Forum Indofanster
The Forgotten Heroes 143564713
Selamat datang di Forum Indofanster.
Silakan mendaftar dan login untuk bergabung mendiskusikan berbagai Manga-Anime.

Welcome to FAN

Jangan sungkan untuk bergabung ya...

Forum Indofanster
The Forgotten Heroes 143564713
Selamat datang di Forum Indofanster.
Silakan mendaftar dan login untuk bergabung mendiskusikan berbagai Manga-Anime.

Welcome to FAN

Jangan sungkan untuk bergabung ya...


Forum Indofanster

Forum Tempat Berdiskusi Tentang Manga - Anime
Dibuat oleh Agoess Sennin pada 16 Mei 2009
Indofanster adalah Keluarga, Bukan Sekedar Tempat Berkumpul
 
IndeksPortalGalleryPencarianLatest imagesAffiliatePendaftaranLogin
Welcome to
Rules • Staff • Ranks & Holder

Share
 

The Forgotten Heroes

Topik sebelumnya Topik selanjutnya Go down 
PengirimMessage
Nue
Kelas S (GL51076X)
Nue


Posting : 1841
Join date : 22.01.12
Lokasi : Kepo luw

The Forgotten Heroes Empty
#1PostSubyek: The Forgotten Heroes The Forgotten Heroes Empty20/11/2012, 10:37 pm

The Forgotten Heroes
Prologue

Api yang merah membara membakar sebuah rumah di tepi tebing, tepat di halamannya berdiri seorang pemuda berambut pirang panjang, rambutnya ia ikat seperti untaian tambang di belakang kepalanya, matanya menyorot tajam ke sekeliling, meski tubuhnya terlihat gelap karena memunggungi api, di sekelilingnya puluhan pria dan wanita menatapnya tajam dan tak berbicara, mata mereka mengkilap memantulkan kobaran api yang ada dihadapannya.

“ Takahashi Renge! Menyerahlah! “ teriak seseorang dibalik barisan tersebut.

“Seluruh pasukanmu sudah kami lumpuhkan! Dan tak ada lagi yang bisa kau lakukan !” tambahnya lagi dengan nada geram.
Tiba tiba seorang wanita yang hampir sebaya dengan orang yang berteriak tadi menimpali seruan itu dengan cepat “sudahlah ryube, tak ada gunanya meneriaki dia, lihat “ tunjuknya menggunakan bola mata yang bergeser kearah pemuda yang di kepung tersebut.

Pemuda berambut pirang itu sama sekali tak bergeming dan bahkan tak mengubah ekspresinya sejak dikepung, ia hanya tersenyum sinis dan menatapi satu persatu orang-orang yang mengelilinginya, lalu kemudian pemuda yang bernama ryube itu segera membungkuk dan memohon maaf “ tapi… hinao sama… “ ucap nya pelan ketika membungkuk.
“itu hal sia-sia, ryube” ucap wanita itu dengan nada datar.
“Sudah! Biar aku saja yang menghajar bajingan ini!” tiba tiba seseorang dengan tubuh tinggi besar maju keluar barisan.
“arc…”tatap ryube setengah kebingungan. “tunggu!” teriak ryube.
“ arc! Jangan gegabah, kita tak tahu apa lagi kemampuan yang ia miliki!” kali ini hinao justru ikut mendukung apa yang diserukan ryube.

“ aku sudah muak dengan ini, GAAAAHH!!!” ia berlari menghampiri pemuda pirang bernama renge itu kemudian menghujamkan pukulan kearah wajah renge, sesaat pemuda itu hanya menatap arc sampai akhirnya tinju arc hanya melewati ruang hampa, renge sekejap menghilan dari hadapan arc, sekejap mata sikut dari renge sudah menghantam keras pundak arc, lutut kanan nya kemudian dihantamkannya ke perut arc selanjutnya ia berputar dan menebas wajah arc dengan kaki nya hingga arc terpelanting dan tersungkur kembali di depan barisan.

Mendadak keadaan menjadi hening, hanya terdengar suara kayu yang terbakar dari rumah yang masih berkobar di belakang renge, raut wajah para pengepung justru terlihat kelelahan dan setengah putus asa melihat apa yang terjadi.

“ Bahkan arc pun terhempas dengan mudahnya oleh dia “ gumam seseorang di sisi kanan barisan, beberapa orang melirik pemuda itu, tubuhnya tak terlalu tinggi, rambutnya perak dan matanya hijau, ia menatap arc kemudian menghampirinya, diseretnya arc kembali kedalam barisan dan dia berjongkok untuk menopang tubuh arc yang tengah lemas.

“ m…makenshi…. Si..sial… “ ucapnya sambil setengah tertawa, tawa yang begitu getir sampai pemuda yang di panggil makenshi itu hanya menatapi arc tanpa merubah ekspresinya yang terlihat khawatir.

“pasukan medis akan memulihkanmu segera” tutur makenshi pada arc.

“sekarang…. Berbaringlah, biar kami yang urus sisanya, tsukasa” makenshi menoleh kea rah pemuda berambut perak dan kaku di belakangnya, saiga tsukasa, dia merupakan salah satu anggota pemberontakan pemerintahan kaisar takahashi renge yang saat ini ada di hadapan mereka.

“ yosh… “ gumam tsukasa sambil melangkah maju, makenshi ikut bangkit dan mengikuti tsukasa sampai akhirnya mereka berdua di hentikan oleh seseorang di belakang barisan.

“ berhenti…” Ucapnya dengan nada berat, seluruh pasukan menoleh dan raut wajah mereka seolah terkejut, orang orang di barisan membuka jalan untuknya, mereka terlihat amat segan pada orang itu dan tak banyak orang menatapnya secara langsung, mereka lebih memilih menunduk.

“ tak ada gunanya menyerang renge satu persatu ” ucapnya dengan tegas memecah keheningan seluruh pasukan pengepung.

“ makenshi, tsukasa, mundur, kita akan siapkan serangan penuh” lanjutnya sambil melangkah menuju barisan terdepan.
Makenshi dan tsukasa tak menimpali perkataan pemuda yang kelihatannya merupakan pemimpin dari pasukan ini, saat dia berada di depan barisan, para pengepung seolah mengerti apa yang akan diperintahkan, mereka langsung memasang kuda-kuda masing-masing. Hal tersebut membuat takahashi renge yang berdiri di pusat kepungan itu terkekeh dari.

“ Hyuuga renji… bersembunyi dibalik para kecoa,huh ?” sindir renge dengan nada tinggi.

“Mereka yang menghalangiku, Takahashi, aku bahkan ingin merobek wajahmu yang menyebalkan itu sejak kau duduk di kursi kaisar”jawab pemimpin dari pasukan pemberontak itu, hyuuga renji, begitu renge memanggilnya, dia adalah sosok yang menentang pemerintahan renge yang semena-mena pada rakyat quezigich, kekaisaran yang saat ini di pegang oleh renge, ia selalu memeras rakyat jelata, dan memenjarakan warga yang berkemampuan bertarung khusus, mereka ditangkap lalu disiksa dengan sadis sampai meregang nyawa di ruang isolasi.
Saat perang meletus, berhari-hari para pemberontak berusaha mengejar dan menangkap takahashi renge, sang kaisar quezigich. Sampai akhirnya mereka dapat mengepung takahashi di tebing ini.

“ Bersiap menembak! “ teriak renji pada seluruh pasukan, seketika itu pula, pasukan tersebut menguatkan kuda-kuda mereka dan mengumpulkan energi, muncul suara-suara mendengung dari energi yang memadat di setiap senjata dan lengan para pengepung, membuat tanah sesaat bergetar karena pemusatan energi, renji pun tak ketinggalan, ia ikut mengarahkan lengannya kearah renge.

“ hahaha! “ terdengar suara tawa dari kejauhan, itu adalah suara dari tawa takahashi renge, dia sudah di kepung dan akan di tembaki oleh seluruh pasukan namun ia tak bergeming, namun kali ini ia bersiap dan memasang kuda-kuda, ia melakukan hal yang sama dengan para pengepung itu namun dia memusatkan seluruh energinya didalam tubuhnya sendiri.

“ kemampuan apa itu ?” sayup-sayup terdengar suara dari barisan pengepung, entah siapa yang angkat bicaara itu namun sepertinya itu mewakili seluruh pengepung tersebut yang setengah terpana dengan apa yang dilakukan renge, sementara konsentrasi energi di lengan dan senjata para pengepung tengah berjalan, kekuatan renge justru kian terasa, renge menggeram, lengannya mengepal dan ia tak berdiri tegak, hampir terlihat setengah berjongkok, bahkan pundaknya membengkok kedepan, tanah disana mulai bergetar, dan bahkan mulai retak.

“Tembak!” teriak renji dengan lantang, seketika renji dan seluruh pasukan menembakkan energi yang sudah terkonsentrasi dan melepaskannya kearah takahashi renge, bunyi dentuman dari pelepasan energi yang di hempaskan dari tiap lengan dan senjata-senjata yang dimiliki pengepung menggetarkan tanah sekitar dan merobek rerumputan yang dilewati energi-energi itu.
Namun saat itu juga Renge tidak tinggal diam, ia sudah mengumpulkan energi berkali-kali lipat dari yang dilakukan oleh para pengepung sendiri, dia kemudian melepaskan energi dalam tubuhnya itu. Ia berteriak sekeras-kerasnya sembari melepaskan energi mengerikan itu, tanah retak dan ledakan besar terjadi di tepi tebing itu, gelombang ledakannya bahkan terasa hingga sekian kilometer dari area tersebut.

Renji dan seluruh pasukan terhempas dengan mudahnya, ada yang tertimpa batu yang ikut terbang karena pelepasan energi renge, ada pula yang menghantam pohon serta tertindih setelah itu, ada pula yang terpelanting jauh kedalam jurang di sisi tebing, namun hampir sisanya dapat bertahan dengan berpegangan pada sesuatu, ledakan energi tersebut berlangsung hampir lima menit, hal itu sudah barang tentu membuat tebing roboh dan tercecer ke segala arah, melumpuhkan dan melenyapkan segala sesuatu yang lemah dan yang dilewatinya.










Chapter 1
The Prisoner

Sebuah tambang besar di lereng gunung kekaisaran quezigich berdiri benteng kokoh yang didalamnya ada sebuah tambang besar, orang luar tidak dapat mendekat ke gunung tersebut, penjagaan super ketat selalu dilakukan disana, banyak pula tentara kerajaan yang berjaga serta berpatroli di sekitar gunung, jika ada orang yang tertangkap sedang mendekati pertambangan, maka hukum cambuk langsung di lakukan di tempat.

Sementara itu di dalam tambang tersebut, bunyi logam yang berbentur dengan batu silih berganti mengisi udara di sekitar, udara yang kotor dan pengap, belum lagi panas dari area pertambangan ini menambah suasana tak nyaman di dalam pertambangan ini, ayunan martil dan peralatan tambang lainnya menghiasi pemandangan di dalam tambang, pemuda berambut perak di ujung sebuah selokan yang digunakan untuk jalan menuju kedalam goa tempat dimana harta dari quezigich di keruk, pemuda itu tak lain adalah makenshi, anggota pemberontak yang pernah mengepung kaisar, kini sudah tiga tahun berlalu, setelah ledakan besar itu, para pemberontak yang selamat di kumpulkan, dan kemampuan mereka di kunci oleh seorang panglima militer quezigich, kini mereka hanya manusia biasa, tak ada bedanya dengan yang lain.

“arc, sebelah sana…” tunjuk makenshi kepada pemuda bertubuh besar dan kekar itu,arc menoleh ke arah benda yang ditunjukan oleh makenshi, rupanya ia menunjuk sebuah gerobak yang memiliki tiga roda, lantas arc bergegas menghampiri gerobak itu dan menyeretnya dengan kasar

“ Hei kerja yang betul! “ tiba-tiba terdengar pekikan dari seorang tentara yang berjaga disana..
Arc hanya menatap tentara itu dengan tatapan tajam, sementara makenshi memandangi arc cukup lama kemudian menggelengkan kepalanya perlahan.

“sudahlah arc…” tuturnya sambil kembali mengayunkan cangkul yang ia genggam ke tanah yang berada di depannya.

“aku mulai muak dengan semua ini” gumam arc sambil menghampiri makenshi dengan gerobak yang ia dorong, makenshi melempar tanah yang sudah ia cangkul kedalam gerobak yang dipegang oleh arc.

“aku juga muak, namun…kita tak bisa berbuat banyak, kita juga tak tahu bagaimana nasib renji sama” timpalnya dengan nada santai.

“dia di isolasi, benar ? “ Tanya arc pada makenshi.
Saat makenshi akan angkat bicara, tiba tiba muncul seseorang dari goa penggalian dan menyambar pertanyaan yang di tanyakan arc

“benar” arc dan makensi menoleh pada orang yang bicara itu. “kaisar tak mau ambil resiko lagi” tambahnya sambil mendorong gerobak yang dibawanya dari dalam.

“tatsuya…cih, kau banyak bicara seperti biasa…” sindir makenshi pada bocah yang ia lirik dengan ujung kelopak matanya.

“ah…makenshi-san, kau dingin seperti biasa…” timpalnya dengan nada santai.

“lekaslah arc, bawa kedalam!” seru makenshi ketika gerobak arc tanpa disadari sudah penuh dengan tanah dan kerikil, lantas arc tak banyak bicara dan bergegas mendorong gerobak itu menuju kedalam goa.

“sebetulnya untuk apa tanah dimasukan kedalam goa, apa mereka akan mengubur kita hidup-hidup ?” tiba-tiba terdengar suara yang tidak asing di telinga makenshi dan tatsuya.

“ah ryube-san!” teriak tatsuya dengan lantang melihat ryube datang dengan pakaian lusuh, sama dengan lain, serta sekop yang ia sandarkan di pundak kiri nya.

“yo…tatsu, kau ceria seperti biasa, seperti langit ini, sama teriknya dengan teriakanmu” komentarnya berbau sindiran namun lagi lagi, tatsuya tak pernah bergeming, dia cenderung tidak pernah mendengarkan kata-kata yang menjurus pada negatif dari seseorang, makenshi hanya diam dan terus mencangkul serta melemparkan tanah itu kedalam gerobak tatsuya.

“ sana…” perintahnya pada tatsuya, tatsuya pun mengangguk dan meninggalkan makenshi untuk masuk kedalam goa.
Saat ryube mendekat, makenshi menghentakkan ujung cangkulnya ke tanah dan menatap ryube yang masih berjalan dari kejauhan.

“ kudengar mereka membangun terowongan, tapi aku tak tahu kemana jalurnya, aku bahkan sudah lupa hari ini hari apa, dan aku lupa arah mata angin serta letak geografis Negara ini” tuturanya panjang lebar, kala itu ryube sudah hampir mendekat.

“ cih… terowongan… pantas mereka mengeruk tanah, pasti untuk tembok di sampingnya ya” ucap ryube mengomentari.

“ kemungkinan besar seperti itu “ jawab makenshi sambil kembali mencangkul, mereka sadar betul ketika tentara memergoki mereka tengah asyik bicara, cambuk akan tiba tiba melayang ke tubuh mereka tampak ampun.
Ketika hari sudah mendekati tengah hari tiba tiba lonceng berbunyi. Biasanya lonceng berbunyi setiap tengah hari, menandakan istirahat telah tiba, namun saat ini belum tengah hari, maka banyak tahanan yang merasa heran terhadap isyarat itu, namun semuanya jelas ketika para tentara bergegas menghampiri masing masing blok dan memerintahkan untuk menghentikan seluruh kegiatan, mereka dipaksa untuk berbaris di hadapan sebuah benteng yang menjulang tinggi, para tahanan itu diseret dan di arahkan untuk berbaris dengan cara kasar, banyak yang kelelahan di sana, namun para tentara tak pernah peduli akan hal itu, jika terlambat mereka justru di siksa.

Ketika semua telah berbaris keheningan pun menerpa penambangan besar itu, tak biasanya tambang tersebut dapat hening seperti ini, tak boleh ada satu orang pun bicara, mereka hanya dapat bertanya pada diri mereka sendiri, ada apa sebenarnya, apa yang akan dilakukan para tentara, namun tak lama kemudian jelaslah maksud dari dikumpulkannya para tahanan tersebut, rupanya diatas benteng yang menjulang tinggi itu, ada sekitar beberapa pasukan khusus yang mengawal seseorang di depannya, dia adalah takahashi renge, sang kaisar yang berkuasa, dia tetap di damping jendral nya, kazumazu tokugawa, seorang jendral bengis tanpa ekspresi yang tak pernah segan membunuh orang-orang yang dianggapnya tak berguna.

Tatapan tajam menyorot ke arah renge dari bawah sana, namun renge tak peduli, dia berdiri tegak di atas benteng tersebut, dan tersenyum sinis kepada mereka yang dibawah, merka tak lebih dari budak yang dipaksa bekerja demi kekayaan dan kesejahteraan renge, begitu lah mereka di mata renge.

Petugas memaksa mereka berbaris dengan rapi, cukup lama proses merapikan barisan tersebut berlangsung, kadang cambuk dan siksaan mewarnai proses tersebut, akhirnya barisan yang rapi pun di inginkan, mereka berjajar dengan rapi meski dengan pakaian yang sama, seperti tahanan, memakai seragam abu abu lusuh dan celana pendek dengan warna yang sama, tiap seragam yang mereka kenakan sudah di bubuhi kode tahanan, mereka diam tak berbicara, karena satu desisan pun bisa mengakibatkan mereka di cambuk kembali oleh para tentara yang siap di setiap blok barisan.

Saat semuanya terhening, renge meloncat turun dari benteng tinggi itu, banyak wajah yang terbelalak melihat kejadian itu, namun ada beberapa yang sudah mengetahui, bahwa hal tersebut takan melukai renge sedikitpun, saat menapaki tanah, dia mendarat dengan sempurna, seperti melompati pagar tetangga, tak ada bunyi sesuatu yang seperti terjatuh dari ketinggian seperti itu, dia bangkit dan menatap seluruh tahanan dengan wajah nya yang tetap tersenyum sinis, sang jendral yang setia mengikti apa yang dilakukan kaisarnya, dia melompat dan mendarat tepat di samping renge.

“ Kalian… “ tiba tiba, sang jendral melangkah kedepan, renge tak meliriknya sedikitpun, tatapan mereka sama sama kejamnya meski ekspresi mereka berbeda, kazumazu tokugawa dikenal sebagai jendral berdarah dingin, sadis dan tak pernah sekalipun terlihat tersenyum atau marah berlebihan, dia benar benar tak pernah punya ekspresi, matanya memang sayu, tapi orang ini lah yang mengunci kemampuan seluruh pemberontak sehingga menjadi manusia biasa.

“ Kalian, sadarkah kalian… bahwa kalian sia-sia jika melakukan pemberontakan…” ucapnya dingin, lama dia menjeda perkataannya ketika berjalan menyusuri barisan. “ Harusnya kalian bangga di pertambangan ini, kalian adalah pejuang untuk kesejahteraan quezigich…” lanjutnya dengan nada yang tidak terlalu tinggi namun tegas, dan cukup bisa di dengar oleh seluruh barisan, “ Ada kalanya kalian harus menerima kenyataan bahwa, kalian harus tunduk pada pemerintahan ini, ada atau tidak adanya kalian… quezigich tetap sejahtera, itu artinya kaisar tak berbuat buruk bukan ?” jelasnya sambil terus mengitari tiap blok dan barisan secara bergilir. Tiba tiba saja seorang pria paruh baya meludah ke arah sang jendral yang kebetulan mendekat ke arah pria itu, tubuhnya kurus dan pendek, kepalanya botak namun masih menyisakan rambut di sisi kepala nya, pandangannya jelas terlihat geram pada jendral kazumazu, seketika pidato jendral kazumazu terhenti begitu ludah itu mendarat tepat di wajah dan jubah hitam kebesarannya, jendral kazumazu tak bicara sedikitpun, ia hanya menatap pria itu dan mendekat perlahan.

“ Aku tak pernah sudi quezigich diserahkan pada orang-orang gila seperti kalian ! kalian hanya menyejahterakan orang yang mendukung kalian!” pekiknya hinga menggema di seluruh pertambangan, kazuma seperti tak peduli apa yang dikatakan pria itu.

“ Lebih baik aku mati daripada aku harus menderita di neraka seperti ini! Semuanya juga sudah tak tahan!” Teriaknya lagi kali ini seperti sudah putus asa dengan apa yang terjadi, banyak orang menunduk, dan miris melihat keadaan itu. Beberapa orang berfikir bahwa pria itu memang sudah siap mati, tapi, bukan dengan cara seperti ini, kazumazu dikenal kejam dan biadab.

“ kau boss nya…tuan…” ucap kazumazu menepuk kepala sang pria paruh baya itu, kemudian ia letakkan lengannya di atas kepala pria itu. “A…apa yang kau lakukan !?” Tanya si pria itu dengan nada ketakutan, tubuhnya hampir mundur namun ia tak bisa, perlahan lengan berbalut sarung tangan hitam itu menguatkan pegangannya, ia kemudian terlihat mencengkram kepala pria itu, jelas si pria kesakitan, ia mengerang kesakitan, beberapa orang di dekat barisannya geram dan tak bisa melakukan apa-apa, si pria itu mengerang makin kencang, ia menjerit dan mencoba melepaskan cengkraman sang jendral, namun percuma saja, pria itu menjerit dengan hebatnya, rasa sakitnya bahkan sampai ke pikiran orang sekitar yang menyaksikan itu semua secara langsung.

“Kau boss nya….tuan” ucap kazumazu kembali dengan dinginnya.

“Hentikan ! Hentikan! Tidak!” tiba tiba seorang pemuda berteriak dari kejauhan dan mencoba menerobos tiap orang yang menghalanginya, para tentara sigap dan bersiap menangkapnya namun renge memberi isyarat untuk tetap diam, akhirnya si pemuda berhasil mendekat namun tak sempat menyelamatkan pria itu, kepala pria itu hancur di cengkram kazumazu, darah nya menciprat ke segala arah, tubuh pria kurus itu ambruk mengenaskan, mereka yang disekitar tempat berdirinya bahkan masih dapat melihat mulutnya yang menganga ketika menjerit kesakitan, sebagian jijik dan sangat tak mau melihat itu, namun mereka hanya bisa diam, hanya shisui, pemuda yang menghampiri pria itu dengan susah payah, akhirnya tiba di hadapan pria yang sudah terbujur kaku bersimbah darah itu.

“ Tidak… paman….tidak…. “ Gumamnya sambil mengalirkan air mata, ia mbruk di hadapan pria yang mati mengenaskan itu, menangisi kepergiannya yang tragis dan tak ia sangka.

“ Aku bahkan masih ingat senyum terakhirnya ketika akan berbaris “ Pikir pemuda bernama shisuiitu menatap jasad pria yang sudah tak dapat ia tolong lagi. Tiba tiba pandangannya beralih pada sang jendral yang diam tak berekspresi itu, tatapan pemuda itu begitu beringas seperti seluruh kekesalan bertumpu padanya, iris mata nya berubah menjadi merah terang.

“ kukira uchiha sudah ku bunuh semua… tapi aku salah… kau seorang uchiha ternyata…” gumam kazumazu ketika melihat pupil mata merah itu.

“ uchiha… bukannya mereka klan yang tak mau ikut campur dengan urusan quezigich” piker makenshi ketika melihat pemuda itu dari kejauhan.

“Namaku Uchiha Shishui! Aku akan membunuhmu suatu saat!” Pekiknya dengan berani, menatap kazumazu secara langsung dan diiringi kata kata seperti itu, banyak yang berfikir bahwa pemuda itu akan mati, sama dengan pamannya yang berteriak seenaknya,
namun, kazumazu hanya diam dan menatapnya dingin.

“Kuragukan itu…tapi…akan sangat menarik, kurasa…” gumamnya sambil berbalik meninggalkan mayat itu begitu saja, pemuda bernama shisui itu makin geram dan bangkit, namun banyak dari rekannya yang menahannya untuk terus berontak, akhirnya dengan menyesal, ia mengurungkan niatnya untuk bertindak brutal.

“ Kuharap kejadian ini memberi kesan baik untuk kalian, bekerjalah demi Negara kalian, dengan begitu, kematian kalian akan lebih berharga “ Ucapnya sembari mengelap ludah dan darah yang ada di wajahnya.

“ Kurasa hari ini cukup, tuan ku” Tutur kazuma kepada sang kaisar, kaisar hanya tersenyum puas dan mengangguk.

“ Nah, aku ingin kalian tetap semangat bekerja, dan menyelesaikannya dengan cepat, para tentara akan terus mengaping kalian agar kalian bertindak benar dan sesuai !” teriak renge tiba tiba.
Seketika suara riuh rendah mendengung di telinga renge, mereka berbisik satu sama lain, renge tak dapat mendengar semuanya tapi, itu terdengar seperti bisikan kebencian dari tiap tahanan, ia tidak peduli seberapa menderitanya mereka, ia juga tidak akan peduli mereka mati atau hidup, yang jelas, jika masih bisa bernafas, renge akan menyiksa mereka dengan pelan pelan dan tentunya, memeras tenaga mereka demi keuntungannya sendiri.


Hari itu berjalan melelahkan, tak satupun dari para tahanan terlihat segar, bahkan para tahanan wanita yang bekerja di dapur pun terlihat begitu lesu, sore itu, para tahanan di berikan waktu istirahat lumayan panjang dari pada biasanya, tak banyak yang mereka lakukan, beberapa ada yang bersandar di pinggiran gubuk tempat pos para penjaga, beberapa ada yang berbisik bisik dengan rekan seperjuangan mereka sambil memakan ransum yang di berikan setiap istirahat menjelang. Beberapa orang juga tak begitu terlihat senang dengan kejadian hari ini, shisui yang masih menatapi gundukan tanah di pojok area pertambangan, wajahnya tampak lesu, masih ada sisa air mata di pipi nya yang bercampur dengan debu dari pertambangan, sesekali terdengar isakan dari dirinya, tak banyak orang yang kenal dengan shisui, namun sesekali datang beberapa orang mengucapkan bela sungkawa terhadapnya, dan mendoakan paman dari shisui tersebut, saat itu makenshi dan ryube seperti biasa sedang berkeliling sambil mengobrol, keduanya memang memiliki tampang tak sedap, kadang mereka juga terlibat perkelahian karena keduanya punya kata kata yang ketus dan cenderung tak enak untuk di dengar, saat itu mereka secara tidak sengaja melihat shisui yang masih termenung di depan kuburan pamannya itu.

“ Turut berduka cita, atas meninggalnya pamanmu “ ucap ryube secara tiba tiba, sambil menghampiri pundak anak itu.

“ Tinggalkan aku sendiri “ jawab anak itu dengan cepat. Keduanya sempat kaget mendengar hal itu, mereka saling melirik dengan wajah tak percaya.

“ Kami hanya ingin mengucapkan bela sungkawa kepada… “ belum selesai ryube merampungkan kalimatnya, mata merah anak itu menusuk tajam pada mereka berdua.

“Tinggalkan aku sendiri! “ Pekiknya, banyak orang memperhatikan kejadian itu, membuat makenshi dan ryube menjadi sedikit malu dengan kejadian itu, akhirnya mereka berdua memutuskan untuk pergi dan membiarkan anak itu sendiri dahulu, mereka berfikir mungkin ada benarnya membiarkan anak itu berfikir jernih dahulu.

“ dasar uchiha… “ gumam makenshi sambil mendongak menatap mentari senja di ufuk barat, cangkir yang ia pegang bergoyang tenang menyambut malam.

Sementara itu di istana, terdapat sebuah meja yang amat panjang, meja ini merupakan meja jamuan makan kekaisaran, disini biasa diadakan jamuan makan untuk para pemimpin dari negara lain, dan pejabat pejabat penting baik dari dalam maupun luar negri, namun kali ini meja tersebut hanya terdapat dua orang yang tengah duduk, takahashi renge dengan sang jendral tengah duduk menunggu hidangan makan malam tiba, mereka sesekali berbisik mengenai sesuatu yang penting, jenderal kazumazu terlihat mencatat berbagai hal yang dikatakan renge, dan sesekali renge mengangguk ketika kazumazu tengah berbicara.

Disela pembicaraan penting mereka, para pelayan kekaisaran kini tiba di ruangan tersebut, mereka berjejer rapi melangkah menuju meja makan sang kaisar dengan jendralnya, para pelayan tersebut terdiri dari para wanita yang berasal dari quezigich sendiri, namun untuk masuk ke istana tentu banyak prosedur kemanan yang berlangsung, sistem perekrutannya pun rumit, hal ini di maksudkan agar istana tidak disusupi para pemberontak.
Namun sehebat apapun sistem yang berjalan, pasti ada celah untuk memasukinya, begitu pula yang di lakukan oleh kikyo, salah satu anggota pemberontak yang ditugasi menjadi mata mata istana, ia berhasil melewati belasan prosedur keamanan dan berbagai tes untuk masuk menjadi salah satu pelayan istana, meski ia berhasil, bukan berarti ia menikmati tugas ini, saat ini ia mendekat ke meja kaisar, mereka tengah berbisik tentang sesuatu.

“ Proses pengerjaannya sudah hampir rampung, kita hanya perlu mengecek beberapa kali lagi “ terdengar beberapa kalimat dari kazumazu tokugawa, yang tengah membicarakan sesuatu.

“ hmm… begitu, aku kira proyek persenjataan ini akan membuat Negara kita kuat dan kaya… “ jawab renge dengan puas.
Kedua kalimat itu kikyo tangkap dengan jelas, ia berusaha berekspresi se normal mungkin, ia tahu resikonya amat besar ketika ia ketahuan menguping, setelah semua pelayan menyajikan semua santapan, mereka berjajar di sisi sang kaisar, pembicaraan mereka pun berlanjut, namun kazumazu tokugawa memang cerdik, ia tak memberi kesempatan siapapun untuk menguping, ia meminta sang kaisar untuk menyuruh para pelayan keluar dari ruangan tersebut, dengan begitu takan ada rahasia yang bocor keluar istana.
Kemudian renge pun memerintahkan para pelayan untuk meninggalkan ruangan, ia hanya melambaikan tangannya, kemudian para pelayan tersebut membungkuk tanpa bicara sepatah kata pun, mereka keluar dengan rapi, seperti robot yang sudah di program gerakannya.

Malam pun kian larut, kikyo kini sedang duduk di atas ranjang nya, menatapi dinding di depannya dengan tatapan kosong, bunyi detak jam di atas meja kecil di sudut ruangannya menemani lamunannya malam itu, ia menatap keluar jendela dan menatap bulan yang masih belum sempurna bulatannya.

“ Kami akan menang, dan kami akan menggulingkan kekaisaran “ Gumamnya dalam hati.

Sementara itu di barak barak tempat para tahanan tidur, beberapa dari mereka juga ada yang tidak bisa tidur, arc, dia duduk dan termenung di sisi rekan rekannya yang sudah tertidur pulas, ia memandangi tiang dari batu bata yang tersusu n dihadapannya, rasanya ingin menghajar tiang tersebut, namun tak ia laksanakan, ia hanya menyimpan dendam itu erat erat di hatinya.

“ Kami akan menang…. Kami akan menang….” Perasaan arc, mewakili seluruh perasaan para tahanan yang ada disana.
Kembali Ke Atas Go down
Subject: Re: The Forgotten Heroes  None

Anda tidak dapat mengirmkan postingan atau mengomentari pembahasan di topik ini karena masih berstatus sebagai Tamu.
Silakan Mendaftar dan Login agar dapat mengakses segala fitur forum secara penuh.
AgoessNaruto Robot
Forum Bot



Join Date: 16/05/2009
Lokasi: Forum AgoessNaruto
Comments: Bot untuk membantu anda di Forum AgoessNaruto
Kembali Ke Atas Go down
 

The Forgotten Heroes

Topik sebelumnya Topik selanjutnya Kembali Ke Atas 
Halaman 1 dari 1

 Similar topics

-
» Cheat Baseball Heroes Commbo Point Di Facebook
» Penggemar Basara All Series Khususnya Basara 2 Heroes.

Permissions in this forum:Anda tidak dapat menjawab topik
Forum Indofanster :: Tambahan ::   :: Karangan Cerita & Fanfiction :: Recycle Bin-