Sejak zaman dahulu, manusia selalu berusaha menjadi lebih kuat, ada seorang dengan tujuan jahat telah menciptakan sebuah bola energi yang berhawa jahat demi kepentingan dirinya sendiri, bola itu sengaja ia gunakan untuk meningkatkan kekuatannya, menyebar teror di seluruh permukaan bumi.

Namun si orang jahat tersebut belum berhasil sepenuhnya, setiap ada kejahatan, pasti ada kebaikan yang bersiap untuk melawannya, seseorang lain dengan kemampuan khusus berhasil menaklukan orang jahat tersebut, bola energi yang ia gunakan untuk melipat gandakan kekuatannya telah di kunci kedalam sebuah peti kemudian di segel dengan teknik khusus.

berabad abad berlalu, peti itu telah di jaga oleh keturunan si penakluk tersebut, peti itu di jaga dalam sebuah kastil besar di sebuah kaki gunung , di sebuah daerah bernama takigahara, berabad abad daerah itu di isolasi dari dunia luar, tidak pernah terjamah orang orang biasa, hanya segelintir orang yang mengetahui keberadaan kastil takigahara.

Setelah berabad abad terjaga dengan rapi, akhirnya ada sebuah gangguan ketika si penjaga generasi terakhir tiba tiba meninggal, semua anggota kastil bingung mencari pengganti dari penjaga bola energi itu, karena, jika salah orang yang menjaganya, maka orang tersebut dapat tertular dari hawa jahat yang dipancarkan oleh bola itu.

Carut marut sempat melanda kastil tersebut, tentang siapa yang akan menjaga bola tersebut, sebagian berusaha untuk menghindari bola tersebut, namun sebagian lagi ingin sekali menjaga bola tersebut, dengan berbagai macam alasan, sempat terjadi pembunuhan misterius dan pertengkaran di lingkungan kastil tersebut, situasi kian memburuk, hingga akhirnya di kumpulkanlah dewan tertinggi di kastil tersebut dalam sebuah aula besar, mereka berjajar dari ujung ke ujung, duduk berhadapan dengan barisan lain, total keseluruhan disana mencapai 14 orang.

Mereka duduk dengan wajah serius, dan berdiam diri tak berusara menunggu salah satu diantara mereka angkat bicara, pakaian mereka bermacam macam, mereka orang orang yang teridiri dari para samurai dan shinobi, dua kutub kekuatan yang sudah lama melindungi bola energi tersebut.

" saat ini kita sedang di ambang perang saudara..... " ucap seorang di ujung kiri di dekat tangga menuju ke altar dimana bola itu di simpan dalam peti . Orang itu tak lain seorang shinobi muda dari klan uchiha, uchiha joan, usianya memang muda, tapi kemampuannya sudah amat matang.

" Kita tak bisa membiarkan ini terus berlanjut, bencana akan segera datang ketika kita tak bisa mempertahankan stabilitas dari kastil ini " tuturnya sambil membuka mata perlahan.
lantas seseorang di tengah tengah barisan kanan membalas perkataan tadi

" kiranya kita terjebak di keadaan seperti ini, sebaiknya kita tentukan siapa penjaga selanjutnya " ucapnya dengan nada yang berat, mirip suara singa yang sedang menggeram.

" jika kau berkata begitu, seharusnya kau juga tahu bahwa diantara kita tidak ada yang akan mampu melakukan hal itu, hiratio " lagi lagi seseorang kembali angkat bicara, kali ini soujiro takeda, seorang samurai yang seringkali vokal melantangkan suaranya melawan dominasi shinobi dan uchiha didalamnya, nyatanya dewan tertinggi kastil takigahara di penuhi dengan klan klan besar seperti uchiha dan yang lainnya.

" keadaan sudah semakin kacau, jika terlalu lama kita menunggu semuanya akan terbongkar, dan kita akan menjadi pusat perhatian dari seluruh penjuru negara ". kembali seorang samurai menyambung perkataan soujiro. keadaan terus berputar pada percekcokan antar petinggi kastil, berjam jam mereka berembuk dan saling melempar pendapat, namun tidak ditemukan titik temu dari seluruh dewan tersebut, terkadang mereka mengunggulkan diri pribadi, namun ada pula yang mengunggulkan kelompok, nyatanya mereka tidak sadar, bahwa bola energi itu tengah mempengaruhi psikis mereka sejak lama, terlalu dekat dengan bola tersebut akan memberi efek negatif pada pola pikir manusia, sejak kematian sang penjaga efek radiasinya terasa semakin kuat, namun mereka yang terpapar tidak sadar sama sekali apa yang sudah terjadi pada mereka.


setelah beberapa jam berembuk dan melakukan rapat, mereka tetap tidak menemukan keputusan terbaik, akhirnya mereka kembali terdiam, montsuki montsuki yang mereka kenakan sama kakunya dengan wajah wajah mereka, alis terkerut, dan mimik wajah yang geram, semua sama.

" aku keluar dari dewan " tiba tiba seorang di antara dewan tersebut, adalah seorang renji kamashiro, alisnya menajam menukik kebawah.

" aku muak dengan semua perdebatan dan omong kosong ini " tuturnya kembali, membuat seluruh orang yang berada di gedung tersebut terkejut, namun ada beberapa orang yang tetap tenang.

" aku juga mundur " balas soujiro dengan cepat.

" sou ? kenapa kau ikut - ikutan ? " tanya renji sambil memalingkan wajahnya ke arah soujiro.

" ah tidak senpai, ini sudah menjadi keputusan saya " ucapnya sambil membungkuk kepada seluruh anggota rapat kemudian mundur dan meninggalkan ruangan tanpa menunggu jawaban dari mereka yang tersisa di dalam gedung, begitu pula renji kamashiro, dia melakukan hal yang sama dengan sou, mengundurkan diri dari dewan , dan keluar dari gedung dengan cara yang sopan.

renji menutup perlahan pintu geser dari kayu tersebut secara perlahan, ia berjalan menyusuri lorong lorong rumit di dalam kastil tersebut, dilihatnya punggung soujiro yang bersiap menuju ke arah gerbang keluar kastil takigahara.

" sou ! " teriaknya sambil mengambil langkah cepat. sou hanya membalasnya dengan tolehan dan senyum polosnya.

" senpai.... keputusan anda sungguh mengejutkan " tuturnya sambil menyelaraskan langkahnya dengan seniornya itu.

" justru keputusan mu yang membuatku terkejut " balas renji dengan nada yang serius namun tetap menunjukan kesopannannya.

" ahaha..... itu sudah menjadi keputusan saya sejak terjadi carut marut di dalam kastil " jawab sou sembil mengelus ngelus rambutnya yang ikal. keduanya memang sudah kenal lama, sou seorang samurai, renji seorang shinobi, namun perbdaan diantara mereka tidak memberi jarak diantara mereka, seperti dua orang sahabat yang berbeda jalur.

ketika mereka menuruni tangga menuruni kaki gunung tempat kastil takigahara berdiri kokoh, mereka tiba tiba di kejutkan dengan suara ledakan besar, lantas keduanya terbelalak dan memalingkan wajah ke arah kastil, kepulan asap hitam tinggi membumbung di atas kastil, mereka segera bergegas meniti tangga kembali menuju ke arah kastil, keduanya bergerak bersamaan dengan posisi siap bertarung.

" firasatku buruk senpai " ujar sou sambil secepat mungkin mencapai kastil.
setelah sampai di kastil, mereka berdua semakin terkejut dengan keadaan yang ada, ada sebuah lubang besar menganga dari dalam aula, renji melesat maju kedalam aula yang ternyata sudah kosong. sementara sou berlari ke arah berlawanan menemukan seorang pria tergeletak mengerang kesakitan, mulutnya berlumuran darah , luka dalamnya terlihat parah.

" apa yang sebenarnya terjadi ? " tanya sou sambil mencoba meraih bahu dari salah satu dewan tinggi kastil tersebut.

" se...semuanya.... berakhir....a. andri....membuka petinya.... " ucapannya begitu tersendat sendat, diiringi muntahan darah dari mulutnya, membuat mata sou terbelalak tegang.

" andri ? hei ? lalu yang lain, bertahan lah ! " teriaknya sambil mencoba menyadarkan lagi rekan nya tersebut, namun naas, nyawa nya sudah tidak tertolong lagi, tampaknya ia terkena serangan yang cukup telak, perutnya terlihat cekung, seperti di hantam benda keras dengan tenaga sangat besar.

" renji -san ! " teriak sou pada renji yang tengah memeriksa keadaan sekitar.
" ini buruk sou ! " sahutnya dengan nada tegang
" bola energinya hilang ! " lanjutnya sambil menelan air ludahnya sendiri.


" mencari sesuatu..... cecunguk ? " tiba tiba mereka dikejutkan dengan suara seorang lelaki di atap kastil, ia tak sendiri, ada beberapa rekan mereka yang berada di samping lelaki itu.

" Andri ! " teriak renji seolah tidak percaya dengan apa yang terjadi, sou hanya mengerutkan keningnya dan menatap tajam orang yang ia kenal sebagai orang yang pendiam. kini yang mereka lihat hanya seorang dengan tatapan bengis, disertai aura hitam menyeramkan yang membuat sesak udara disekitarnya

" bola itu sudah menyatu dengan tubuhku " pekik Andri dengan lengannya yang melipat di depan dadanya.

Andri, ia juga merupakan bagian dari dewan tertinggi kastil takigahara, dia cenderung jarang memberi suara, hanya diam, namun beberapa orang pernah memergoki dirinya sedang di ruangan arsip rahasia.

" ternyata itu benar ? kau membuka catatan terlarang milik sang penjaga " tanya sou dengan pedang teracung ke arah Andri.

" aku tak percaya, bahkan kalian pun ikut dengan orang ini !? " tanya sou kembali sambil berteriak ke arah rekan rekannya yang berada di samping Andri.

" kalian pecundang, tak dapat memanfaatkan kekuatan ini, hanya kami yang mampu menjaga bola ini " ujar seorang wanita di samping Andri.

" mei... kupikir kau berada di pihak yang tak menginginkan ini ! " ucap renji dengan nada geram dan tak percaya.


" semuanya telah berbalik, renji, kalian pecundang, dan kami pemenang, nikmati hari kalian.... suiton : suiryudan no jutsu ! " tiba tiba wanita bernama mei itu menyerang dengan ribuan liter air yang mengarah kepada sou dan renji , lantas mereka berdua berusaha menghindari serangan mendadak tersebut ke arah yang berlawanan.

sepersekian detik mata mereka tertutup, mereka semua sudah menghilang dari atap dengan cepat.
" ba bagaimana bisa secepat itu ?" sou seolah tidak percaya dengan perpindahan orang orang di atap itu.

" jikkukan.... sial " ujar renji memberi tahu sou tentang bagaimana mereka menghilang begitu cepat.

" sial.... " lagi lagi renji menggeram.

" kita bukan tandingan mereka sekarang, renji san " akhirnya sou mendekat ke arah renji, sambil menepuk pundaknya. Renji hanya mengangguk pelan dan menundukkan kepalanya.

" kita harus mencari sisa rekan kita " usul renji sambil menoleh ke arah sou.
tanpa menunggu jawaban dari sou, renji segera melompat melewati benteng kastil dengan mudahnya, sou juga melakukan hal yang sama dan mengikuti ke arah renji pergi.

Siang itu terik mentari bukan main, panasnya begitu menggigit kulit, bahkan para kucing pun tak berani keluyuran di tengah tengah cuaca seperti itu, sama halnya dengan akimoto matsuri, seorang pemuda biasa yang gemar berkelahi di sekolah nya, ia di kenal berandalan dan sering bolos sekolah, tapi dia tak pernah berusaha untuk merugikan orang lain secara sengaja, kecuali mereka yang mencari gara gara dengan orang ini.

Siang itu, dia tergeletak di kursi rotan di depan rumahnya, dengan kancing kemeja terbuka dia merebahkan diri di kursi rotan yang panjang tersebut, sesekali ia menggeser lengannya yang sejak tadi menempel di kening nya yang penuh keringat karena kepanasan, light, begitu orang sering menyapa nya, karena dia di kenal sebagai pelari andal di sekolahnya, dia juga ulung dalam bermain segala macam olah raga, hanya saja dalam bidang akademi dia tak begitu memperdulikannya.

Beberapa menit dia merebahkan tubuhnya yang peunh keringat sepulang sekolah, dia memutuskan untuk bangun, di tengah duduknya yang belum sepenuhnya benar, sudah ada seseorang yang menyapanya di pelataran rumah.

" light... anak anak sudah berusaha sebisanya, tapi mereka masih berkerumun di lapangan " jelas nya sambil tergesa gesa.

" aku akan kesana... tunggu sebentar " jawab light dengan santainya sambil meraba raba sesuatu di bawah kursi rotannya, di ambilnya stick kendo yang sering ia gunakan saat latihan di sekitar rumahnya.

" aku heran, aku itu bangga, atau kesal punya teman sekelas sepertimu, light " gumam teman light tersebut, rambutnya terbilang gondrong untuk siswa SMU, ia teman sekelas light, dan sering bolos pula, hanya saja lebih parah light.

" andai kau punya bongkahan es, A " ucap light sambil menoleh ke sebelahnya, teman yang light panggil dengan sebutan A itu bernama Hakku Fubuki.

" untuk apa bongkahan es ? " tanya A tanpa memalingkan pandangannya dari jalanan.

" itu akan sangat membantu mendinginkan kepalaku ! " pekiknya sambil menuruni tanah curam di pinggiran jalan, dilihat nya segerombolan anak SMU tengah berkerumun di sebuah lapangan di pinggiran jalan tersebut, mereka saling cekcok dengan wajah dan kepalan tangan yang siap menghajar wajah lawan masing masing.


" ini akan buruk.... " gumam A sambil ikut bergegas berlari mengikuti light.

Seperti iblis light tanpa bicara dan tanpa basa basi langsung menghantam seorang anak SMU dengan membabi buta, di ikuti dengan layangan pukulan A ke orang yang berbeda di sebrang kerumunan teman teman mereka. Tanpa di beri aba aba perkelahian pun mulai, tongkat baseball, stick golf, dan benda keras lainnya mengacung diantara debu debu yang mengepul akibat kericuhan yang terjadi di lapangan kecil itu, suara berisik dari hantaman benda keras dan teriakan yang tak karuan menggaung dari kejauhan.

Light dan A memang terkenal sebagai pemuda urakan, mereka kerap bertarung bersama sama seperti ini tanpa mengenal cuaca, stick kendonya menghantam apapun yang ia lihat sebagai musuh, meski kadang light salah mengayunkan tongkat itu, terkena teman nya, itu hal wajar di situasi seperti itu, ia sering berlatih kendo, namun teknik teknik kendo sudah ia lupakan bila sedang tawuran seperti ini.

A sama halnya, ia membabi buta membantai apa yang ada di hadapannya, kepalan tangan nya terus menerus ia hujam kan ke segala arah, tak beraturan dan tak mempedulikan apapun, mata keduanya seolah membelalak seperti lubang neraka, penuh kebencian yang sia sia. Warga sekitar sudah tidak mampu melerai apa yang terjadi, mereka sudah kapok melerai tawuran seperti ini, tak bersalah apapun malah mereka yang di serang oleh kedua kubu yang bertarung.

Saat itu soujiro tengah berjalan menyusuri jalanan yang tak jauh dari tempat tawuran itu berlangsung, ia tak menunjukan bahwa dirinya seorang samurai, pakaiannya hanya menggunakan celana jeans biasa dengan kemeja kotak kotak serta jubah dari kain kaku yang ia digunakan untuk membalut seluruhnya, katana yang ia bawa ia bungkus dengan kain putih dan di ikatkan di punggung di balik jubah kaku itu.

Ketika ia berjalan ia melihat gerombolan anak SMU itu, debu yang mengepul masih menutupi gerombolan yang tengah bertarung membabi buta itu, dari sekian banyak yang ikut berkelahi ada seorang anak yang memegang stick kendo, gerakannya cukup bagus dimata sou, namun bagi dirinya itu sama sekali tidak membantu di dunia samurai.

“ ya ampuun… kacau sekali, kukira era feodal jepang sudah berakhir sejak lama, kenapa warisan kebodohannya tetap ada hingga sekarang ya… “ ucapnya sambil berlari menuju kerumunan tersebut.

belum sampai mendekati light, sebuah tinju dengan cepat menyambar wajah sou, lantas sou mengelak dengan refleks khas seorang samurainya, menyusul kemudian tebasan tongkat kendo milik light yang segera ia tangkis dengan katana yang ia bungkus dengan kain tadi dan langsung menendang perut anak SMU itu hingga terpental lumayan jauh, temannya tak tinggal diam Fubuki segera menyerang sambil meraih tongkat kendo light yan terjatuh, melompat dan menebaskan secara vertikal tongkatnya kearah pemuda yang bahkan ia tak kenali itu, sou pun tak membiarkan itu terjadi, ia segera balas menebas tongkat kendo yang di arahkan Fubuki ke arah dirinya, tongkat itu akhirnya melayang dan berputar putar di udara untuk beberapa saat sampai akhirnya terjatuh membentur tanah .

Sesaat perkelahian kedua gerombolan anak SMU itu terhenti, mereka menatap heran pemuda yang baru datang tersebut, light masih mengerang kesakitan karena ia telak terhantam kaki pemuda itu.

“ kalian membawa bantuan dari tempat lain ya !? “ teriak light sambil berusaha bangkit meski tubuhnya masih terasa amat sakit.

“ jangan asal menuduh! “ balas seorang anak SMU yang berada di pihak yang di lawan oleh gerombolan light dan A “ kami bahkan tak tahu siapa pemuda ini ! “ tambahnya dengan nada yang lantang dan kebingungan.

“ aku datang untuk membubarkan kalian “ ucap sou dengan tegas namun terlihat tetap tenang.
seolah anak anak itu menyadari sesuatu, mereka segera lari terbirit birit .

“ ayo lari ! dia detektiv yang menangkapi anak anak tawuran itu! “ teriak salah seorang anak yang berlari tunggang langgang menyangka sou adalah anggota polisi berpakaian biasa.
Seolah mengiayakan apa yang di teriakan temannya itu, yang lainnya pun berlari dengan alasan yang sama, menyangka sou adalah polisi.

sou sendiri hanya terpaku dan kebingungan mengapa anak itu berkata bahwa dia detektiv, tapi ia segera bergerak cepat ketika A dan light mencoba kabur, kecepatan sou tak bisa di imbangi oleh light dan A, sou tiba tiba berada di depan mereka dan mencegat pelarian mereka.

“ kalian mau kemana ? hei ! aku bukan polisi, dengarkan dulu ! “ teriak sou sambil menengadahkan lengannya.

“ mereka berdua punya gerakan bagus, refleksnya cepat dan berani juga, cocok “ piker sou ketika melihat kedua anak ini sejak dari awal.

“ hei kau , menyingkir dari hadapan kami ! kami tak ada urusan dengan kau ! “ seru A kepada pemuda itu sambil bersiap menyerang lagi.

“ hei hei, itu sia sia, kalian takan bisa melawanku saat ini “ ucapnya sambil setengah tertawa.

“ cukup “ lanjutnya sambil mengarahkan lima jari yang di buka lebar lebar ketika ia melihat light akan mencoba lari dan menyerang lagi.

“ kalian senang bertarung ? akan aku ajari kalian bertarung dengan benar “ tutur sou sambil membuka ikatan kain yang membungkus katananya, light dan A hanya menatap kain itu merosot dan memperlihatkan apa yang pemuda itu sembunyikan, sebuah katana hitam dengan gagang hitam pula.

“ katana….? “ gumam light terheran heran.

“ benar…. Aku lihat kau juga sering bermain kendo, aku melihat sebagian gerakan mu tadi “ jawab sou dengan cepat sambil membuka katana tersebut dari sarungnya, katana tersebut mengkilap di tengah cuaca yang terik seperti ini.

“ sebenarnya siapa kau ini ? “ Tanya A sambil menatap heran pemuda di hadapannya ini.

“ namaku soujiro takeda, aku bisa mengajari kalian jika kalian mau “ tutur sou sambil mengarahkan pedangnya kearah kedua anak itu.

Fubuki dan matsuri menatap satu sama lain secara perlahan lahan, mereka kembali mengarahkan pandangannya yang masih terheran heran kearah sou kembali, mereka mengangguk ragu pada awalnya, sou tersenyum dan sedikit memiringkan kepalanya sambil mengetuk ngetuk sisi katana yang tumpul ke pundaknya sendiri, sampai akhirnya mereka mengangguk yakin, sou kemudian membalasnya dengan senyum puas dan mengangguk.

“ baiklah ikut dengan ku “ perintahnya sambil membungkus kembali katana nya . Kedua anak itu kemudian mengikuti sou pergi.

“ sebelum aku menemukan rekan rekan ku yang tak pasti keberadaannya , lebih baik aku lakukan sesuatu yang berguna untuk kedua anak ini, semoga takdir berpihak pada kalian “ Pikir sou sambil menoleh ke belakang dimana anak anak itu mengikutinya.

Hyuuga renji berjalan terhuyung - huyung, tubuhnya terasa lelah sekali, menempuh perjalanan yang lumayan jauh membuatnya merasakan dahaga dan lapar yang amat sangat terasa, matanya mulai sayu dan tubuhnya mulai lemas.
" ah... bagaimana ini... " tuturnya dengan suara yang amat kecil, beberapa saat kemudian, ketika ia tetap berjalan, akhirnya ia tersungkur di bahu jalan, dan ia hanya mampu mendesah tak bertenaga, memang ia merasa sakit, tapi ia sudah tak sanggup berteriak, jalanan disana lumayan sepi, itu karena jalan tersebut merupakan jalan keluar masuk dari dan ke hutan, lama ia tergeletak di tempat itu, namun tak lama kemudian seorang pemuda melewati daerah tersebut sambil mengayuh sepedanya yang sudah berdecit.

Siryu, kakinya terus mengayuh sepeda tuanya dengan semangat, kehidupannya memang tak seberuntung orang lain, namun dia tetap semangat menghadapinya, siang itu ia menggigit pinggiran roti ketika kakinya mengayuh pedal yang berdecit itu, ia terlihat terburu buru, namun meski begitu, wajah santainya tak pernah mencerminkan betapa berat hidupnya, ia harus bekerja paruh waktu ketika sekolah usai. ia kerap melalui jalanan sepi ini baik siang maupun malam setelah pekerjaannya usai, ia kerap menggunakan jalan ini karena rumahnya terletak di pinggiran kota, hari ini ia tetap terlihat santai, dan semangat untuk bekerja lagi, demi menghidupi dirinya sendiri, karena dia tinggal jauh dari orang tuanya di desa.

Ketika sedang kencang - kencangnya mengayuh, ia terpaksa menghentikan laju sepeda tuanya itu, kemudian ia turun dan menyelidik apa yang sebenarnya berada di bahu jalan.

" hua ! mayat! " pekik siryu, keringat dingin keluar dari sekujur tubuhnya, sempat ia mencari pertolongan, namun seperti nya hanya ada dia di jalanan tersebut, akhirnya ia memberanikan diri untuk mendekat menuju tubuh yang tergeletak tersebut, diamatinya tubuh tersebut, lalu perlahan ia mendekat dan memeriksa tanda-tanda vital dari tubuh yang tergeletak tersebut.

" apa orang ini masih hidup ya.... ? " gumamnya dengan suara yang bergetar keluar dari tenggorokannya, didekatkannya kuping miliknya ke dada orang tersebut.

"a...air.... " ucap renji dengan susah payah.

" AH!!! Kau hidup kak!? " Sahut siryu sambil menganggkat wajahnya yang terlihat amat terkejut.

"a...air... " lagi lagi renji mengucapkan itu.

Segera, siryu merogoh ransel miliknya, diambilnya sebotol air putih kemasan, dan ia putar tutupnya dengan sekuat tenaga, rasanya benar benar sulit membuka tutup botol air kemasan saja jika terjebak dalam situasi seperti ini.

"ugh...ugh... ini dia" dengan susah payah renji bangkit dan di bantu oleh siryu, ia meminumkan air tersebut melalui mulutnya, renji pun minum air tersebut hingga habis tak tersisa.

" ah..... air minumku..... " keluhnya dalam hati, namun segera ia melupakan pikiran konyol itu ketika melihat betapa hausnya pemuda ini.

" apa kau baik baik saja kak ? " tanya nya memastikan.
Tak ada jawaban dari pemuda itu, kelopak matanya hanya terbuka setengah, tampaknya ia terlalu lemas, bahakan untuk bicara sekalipun.

"Baiklah... aku akan membawamu kerumah ku... " ujarnya sembari membopong orang yang bahkan tak siryu kenali. Dengan susah payah siryu mengalungkan lengan pemuda itu di pundaknya, ia setengah menyeret pemuda itu ke arah sepedanya, kini ia kebingungan ketika ia harus membawa sepeda dan pemuda itu secara bersamaan ke rumahnya.

sesaat ia termenung dalam kebingungan yang ia ciptakan sendiri
" a...aahh.... aku ini bodoh atau apa ya.... " gumamnya ketika menyadari jika hal itu sedikit tak mungkin dilakukan
" ah tidak, aku pasti bisa " kembali ia bergumam, kali ini dengan nada bicara yang pasti.

Ia kemudian menyeret lagi pemuda itu dengan susah payah, pertama, siryu duduk di jok sepedanya, lengan kanannya memegang stang sepeda miliknya, namun ia tak melepaskan pegangan lengan kirinya dari bahu pemuda itu, kemudian ia mengangkat dan menduduk kan pemuda itu di batang sepeda miliknya, kemudian ia mengikat tubuhnya dan tubuh pemuda itu dengan tali yang secara kebetulan ia bawa di ranselnya.

" kadang aku tak mengerti mengapa aku membawa segala benda, mungkin ini jawabannya... " ucapnya sambil berdecak, kemudian ia mengayuh sepedanya ke arah rumahnya.

ketika sedang mengayuh sepeda menuju ke rumahnya, seseorang memanggil siryu dengan teriakan.

" oi! siryu! " Pekiknya dengan keras.
Lantas siryu pun menghentikan laju sepedanya kemudian melirik ke arah sumber suara tersebut.
" ah obi san? " Sapa siryu membalas teriakan dari orang bernama obi tersebut.

"yo siryu, siapa itu ??? eh ? kelihatannya dia tak terlihat dalam kondisi baik ? " Ucapnya terburu buru ketika melihat kondisi renji yang lemas tak berdaya.

"mhh... ano.... itu, aku tak tahu siapa dia, kutemukan di pinggir jalan, ah obi san, lebih baik aku bergegas... " ujar siryu kepada obi sambil melanjutkan perjalanannya menuju rumah.

" ya ! nanti aku menyusul! " Kembali pemuda itu berteriak dari kejauhan.

" yaaaa! " siryu membalas dan melambaikan tangannya, hampir saja karena perbuatannya itu sepeda itu sedikit oleng, namun dengan cepat siryu dapat mengendalikannya kembali.

" hueee... hampir saja.... " desah siryu, akhirnya ia tiba di rumahnya, rumah itu tak besar, bahkan bisa di kategorikan rumah yang kecil, rumah itu masih terlihat seperti rumah tradisional, atapnya juga terlihat tidak terurus, ia tak sempat merawat rumahnya sendiri, karena ia sibuk belajar dan bekerja.

" nah. kita sampai... " ucapnya, meski kalimat itu ditujukan kepada pemuda yang ia bopong saat ini, namun tak ada respon berlebih dari pemuda tersebut, hanya matanya yang mencoba tetap terbuka yang memberi siryu jawaban, bahwa ia masih sadar.

siryu berusaha secepat mungkin membaringkan pemuda itu di tengah ruangan tempat ia makan tidur dan menghabiskan seluruh harinya. Ia kemudian melangkah keluar ruangan tersebut untuk mencari beberapa makanan yang mungkin masih tersisa di lemari dapurnya.
" ah ini dia.... " wajahnya terlihat senang ketika ia menemukan ramen kemasan di dalammnya, ia memeriksa tanggal kadaluarsa kemasan tersebut, dan ia tersenyum tanda makanan itu masih dapat di gunakan meski tanggal kadaluarsanya akan habis di akhir bulan ini.

" benar benar sulit ya... hidupmu... " gumamnya pada dirinya sendiri, meski begitu siryu merupakan anak yang tangguh, dia mampu melewati kesulitan hidupnya dengan ucapan-ucapan santai, seperti yang baru saja ia ucapkan. Setelah ramen kemasan tersebut ia seduh lantas ia membawanya keruangan tempat dimana pemuda itu terbaring.

Ia mencoba menyandarkan pria itu di dinding, dan menyimpan kemasan ramen itu di sampingnya.

" kau bisa makan sendiri ? " tanya siryu pada pemuda itu.

" t-t...terima.... k...kasih.... " ucapnya dengan susah payah.
" ah tak apa , mari ku bantu.... " sahut siryu sambil meraih kemasan ramen tersebut, akhirnya tanpa diminta, siryu membantu renji untuk memakan ramen tersebut sampai habis, cukup lama siryu menunggu tenaga dari pemuda itu pulih, setelah dirasa cukup, akhirnya siryu kembali bertanya.


" boleh aku bertanya nama kakak ? " kali ini ia bertanya dengan tersenyum.
"renji... hyuuga renji" jawab si pemuda tersebut dengan nada pelan.

" ah... nama saya, siryu " siryu mencoba membungkuk sesopan mungkin, kemudian pemuda bernama renji tersebut membalasnya dengan senyum hangat.

" terimakasih... untuk semuanya, tanpa anda, saya pasti sudah mati lemas di tempat itu " tutur renji sambil mencoba menegakkan kepalanya.

" ah iya, ada yang ingin saya tanyakan, kenapa anda bisa tersungkur di tempat itu ? " siryu bertanya dengan wajah kebingungan. namun belum sempat renji menjawab seseorang datang dengan tergesa gesa.
" oh hai siryu " sapa orang tersebut, yang ternyata adalah obi, ia berjanji akan menyusul ke rumah siryu saat di jalan tadi.

" oh, obi, silakan masuk " ucap siryu mempersilakan.

" bagaimana keadaanya sir ? " tanya obi sambil menelisik pemuda itu dengan matanya sendiri.

" saya sudah tidak apa apa... " jawab renji dengan cepat.
" ah... syukurlah, tadi anda terlihat begitu lemas... " ucap obi sembari mengelap keringatnya.

"eh, anda belum menjawab pertanyaan saya.... " siryu kembali menoleh pada renji.

" mh... ceritanya panjang.... " tutur renji pada kedua laki-laki di hadapannya.

" tak apa...kami suka cerita panjang " sahut obi sambil tersenyum cengengesan. Siryu menyahut ucapan itu dengan gelak tawa yang tak terbendung lagi.

Akhirnya renji pun bercerita dari awal hingga ia tersungkur di bahu jalan dekat hutan tersebut. Cukup lama siryu dan obi terdiam, berusaha mencerna apa yang mereka dengar kan dari renji, mereka beberapa kali saling melirik, memastikan apa cerita itu benar benar terjadi, atau hanya dalam dongeng.

Obi menghela nafas panjang " oh ya tuhan... aku perlu waktu untuk mencerna hal seperti ini... " gumamnya, tubuhnya ia rebahkan seperti seorang yang sudah lelah berfikir.

" hmm.... " siryu hanya terdiam, ia terlihat berfikir dan tertarik akan apa yang renji ceritakan. Seolah dirinya terjebak dalam fantasi yang tak pernah ia pikirkan sama sekali, bagaimana mungkin ada bola seperti itu, dan bagaimana mungkin masih menyisakan shinobi dan samurai di era modern seperti itu.


" sulit di terima bukan... ? " kalimat itu terlontar dari seorang renji hyuuga, meski struktur kalimatnnya merupakan pertanyaan, namun sebenarnya itu sebagai penegas betapa peliknya masalah itu.


" memang.... " sahut siryu dengan wajah serius.
" tapi... jika orang yang memegang bola energi itu serius, nasib kita, bagaimana ya... ah tidak,bodohnya aku bukan hanya kita, tapi negara ini, ah bukan ! seluruh dunia... " tuturnya semakin serius.

" kau berkesempatan menjadi shinobi, jika kau mau... " ujar renji di iringi senyum, namun tak menghilangkan kesan serius dari perkataannya tadi. Obi segera bangkit dari posisi berbaringnya.

" apa ? shinobi ? " ucapnya ketika bangkit.
" benarkah ? bisa ? " tanya nya memastikan . Renji hanya membalasanya dengan anggukan dan tersenyum.

" tapi benarkah kau shinobi ? " tanya obi dengan penasaran sekaligus tersisip rasa tidak percaya pada nada kalimatnya.

" kagebunshin no jutsu " ucap renji tiba tiba, seketika itu pula ia berubah menjadi dua orang dengan wajah dan tubuh yang sama persis, jelas hal itu membuat obi dan siryu mundur karena terkejut dengan apa yang mereka lihat.

" jelas ? " tanya renji, membalik kan pertanyaan yang dilontarkan obi.

"ahaha! hebat!!! bisakah aku juga !? " seru siryu sambil membulatkan matanya yang hitam pekat ke arah renji, ia terlihat begitu bersemangat dan sangat tertarik, pikirnya, tadi itu sangat keren, membuat tubuh yang sama dalam hitungan detik, ajaib. Siryu menginginkan itu, ia tertarik menjadi seorang shinobi, tidak, bukan hanya tertarik, ia dan shinobi memang sudah ditakdirkan, namun mereka tak sadar akan hal itu.

Renji hanya tersenyum dan menjelaskan beberapa dasar dari dunia shinobi, mereka mendengarkan dengan seksama, dan mereka benar benar tertarik.

" tapi renji san... " ucap obi tiba tiba. Renji tak berucap sedikitpun, ia hanya menangkap sinyal keseriusan dari obi yang angkat bicara.
" aku ingin menjadi shinobi, karena, aku sendiri merasa ngeri, jika harus membiarkan ini terjadi, tapi apakah kita bisa... " tanya nya kembali, kali ini ia bertanya bukan hanya karena bingung, ia juga takut.

" hmm... tekad itu merupakan seratus persen keberhasilan seseorang... " hanya itu yang ia katakan, namun hati obi dan siryu sudah langsung terenyuh dan terbakar semangatnya, mereka bulatkan tekad untuk menempuh jalan yang akan mereka hadapi, jalan shinobi.