Forum Indofanster
Today 143564713
Selamat datang di Forum Indofanster.
Silakan mendaftar dan login untuk bergabung mendiskusikan berbagai Manga-Anime.

Welcome to FAN

Jangan sungkan untuk bergabung ya...

Forum Indofanster
Today 143564713
Selamat datang di Forum Indofanster.
Silakan mendaftar dan login untuk bergabung mendiskusikan berbagai Manga-Anime.

Welcome to FAN

Jangan sungkan untuk bergabung ya...


Forum Indofanster

Forum Tempat Berdiskusi Tentang Manga - Anime
Dibuat oleh Agoess Sennin pada 16 Mei 2009
Indofanster adalah Keluarga, Bukan Sekedar Tempat Berkumpul
 
IndeksPortalGalleryPencarianLatest imagesAffiliatePendaftaranLogin
Welcome to
Rules • Staff • Ranks & Holder

Share
 

Today

Topik sebelumnya Topik selanjutnya Go down 
PengirimMessage
Skye di Cielo
Jinchuriki Jyuubi
Jinchuriki Jyuubi
Skye di Cielo


Posting : 1182
Join date : 21.01.12

Today Empty
#1PostSubyek: Today Today Empty11/11/2012, 11:06 pm

Jadi sebenernya me mau publish di ffin, tapi ga pede karena diksinya baru pertama kali me bikin. Diksinya ambil dari satu fanfic fandom Kuroko no Basket ^^ dan ini fanfic NaruSaku~


(Pada suatu ketika, seorang sahabat mencium sahabatnya yang lain. Hanya satu orang yang jatuh cinta.)

.

.

today

.

.

(last night)
Tadi malam, saat mereka bersama untuk kesekian kalinya—pemuda berambut kuning itu tampak berkata dengan wajah ceria seperti biasa, “Ayo kita berpisah besok, Sakura-chan!”

.

.

(today)

rrrrrrrr

Ponsel di atas meja itu bergetar.

Haruno Sakura terbangun di pagi hari, mengintip dunia dari satu matanya, lalu ia kembali tidur lagi. Handphone terus bergetar namun gadis itu bergeming di atas kasur, tengah terhembus kembali ke dunia mimpi berisi langit dan angin musim semi, terbuai dalam euphoria hari libur yang jarang ada. Baginya yang bekerja sebagai dokter umum yang bekerja siang dan malam, bisa tidur sampai sore adalah kemewahan tertinggi yang tak terbeli.

Namun suara ketukan pintu langsung membuyarkan langit dan angin musim semi dalam satu letusan menyakitkan. Namun suara teriakan Naruto tepat di telinganya langsung membuyarkan langit dan angin musim semi dalam satu letusan menyakitkan.

"Sakura-chan!"

Ia mengerang.

"Sakura-chan! Bangun!"

"Sakura-chaaaan!"

"Bangun, bangun!"

Sakura tahu kalau Naruto tidak akan berhenti sampai ia benar-benar terjaga, sehingga ia membuka lagi satu matanya. Dalam satu kedipan sosok itu muncul. Di samping tempat tidurnya berdirilah Uzumaki Naruto, dengan kemeja putih dan celana yang begitu rapi dan bersih, tubuhnya wangi seperti sabun. Melihat Naruto, Sakura menjawab parau seakan memohon untuk dibiarkan sendiri sambil melempar salah satu bantal di atas tempat tidurnya. "Jangan masuk sembarangan Naruto-kun, aku ngantuk."

"Tapi kamu sudah janji untuk hari ini!" Naruto menghela nafas.

"Besok saja, kumohon—"

"Tidak boleh besok! Sekarang!" Tangannya melipat. "Memangnya kau lupa janji kita, hah?"

Sakura mengerang lagi.

.

.

Sungguh hari yang cerah untuk berpisah.

Sakura memakai rotinya sambil menguap. Di atas meja ada roti bakar bermentega, telur, dan juga susu segar, semua dalam porsi satu orang. Roti itu gurih tetapi tidak terlalu berlemak, sesuai dengan selera gadis itu. Ia mengedip dan Naruto ada di sebrang meja, rambut kuningnya disepuh sinar dari jendela.

Di sebelah televisi yang menayangkan berita, jas putih dokter milik Sakura tergantung disana bersama dengan sebuah jas hitam di sampingnya.

Naruto memang tidak tinggal bersama dengan Sakura, namun hubungan mereka sudah cukup dekat hingga Sakura berani memberikan kunci apartmentnya pada Naruto. Itulah sebabnya beberapa pakaian Naruto tentu saja masih berada disana.

"Kengapa cengar-cengir begitu?"

"Di rambutmu ada tanduknya."

Wajah Sakura tampak memerah dan dengan segera ia menyisir rambutnya dengan sebuah sisir kecil di dalam tasnya, wajahnya sebal. Dipaksa untuk bangun dan bersiap di pagi santai seperti ini tidak membuatnya senang.

"Cepat makan, lalu kita segera pergi Sakura-chan!" Sakura dapat melihat ekor *hewan yg menggonggong* yang bergerak-gerak. "Sudah lama kita tidak jalan-jalan, kan? Aku kangen!"

.

.

Ia mengedip. Naruto menghilang secepat ia ada.

"Cepat, cepat!"

Dari arah pintu keluar, sudah tampak pemuda itu yang hanya memakai kemeja putihnya dan juga celana hitam tanpa menggunakan jas seperti para pengusaha lainnya. Sakura menghela nafas, memakai pakaian yang menurutnya bagus dan segera membuka pintu apartmentnya.

Sinar matahari membuatnya hampir buta.

.

.

Mereka berjalan tanpa suara hingga Naruto menyela,

"Sakura-chan, kau tahu kita akan berpisah, kan?"

.

.

“Hei kau ingat saat kita makan siang ditempat ini?”

Mereka berjalan berdua, dimana hanya ada mereka di sana karena jam masih menunjukkan pukul 6 pagi—dan semua pertokoan tidak ada yang buka. Sakura berjanji akan mengajak Naruto berjalan berkeliling kota hari ini. Dan sesungguhnya ia tidak ingin mengatakannya setelah apa yang dikatakan oleh Naruto malam tadi.

Angin semilir perlahan menyapu rambut pinknya.

“Disini kita bertiga—bersama dengan Sasuke selalu bersama-sama bukan?”

Sakura menatap pada sebuah taman dimana ia, bersama dengan Naruto kekasihnya dan juga Sasuke sahabatnya sering menghabiskan waktu. Saat SMA, dimana mereka berdua masih berstatus sebagai sepasang sahabat.

Ia tidak pernah menyangka kalau ia akan memiliki hubungan yang lebih daripada sahabat bersama Naruto—terlebih karena ia menyukai Sasuke yang sudah memiliki Hinata.

“Aku—tidak pernah bisa menang saat bermain dengan Sasuke disini—“ melihat sebuah ring basket di taman itu, senyuman pemuda itu tampak sedikit memudar, “—dan sampai akhir pun aku tidak bisa menang darinya."

.

.

Hari ini adalah hari yang cerah untuk berpisah. Langit biru dan putih dengan sempurna, dedaunan hijau menyembul, burung-burung menyanyikan nada ceria, satu persatu ikatan mulai terlepas.

Naruto mendekati gadis itu, lalu mengecup dahinya. Sakura diam saja dan memejamkan mata, merasakan dingin menjalar ke seluruh tubuhnya.

.

.

"Kau mencintai Sasuke bukan Sakura-chan?"

Seluruh otot wajah Sakura bergeming. Di hadapannya, Naruto hanya tersenyum, seakan mengetahui bahwa kekasihnya selama bertahun-tahun mencintai orang lain adalah hal kecil. Seakan seluruh pengkhianatan kejam yang dilakukan Sakura tak lebih dari daun yang jatuh tertiup. Bagaimanapun, dusta yang ia lakukan adalah fakta yang tak terbantahkan.

"Aku sudah tahu dari dulu, kok." Kali ini, Naruto yang mengalihkan pandangan. Ia berdiri dan mengambil sebuah bola basket yang ada di atas kursi taman—mendribble bola basket itu dengan sikap tenang, terlalu tenang, hingga Sakura merasa perutnya dihantam perasaan tak nyaman. Dentum bola menggema berkali lipat seakan mencela kebisuannya. Ia tahu Naruto akan segera pergi, namun tidak berbuat apa-apa untuk menghalanginya."Dari pertama kali kau menciumku di sini. Aku tahu."

Jadi senyummu dulu bukan senyuman bahagia? Ingin Sakura bertanya begitu, tapi keberaniannya hilang tertiup angin dingin.

"Tapi aku tidak mengatakan apa-apa... Egois, kan?" Bola itu memantul di lapangan semen, bergulir, dan terlupakan. "Aku selalu mengamatimu—karena itu aku tahu. Tapi aku tidak mau mengakui kalau aku tahu—aku egois."



"Kalau saja waktu itu aku mengaku padamu."

"Kita memulai dari sini, dan akan berakhir di sini."

.

.

.

Kedua tangan Naruto membelai pipi Sakura. Dingin merayap dari ujung-ujung jari. Mata biru Naruto pun membeku seperti jarum es. Ketika mereka bertatapan, Sakura tidak tahu siapa orang yang ada di hadapannya. Naruto yang ia kenal terasa hangat bila disentuh dan matanya dipenuhi bintang-bintang yang bersinar terang. Di mata biru itu, sekarang hanya ada lubang hitam pengisap. Sinarnya telah mati dan Sakuralah yang membunuhnya.

Siapa orang di hadapannya ini? Ia tahu, tapi jawaban membuat ia takut.

Bibir mereka beradu. Pandangan mereka beradu, lalu Naruto berbisik, mengucapkan kata-katanya yang terakhir ketika bibir Sakura mencecap asin seasin air laut,

"Menyesallah seumur hidupmu."

Ia pun pergi bersama angin.

.

.

(everyday)
(Ia menggenggam tangan Naruto, namun matanya mengikuti orang lain.
Di kegelapan, ia meraba tubuh dan membayangkan seseorang.)


.

(... "Sakura-chan?")

.

.

(today)

rrrrrrrr

"Ya?"

"S—Sakura-chan, akhirnya...!" Dari suaranya, ia tahu Hinata tengah menahan tangis histeris. "K-Kau sudah lihat berita tadi malam, kan? Naruto-kun—"

...

Dari suara berisik di telepon, ia tahu yang lainnya telah berkumpul. Hanya Sakura yang selalu lari dan berpura-pura.

"... Ya."

"Katanya tidak ada yang selamat—.."

Di hadapannya, hanya ada bola basket yang bergulir membentur dinding pembatas.

.

.

(three days before yesterday)

Suara detik jam dinding makin lama makin keras. Sebentar lagi Naruto harus pergi ke bandara—menjadi pemimpin sebuah perusahaan membuatnya harus sering berpergian ke luar kota. Ini adalah perjalanan yang cukup jauh dan cukup berbahaya karena cuaca hari itu buruk, namun pagi itu mereka malah bertengkar hebat. Awalnya hanya karena hal yang sepele, namun akibatnya fatal. Begitu hebat pertengkaran mereka hingga benda-benda terbanting, suara teriakan melengking tinggi dan Naruto lepas kendali—

"Aku tahu, kok!"

"Apa?"

"Aku tahu Sakura-chan mencintai Sasuke-teme!"

Sakura mundur selangkah, bingung.

Suara detik jam itu tiba-tiba menghilang—kenapa dunia mendadak hening? Sakura tidak bisa mendengarnya lagi. Naruto masih memandangnya lekat, makin lama makin dingin dan menyalahkan.

"Apa yang kau bicarakan—"

"Memangnya kau pikir aku tidak tahu?" selanya tajam. Suara itu dipenuhi pedih dan bisa. "Kau pikir aku tidak sadar kalau bertahun-tahun kita bersama dan Sakura-chan membayangkan orang lain? Kita berciuman setiap hari dan kau tidak merasakan apa-apa? Apa kau bahkan pernah mengatakan cinta? Tidak!"

Sakura hampir mundur selangkah lagi saat seluruh rahasianya dibuka bagai buku dan disebar ke udara. Di depannya Naruto memburu napas, sedikit lebih tenang, namun bahunya bergetar hebat.

"Karena itu, apa lebih baik kita berpisah setelah ini?"

"Naruto-kun—"

"Setelah pertemuan ini aku meminta otou-san untuk menyekolahkan S2ku di luar negri—dan Sakura tidak perlu memanfaatkanku lagi. Aku akan keluar dari tempat ini. Kita tidak akan bertemu."

Artinya, mereka akan jadi dua orang asing dan tak ada yang bisa menghalangi hal itu.

"Hah, bisa saja pesawatku jatuh dan aku mati dan Sakura akan sangat senang!"

Ancaman yang sangat kekanakan memang, namun Naruto memeluknya dan mencium bibir gadis itu untuk terakhir kalinya—begitu frustasi hingga gigi mereka bergemerutuk, hingga Sakura merasa paru-parunya macet dan bibirnya lecet, hingga Naruto perlahan menangis dan teriakannya kembali melengking ke atap,

"Aku mencintaimu, Sakura-chan!"

Ia berbalik, meraih kopernya dan berlari keluar. Sakura tidak bisa mendengar bunyi jam ataupun pintu yang didobrak, rasa bersalah membuatnya tuli.

.

.

(everyday)

(..."Aku mencintaimu, Sakura-chan."
"... Aku tahu."
Ia menunggu. Tapi tidak ada balasan yang ia nantikan.
)

.

.

(a day before yesterday)

Sakura Haruno menunggu di bandara dengan hati yang tak tenang.

Telunjuknya mengetuk di lutut, matanya terpaku pada jam digital di panel. Sebentar lagi. Pesawat itu akan mendarat sebentar lagi. Naruto akan datang dan pergi dari hidupnya.

Sakura tahu ia tidak bisa mengatakan aku mencintaimu—

namun ia bisa mengatakan selamat datang, aku merindukanmu untuk mencegah kepergian Naruto. Ia akan mengatakan selamat datang dan meremas tubuh itu dalam pelukan, lalu menggiring pemuda itu pulang ke rumah. Mungkin makan malam dulu di suatu tempat yang maha. Lalu mereka akan berbincang dengan santai berdua sebelum pulang. Ia akan kembali seperti dulu bersama dan—

apa yang dia cegah, kepergian Naruto atau keharusannya mengakui kalau ia memang berdusta?

Ding dong, pengumuman berkumandang di bandara.

.

.

(yesterday)
Inboxnya penuh oleh pesan berisi rasa iba dan duka hingga Sakura berhenti mengecek ponsel.

.

.

(last night)

"Sakura-chan?"

Ia terbangun dari tidurnya yang tak nyenyak, mengerjap melihat Naruto ada di samping ranjangnya yang mendingin, wajahnya cerah dan bersih seperti Naruto yang ia kenal dari dulu. Sosoknya bersinar di ruangan yang gelap ini hingga jemari Sakura spontan meraihnya, dan rasanya seperti menyentuh es batu.

.

.

(today)

Pagi itu, ia memakan roti panggangnya. Naruto ada di seberang meja, menertawakan rambutnya yang berantakan. Ia terlihat begitu nyata, senyata roti mentega yang gurih. Rambut kuningnya lembut tersepuh sinar dari jendela.
Jas putih dokter tergantung di samping jas hitam milik pemuda itu.

Televisi mengulang berita tadi malam. Onggokan pesawat terbang terbakar yang sekarang menjelma jadi serpihan besi berkarat, tengah diangkut keluar dari dasar laut.

.

.

"Sakura-chan, kau tahu kita akan berpisah, kan?

"Ya."

"Kau tahu kalau aku sudah mati, kan?"

"Ya."

“Lalu sebenarnya—“

.

.

.

"—aku hantu atau kau yang g1la?"

.

.

Minuman kaleng itu terjatuh begitu saja, menggelinding dan membentur dinding keras di sampingnya. Diam. Dan sunyi.

.

.

(tomorrow)

Di tempat ini, tidak ada lagi Sakura dan Naruto. Hanya ada Sakura.
Kembali Ke Atas Go down
Subject: Re: Today  None

Anda tidak dapat mengirmkan postingan atau mengomentari pembahasan di topik ini karena masih berstatus sebagai Tamu.
Silakan Mendaftar dan Login agar dapat mengakses segala fitur forum secara penuh.
AgoessNaruto Robot
Forum Bot



Join Date: 16/05/2009
Lokasi: Forum AgoessNaruto
Comments: Bot untuk membantu anda di Forum AgoessNaruto
Kembali Ke Atas Go down
 

Today

Topik sebelumnya Topik selanjutnya Kembali Ke Atas 
Halaman 1 dari 1

 Similar topics

-
» Komentar cerita "Today"
» Struktur Kenegaraan Shinobi RPG FAN

Permissions in this forum:Anda tidak dapat menjawab topik
Forum Indofanster :: Tambahan ::   :: Karangan Cerita & Fanfiction :: Recycle Bin-