh sentuhan angin, riak air berduyun-duyun datang dan berjatuhan. Dia berdiri di bawah tarian hujan. Menatap kosong dengan tubuh basah berlatarkan kegelapan. Satu kalimat terlontar sebagai salam perpisahan.

"Oyasuminasai, Naruto."

—bertetes kristal bening berjatuhan dari sepasang iris mata yang mengatup dalam diam.

.

Saatnya telah tiba—

Selamat tidur, Uzumaki Naruto.

—untuk mengistirahatkan diri dalam tidur panjang yang abadi.

.

Dia pergi. Dia mati. Namun dia hidup, dalam banyak hati.

.

.

END



Perih menghujani tubuh
Mengalun tenang di dalam keluh
Kenangan yang tersimpan dalam kotak emas tak kan pernah luruh
Meski eksistensinya semakin menjauh

.

Dia tinggalkan sosok lain dalam tidur panjang
Bergeming diam sebagai korban perpisahan
Meredup cahaya dalam kebisuan
Hati tertinggal di masa silam

.

Elegi bersenandung dalam sunyi
Simbolisasi dari afeksi yang selalu abadi
Memori indah tak terbawa pergi
Tersimpan rapat dalam pundi hati

.

.

Sampai jumpa.
Mimpi indah 'kan menyertai lelapnya.
Kembali Ke Atas Go down
Tamu
Tamu



Memoar Empty
#2PostSubyek: Re: Memoar Memoar Empty20/3/2013, 9:59 am

Topik ini ane kunci, karena telah habis masa tenggang untuk berada di archive.. Fuinjutsu
Kembali Ke Atas Go down
Subject: Re: Memoar  None

Anda tidak dapat mengirmkan postingan atau mengomentari pembahasan di topik ini karena masih berstatus sebagai Tamu.
Silakan Mendaftar dan Login agar dapat mengakses segala fitur forum secara penuh.
AgoessNaruto Robot
Forum Bot



Join Date: 16/05/2009
Lokasi: Forum AgoessNaruto
Comments: Bot untuk membantu anda di Forum AgoessNaruto
Kembali Ke Atas Go down
 

Memoar

Topik sebelumnya Topik selanjutnya Kembali Ke Atas 
Halaman 1 dari 1

Permissions in this forum:Anda tidak dapat menjawab topik
Forum Indofanster :: Tambahan ::   :: Karangan Cerita & Fanfiction :: Recycle Bin-