Forum Indofanster
Story About Us 143564713
Selamat datang di Forum Indofanster.
Silakan mendaftar dan login untuk bergabung mendiskusikan berbagai Manga-Anime.

Welcome to FAN

Jangan sungkan untuk bergabung ya...

Forum Indofanster
Story About Us 143564713
Selamat datang di Forum Indofanster.
Silakan mendaftar dan login untuk bergabung mendiskusikan berbagai Manga-Anime.

Welcome to FAN

Jangan sungkan untuk bergabung ya...


Forum Indofanster

Forum Tempat Berdiskusi Tentang Manga - Anime
Dibuat oleh Agoess Sennin pada 16 Mei 2009
Indofanster adalah Keluarga, Bukan Sekedar Tempat Berkumpul
 
IndeksPortalGalleryPencarianLatest imagesAffiliatePendaftaranLogin
Welcome to
Rules • Staff • Ranks & Holder

Share
 

Story About Us

Topik sebelumnya Topik selanjutnya Go down 
PengirimMessage
Skye di Cielo
Jinchuriki Jyuubi
Jinchuriki Jyuubi
Skye di Cielo


Posting : 1182
Join date : 21.01.12

Story About Us Empty
#1PostSubyek: Story About Us Story About Us Empty7/1/2013, 9:22 pm

Chapter 1, The Beginning


Dunia Shinobi memiliki banyak klan yang terkenal seperti Uchiha dengan mata Sharingannya dan Hyuuga dengan mata Byakugannya, atau mungkin Naara yang memiliki kekuatan mengendalikan bayangan dan Yamanaka yang memiliki kekuatan untuk menukar jiwa mereka.

Tetapi banyak dari mereka yang berada diluar klan itu—memiliki kekuatan yang memang sudah ada sejak mereka lahir. Mulai dari Genjutsu, Ninjutsu, ataupun Taijutsu.

Namun, para penduduk biasa menghindari mereka karena menganggap mereka membawa kutukan dengan kekuatan itu. Seperti di Kirigakure—seorang anak laki-laki berusia 10 tahun tampak duduk di tepi sungai sendirian dan tampak menatap sungai di depannya dengan matanya yang tampak kuning menyala—berbeda dengan orang lain.

Beberapa bisikan tampak terdengar dari orang-orang yang berjalan melewati anak itu—namun ia hanya diam seolah tidak mendengarkannya.

“…ei…Hei…” suara yang tampak samar itu semakin terdengar jelas saat ia menoleh dan menemukan seseorang yang mendekatinya dan menatapnya. Cukup mencolok, dengan matanya yang berwarna ruby, dan rambutnya yang berwarna Crimson.

“Ada apa?”

“Apa benar yang dikatakan orang-orang?” anak itu tampak menatap bocah lainnya yang pada akhirnya duduk dan menatap kearah sungai lagi, “matamu itu—kutukan?”

“Oh,” senyumannya tampak merekah—walaupun apa yang dikatakan oleh anak laki-laki itu bukanlah sesuatu yang membahagiakan. Tetapi percayalah—ini adalah pertama kalinya seseorang berkata secara langsung padanya, bahkan berbicara dengannya, “apa yang kau dengar dari mereka?”

“Mereka berkata kalau orag yang melihat matamu akan melihat mimpi buruk—“ jawabnya sambil menoleh pada anak itu dan menatap langsung mata kuningnya yang tampak kosong itu.

“Lalu, bagaimana menurutmu?”

“Menurutku—mereka salah,” jawabnya sambil merebahkan dirinya di atas rerumputan itu, “buktinya aku tidak melihat apapun saat aku menatap matamu tadi.”

“Mungkin aku tidak menggunakan kutukan itu?” jawabnya sambil tertawa dan menatap pemuda yang ada di sampingnya. Menarik—mungkin itu yang ia fikirkan saat mendengar semua pembicaraan mereka tadi.

“Tidak—buktinya sampai sekarang kau tidak menggunakannya—kau memang tidak ingin menggunakannya,” jawabnya sambil menghela nafas dan merebahkan dirinya, “kenapa kau sendirian?”

“Siapa yang mau mendekati orang yang membawa kutukan,” jawabnya santai seolah apa yang ia katakan itu sudah biasa ia ucapkan ataupun ia dengar dari yang lainnya—bahkan kedua orang tuanya sendiri.

“Heh—orang dewasa memang menyebalkan, ngomong-ngomong siapa namamu—“ mengulurkan tangannya menunggu sebuah jawaban dari yang ia lakukan. Pemuda itu tampak menatap bocah itu sebelum mengulurkan tangannya dan menjabat tangannya.

“Sora—“

“Hanya Sora?”

“Ayah dan ibuku tidak ingin aku memakai nama keluarga—jadi aku hanya memakai nama kecilku saja,” jawabnya sambil mengangkat bahu. Pemuda itu berdiri dan tertawa entah karena alasan yang tidak ia mengerti.

“Kau terlalu banyak memiliki persamaan denganku—sepertinya kita akan menjadi teman eh, Sora?”

“Teman? Kau benar-benar ingin aku menjadi temanmu?” menatap dengan tatapan bingung, sebelum pemuda itu mengangguk padanya.

“Kenapa tidak—toh aku merasa tidak ada yang perlu kutakutkan bersama denganmu.” Tertawa santai dan berdiri dari tempatnya duduk, “ah—aku belum menyebutkan namaku, namaku adalah Toshiya Rokudo. Salam kenal—“


To be Continue


Terakhir diubah oleh Skye di Cielo tanggal 26/7/2013, 10:40 am, total 1 kali diubah
Kembali Ke Atas Go down
Skye di Cielo
Jinchuriki Jyuubi
Jinchuriki Jyuubi
Skye di Cielo


Posting : 1182
Join date : 21.01.12

Story About Us Empty
#2PostSubyek: Re: Story About Us Story About Us Empty23/1/2013, 10:53 pm

Chapter 2, Gennin Team


“EH! Aku tidak tahu kalau kau berada dalam satu kelas denganku,” berada di dalam kelasnya di akademi ninja, Sora tampak terkejut saat melihat Toshi yang duduk di barisan yang sama dengannya, hanya berbeda beberapa bangku dari tempatnya duduk.

“Kau selalu melamun saat pelajaran sih, lagipula kau memang jarang berbicara dengan yang lainnya—“ duduk di depan pemuda itu dan menghadap ke belakang, berbicara padanya.

“Bukankah karena kau sering tertidur saat pelajaran?” menatap kearah Toshi yang memalingkan wajahnya sambil bersiul. Empat persimpangan tampak berada di atas kepalanya karena perkataannya tidak ditanggapi.

“Ngomong-ngomong bangku sebelahmu kosong?”

“Tentu saja kosong—siapa yang mau duduk di sebelahnya? Bisa-bisa kita tidak bisa tidur semalaman karena kutukannya,” celetuk seorang anak yang mendengar pembicaraan mereka. Toshi segera memberikannya tatapan tajam sebelum anak itu pergi dengan teman-temannya.

“Kau tidak perlu memikirkan apa yang mereka katakan.”

“Siapa yang memikirkannya?” Toshi menatap Sora yang tampak tersenyum lebar seolah tidak mendengar apa yang dikatakan oleh teman-temannya tadi.



“Wajahmu j3lek.”

“Hei!” protes dan kesal saat sahabatnya itu mengatainya j3lek tiba-tiba tanpa ada alasan. Tertawa saat melihat temannya itu kesal, Toshi hanya berjalan dan mengambil buku yang ada di atas mejanya sebelum pindah di sebelah temannya itu.

“Kalau begitu tidak masalah aku duduk di sampingmu,” jawabnya dengan segera menempatkan dirinya di sebelah Sora yang tampak terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Toshi, “tetapi jangan menggangguku saat tidur.”

“Tergantung!”




Pagi itu, suasana di sekolah masih sepi dengan para murid—namun pemuda berambut merah crimson itu sudah tampak muncul di dekat akademi berjalan santai tidak terburu-buru. Toshi tampak melihat beberapa anak yang tampak berlari ketakutan, membuat sang pemuda mengerutkan alisnya.

Berlari dan mencoba untuk menuju kearah dimana tadi anak-anak itu berasal. Menemukan sosok pemuda berambut kuning itu tampak terduduk di atas tanah dengan beberapa memar di wajahnya, dan juga seorang anak perempuan berambut hitam panjang yang membungkuk di depannya.

“Hei, apa yang kau lakukan!” menghampiri keduanya dan mencoba untuk mengecek keadaan Sora. Perempuan itu menoleh dan menatap kearah Toshi yang tampak menghampiri keduanya.

“Kau temannya?” menunjuk pada Sora yang masih membenahi diri yang kacau, Toshi hanya mengangguk dengan dahi yang berkerut bingung, “sebaiknya kau lebih memperhatikannya—hampir saja ia dihajar oleh anak-anak itu. Heran kenapa mereka suka sekali mengganggu.”

“Terima kasih sudah membantuku—“ berdiri dan sedikit menundukkan kepalanya.

“Hati-hatilah, orang-orang seperti itu tidak akan kapok kalau hanya digertak seperti tadi,” menyilangkan kedua tangannya di depan dada dan menatap mata Sora saat itu, “ah, kaukah yang dibicarakan orang-orang tentang mata yang aneh itu?”

‘Wow—langsung berbicara pada intinya…’ keduanya—Sora dan Toshi hanya bisa menatap datar kearah sang perempuan. Biasanya tidak akan ada orang yang mengatakan seperti itu langsung saat pertemuan pertama dengan Sora—atau lebih tepatnya akan menjauh darinya.

“Kau anbu kan?” Toshi menatap dan mengamati gadis di depannya. Sementara Sora yang tampak sepertinya tidak mengetahuinya hanya membulatkan mata dan mulutnya menganga tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Toshi.

“Hee? Bahkan kau lebih muda daripada kami kan?”

“Dia adalah Boa Hancock Kuja, anggota anbu termuda di Kirigakure—“ Toshi yang memang sebenarnya memiliki banyak pengetahuan, mengingat otaknya yang cepat tanggap itu menjelaskan pada Sora.

“Sepertinya aku tidak perlu memperkenalkan diri, begitulah namaku adalah Boa Hancock Kuja, dan aku memang anggota anbu. Jadi, kau siapa? Dia adalah Sora—“ menunjuk pada pemuda berambut kuning itu, “tetapi aku tidak tahu siapa kau.”

“Namaku adalah Toshiya Rokudo—temannya,” menunjuk Sora juga dengan ogah-ogahan. Tetapi tentu saja jawabannya itu bukan main-main.

“Boa, Mizukage memanggil karena ada tugas yang harus diselesaikan,” salah seorang anbu tampak mendekati mereka dan memanggil sang gadis kecil sebelum gadis itu mencoba untuk menjawab perkenalan dari Toshi.

“Ah, baiklah! Senang berkenalan dengan kalian—lain kali kita akan mengobrol lagi ya!” berbalik dan dengan segera menghilang bersama dengan anbu yang tadi baru saja datang. Kedua orang yang tersisa hanya bisa terdiam melihat perginya sang anggota anbu termuda.

BLETAK!

“Ittei—“ memegangi kepalanya, Sora tampak menatap Toshi yang baru saja memukulnya dengan gulungan buku di tangannya, “—untuk apa itu?!”

“Karena kau hanya diam dan tidak melawan mereka,” jawab Toshi sambil menghela nafas dan berkacak pinggang, “kenapa kau datang pagi sekali?”

“Karena hari ini pengumuman pembagian kelompok Gennin bukan? Dan tebak apa—aku dan kau berada dalam satu kelompok,” tertawa dan menunjukkan kertas pembagian kelompok Gennin, “sensei tidak masuk hari ini dan pembagian kelompok dibagian di setiap bangku.”

“Lalu siapa satu lagi?” mengambil kertas dan melihat anggota ketiga tim mereka, “Tim 3, Asari—Takashiro? Memangnya ada orang sepertinya di kelas kita?”

“Kau memang pintar tetapi pengetahuanmu tentang orang-orang di sekitarmu benar-benar minim—“ Sora menghela nafas, dan Toshi hanya menggerutu mendengarnya, “—Asari Takashiro berada di kelas kita. Walaupun Ninjutsunya tidak terlalu mencolok, namun ia memiliki permainan pedang yang sangat hebat.”

“Terima kasih atas pujiannya Sora-dono—“ suara itu membuat keduanya menoleh untuk menemukan pemuda berambut hitam pendek dengan pakaian kimono hitam dan sebuah pedang yang berada di pinggangnya, “—bagaimana kalau kita pergi sekarang?”

“Kemana? Dan kau yang bernama Asari?”

“Begitulah, anda pasti Sora-dono dan juga Toshiya-dono—“ sedikit bingung dengan embel-embel yang diberikan oleh sang pria berambut hitam itu. Yang benar saja, tidak ada lagi orang yang memanggil seseorang dengan imbuhan –dono, “Aria-sensei sudah menunggu kalian berdua. Saya diberitahu untuk menjemput kalian…”

“Oh baiklah! Kalau begitu ayo pergi sebelum guru kita marah—“ Sora menarik tangan Toshiya dan berjalan cepat sambil menarik tangan Asari juga.




“Baiklah, terima kasih untuk Asari yang sudah menjemput dua orang lainnya—sekarang kita akan memulai perkenalan—namaku adalah Aria Matsuga dan mulai sekarang aku yang akan menjadi guru kalian.” Seorang perempuan berambut hitam pendek dengan mata berwarna biru tampak tersenyum dan menyilangkan kedua tangannya, “baiklah, mulai dari Asari?”

“Hai! Namaku adalah Asari Takashiro, usiaku adalah 11 tahun dan aku tidak terlalu menguasai Genjutsu, Ninjutsu, maupun Taijutsu—“

“Hah, lalu apa yang bisa kau lakukan?” Toshi tampak memotong pembicaraan dari Asari dengan nada sinis.

“Tahu Battoujutsu?”

Sora yang mendengar itu tampak tidak mengerti dan hanya diam sementara Toshi dan juga Aria yang tampaknya mengerti hanya bisa mengangguk.

“Itu adalah seni permainan pedang—tidak aneh kalau kau membawa pedang di pinggangmu,” Toshi hanya menghela nafas dan mengangkat bahunya. Sora hanya mengangguk-angguk mengerti pada akhirnya apa yang dikatakan oleh sang teman.

“Kegemaranku adalah bermain—apapun terutama permainan pedang, dan yang sepertinya tidak ada yang tidak kusukai,” berfikir dengan nada yang tampak riang, “cita-citaku tentu saja menjadi shinobi yang paling hebat menggunakan ilmu pedang!”

“Entah kenapa aku benci caranya berbicara,” Toshi tampak menggerutu pelan dan Sora hanya tertawa mendengarnya. Kali ini ia melihat kearah Aria yang juga ikut tertawa mendengarnya.

“Baiklah selanjutnya!”

“Namaku adalah Toshiya Rokudo, usiaku adalah 11 tahun dan yang aku kuasai—“ terdiam sejenak, tidak melanjutkan kata-katanya membuat Aria, Sora, dan juga Asari menatapnya heran, “—Suiton.” Nada ragu terdengar saat itu dari Toshi, “tidak ada yang spesifik yang aku suka, dan aku benci seseorang yang terlalu santai menghadapi hidup.”

Menoleh dengan tatapan tajam pada Asari yang hanya tertawa.

“Aku tidak memiliki cita-cita khusus, menjadi shinobi sudah cukup untukku—“

Aria tampak menatap bingung kearah Toshi sebelum beralih pada Sora.

“Baiklah, lanjutkan—“

“Namaku adalah Sora, dan usiaku adalah 11 tahun, tidak terlalu banyak yang bisa kupelajari, tetapi aku cukup bisa menggunakan Fuuton, tetapi—seperti yang dikatakan oleh orang-orang,” menggaruk kepala belakangnya sambil tersenyum canggung, “aku membuat mereka melihat ilusi yang menyeramkan meskipun aku tidak tahu bagaimana.”

Aria menatap mata Sora, tentu saja ia tahu kabar angin yang mengatakan kalau muridnya ini memiliki mata yang berbeda. Berwarna kuning terang, dan terkadang bisa membuat seseorang menampakkan sebuah ilusi.

“Bagaimana dengan kegemaran dan cita-citamu?”

“Kegemaranku adalah makan dan juga bermain—kalau yang tidak kusukai, mungkin orang-orang yang suka menggangguku, dan untuk cita-cita aku hanya ingin menjadi shinobi yang melindungi banyak orang,” Aria tampak tersenyum mendengar cita-cita yang disebutkan oleh Sora.

“Baiklah, aku sudah punya misi untuk kalian~”



“Yang benar saja!” ketiganya tampak menatap sang guru tidak percaya dengan apa yang dikatakan olehnya. Baru hari pertama dan yang akan mereka lakukan? Melakukan misi pertama.

To be Continue




Catatan kaki : *-dono : Panggilan dari orang-orang Jepang jaman dulu untuk memanggil orang-orang yang tidak mereka kenal dengan dekat. Untuk di masa yang lebih modern setara dengan imbuhan –san.

Silahkan komen disini ^ ^ http://www.indofanster.org/t5664-komentar-story-about-us#202919


Terakhir diubah oleh Skye di Cielo tanggal 26/7/2013, 10:41 am, total 1 kali diubah
Kembali Ke Atas Go down
Skye di Cielo
Jinchuriki Jyuubi
Jinchuriki Jyuubi
Skye di Cielo


Posting : 1182
Join date : 21.01.12

Story About Us Empty
#3PostSubyek: Re: Story About Us Story About Us Empty1/3/2013, 2:25 pm

Chapter 3, Chiton*



“Asari-san, apakah kau menemukan target?” mendengarkan dari alat komunikasi yang terpasang di telinganya, tampak Sora yang sedang bersembunyi di belakang pohon dan mencoba untuk melihat sekelilingnya.

“Tidak ada pergerakan sama sekali, bagaimana dengan anda Toshi-dono?”

“Jangan memanggilku dengan nama kecil seenaknya, aku tidak suka itu—“ Sora tampak menggerutu pelan saat mendengar suara dari pemuda berambut hitam itu yang malah tertawa karena mendengar jawabannya.

“Maa, maa—tidak ada masalah bukan? Lagipula itu bisa mengakrabkan kita.”

“Aku tidak suka berakrab ria denganmu, jadi berhentilah berfikir aku akan melakukannya—“ jawabnya dingin, menatap pada posisi Takashiro yang sebenarnya ada di dekatnya dengan tatapan tajam dan menusuk.

“Maa, tetapi Sora tidak pernah keberatan.”

“AKU BERBEDA DENGANNYA BOD0H!” suara Toshiya tampak bahkan terdengar tanpa bantuan alat komunikasi. Bahkan Sora yang jaraknya lebih jauh daripada mereka tampak menoleh langsung dan menghela nafas saat melihat kedua teman satu timnya itu berkelahi lagi.

“Kalian berdua—“

HISSSSH!

Suara itu membuatnya menoleh ke atas, melihat seekor kucing berwarna putih yang melompat turun menuju ke kepala Sora saat itu. Tentu saja karena masih terfokus dengan kedua temannya membuat ia tidak bisa dengan segera menghindar.

“GAAAAH!”

Kedua pemuda yang sedang bertengkar itu segera menoleh untuk menemukan Sora yang mencoba untuk menenangkan kucing itu. Dan tentu saja beberapa cakaran tampak berada di wajahnya saat itu. Walaupun berusaha untuk menahannya, namun melihat bagaimana agresifnya kucing itu hanya tinggal menunggu waktu untuk kucing itu kabur.

“Asari-san, Toshi!”

“Sora!” berlari kearah pemuda itu sebelum tiba-tiba seseorang sudah berada di belakangnya dan mencoba untuk mengambil kucing itu. Menghela nafas, ia memegang punggung kucing itu dan menatapnya. Tentu saja sang jounnin yang ada disana, guru mereka—Aria Matsuga.

“Lagi-lagi kalian berdua mengacaukan misi, apakah tidak bisa kalian tidak bertengkar?” menatap dengan senyuman namun empat persimpangan diatas kepalanya, menatap kedua bocah yang senang sekali bertengkar, atau dalam hal ini Sora yang sering emosi saat melihat sifat dari Takashiro.

“Dia yang menyebalkan—“ menunjuk pada Taka yang tampak tertawa sambil merangkul bahu Toshi.

“Maa, aku tidak menyebalkan—kau saja yang cepat sekali marah denganku,” jawabnya sambil tertawa dan menggaruk dagunya dengan telunjuk.

“Maksudmu aku yang salah?!”

“Mereka berdua itu,” menghela nafas Sora tampak mengambil kucing itu dari Aria yang tampak menatapnya balik, “biar aku saja yang mengembalikannya Aria-sensei, kalau tidak ada yang menghentikan mereka bisa gawat…”

“Tidak apa-apa?”

“Uhm, hanya mengembalikan ini saja tidak masalah untukku—“ membungkuk dan segera berlari keluar dari hutan menuju ke kota untuk mengembalikan kucing yang menjadi salah satu misi yang mereka ambil.




“Sepertinya kakimu terluka,” menghela nafas saat ia sudah keluar dari hutan dan berjalan menuju ke salah satu post pengamanan. Duduk di sana, melihat bagaimana kaki kucing itu mengeluarkan darah karena terluka.

“Karena itukah kau mengamuk? Aku akan mencoba mengobatimu,” menghela nafas dan mencoba untuk mengambil perban yang ada di dalam tas kecilnya. Ia adalah orang yang ceroboh, jadi peralatan seperti itu sudah biasa ada di dalam tasnya.

Baru saja selesai mengobati kaki kucing itu saat tiba-tiba saja beberapa orang tampak mengepungnya, menatapnya dengan tatapan tajam dan juga senyuman yang tampak tidak bisa diartikan baik dilihat dari manapun.




Setelah ‘beberapa saat’ beradu mulut, pada akhirnya dua orang pemuda bernama Toshi dan juga Taka itu kembali pada sang guru sambil Toshi masih menggerutu karena sikap Taka yang terlalu santai itu.

“Sudah selesai?” Aria menatap dengan senyuman kearah keduanya. Sedikit bergidik ngeri karena tekanan yang diberikan saat itu, mereka dengan segera mengangguk cepat dan menoleh kekiri dan kekanan.

“Dimana Sora?” jawab mereka bebarengan. Toshi yang menoleh kearah Taka tampak menatap tajam kearahnya sementara yang bersangkutan tampak bingung dengan perlakuan dari pemuda itu.

“Jangan ikuti perkataanku!”

“Maa—maa, tetapi aku memang ingin menanyakan itu.”

’Terkadang kufikir mereka berdua ini bisa akur, ternyata—‘ Aria menghela nafas dan menyilangkan kedua tangannya. Ia melihat kearah langit, sudah cukup lama Sora pergi dan sampai sekarang belum kembali juga.

“Aku akan menyusulnya, dia kembali untuk memberikan laporan misi bukan,” Sora menghela nafas dan berjalan sambil menggaruk kepala belakangnya.

“Ah aku akan ikut Toshi-dono!”

“Jangan mengikutiku!”




DHUAK!

Suara tendangan tampak terdengar dari salah satu sisi hutan yang berada di tepi Kirigakure itu. Beberapa anak tampak mengelilingi pemuda berambut kuning itu dan terlihat memukulinya.

“Apa masalah kalian!”

“Kenapa? Kami hanya membela diri dari mata terkutukmu itu, kalau mata itu benar-benar tidak bisa terbuka lagi—bukankah itu akan menyelamatkan desa ini,” salah satu dari mereka tampak tersenyum licik sambil menahan tubuh Sora yang tampak sudah terjatuh dengan sebelah kakinya.

Kucing yang tadi bersama dengannya tampak mengeong di depan Sora seolah ingin menolongnya dari para anak-anak berandalan itu.

“Berisik!” menendang kucing yang ada di depannya dan menatap pada Sora lagi, di tangannya tampak sebuah kunai yang sudah siap untuk ditujukan padanya. Sora yang sudah babak belur tampak tidak bisa bergerak sama sekali dan hanya menutup matanya saja.

TRAK!

Suara sesuatu yang tampak berbenturan itu membuatnya membuka mata perlahan. Menatap kearah depan menemukan seseorang yang sudah berdiri di depannya sambil memegang pedang di tangannya, menahan serangan kunai itu.

“Asari-san!”

“Apakah kau tidak apa-apa Sora-dono? Aria-sensei pergi ke gedung Hokage untuk mengecekmu tetapi ternyata kau belum sampai juga,” jawab Taka sambil tertawa dan tetap menahan serangan itu.

“Hei siapa kau! Kalau kau melindungi monster itu, berarti kau adalah lawan kami!”

“Dua lawan lima? Apakah tidak terlalu tidak adil?” jawabnya sambil menghela nafas dan menaruh pedang kayunya di bahu.

“Kau!” baru saja akan menyerang dengan kunai lainnya saat sebuah kunai berwarna merah tampak menusuk punggung tangannya dan membuatnya melepaskan kunai itu, “UAGH!”

“Tiga lawan lima,” menggaruk kepala belakangnya, tampak Toshi  yang menghela nafas dan menatap kedua rekan satu timnya itu dengan malas, “masih belum seimbang, tetapi sepertinya aku bisa mengatasi dua lawan…”

“Kalian gennin baru jangan sok! Kami lebih tua daripada kalian,” salah satu dari mereka tampak merasa diremehkan dan menatap Toshi dengan tatapan kesal. Salah satu dari mereka mencoba untuk menyerang Toshi secara bergerombol.

Salah satu dari mereka tampak melemparkan kunai pada Toshi dan segera ditahannya dengan tangannya sendiri membuat kunai itu menusuk telapak tangannya. Darah cukup banyak keluar karena luka itu cukup dalam tetapi tidak ada raut wajah kesakitan yang terlihat di wajah Toshi.

“Toshi-dono, anda tidak apa-apa?!”

“Jangan berisik Sword-freak aku tidak apa-apa, sebaiknya kau perhatikan sekelilingmu saja,” Sora mencabut kunai itu dan menatap darah yang ada di tangannya. Pandangannya beralih pada musuh yang ada di depannya, “hanya seperti ini yang bisa kalian lakukan? Yang benar saja—“

“K—Kau,” salah satu dari mereka mencoba untuk memberikan isyarat. Dan tanpa bisa ditebak, tiba-tiba beberapa orang sudah melemparkan beberapa kunai disana. Ternyata bukan lima orang itu saja yang berada disana, beberapa bersembunyi di balik pohon dan melemparkan kunai serta shuriken.

“Toshi!”

Beberapa anggota tubuh Toshi tampak terkena goresan, bahkan terkena luka tusuk meskipun tidak dalam.

“Sudah selesai?” bergerak untuk pertama kali setelah diserang oleh musuh mereka, “sekarang bukankah giliranku untuk menyerang kalian, senpai~?”

“Apa yang terjadi pada Toshi-dono?”

“Entahlah,” Sora melihat kearah sekelilingnya, mencoba untuk menganalisa setiap centi dari pemandangan yang ada di depannya saat ini. Menyadari sesuatu yang aneh, yang membuat matanya membulat, “dimana kunai merah itu?”

“Eh?”

“Toshi menggunakan kunai merah untuk menusuk salah satu tangan dari lawan bukan? Yang kulihat disini tidak ada sama sekali kunai berwarna merah,” Taka melihat kearah sekeliling dan memang benar tidak ada kunai berwarna merah.

“Mungkinkah terbawa oleh musuh?”

“Lemparan kalian lamban—“ entah darimana tampak terlihat sekali lagi kunai berwarna merah sudah terselip di tangannya. Melemparnya dengan akurasi yang cukup mematikan, dan mengenai satu orang di dekatnya.

“ARGH!” tampak memegangi bahunya yang terkena tiga buah kunai, tampak orang itu tumbang sambil memegangi bahunya. Serangan itu tidak mematikan, tetapi entah kenapa tubuhnya tidak bisa bergerak karena itu.

“Si—sial!” kali ini dua orang berada di kiri dan kanannya mencoba untuk menyerang dari dua arah. Namun tiba-tiba sekali lagi delapan buah kunai yang berada di kiri dan kanan tangannya terlempar dan mengenai dua orang itu.

“Bagaimana ia bisa menarik kunai dengan cepat seperti itu?!” Taka tampak terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Toshi didepannya. Sementara Sora tampak mengamati sungguh-sungguh, menyadari sesuatu, “aku bahkan tidak bisa melihat saat ia menarik kunai itu.”

“Tidak, ia memang tidak menarik kunai itu—kunai itu muncul begitu saja dari tangannya,” Sora melihat beberapa kali Toshi mengeluarkan kunai itu, berwarna merah pekat seolah itu benar-benar terbuat dari darah, “seolah kunai itu adalah darahnya…”

“Bocah sialan—“ salah satu dari musuh yang terkena serangan Toshi tampak memaksakan dirinya untuk bergerak. Saat itu Toshi menunjuk kearahnya, dan entah bagaimana pergerakan orang itu berhenti. Dengan tubuh yang bergetar, ia tampak berbalik kearah kawannya.

“He—hei, ada apa?”

“A—aku tidak bisa mengendalikan tubuhku!” seolah mengikuti gerakan tangan Toshi, orang itu menerjang dan menyerang beberapa orang yang seharusnya berada di pihak yang sama dengannya. Seolah Toshi menggerakkannya bak boneka.

Sementara pertarungan itu berlangsung, di atas sebuah dahan tampak perempuan berambut pendek yang mengamati hal itu dari sana. Aria mencari mereka dan menemukan mereka dalam keadaan pertarungan seperti ini.

’Sora memiliki pengamatan yang cukup tajam, dan Asari sepertinya masih belum mengeluarkan kekuatannya. Tetapi melihat kecepatan yang dimiliki saat ia menghalangi serangan pertama—aku tahu ia adalah anak yang tidak biasa,’ melihat kearah Sora dan Asari, kemudian beralih pada pemuda berambut merah yang sedang menyerang beberapa orang disekelilingnya itu.

’Toshi, ternyata benar bahwa ada sebuah keluarga yang memiliki kemampuan yang unik walaupun tidak berada dalam sebuah klan.’ Aria melihat bagaimana jurus-jurus yang dilancarkan oleh Sora, ’pertama adalah sebuah senjata yang terbuat dari darah. Meningkatkan kecepatan dari penggunaan senjata karena senjata itu muncul begitu saja dari lukanya… Lalu, mengendalikan seseorang yang tampaknya bisa dikendalikan karena terinjeksi oleh darah dari Toshi. Itulah alasan kedua kenapa ia menggunakan kunai dari darahnya itu sendiri…’



“Sepertinya tahun inipun banyak Gennin yang memiliki kemampuan yang menarik…”


To be Continue


Y-yah mohon komentarnya... (_ _) http://www.indofanster.org/t5664-komentar-story-about-us

*Chiton -> Pengendalian darah.


Terakhir diubah oleh Skye di Cielo tanggal 26/7/2013, 10:41 am, total 1 kali diubah
Kembali Ke Atas Go down
Skye di Cielo
Jinchuriki Jyuubi
Jinchuriki Jyuubi
Skye di Cielo


Posting : 1182
Join date : 21.01.12

Story About Us Empty
#4PostSubyek: Re: Story About Us Story About Us Empty3/3/2013, 12:44 pm

Chapter 4, Shigure Souen Ryu
Sora’s POV


Entah apa yang sebenarnya terjadi, tetapi aku mencoba untuk mengamati semuanya. Toshi bahkan tidak menurunkan tangannya untuk mengambil kunai. Hell, bahkan ia tidak membawa tas penyimpanan kunai, bagaimana ia bisa melakukan hal itu.

Tidak ada yang bisa kulakukan, bahkan Toshi bisa mengalahkan mereka semua sendirian. Tetapi kenapa aku bahkan tidak bisa mengerakkan sedikitpun tubuhku dan hanya bisa mematung melihat Toshi.

Suaranya, detak jantung dan juga nafasnya—aneh, tidak seirama. Tidak seperti biasanya, seolah ia bisa tumbang kapanpun juga saat ini. Aku tidak boleh diam saja seperti ini, tetapi aku hanya akan membuat mereka semakin terbebani.

“Asari-san—“

“Sudah kukatakan untuk memanggilku Taka bukan?” Taka menatapku sambil tersenyum, ya—semenjak hari pertama Taka memang menyuruh kami memanggilnya dengan nama itu. Tetapi tentu saja aku tidak mungkin langsung memanggilnya seperti itu, “tenang saja Sora-dono, aku akan melindungimu sementara Toshi-dono mencoba untuk melawan mereka…”

“Tidak—kau harus menolongnya,” aku bisa melihat bagaimana Taka merasa bingung dengan apa yang kukatakan. Tetapi percayalah, aku mengatakan apa yang terjadi, “ia tidak akan bisa bertahan lama dalam keadaan seperti itu. Tenang saja, aku tidak apa-apa…”

“Eh tetapi aku tidak melihat Toshi-dono kesusahan…”

“Memang susah untuk dipercaya, tetapi—percayalah…” aku benar-benar tidak tahu, tetapi sejak kecil aku memiliki pendengaran yang bahkan memiliki ambang batas diatas manusia normal. Dengan sedikit berkonsentrasi aku bisa merasa bagaimana detak jantung seseorang meskipun dalam jarak yang cukup jauh.

Tetapi bagaimana cara meyakinkan Taka, ia tidak mungkin percaya begitu saja padaku bukan. Tidak pernah ada orang yang begitu saja percaya pada—

“Baiklah, tetapi anda harus menjaga diri hingga saya kembali Sora-dono,” memang aku yang memintanya, tetapi mendengar perkataannya yang menunjukkan kalau Taka mempercayaiku begitu saja. Rasanya, aku bahkan tidak pernah mendengar itu dari kedua orang tuaku.

“Sora-dono?”

“A—ah, ya aku akan menjaga diriku…”


…Toshi’s POV…


Oke, mereka adalah orang yang paling keras kepala yang pernah aku lawan. Satu tumbang dan yang lainnya mencoba untuk menyerang. Oke, aku memang tidak bisa mengendalikan orang lebih dari dua sekaligus.

Dan sepertinya mereka menyadarinya…

“Tch—“ aku mencoba untuk menjauhkan salah satu dari dua orang yang kukendalikan setelah menginjeksikan darahku yang kubentuk menjadi kunai. Tiga orang sudah tumbang dan tidak bisa bergerak, namun masih ada tiga orang yang belum bergerak dan tiga orang lain yang mencoba untuk melawanku.

Terlebih Chiton ini benar-benar menguras tenaga, selain chakra darah yang kugunakan tentu saja sama artinya dengan aku kehilangan darah cukup banyak. Kalau seperti ini bisa-bisa bukan karena kalah melawan mereka tetapi aku bisa pingsan karena kehabisan darah.

“Toshi, dibelakangmu!” suara Sora membuatku tersentak. Berbalik untuk menemukan seseorang yang tampak mencoba untuk menyerangku dengan sebuah shuriken berukuran besar di tangannya. Sial, aku benar-benar tidak sempat untuk mengelak.

“Shigure Shouen Ryuu : Utsushi Ame…”


…Normal POV…


Toshi mendengar suara Taka dari arah kanannya saat sebuah gelombang air tampak muncul. Tetapi bukan itu yang membuatnya terkejut, namun serangan yang ternyata datang dari arah kiri. Sebuah tebasan yang memanfaatkan air itu sebagai pemerluas arena serangan tampak membuat beberapa orang di belakang Toshi tampak terhempas karena air itu.

“Ap—“ berbalik kali ini benar-benar melihat kearah asal serangan. Melihat Taka yang tampak memegang sebuah pedang—pedang sungguhan yang ia letakkan di atas bahu. Pedang kayu yang ia bawa saat itu tampak tidak ada di tangan ataupun di pinggangnya.

“Kenapa kau ada disini!”

“Sora-dono menyuruhku untuk membantumu karena kau tampak kelelahan,” jawab Taka sambil menunjuk pada Sora yang ada di belakangnya. Sora tampak akan protes lagi sebelum berdecak dan tampak memalingkan wajahnya.

“Terserah!”

“Ayolah, lagipula yang saat ini benar-benar tidak terluka adalah aku bukan? Sebaiknya anda beristirahat saja,” menghela nafas dan menatap Toshi yang sepertinya memang sudah kesusahan. Darah tampak masih belum berhenti keluar, “lagipula apakah tidak apa-apa darah anda keluar sebanyak itu?”

“Bukan urusanmu!” Toshi baru saja akan membentak sekali lagi saat tubuhnya benar-benar tidak bisa bergerak lagi dan ia tampak terduduk dengan nafas yang memburu. Sepertinya chakra dan juga darahnya sudah benar-benar berada di ambang batas.

“Lihat, wajah anda benar-benar sudah pucat seperti itu, biar aku saja yang melawan sisa dari mereka—“ Taka tertawa santai sambil mengibaskan pedangnya. Toshi tampak menatap bingung kearah pemuda itu.

“Sial, mereka tidak menyerah begitu saja—rasakan ini!” memberikan aba-aba pada orang-orang yang masih tersisa, melemparkan kunai yang cukup banyak kearah Taka saat menyerang Toshi untuk pertama kalinya.

“Serangan kalian terlalu mudah untuk terbaca,” menghela nafas dan mengeluarkan chakra berwarna biru kearah pedangnya. Senyuman yang tadi tampak terpancar di wajahnya kini seolah tidak pernah ada di wajahnya.

“Bentuk ketiga—“ lagi-lagi mengeluarkan chakra berwarna biru lagi dan ia yang memegang pedangnya kearah bawah segera menebasnya menuju ke atas. Entah darimana asalnya, tampak air yang merembes dari pedangnya membuat sebuah dinding yang terbuat dari air yang menjatuhkan kunai yang menuju ke arahnya karena arusnya yang cukup deras, “—Sakamaku Ame…”
“Lagi-lagi air itu,” Sora dan juga Toshi hanya melihat kearah Taka yang menggunakan pedang yang entah bagaimana bisa memunculkan air itu. Dan juga beberapa teknik yang bahkan tidak pernah mereka lihat.

Aria melihat semua itu, hanya tersenyum—seolah mengetahui teknik apa yang ditunjukkan oleh pemuda itu. Tentu saja, keluarga Taka adalah kelompok samurai yang cukup terkenal di Kirigakure. Walaupun pada akhirnya hanya beberapa petinggi yang mengenal mereka, keluarganya cukup membantu Mizukage dan juga Daimyou Kirigakure dalam menjalankan misi.

“Shigure Souen Ryu—teknik pedang yang hanya dimiliki oleh keluarga Takashiro. Di usia semuda itu ia sudah mulai menguasainya—pedang yang dibawa olehnyapun sepertinya memang pedang itu…“ tampak puas dengan apa yang dilihatnya, tetapi ia tampak tidak begitu mengerti satu hal.

’Tidak mungkin kalau orang-orang yang menyerang mereka ini hanya menyerang Sora saja. Sepertinya mereka memang mencoba untuk mengetest ketiganya—‘ menghela nafas dan masih mengamati karena menurutnya ketiganya tidak memiliki kesulitan untuk menghadapi musuh.




Di dekat tempat Taka dan juga yang lainnya berada, tampak seseorang yang berdiri membelakangi pohon sambil mengintip mereka. Menyilangkan kedua tangannya dan tersenyum pada pemandangan yang ada di dekatnya itu.

Pemuda berambut indigo itu tampak menapakkan tangannya di lengan sebelahnya sebelum menggerakkan tangannya seolah membentuk sebuah segel, hingga sebuah tanda terbentuk seperti asap berwarna ungu di atas tangannya—melayang di udara.

Ishi Fuuin…” menunjuk kearah Taka yang ada di sana, lebih tepatnya pada bagian bawah kakinya hingga tanda itu terbentuk di bawahnya. Melihat tanda itu sukses berada disana, pemuda itu hanya tersenyum dan menunggu bagaimana efeknya.




Saat Taka mencoba untuk melancarkan serangan pada beberapa orang yang ada di dekatnya, tiba-tiba saja gerakannya terhenti. Bukan, ia tidak menginginkan tubuhnya untuk berhenti, namun tubuhnya benar-benar tidak bisa bergerak sama sekali. Bahkan seujung jaripun.

“Oi Taka, apa yang kau lakukan!”

“A—aku tidak bisa menggerakkan tubuhku,” Taka mencoba untuk bergerak dengan hasil tubuhnya yang bergetar namun sama sekali tidak ada pergerakan sekecilpun. Beberapa kunai yang terlempar tampak tepat mengenai Taka saat itu.

Aria yang melihat itu menyadari sebuah fuin tampak berada di bawah kaki Taka. Terkejut, ia bahkan tidak sadar kalau fuin itu ada di bawah kaki Taka hingga sekarang. Yang ia tahu tidak ada seseorangpun yang sempat membuat Fuin itu.

“Darimana asal tanda itu…”

“Oi sword freak!” Toshi tampak mencoba untuk bergerak saat tiba-tiba saja Sora sudah berlari dan berdiri di depan Taka sambil menundukkan kepalanya dan merentangkan tangannya seolah melindunginya.

“Mau apa kau monster?! Kami akan membereskanmu setelah ini!”

“Kalian bisa melakukan itu padaku—“ matanya yang semula tertutup tampak terbuka perlahan menatap kearah mereka dengan warna kuning yang tampak menyala. Sora mungkin saja sedaritadi tidak melawan, tetapi kalau melihat kedua rekannya yang sudah terluka seperti itu, ia tidak mungkin hanya diam bukan.

“Tetapi aku tidak akan membiarkan kalian melakukan itu pada teman-temanku…”

Orang-orang itu tampak tersentak menatap mata kuning milik Sora saat itu. Dan beberapa detik kemudian mata mereka tampak kosong dan tampak terduduk sambil memegangi kepala mereka dan berteriak seperti orang gila sebelum akhirnya pingsan di tempat mereka.

Semuanya—tanpa tersisa satupun.

“Sora?” Taka yang berada di belakangnya tampak mencoba untuk melihat keadaan Sora. Saat mencoba untuk menggerakkan tubuhnya, tampak ia sudah bisa melakukannya. Bingung, namun yang harus ia lakukan sekarang adalah melihat keadaan pemuda itu, “hei kau tidak apa-apa?”

Saat melihat tubuh itu limbung, dengan segera ia menangkap tubuh itu sebelum terjatuh ke tanah.

“Sora!”




Pemuda berambut indigo masih berada di dekat mereka. Melihat orang-orang yang dilawan oleh Sora dan juga yang lainnya itu tampak terjatuh tak sadarkan diri, ia tampak menghentikan fuin yang dibuatnya untuk Taka sebelum menutup matanya dan menghela nafas.

“Aku menemukannya—“ menghela nafas dan menatap kearah langit yang tiba-tiba saja turun hujan yang tidak terlalu lebat, “—ya, pengguna mata Matsugan itu…”


To be Continue


Credit : Shigure Souen Ryu © Katekyo Hitman Reborn
Shigure Souen Ryu (Shower in Late Autumn, Blue Swallow Style) -> Sebenarnya itu jurus yang menggabungkan Suiton dan juga Battoujutsu :) pedang yang dimiliki Taka itu pedang istimewa. Awalnya berbentuk pedang kayu yang kalau dialiri oleh chakra Suiton akan berubah menjadi pedang sungguhan.

Ada beberapa bentuk dari teknik itu, dan yang sudah ditunjukkan di chapter ini ada 2 :



  • Utsushi Ame : bentuk dari Shigure Souen Ryu dengan tipe penyerangan. Pertama ia akan membuat tebasan dari bawah ke atas hingga membentuk dinding air yang membuatnya bisa mengecoh lawan. Mengira kalau serangan berada di sebuah arah namun ternyata berasal dari arah yang berlawanan.

  • Sakamaku Ame : bentuk dari Shigure Souen Ryu dengan tipe pertahanan. Pertama ia akan menaruh pedangnya dengan arah ke bawah sebelum mengumpulkan chakra Suiton di pedang itu. Menebaskan pedangnya ke atas dengan kecepatan tinggi hingga membentuk perisai air berarus deras yang sebenarnya bahkan bisa membelah besi.



Oke, mohon komen dan kritiknya untuk chapter ini (_ _) http://www.indofanster.org/t5664-komentar-story-about-us


Terakhir diubah oleh Skye di Cielo tanggal 26/7/2013, 10:41 am, total 1 kali diubah
Kembali Ke Atas Go down
Skye di Cielo
Jinchuriki Jyuubi
Jinchuriki Jyuubi
Skye di Cielo


Posting : 1182
Join date : 21.01.12

Story About Us Empty
#5PostSubyek: Re: Story About Us Story About Us Empty8/3/2013, 12:06 pm

Chapter 5, True Friends
Sora’s POV


Gelap…

Sejak kapan aku tidak sadarkan diri—terakhir yang kurasakan adalah saat aku melihat orang-orang itu akan melukai Asari-san. Aku tidak ingin melihat seseorangpun terluka lagi, dan setelah itu.



Aku benar-benar tidak ingat…

Mencoba untuk membuka mata, yang kurasakan adalah rasa pusing yang bahkan membuatku tidak bisa membuka mata sedikitpun. Yah, untuk sementara waktu—chakraku benar-benar terkuras habis entah karena apa.

“Kau sudah sadar?”

Aku belum bisa melihat dengan jelas, tetapi aku tahu pemilik suara itu. Aria-sensei tentu saja—tetapi kenapa aku tidak sadar dan Aria-sensei ada di dekatku. Apakah karena terlalu banyak menggunakan chakra hingga separah itu.

“Ugh—kenapa aku disini sensei…”

“Mata Matsuganmu,” saat mendengar itu, bahkan rasa kantuk dan juga pusing yang kurasakan langsung menghilang. Sepertinya sekarang aku tahu kenapa aku pingsan—karena penggunaan mata Matsugan itu benar-benar menguras chakraku.

“Bagaimana keadaan Toshi dan juga Asari-san?” aku melihat Aria-sensei yang tampak menuju kearah belakang dan sampingku. Oh, aku bisa melihat Toshi berbaring di tempat tidur yang ada di sampingku, sementara Asari-san tampak tertidur di sofa.

“Mereka menungguimu sejak 2 hari yang lalu—“ eh, aku sudah tidak sadarkan diri selama 2 hari?! Yang benar saja, apakah separah itu keadaanku hingga bisa tidak sadar selama 2 hari? Tetapi sekarang yang lebih penting tentu saja bukan masalah itu.

“Mereka—melihatku menggunakannya…”


Aria POV


Aku bisa melihat kecemasan yang ada di mata anak ini, aku pernah mendengar tentang mata itu. Ia tidak memiliki klan dan berasal dari keluarga biasa. Namun saat lahir ia sudah memiliki mata itu—dan ia sering disebut sebagai setan karena mata itu.

“Mereka melihatnya, tetapi kau tahu apa yang mereka katakan setelah itu—“ Sora tampak benar-benar terlihat takut karena itu. Aku lagi-lagi bisa melihatnya dari tatapannya, “—mereka khawatir denganmu.”

Kali ini ia tampak terkejut, aku tidak mengerti kenapa. Bukankah minimal kedua orang tuanya akan khawatir kalau anaknya dalam keadaan seperti ini. Ngomong-ngomong dimana kedua orang tua Sora, yang kutahu ia bukan yatim piatu.

“Mereka—tidak takut padaku?”

“Siapa yang tahu, tetapi sepertinya mereka lebih menghawatirkanmu daripada menghawatirkan matamu itu,” aku hanya bisa tersenyum dan mengusap kepala Sora, “dimana ayah dan ibumu Sora?”



“Mereka tidak pernah perduli padaku,” tertawa pelan sambil memalingkan wajahnya. Aku hanya bisa terdiam mendengarnya. Siapa orang tua yang tidak perduli pada anaknya sendiri, “sudah 2 tahun ini aku tinggal sendiri. Mereka bahkan jarang memberiku uang—“


…Sora POV…


“Apa?” aku melihat Aria-sensei dengan tatapan bingung. Kenapa ia harus tampak kesal, aku tidak pernah melihat seseorang tampak begitu kesal karena orang lain menggangguku. Mereka malah tampak menikmati saat seseorang melukaiku.

Ah, ngomong-ngomong tentang itu—sebenarnya aku juga tidak pernah melihat seseorang tampak benar-benar khawatir seperti tiga orang ini. Kenapa mereka begitu perduli, padahal semua orang menganggapku seperti seorang setan.

“Kenapa kau tidak pernah memberitahukan hal seperti ini pada orang lain?!”

“Ehm, aku harus mengatakannya pada siapa—“ jujur aku tidak pernah memiliki seseorang yang mengerti dan bisa kupercaya. Toshi, aku baru mengenalnya selama beberapa bulan, dan itu belum cukup untuk membuatku berbicara tentang hal ini.

“Sora…” Aria-sensei menatapku dengan tatapan serius, “kau tahu, saat ini kita menjadi satu tim. Itu artinya, satu hal dasar yang harus kau tahu adalah kau harus percaya pada timmu. Apapun yang kau rasakan, kau bisa menceritakannya padaku…”

“A—aku tidak biasa menceritakan masalahku pada orang lain sensei…”

“Aku tahu kenapa kau tidak bisa melakukan itu—“ entah kenapa aku merasa tenang saat melihat senyuman Aria-sensei membuatku tenang. Aku tidak pernah melihat seseorang tersenyum seperti itu padaku.

“Berikan kesempatan pada kami oke?”


…Normal POV…


“Dasar b0doh!" suara itu tampak benar-benar terdengar di sepanjang lorong rumah sakit, disertai dengan pukulan telak di kepala. Sora mengaduh saat tangan Toshi benar-benar membuatnya terpukul dengan keras.

“Apa yang membuatmu begitu marah?!”

“Karena kau memaksakan diri untuk memakai chakra sebanyak itu dalam keadaan babak belur!” Toshi tampak menatap Sora dengan tatapan tajam. Ia baru saja sadar dari tidurnya keesokan harinya.

“Aku yang seharusnya mengatakan hal itu, lihat siapa yang babak belur!”

“Aku babak belur bukan karena terpaksa,” berkacak pinggang sambil tetap membentak yang ada di depannya, “kau seharusnya bisa menumbangkan mereka dengan mudah bukan. Kau selalu saja menahan diri seperti itu!”

“I—itu karena aku tidak mau…” menggigit bibir bawahnya, haruskah ia mengatakan tentang matanya pada kedua rekan satu timnya itu.

“Matamu bukan?” kali ini Taka yang berbicara. Sora tampak hanya membulatkan matanya dan memalingkan wajahnya. Taka dan juga Toshi tampak menatap Sora yang tidak menjawab pertanyaan mereka—tetapi mereka tahu kalau itu adalah jawaban yang tepat.

“Ka—kalian pasti menganggapku aneh karena mata ini. Aku tidak pernah memiliki teman sebelumnya, tetapi—aku juga tidak mungkin memaksakan kalian untuk tetap berteman denganku setelah—“

BLETAK!

Kali ini bukan Toshi yang melakukannya, tetapi pedang kayu yang diayunkan oleh Taka yang mengenai kepalanya. Toshi dan Sora tampak membulatkan matanya, tidak pernah sekalipun Taka bersikap seperti itu pada mereka.

“Bakka, ternyata Sora-dono benar-benar lupa tentangku ya—“ tersenyum dan menghela nafas, “—kau tahu, 7 tahun yang lalu kau sudah menyelamatkanku dengan mata itu bukan?”

“Eh?”


Flash Back


Beberapa orang berpakaian ninja tampak berada di sebuah rumah saat malam tiba. Bau anyir dari darah tampak tercium dari sebuah rumah—saat tubuh seorang perempuan tampak tergeletak begitu saja di atas futon dengan darah menggenang disana.

“Kaa-chan,” seorang anak laki-laki berambut hitam tampak menggeser pintu kamar itu untuk menemukan shinobi itu masih berada disana dengan sebuah pedang yang berlumuran darah. Matanya tampak kosong saat melihat tubuh di depannya.

“Apa yang kalian lakukan—“ anak itu mencoba untuk mencari pedangnya—dan sialnya saat itu ia tidak membawanya. Dan saat ia sadar, tubuhnya sudah dibawa pergi begitu saja oleh orang-orang itu, “—lepaskan aku!”

“Jangan berisik dan melawan, atau aku akan membunuh adikmu yang ada di kamar sebelah,” ia tahu saat itu ayahnya dan beberapa anggota keluarganya tidak ada disana. Hanya ada ia, ibunya, dan juga adik perempuannya di rumah itu.

“Apa yang harus kita lakukan dengan anak ini?”

“Jadikan ia sandera, bagaimanapun ia adalah penerus dari keluarga Asari ini—“ salah satu dari mereka yang tampaknya pemimpin mereka tampak memberi perintah dan mereka mengikat tangan anak itu.

Mencoba untuk membawa anak itu keluar dari desa, beberapa dari mereka tampak merasakan sesuatu.

“Ada seseorang…”

“Sembunyi, aku tidak ingin menarik perhatian orang lain—“ satu orang yang merupakan pemimpinnya itu tampak memerintahkan lainnya, dan yang lainnya segera mengangguk dan berpencar. Meninggalkan mereka berdua disana.

“Berteriak, dan aku akan menyuruh yang lainnya untuk membunuh adikmu…”



Melihat kearah jalanan yang sepi itu, sebelum tiba-tiba yang mereka temukan hanyalah seorang anak kecil berambut kuning yang sepertinya seumur dengannya. Tetapi untuk apa ada anak kecil berkeliaran larut malam seperti ini.

“Hei nak, kenapa kau ada disini malam-malam? Dimana orang tuamu?”

“Huh? Oh, aku baru saja akan pulang—“ anak itu tampak masih menundukkan kepalanya. Orang itu hanya mengangguk, “—paman juga baru saja akan pulang?”

Menoleh pada anak laki-laki berambut hitam itu, yang tampak tersenyum. Dahi anak itu berkerut seolah menyadari ada yang salah dengan anak itu. Hanya menatapnya, sementara anak laki-laki berambut hitam itu tampak mencoba untuk meminta tolong padanya.

“Ya, sepertinya kami terlalu malam…”

“Oh, kalau begitu aku permisi—“ anak itu hanya berbalik dan segera berjalan melewati mereka berdua. Orang itu hanya menghela nafas, sementara anak laki-laki berambut hitam itu tampak menggigit bibir bawahnya.

“Beruntung sekali, kalau saja yang menghalangi adalah shinobi Kirigakure—mereka tidak akan…”

UAGH!

Suara teriakan membuat keduanya menoleh untuk menemukan beberapa anak buah orang itu sudah tumbang tidak sadarkan diri. Dan anak laki-laki berambut kuning tadi hanya diam dan berdiri di tengah tubuh orang-orang itu.

"Apa yang kau lakukan!"

"Yang benar saja," menatap pada orang itu yang tampak tersentak melihat kedua matanya, yang ia rasakan saat itu hanyalah perasaan takut dan bayangan semua apa yang ia takuti. Anak laki-laki itu juga hanya diam menatapnya dan tumbang begitu saja.

Teriakan terakhir, dan orang itu tidak sadarkan diri.

“Matanya meneriakkan pertolongan, kau fikir tatapan seseorang bisa dikelabui—“ berjalan begitu saja mendekati sosok pria yang menculik anak kecil tadi. Anak berambut hitam itu tidak sepenuhnya pingsan, dan ia menatap kearah sosok yang ada di depannya.

“Maaf, karena kau juga melihat mataku—kau pasti ketakutan…”

Dan hanya kegelapan yang menguasainya saat perkataan itu meluncur dari mulut pemuda berambut kuning di depannya.




“Saat aku sadar, aku sudah berakhir di rumah sakit. Ibuku memang tidak tertolong, tetapi hampir saja aku diculik kalau tidak karena anak berambut kuning itu,” Taka tampak menghela nafas dan tersenyum, “dan kudengar dari orang-orang yang memiliki mata seperti itu hanyalah anak bernama Sora.”

“Wa—walaupun aku menyelamatkanmu, bukankah aku sudah menakutimu…”

“Jujur, aku tidak mengerti apa yang ditakuti dari mata itu—“ Taka tampak menggaruk kepala belakangnya, “apa yang aku lihat adalah, semua yang aku senangi. Keluargaku, permainan pedang, dan juga sushi. Semua yang ingin kulihat!”

“E—eh?”

“Aku tidak pernah merasa takut dengan matamu walaupun sudah 7 tahun berlalu dan perkataan buruk orang-orang itu—“ senyumannya tampak masih sama, tetapi aura gelap tampak mengeliling Asari saat itu, “—sebaliknya, sebenarnya beberapa kali aku tidak sengaja membuat orang-orang yang mengatai mata milikmu itu babak belur. Hahaha…”

Toshi dan juga Sora tampak sweatdrop mendengarnya.

’Ternyata orang ini berbahaya…’

“Jadi—“ merangkul tangannya di bahu Sora, Taka tampak mengedipkan matanya, “—mulai sekarang aku sudah menjadi temanmu yang sesungguhnya bukan?”

“E—ehm…” Sora melihat Toshi yang tampak kesal dengan perkataan Taka sebelum ia menoleh pada Sora.

“Bukan hanya kau yang memiliki kekuatan aneh seperti itu, sudah kukatakan—aku tidak pernah percaya kalau setiap orang yang menatap matamu akan berakhir seperti mereka,” Toshi mengacak rambutnya frustasi, “apapun yang mereka katakan, aku tidak perduli. Kalau aku mengatakan kau tidak berbahaya untukku, kau tidak berbahaya.”

“Tetapi—“

“Jangan membantah!”



“Kalau begitu, mulai sekarang kita benar-benar menjadi teman bukan?” Taka merangkul bahu Toshi juga dan tertawa. Toshi yang memang sejak dulu tidak pernah menyukai sifat Taka semakin kesal dengan apa yang dilakukan pemuda itu.

“Jangan seenaknya memutuskan hal seperti itu! Aku tetapi tidak suka denganmu, jadi jangan harap aku akan akrab denganmu!”

“Maa-maa, Toshi-dono memang benar-benar menarik!” tertawa ringan dan menggaruk kepala belakangnya.

“Toshi… T—Taka-san,” keduanya tampak menoleh saat nama mereka dipanggil oleh pemuda berambut kuning itu, “terima kasih…”


To be Continue


Yang berkenan silahkan komen disini :) http://www.indofanster.org/t5664-komentar-story-about-us#202919 dan tentu pembukaan karakter masih ditunggu ^^


Terakhir diubah oleh Skye di Cielo tanggal 26/7/2013, 10:41 am, total 1 kali diubah
Kembali Ke Atas Go down
Skye di Cielo
Jinchuriki Jyuubi
Jinchuriki Jyuubi
Skye di Cielo


Posting : 1182
Join date : 21.01.12

Story About Us Empty
#6PostSubyek: Re: Story About Us Story About Us Empty16/3/2013, 10:37 pm

Chapter 6, Toshi's House


“Tadaima—“ suara pemuda itu pelan namun memang tidak berniat untuk didengar seseorangpun. Atau lebih tepatnya, memang tidak ada orang yang mendengarnya. Mata rubynya tampak menatap kearah kegelapan yang ada di koridor itu.

Ia bahkan sudah lama melupakan kapan terakhir kali ayah dan ibunya berada di tempat ini untuk menyambutnya. Yang ia ingat hanyalah ia berada disini, sendirian dan berada di lorong gelap sebuah mansion yang cukup besar ini.

“Selamat datang tuan muda, bagaimana hari anda hari ini,” seorang pria berambut cokelat pendek dengan menggunakan Hakama berwarna hitam tampak menyambutnya. Hanya ia satu-satunya yang tinggal disana untuk mengurusi semua yang dibutuhkan oleh pemuda berambut merah itu.

“Tidak ada yang menarik—apakah ada kabar tentang tou-sama dan juga nii-san?”

“Sayangnya saya belum mendapatkan kabar apapun dari tuan besar,” menghela nafas, seharusnya ia tahu kalau ayah dan kakaknya tidak akan memberikan kabar setelah mereka menghilang saat ibunya tewas, “apakah anda ingin saya siapkan sesuatu?”

“Tidak perlu, aku hanya mengambil beberapa barang dan akan kembali keluar,” Toshiya Rokudo tampak menoleh sejenak sebelum berjalan kearah kamarnya dan mengambil beberapa perban (karena ia yang merupakan pengendali darah tentu harus mempersiapkan ini), dan juga beberapa obat-obatan.

Tangannya tampak bergerak sebelum terhenti saat melihat sebuah figura dengan selempar foto empat orang berada disana. Dua anak laki-laki dan sepasang suami istri. Menutup resleting ranselnya dan menutup figura itu hingga foto itu tidak terlihat olehnya.

’Jangan fikirkan—anggap saja mereka tidak pernah ada,’ memakai ranselnya dan segera bergerak keluar dari rumah itu. Walaupun rumah itu cukup besar, tetapi ia hanya tinggal dengan seorang pelayan yang bekerja semenjak ia masih kecil dan sudah ia anggap sebagai kakaknya sendiri.



Toshi tampak berjalan kearah perbukitan yang ada di salah satu hutan kecil yang ada di Kirigakure untuk menemukan gurunya dan kedua rekan timnya yang lain tampak sudah berada disana.

Melihatnya yang datang, tampak Sora segera menghampiri dengan cukup tergesa-gesa.

“Toshi, kau tidak percaya ini—lagi-lagi Mizukage menyuruh kita untuk melakukan misi,” Toshi tampak mengerutkan alisnya—satu bulan sudah semenjak mereka menjadi Gennin dan sudah 12 misi yang mereka kerjakan, “aku bahkan belum menyentuh tempat tidurku selama 1 hari penuh!”

“Aria-sensei, apakah kau tidak merasa aneh dengan jumlah misi yang diberikan oleh Mizukage?” menggerutu dan menatap gurunya yang hanya menghela nafas dan tersenyum. Baru saja akan mencoba untuk mengatakan sesuatu yang mungkin saja bisa menenangkan Toshi, Taka sudah muncul dan merangkul pemuda itu.

“Maa, maa! Sudahlah Toshi-dono, semakin banyak misi yang kita dapatkan bukankah semakin banyak pengalaman yang bisa didapatkan?”

“H—hei, lepaskan aku b0doh” Toshi tampak mencoba untuk melepaskan rangkulan dari Taka. Sementara Sora tampak tidak ingin melerai mereka. Terkadang lucu juga melihat mereka berdua bertengkar.

“Kalian berdua ini,” Aria hanya bisa menghela nafas. Ia terdiam, sebenarnya juga tidak setuju dengan frekuensi dari misi yang didapatkan ketiga Genninnya ini.

…Flash Back…

“Eh misi lagi?” Aria yang datang ke gedung Hokage tampak menemui sang Mizukage, pria berambut putih pendek dengan mata tajam. Senyumannya juga terkadang bisa dirasakan memiliki arti yang tidak begitu baik, “tetapi mereka baru saja selesai melakukan satu misi kemarin…”

“Beberapa grup Gennin tidak bisa melakukan misi ini, dan ini adalah misi yang benar-benar penting,” Aria semakin mengerutkan alisnya. Misi yang penting diberikan pada Gennin seperti mereka, “lagipula, aku melihat potensi yang besar di kelompokmu Aria-san…”

Aria bisa merasakan sesuatu menusuk lehernya saat melihat senyuman milik sang Mizukage saat itu. Tampak memegang lengannya sendiri sebelum menghela nafas.

“Baiklah, akan saya berikan misi ini pada mereka…”


’Entah misi seperti apa yang diberikan oleh Mizukage ini—aku memiliki firasat buruk tentang misi yang kuambil saat ini—‘ Aria melihat kertas misi yang ada di tangannya. Memang ini adalah misi C untuk menjemput seorang Klien untuk ke Kirigakure.

“Jadi, misi seperti apa lagi sekarang Aria-sensei?”

“Oh, mengantarkan seseorang dari pulau Nagi untuk kembali kemari,” melihat dan membaca kertas itu baik-baik.

“H—Hei Toshi-dono!” suara Taka tampak membuat Aria menoleh untuk menemukan Toshi yang tampak melebarkan pupil mata rubynya dan terdiam. Sora tampak terkejut melihat bagaimana aura yang dikeluarkan oleh Toshi saat itu.

Toshi memang orang yang emosional, tetapi ia baru pertama kali melihat bagaimana Toshi tampak begitu marah hingga auranya tampak begitu menekan seperti itu. Biasanya, ia terlihat seperti menyembunyikan emosinya dibalik sikapnya yang tampak emosional itu.

’Pulau Nagi…’

“Toshi!” Sora menghentakkan tubuh Toshi yang langsung tersadar saat hentakkan itu terasa. Keringat dingin tampak bercucuran, benar-benar ia tidak menyadari sekelilingnya saat ia mendengar nama pulau itu.

“Kau tidak apa-apa Toshi?” Aria mendekat dan mencoba untuk memeriksa keadaan dari Toshi.

“Ti—tidak, apakah kita akan berangkat sekarang juga?”

“Tidak, besok pagi kita akan berangkat—“ sebenarnya mereka harus berangkat saat ini juga, tetapi melihat keadaan dari Toshi membuatnya memutuskan untuk menunda keberangkatan mereka, “hari ini sebaiknya kita mengistirahatkan diri saja…”

“Baiklah sensei,” Sora dan juga Taka tampak menjawab sementara Toshi hanya diam dan menundukkan kepalanya.


“Hei Toshi!” suara Sora membuatnya menoleh dan berbalik untuk menemukan Sora dan juga Taka di belakangnya. Melambatkan langkahnya dan tampak menunggu Sora dan juga Taka yang datang menghampirinya.

“Kau tidak apa-apa?”

“Ya, hanya saja—aku sudah lama tidak mendengar nama tempat itu,” jawabnya sambil memaksakan senyumannya. Sora dan juga Taka tampak saling berpandangan. Mereka ingin bertanya, tetapi tentu saja sepertinya Sora benar-benar tidak mau menanyakan hal itu.

“Jangan bilang kalian kemari hanya untuk menanyakan hal !!!*Kata ini disensor oleh Admin*!!! seperti itu…”

“Hanya ingin mengantarmu pulang,” jawab Sora sambil tertawa dan berjalan sebelum Toshi tampak berhenti membuat keduanya tampak bingung.

“Kalau begitu sampai sini saja kan?”

“Eh, memang dimana rumahmu?” Toshi menunjuk pada bangunan yang ada di depan mereka sekarang. Sebuah rumah yang ‘cukup’ besar dengan gaya ala Jepang tradisional. Terlihat cukup luas dengan halaman yang membatasi gerbang dengan rumah.



“EEEEEH!”


“Kenapa kalian berdua jadi ikut masuk—“ Toshi tampak menatap kedua rekan timnya yang tampak ikut masuk ke dalam rumahnya.

“Aku baru pertama kali datang ke rumahmu,” menganalisa semua sisi dari rumah itu, rumah yang cukup tua namun sangat luas. Namun yang menjadi masalah adalah, tidak ada sama sekali seseorangpun disana seolah tidak memiliki penghuni lain selain Toshi.

“Dimana orang tuamu Toshi?”



“Ibuku sudah meninggal saat aku berusia 10 tahun,” jawabnya sambil tersenyum seolah tidak mengatakan hal yang membuat suasana menjadi sedikit kelam. Semuanya tampak tidak mengatakan apapun.

“Lalu, bagaimana dengan ayahmu?” Taka memberanikan diri untuk menanyakan hal itu. Sebelum ia menyadari kalau raut wajah Toshi tampak berubah saat itu juga.

“Entahlah, aku tidak pernah menganggap diriku memiliki seorang ayah,” jawabnya sambil berjalan kearah kamarnya. Sora dan juga Taka hanya diam tidak mengatakan apapun setelah itu.

’Detak jantungnya, sama seperti saat Aria-sensei menyebutkan misi pagi ini—‘

“Tuan muda?” suara itu membuat Taka dan juga Sora menoleh untuk menemukan pemuda berambut cokelat muda itu tampak tersenyum dan membungkuk hormat. Sora yang tidak biasa diperlakukan seperti itu tampak membalasnya dengan bungkukan yang sama.

“Jiro, aku akan pergi ke Pulau Nagi—jadi mungkin tidak akan kembali beberapa hari ini,” pemuda bernama Jiro itu tampak terdiam sebelum mengangguk dan tersenyum—sedikit aneh.

“Baiklah, apakah perlu ada yang saya siapkan tuan muda?”

“Tidak perlu—“ menguap pelan dan kembali berjalan kearah sebuah kamar yang ada di dekat sana, “aku hanya ingin menyampaikan saja, jadi kau tidak perlu panik karena aku tidak kembali ke rumah seperti waktu itu.”

“Baiklah kalau begitu, saya akan menunggu kepulangan anda tuan muda…” dan jawaban hn yang didapatkan oleh pemuda bernama Jiro itu. Sora dan Taka masih tampak terkejut sebelum memasuki sebuah kamar yang ada di dekat mereka.



“Ada apa Sora?” Toshi menatap Sora yang berdiri di depan pintu.

“Kamar kecil—dimana?” jawabnya sambil menggaruk kepala belakangnya dan tertawa pelan. Toshi menunjuk kearah lorong yang ada di dekat kamarnya itu.

“Lurus saja, lalu saat ada persimpangan kau belok kiri—lalu lurus saja hingga menemukan pintu selain pintu geser,” jawabnya sambil memberikan arahan dengan tangan dan dijawab dengan anggukan dari Sora.


“Hm, aku memang sudah mencapai kamar mandi dengan selamat—“ Sora menoleh kekiri dan kekanan untuk melihat hanya ada lorong dan juga pintu geser. Sudah cukup lama keluar dari kamar mandi, dan ia tidak menemukan jalan kembali menuju ke kamar Toshi, “—tetapi aku seperti berputar-putar saja disini…”

Terdiam sejenak sebelum menghela nafas.

“Tidak menyangka kalau Toshi adalah anak dari keluarga yang kaya…” ia terus berjalan dan saat ia sadar, seseorang tampak menepuk bahunya dan membuatnya terkejut sembari berbalik. Jiro yang menepuknya juga sepertinya terkejut, “a—ah…”

“Tuan muda mencari anda, sepertinya anda tersesat—“ Jiro tersenyum dan memiringkan kepalanya. Sora hanya bisa memalingkan wajahnya, ia sendiri juga tidak menyangka akan tersesat seperti ini, “mari saya antarkan…”

“Maaf merepotkan…”

Perjalanan yang entah bagaimana cukup jauh itu tampak diisi dengan percakapan tentang Toshi dan juga apa yang dilakukan selama Sora mengenal pemuda itu. Sora bisa memastikan kalau pemuda di depannya ini benar-benar peduli pada teman pertamanya itu.

“Kudengar, anda akan menuju ke Pulau Nagi untuk misi anda?”

“Begitulah,” mungkin ia bisa menanyakan kenapa Toshi bersikap aneh saat mendengar kata Pulau Nagi. Baru saja akan menanyakan saat tiba-tiba Jiro berhenti dan membuatnya yang berada di belakang Jiro tampak menabrak punggungnya.

“Sora-san, apapun yang terjadi—“ jeda panjang diberikan oleh Jiro saat itu, membuatnya penasaran, “—jangan sampai tuan muda melakukan sesuatu yang diluar akal fikirannya…”

“Eh?”


“Apakah ada sesuatu yang special yang membuat anda menyerahkan misi itu pada tim Aria, Mizukage-sama?” salah satu ANBU yang berada disana tampak mendatangi sang Mizukage yang saat itu berada diatas atap gedung Mizukage itu.

“Kau tahu, kalau angka 13 menunjukkan kesialan—“ dan sang ANBU mengerti kalau misi ini adalah misi ke tiga belas dari Tim Aria. Ada hubungannyakah dengan misi yang diambil di Pulau Nagi itu, “—aku menunggu angka itu untuk membuat mereka menjalani misi di Pulau Nagi…”

“Sebenarnya apa yang akan mereka lakukan disana?”

“Kirigakure memiliki satu nama yang menjadi Missing-Nin dari Kirigakure yang paling dicari—“ menatap kearah depan, dimana malam tampak semakin larut saat itu. Senyuman dingin tampak terpancar di wajahnya—dengan tatapan penuh ketertarikan, “—Akira Rokudo…”

“Eh, jangan-jangan—“

“Kepala keluarga dari keluarga Rokudo, ayah dari Toshiya Rokudo. Aku ingin melihat sampai mana mereka bisa mementingkan misi daripada masalah pribadi,” jawab Mizukage sambil tertawa pelan dan berbalik untuk berjalan kedalam ruangannya.


“Memang, apa yang bisa dilakukan oleh Toshi disana?” Sora masih tidak mengerti dengan apa yang dikatakan oleh Jiro. Namun ia tahu pasti, kalau apa yang dikatakan tidaklah bercanda—tidaklah main-main.

“Ia mungkin bisa membunuh ayahnya yang berada di Pulau Nagi saat ini…”

To be Continue

Seperti biasa, silahkan komen disini u_u Walaupun saya tidak yakin ada yang komen http://www.indofanster.org/t5664-komentar-story-about-us#202919
[/font]
Kembali Ke Atas Go down
Sponsored content




Story About Us Empty
#7PostSubyek: Re: Story About Us Story About Us Empty

Kembali Ke Atas Go down
Subject: Re: Story About Us  None

Anda tidak dapat mengirmkan postingan atau mengomentari pembahasan di topik ini karena masih berstatus sebagai Tamu.
Silakan Mendaftar dan Login agar dapat mengakses segala fitur forum secara penuh.
AgoessNaruto Robot
Forum Bot



Join Date: 16/05/2009
Lokasi: Forum AgoessNaruto
Comments: Bot untuk membantu anda di Forum AgoessNaruto
Kembali Ke Atas Go down
 

Story About Us

Topik sebelumnya Topik selanjutnya Kembali Ke Atas 
Halaman 1 dari 1

 Similar topics

-
» Story of FAN
» Komentar Story about Us
» The Story of Sai Izanami
» Blazblue Story
» Kouriban story

Permissions in this forum:Anda tidak dapat menjawab topik
Forum Indofanster :: Tambahan ::   :: Karangan Cerita & Fanfiction-