Maaf kawan-kawan, bukan maksud menggurui. Tapi sekedar berbagi bagi siapa aja yang mau ikut event. Nah semoga ada sedikit inspirasi dari contoh cerita buatan ane ini. Maaf juga sebelumnya, kalau cerita ini kurang baik dan kurang rapi. Hehehe... selain karena kemampuan ane yang Cuma segini, ane juga ngerjainnya pas lagi kuliah. Hehehe...
[div=chat]
EXAMPLE STORY
[/div]
SI Jenius Nobita
Suasana pagi yang tak bergairah. Sang Mentari tampak lesu, wajahnya pucat dengan mimik cemberut bak anak kecil yang baru terbangun dari tidurnya. Pohon-pohon merengek tatkala satu persatu dedaunan pergi meninggalkan mereka. Langit gelap dengan awan yang tampak murka. Sesekali sambaran petir disertai tetesan air mata sang Awan menetes ke bumi yang sangat merindukan senyum sang mentari.
Sungguh, suasana pagi yang begitu suram. Membuat para penduduk Tokyo begitu tak bersemangat menjalani aktifitas kesehariannya. Namun, tidak demikian bagi seorang remaja yang selalu mengenakan kacamata bulat ini. ia terlihat begitu bersemangat melakukan olahraga pagi walau cuaca dingin. Nobita, ya, begitu ia dipanggil. Anak aneh dari keluarga Nobi ini memiliki kepribadian yang amat unik. Saat masih duduk di bangku sekolah dasar, ia terkenal karena kecerobihan dan kebod*hannya. Namun, semua berubah saat ia menginjak bangku SMP. Kepribadiannya saat itu menjasi lebih aneh lagi. Bahkan dengan keanehannya inilah yang membuat ia langsung diusir dari kelas tujuh karena dianggap ia sudah tak leyak untuk duduk di bangku kelas tujuh. Hal itu diungkapkan oleh Kenji-sensei yang merupakan kepala sekolah tempat Nobita menggali ilmu.
Diusir dari SMP bukan berarti Nobita anak yang yang semakin ceroboh, justru ia berubah menjadi kutu buku. Hidupnya dihabiskan untuk menuntut belajar sendirian di rumahnya. Tak ada lagi waktu bermain baginya. Hal ini disebabkan Nobita dipaksa untuk masuk SMA di saat sahabat-sahabatnya masih duduk di bangku SMP. Ya, ia diusir bukan karena kebod*hannya, melainkan karena ia sangat jenius.
* * *
Dua puluh menit sudah, Nobita berolahraga. Kini ia pelang menuju rumahnya. Kali ini, ia berlari dengan kecepatan penuh. Ia berlari bak seorang pelari
sprinter{/i} yang sedang beradu kecepatan di Olimpiade.
“hah… hah… hah… walaupun mendung begini, tetap aja terasa segar setelah berolah raga. Nyesel aku tak melakukan ini dari dulu”, ucapnya sambil membuka pintu Rumahnya.
Lalu, ia membuka sepatu dan lalu menyimpannya di rak sepatu yang berada di dekat pintu. Sambil berkata. “Aku Pulaaang…”, ia langsung berjalan menuju dapur.
“sudah pulang, Nak?”, sapa sang Ibu ketika Nobita baru saja membuka pintu dapur.
“Ia Bu!” jawabnya singkat sambil berjalan menuju tempat penyimpana termos air.
“Kamu rajin sekali, Nobita. Padahal cuaca sedang seperti ini”
“hehehe… selama tidak hujan, tak ada salahnya untuk berolahraga di luar. Lagi pula, olahraga bisa bikin kepala semakin [i]fresh. jadi saat belajar, aku udah benar-benar siap menerima pelajaran”, jawab Nobita sambil menuangkan air dari termos ke gelas.
“Oh, ya Bu. Doraemon belum bangun?”, Tanya Nobita sambil menenggak air minumnya.
“sud…”, belum saja selesai menjawab, Ibu Nobi tak melanjutkan perkataan saat mendengar jeritan Nobita.
“wadaawww… panas… panas panas panas”, teriak Nobita sambil menjatuhkan gelasnya yang malah menyiram paha kananya dan hampir mengenai selangkangannya.
Ibu Nobi tampak hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah Nobita yang tak berubah walau kecerdasannya sudah sangat berubah.
Nobita tampak masih menepuk-nepuk paha dan bibirnya yang ternyata ia lupa belum menambahkan air dingin ke gelas yang ia isi dengan air termos.
Rupanya, jeritan Nobita terdengar oleh ayahnya yang sedang minum the sambil membaca Koran. Begitu pun dengan Doraemon yang sedang mengepel di kamar teras samping rumah. Doraemon terlihat berlari menuju dapur. Ia pun langsung masuk ke dapur untuk melihat kecerobohan Nobita. Doraemon yang pada saat itu sudah tak memakai kantong ajaib terlihat menertawakan tingkah Nobita yang sama sekali belum mampu ia rubah.
“Nobita,, Nobita,,, kau masih saja ceroboh. Ternyata watakmu memang sulit untuk dirubah walau kamu sudah sangat berusaha untuk berubah”, tawa Doraemon.
“hahaha… Nobita, Nobita, hampir saja apa yang kau punya lenyap karena kecerobohanmu. Hati-hatilah Nak, itu adalah hal yang sangat berharga yang tak dapat kamu dapatkan di mini market manapun. Hahaha”, timpal sang Ayah.
Suasana hangat di rumah Nobita yang selalu mereka rasakan di setiap pagi ini berlanjut hingga sarapan selesai dan Nobita beserta Sang Ayah hendak menuju tempat kerja dan sekolah.
“Kami berangkat dulu Bu!”, ucap Sang ayah.
“Doraemon, aku pergi dulu. Tolong teruskan proyek kita, ya!”
“Ok, Nobita. Jangan lupa mampir ke took elektronik. Kita sudah hampir kehabisan bahan penelitian kita”, jawab Doraemon
“sip”, jawab singkat Nobita.
Akhirnya Nobita dan Sang Ayah pergi menuju tempat kerja dan sekolah. Doraemon dan Ibu Nobi pun kembali masuk ke dalam rumah untuk mengerjakan pekrjaan mereka.
“Ternyata, membakar kantong ajaib dan menghancurkan mesin waktu lebih berguna dari pada menggunakannya”, hati Doraemon berbicara saat ia menaiki tangga.
Doraemon pun kembali mengerjakkan proyek kerjanya bersama Nobita. Yaitu menciptakan kamera pengintai yang dapat dikendalikan dengan remote. Desain yang dibuat Nobita dan Doraemon terlihat seperti sebuah capung dari pada sebuah helicopter pengintai. Benda berukuran tinggi tak lebih dari 20 centimeter ini sudah mereka kerjakan tak kurang dari tiga bulan. Akhir-akhir ini, Nobita dan Doraemon memang mulai sibuk karena karya-karya mereka mulai dikenali oleh masyarakat. Bahkan saat usia Nobita baru 14 tahun, ia sudah memiliki dua hak paten atas penemuannya, yakni televise tiga dimensi dan sebuah alat pengintai yang mampu mendengarkan pembicaraan seseorang yang fotonya dimasukkan kea lat tersebut. Kini, ia sedang mengejakan proyek ketiga yang rupanya sudah dilirik oleh beberapa perusahaan senjata di beberapa Negara di Asia.
* * *
Beberapa menit berjalan menuju salah satu sekolah yang lumayan terkenal di kota Tokyo, Nobita tiba di Sekolah. Jika pada saat masih SD ia sering kesiangan, kini Nobita malah sering kepagian. Pukul 7.30, Nobita selalu sudah berada di lokasi sekolah dan perpustakaan adalah tempat favoritnya. Namun, terkadang ia menunggu kawan-kawannya tiba di sekolah dengan berdiam diri di taman sekolah sambil berselancar di dunia maya.
“Uuuuyyy… Nobitaaa!!!”, terdengar teriakan seseorang yang taka sing di telinga Nobita.
“Lama tak jumpa kawan…!!!”, terdengar lagi suara yang masih tak asing di telinganya.
Sontak, Nobita pun menoleh kea rah sumber suara. Ia pun tersenyum saat melihat dua orang sahabatnya berlari ke arahnya. Rona bahagia terpancar dari wajah remaja ini saat melihat dua orang remaja yang sebaya dengan dirinya.
“Giant, Suneo?”, ucapnya spontan saat ia melihat kedua temannya itu berlari ke arahnya.
‘bruuukkkhhh’
Saking kangennya, Suneo dan Giant langsung memeluk Nobita dan secara tak sadar mereka malah mendorong Nobita hingga ia terjatuh dari kursi taman tempat ia duduk berselancar di dunia maya.
Mereka bertiga pun tampak tersungkur dengan posisi Nobita terhimpit perut besar Giant. Namun, bukan marah atau menangis seperti yang biasa ia lakukan saat masih duduk di bangku sekolah dasar.ia malah tertawa terbahak-bahak bersama kedua temannya karena teringat masa lalunya.
Memang, Nobita masih tinggal di rumah yang sama. Namun, Karena Nobita lebih senang mengisi waktunya untuk berdiam diri bersama buku di rumah, di perpustakaan, atau di tempat lain yang sangat strategis untuk digunakan sebagai tempat membaca buku. Hampir 1 tahun, mereka tak bernah bertemu karena kesibukan Nobita serta karena mereka sudah tidak belajar di kelas dan di tempat yang sama. Alhasil, mereka pun tak pernah main bersama.
“Kau, sungguh jauh berbeda Nobita. Apakah ini Karena alat canggihnya Doraemon?”, celetuk Suneo sambil bangun agar tak terus menindih tubuh Nobita dan Giant.
“Iya Nobita, aku minta alat itu dong! Aku pengen jadi pinter kayak kamu”, timpal Giant sambil bangun.
Nobita yang masing terbaring telentang hanya menjawab dengan penuh tawa, “hahaha… tidak juga. Semenjak Kantong Ajaib Doraemon terbakar dan mesin waktu rusak, Aku tak pernah pake…”, saat Nobita menjawab rentetan pertanyaan Giant dan Suneo, tiba-tiba saja suara Nobita terhenti saat tepat di atas kepalanya ia melihat betis putih seorang remaja putri yang tak lain adalah Shizuka.
“Nobitaaa,,,”, sapa Shizuka.
Spontan, Nobita pun sumringah saat ia tahu bahwa yang mendekatinya itu adalah pujaan hatinya. Ia pun langsung berdiri untuk bersalaman dan berpelukan dengan Shizuka. Namun, ia mengurungkan niatnya setelah melihat di belakang Shizuka ada Dekishugi,remaja tampan yang cerdas berdiri tepat di samping Shizuka.
Maksud hati memeluk gunung, apa daya tangan tak sampai, pepatah inilah yang menggambarkan suasana hati Nobita. Ia pun hanya melemparkan senyum manis sambil berjabat tangan dengan Shizuka dan Dekishugi. “Shizuka dan Dekishugi juga ikut ya?”, Tanya Nobita dengan senyum manis yang tetap terlihat tidak tulus.
“hey Nobita, mereka udah jadian lho…”, bisik Suneo tepat di telinga kanan Nobita.
“mereka ke sini karena mau mengajakmu untuk ikut pesta”, bisik Giant di telinga kiri Nobita.
“Be-be-benarkah?”, Tanya Nobita dengan pipi yang merah pucat.
Lalu, Nobita dan kawan-kawan pun duduk di pojok taman di mana terdapat sebuah meja yang di kelilingi empat buah kursi yang terbuat dari semen. Obrolan santai pun mereka lakukan walau suasana hati Nobita sedang tak nyaman.
“Oh ya, Nobita. Boleh aku bertanya sesuatu?”, Dekishugi pun mulai ikut berbicara setelah sedari tadi hanya tersenyum dan tertawa melihat dan mendengar candaan Nobita, Giant, dan Suneo.
“tentu, Sobat”, jawab Nobita dengan singkat.
“kau jangan marahnya, aku hanya mau bertanya tips belajar agar aku bisa sepertimu?”, lanjut dekishugi.
“iya Nobita, berikan juga dong alat pembuat pintarmu itu”, timpal Giant.
“hehehe… kalian salah-kawan-kawan. Aku tidak cerdas kok dan aku juga tidak pernah menggunakan kembali kantong ajaib Doraemon. Kalian masih ingat, kan? Kantong ajaib milik Doraemon terbakar saat kita pergi ke masa lalu. Ingat kan?”, Tanya balik Nobita.
“iya, aku ingat kok Nobita. Tapi aneh juga kalau secara tiba-tiba kamu jadi secerdas ini. Kami Cuma mau tahu, gimana caranya kamu bisa cerdas bahkan melebihi Dekishugi”, ucap Shizuka dipenuhi keraguan.
“hahaha... wajar kalau kalian tak percaya padaku. Aku memang anak ceroboh yang bod*h. Tapi, dengan semua usaha ini, aku berhasil menemukan diriku yang baru”, jawab Nobita singkat.
flashback
Saat itu, tampak Nobita dan kawan-kawan sedang berada di masa lampau. Tak biasanya, Dekishugi juga ikut bersama mereka.
“oh, jadi ini ya yang namanya Jepang pada masa Perang Dunia II”, ucap Dekishugi.
“yah, sekarang kita berada di era perang Dunia II”, jawab Doraemon.
Tampak Nobita dkk. berjalan menuju suatu tempat. Dengan menggunakan senter pengecil dan baling-balling bambu, Nobita dan kawan-kawan menuju pelabuhan Tokyo. Sesuai rencana, mereka hendak menuju sebuah kapal dengan bendera sekutu yang merupakan musuh utama Jepang. Tak salah lagi, mereka ingin mencegah terjadinya pengeboman kota Nagasaki dan Hiroshima.
Namun, di luar dugaan mereka bertemu dengan sekelompok orang dari abad XXIII. Mereka berasal dari negara mantan anggota sekutu yang hendak menyerang Jepang dan bahkan menghancurkannya. Hal ini disebabkan pada abad 23 Jepang dan beberapa negara di Asia berhasil menguasai dunia teknologi yang melebihi Eropa. Sehingga, mereka memutuskan untuk menghancurkan Jepang di masa lalu agar tak ada lagi Jepang di masa yang akan datang.
Singkat cerita, Nobita dan kawan-kawan berhasil mengetahui rencana mereka dan bahkan mengalahkan mereka. Walaupun berasal 1 abad lebih maju dari Doraemon, namun, nyatanya peralatan mereka tak lebih hebat dari peralatan Doraemon.
Akan tetapi, sesaat sebelum Doraemon hendak menggagalkan rencana sekutu yang ingin menghancurkan Nagasaki dan Hiroshima, mendadak salah satu anggota dari kelompok yang berhasil dikalahkan Nobita berhasil menggagalkan niat Nobita dkk. bahkan, mereka berhasil merebut kantong ajaib dan menghancurkan kantong tersebut dengan membakarnya di hadapan Nobita dkk. selain itu, mereka juga berhasil menghancurkan mesin waktu milik Doraemon dan mengikat tubuh Doraemon dkk di salah satu kota yang akan terkena dampak bom atom sekutu.
Hampir saja mereka ikut menjadi korban bom atom, datanglah tentara patroli dari masa depan yang berhasil mengurungkan niat kelompok tersebut dan menyelamatkan Nobita cs. Selain itu, para polisi dari masa depan ini memulangkan Nobita cs ke abad 21 dan memperingati Nobita cs. agar tak pernah mencoba lagi melakukan hal yang dapat mengubah sejarah dunia. “biarlah sejarah berjalan sesuai dengan apa yang harus terjadi. Kebahagian dan kesakitan di masa lalu adalah pelajaran bagi kita. Jadikan itu pelajaran agar kejadian tersebut takkan terulangi. Bukan mengubah sejarah sehingga hal tersebut tak terjadi”, pungkas tentara patroli tersebut sesaat sebelum mereka kembali kee masa depan.
flashback end
“sejak saat itu, aku mulai merasakan, tak adanya alat ajaib, membuat hidupku sulit. Aku pun sadar, apa yang aku lakukan selama ini adalah sia-sia. Memanfaatkan alat ajaib yang justru menghancurkan potensiku. Kehadiran Doraemon membuat hidupku semakin mudah. Namun, di sisi lain hidupku menjadi selit karena ketergantunganku pada alat Doraemon”, jelas Nobita.
Tampak Giant dkk sangat antusias mendengar setiap apa yang dikatakan Nobita.
“Aku yakin, sebesar apapun kesulitan yang menimpa kita, itu adalah yang terbaik untuk kita. Kesulitanku yang kehilangan bantuan Doraemon telah membuatku sadar akan kesalahanku. Hidupku berubah semenjak saat itu. Rupanya, kehilangan kantong ajaib itu lebih bermanfaat dari pada menggunkan apa yang ada dalam kantong tersebut. Aku sadar, semenjak kantong ajaib hancur, aku menjadi sangat berubah. Rajin belajar dan selalu berusaha untuk bias membuat kantong baru buat Doraemon”, pungkas Nobita.
Ntar ane lanjutin lagi