Forum Indofanster
Last Message 143564713
Selamat datang di Forum Indofanster.
Silakan mendaftar dan login untuk bergabung mendiskusikan berbagai Manga-Anime.

Welcome to FAN

Jangan sungkan untuk bergabung ya...

Forum Indofanster
Last Message 143564713
Selamat datang di Forum Indofanster.
Silakan mendaftar dan login untuk bergabung mendiskusikan berbagai Manga-Anime.

Welcome to FAN

Jangan sungkan untuk bergabung ya...


Forum Indofanster

Forum Tempat Berdiskusi Tentang Manga - Anime
Dibuat oleh Agoess Sennin pada 16 Mei 2009
Indofanster adalah Keluarga, Bukan Sekedar Tempat Berkumpul
 
IndeksPortalGalleryPencarianLatest imagesAffiliatePendaftaranLogin
Welcome to
Rules • Staff • Ranks & Holder

Share
 

Last Message

Topik sebelumnya Topik selanjutnya Go down 
PengirimMessage
Skye di Cielo
Jinchuriki Jyuubi
Jinchuriki Jyuubi
Skye di Cielo


Posting : 1182
Join date : 21.01.12

Last Message Empty
#1PostSubyek: Last Message Last Message Empty29/6/2013, 9:53 pm

Title : Last Message
Genre : Romance/Angst
Pairing : Naruto Uzumaki x Hinata Hyuuga
Disclaimed : Masashi Kishimoto
Warning : Death!Charas, RoadtoNinja!Hinata, OOC
Song for Story : Kokoro Kiseki (c) Vocaloid
Based Story : Dying Message (c) RukawaGF
Note : Hinata = Hinata Hyuuga | Hina = Android!Hinata


Naruto Uzumaki menyalahkan dirinya atas kematian dari Hinata, dan satu hal yang paling ia sesali adalah ia tidak bisa mengetahui pesan terakhir yang diberikan oleh gadis itu padanya.


(Chapter 1/12)


[Present timeline]

Suara tembakan dan juga semua ledakan terdengar saat itu ketika pemuda berambut kuning mencoba untuk berlari bersama dengan seseorang di sampingnya. Berdecak kesal, beberapa kali hampir saja ia tertembak oleh orang-orang itu sementara sosok itu tampak hanya diam dan mengikutinya.

“Sial, mereka tidak pernah habis-habis,” mencoba untuk melindungi sosok yang bersama dengannya itu, menoleh saat beberapa orang tampak melewatinya begitu saja di salah satu lorong yang ada di tempat itu.

“Dimana mereka pergi?!”

“Temukan mereka!”

Mereka segera berlari menjauh tanpa menemukan pemuda itu dengan sosok yang ada di belakangnya saat ini. Ia benar-benar tidak habis fikir kenapa orang-orang itu sama sekali tidak menyerah untuk menemukan mereka. Menemukan sebuah celah untuk pergi, memegang tangan itu dan segera menariknya keluar.

“Ayo Hinata-chan!”

Sosok robot android berwujud gadis berambut lavender dan mata berwarna putih itu bernama Hina. Ia tidak mengerti kenapa pemuda di depannya ini memanggilnya Hinata-chan, namun programnya mengatakan untuknya mengikuti pemuda itu. Dan ia hanya mengangguk dan menurutinya.




[1 Tahun yang lalu]

“Aku katakan padamu dobe, itu mustahil!” pemuda berambut raven itu tampak menatap pemuda berambut kuning di depannya, “dengar, kalau memang aku bisa melakukannya, hell aku akan melakukannya untuk Hinata!”

“Aku tidak perduli, banyak hal yang mustahil menjadi tidak mustahil disini—teknologi semakin canggih dan aku yakin kalau aku bisa melakukannya. Aku hanya membutuhkan bantuanmu!” pemuda itu tampak menatap pemuda berambut kuning di depannya dengan tatapan datar dan menghela nafas.

“Baiklah, aku tidak akan mengatakan lagi kalau itu mustahil. Tetapi walaupun seperti itu aku adalah seorang dokter biasa—aku bukan ilmuan yang mengerti tentang robot yang bisa melakukan semua yang dilakukan oleh manusia, bertingkah seperti manusia biasa—“

“Kalau begitu siapa? Siapa yang harus kutemui, dimana aku bisa menemukan orang-orang seperti itu—“ pemuda itu tampak menundukkan kepalanya. Denial, ia tahu kalau apa yang dikatakan oleh pemuda itu benar, namun ia tidak bisa menerimanya.

“Aku hanya—aku hanya ingin tahu apa yang ingin dikatakan oleh Hinata-chan sebelum ia meninggal!”

“Oh, kalau begitu sepertinya kami bisa membantumu…” suara itu membuat mereka berdua menoleh untuk menemukan pria berambut hitam dengan wajah pucatnya dan mata yang berbentuk aneh serta lidah yang tampak aneh juga.

“Namaku adalah Orochimaru, dan aku adalah seorang ilmuan. Aku juga sedang mencoba melakukan eksperimen untuk membuat robot seperti itu.” Naruto tampak membulatkan matanya dan segera mengalihkan semua perhatiannya pada pria itu, “tetapi tentu saja satu hal yang belum kumiliki untuk membuatnya…”

“Tunggu, apakah kau fikir semuanya akan semudah itu Naruto?” pemuda berambut raven itu mencoba untuk menghalangi sang sahabat untuk melakukan hal yang b0doh, “mereka pasti ingin melakukan sesuatu sampai mau membantumu! Orochimaru dan juga kawanannya bukanlah orang yang melakukan sesuatu tanpa maksud tertentu—“

“Aku akan melakukan apapun untuk membantumu dan membangkitkannya—“ Orochimaru tampak tersenyum mendengar pernyataan dari Naruto yang mengabaikan sahabatnya itu, “—akan kuberikan apapun yang bisa kuberikan padamu…”



“Seluruhnya, aku harus menganalisa kinerja tubuh manusia, begitu juga dengan sel, jaringan, dan juga otak mereka. Tidak ada yang menginginkan menjadi relawan untuk melakukan itu tentu saj—“

“Aku akan melakukannya,” pemuda berambut raven itu membulatkan matanya mendengar Naruto mengatakan hal itu. Yang benar saja, ia kira melakukan eksperimen pada tubuh manusia yang masih hidup bukan hal yang berbahaya?!

“Naruto, kau sudah gila, kau bisa—“

“Aku akan lakukan apapun itu Sasuke, dan kau tidak bisa menghentikanku!”

Sasuke hanya bisa terdiam dan tidak bisa membantah lagi. Naruto sudah benar-benar membulatkan tekadnya dan ia tahu kalau Naruto tidak akan menarik ucapannya lagi. Sementara Orochimaru tampak menatap Naruto sebelum tersenyum penuh arti padanya.

“Baiklah, aku akan memulainya secepat mungkin…”




[Present Timeline]

“Hina… bukan? Maaf aku memanggilmu seperti tadi, apakah kau mau makan?” Naruto tampak menghela nafas dan beristirahat saat mereka sukses keluar dari bangunan besar itu. Robot itu hanya menggelengkan kepalanya saja.

“Bateraiku masih terisi 90% master. Aku akan baik-baik saja selama 1 minggu…”

“Ah begitu—“ Naruto hampir melupakan kalau gadis di depannya bukanlah manusia namun hanya seorang robot. Bukan, ia sampai sekarang tidak pernah bisa menerima kalau sosok itu adalah sebuah robot, “bagaimana caramu mengisi energy?”

Melepaskan sebuah headset yang melingkar di kepalanya seperti sebuah bando, tampak membuka lingkaran itu untuk menunjukkan sebuah kabel yang bisa digunakan untuk mengisi energy. Naruto hanya bisa mengangguk dan menghela nafas. Baru saja akan merebahkan dirinya saat ia melihat beberapa orang yang tampak berlari kearah mereka.

“Sial, mereka tidak pernah mau menyerah!”

Kembali berlari dengan tangan yang masih memegang tangan dingin dari gadis itu. Sesekali menoleh dan mencoba untuk menarik gadis itu dari jalur peluru yang hampir mengenainya ataupun gadis itu. Terus berlari, bahkan ia tidak memikirkan apakah staminanya akan habis atau tidak. Yang ia inginkan hanyalah membawa pergi gadis itu dan keluar dari tempat ini.

Saat mengira tempat itu cukup aman untuk beristirahat sejenak, ia menoleh pada gadis itu yang hanya menatapnya dengan tatapan kosong.

“Apakah kau tidak apa-apa? Masih bisa berlari?”

Gadis itu hanya mengangguk dan tampak menatap pemuda itu. Program yang ada di dalam tubuhnya tampak tidak mengerti pertanyaan dari pemuda itu. Tubuhnya bisa menahan semua peluru yang ditembakkan kearah mereka. Yang perlu ia lakukan hanyalah menghalangi lajur peluru hingga tidak mengenai pemuda itu.

Tetapi kenapa pemuda itu berusaha melindunginya? Melakukan hal yang sia-sia…

Programnya tetap saja tidak bisa mengerti apa yang sebenarnya difikirkan oleh seorang manusia biasa saat melakukan sesuatu.




[6 Bulan yang lalu]

“Selamat pagi, Hina—“ Orochimaru tampak menatap robot yang baru saja berjalan itu. Yang ia kembangkan selama berbulan-bulan itu yang kini tampak menatapnya.

“Selamat pagi, dokter…” dengan suara datarnya tampak hanya menatap pria di depannya saat ini.

“Hari ini akan ada seseorang yang akan menemuimu. Dia akan menjadi mastermu yang harus kau turuti mulai sekarang,” jawab Orochimaru sambil tersenyum kearah gadis itu yang hanya menatapnya datar, “tersenyumlah saat ia datang.”

Dan saat itulah pertama kalinya gadis robot itu bertemu dengan sang master, pemuda berambut kuning yang menatapnya dengan tatapan bahagia—memeluknya dengan sangat erat. Dan ia hanya tersenyum dan membiarkannya—karena itu adalah perintah dari sang dokter dan juga karena pemuda itu adalah masternya mulai sekarang.

“Aku akan sempurna secepatnya, master…” entah kenapa ia melihat senyuman itu berbeda dengan beberapa saat sebelumnya. Namun pemuda itu hanya mengangguk dan memeluknya kembali.




[Present Timeline]

Hina melihat pemuda yang saat ini membawanya keluar dari lab tempatnya diciptakan. Nafasnya memburu, dan tampak wajahnya sangat pucat saat tangannya mencoba untuk meremas pakaiannya pada bagian dada. Darah tampak keluar saat pemuda itu terbatuk, namun ia tetap berlari untuk membawa dirinya ke tempat yang aman untuk mereka berdua.

Hina hanya bisa menganalisa keadaan sang master, dan memastikan kalau sang master terlalu cepat kehilangan cairan berwarna merah itu dari dalam tubuhnya. Saat ia tahu tubuh sang master tidak akan kuat untuk berlari lagi, dengan segera ia melingkarkan tangan pemuda itu dan membantunya untuk berlari.

“Maaf, aku merepotkanmu…”

“Tidak, aku tidak merasa master merepotkanku…” jawab gadis itu masih tetap berlari. Naruto hanya bisa tersenyum dan menatap jalanan yang sepi di depan mereka. Mereka sudah cukup jauh dari orang-orang itu, namun tidak menutup kemungkinan mereka akan menemukannya.

“Kita harus mencari tempat kosong—kembali ke apartment tidak akan aman untuk kita sekarang…"




[Satu tahun + 3 bulan sebelumnya]

“Kau hanya memiliki waktu 6 bulan paling lama, Hinata,” perempuan berambut pirang pucat itu tampak menatap gadis lavender yang ada di depannya saat ini. Hanya diam saat mendengarkan pengumuman kematiannya itu.

“Anda mengatakan itu sejak dulu Tsunade-sensei, apakah aku harus mempercayainya lagi saat ini?”

“Kau bisa hidup selama 2 bulan jika kau tidak setuju untuk dirawat di rumah sakit sekarang. Dan walaupun kau dirawat, penyakitmu sudah cukup parah untuk disembuhkan—“

“Dan itu artinya sama saja aku akan mati bukan?” tersenyum pahit, Hinata hanya menghela nafas dan berdiri. Tidak ingin melanjutkan apa yang dibicarakan oleh mereka, dan segera meninggalkan tempat itu.

Hyuuga Hinata terkenal dengan sikap kerasnya yang tidak menginginkan seseorang melihat kelemahannya. Orang yang agresif dan selalu terlihat angkuh dan juga kuat. Namun mereka tahu, kalau dibalik sifatnya itu, gadis itu adalah orang yang baik dan juga ramah.

“Hei Sasuke-kun, Kiba!”

Ia tidak akan pernah memberitahukan tentang masalahnya begitu juga dengan penyakitnya. Ia menjalani kehidupannya seperti biasa, bertemu dengan teman-temannya begitu juga bermain ataupun belajar. Namun, saat kembali ke rumahnya dan merasakan tubuhnya yang letih, ia segera merebahkan dirinya.

Terbatuk, dan melihat darah yang mengotori tangannya saat itu.

Dan saat itu juga, untuk pertama kalinya ia merasakan ketakutan yang tampak menjalar keseluruh tubuhnya. Ketakutan akan kematian.

[To Be Continue]
Kembali Ke Atas Go down
Skye di Cielo
Jinchuriki Jyuubi
Jinchuriki Jyuubi
Skye di Cielo


Posting : 1182
Join date : 21.01.12

Last Message Empty
#2PostSubyek: Re: Last Message Last Message Empty29/6/2013, 10:01 pm

Title : Last Message
Genre : Romance/Angst
Pairing : Naruto Uzumaki x Hinata Hyuuga
Disclaimed : Masashi Kishimoto
Warning : Death!Charas, RoadtoNinja!Hinata, OOC
Song for Story : Kokoro Kiseki (c) Vocaloid
Based Story : Dying Message (c) RukawaGF
Note : Hinata = Hinata Hyuuga | Hina = Android!Hinata


Naruto Uzumaki menyalahkan dirinya atas kematian dari Hinata, dan satu hal yang paling ia sesali adalah ia tidak bisa mengetahui pesan terakhir yang diberikan oleh gadis itu padanya.


(Chapter 2/12)


[Present Timeline]

“Naruto, bod0h kau tahu semua orang mencarimu?!” Sasuke yang pada akhirnya mendapatkan telpon dari Naruto tampak segera pergi ke bangunan tempat Naruto dan juga Hina berada. Mencoba untuk mengecek keadaan pemuda itu, “ mereka pergi mencari ketempatku. Beruntung kau menghubungiku sebelum itu dan aku sempat kabur—dan—shit kau bilang kau hanya tertembak satu peluru bukan tiga!”

Naruto hanya tertawa dan membiarkan sahabatnya itu memeriksa keadaannya. Ia sudah tidak bisa bergerak dengan luka itu. Dan dengan adanya Sasuke disana, sepertinya minimal ia bisa hidup dan tidak mati konyol karena kehabisan darah.

“Aku membawa mobil,sebaiknya kita pergi ke rumah sakit.” Dengan bantuan Hina dan juga Sasuke, mereka membawa Naruto kedalam mobil dan segera melaju kearah rumah sakit. Dikursi belakang, tampak Naruto yang bergerak, menjadikan kaki Hina sebagai bantal untuknya berbaring.

“Tubuhku keras untuk kau jadikan bantal master…” Naruto hanya tertawa dan menatap Hina.

“Naah tidak apa-apa, tetaplah seperti ini…” nafasnya masih memburu, tempat itu cukup terpencil dan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk sampai di rumah sakit. Hina bisa melihat sang master yang tampak penuh dengan peluh, ia hanya bisa menghapusnya dengan sapu tangan yang ia bawa.

Naruto terkejut saat merasakan sensasi dingin tangan gadis itu yang menyentuh tubuhnya. Terasa dingin dan juga keras—ia tahu kalau gadis itu bukan manusia, namun ia tetap tidak bisa menerima kenyataan itu. Ia hanya melihat sosok itu sebagai Hinata.Sosok yang saat ini sangat ingin ia temui.

Dan dengan segera ia memegang tangan dingin itu dan meletakkannya di bagian dada, membiarkan gadis itu merasakan detak jantungnya saat itu. Sementara sang robot tampak hanya menatap pemuda itu dengan wajah datar, programnya terus mencari data untuk mengetahui bagaiman perasaan sakit itu sebenarnya.

Apakah jika chip ‘hati’ itu sudah selesai ia akan bisa merasakannya?




[1 Tahun 3 Minggu yang lalu]

“Hinata-chan,bisakah kau berhenti melakukannya?”

Tampak Naruto yang menatap gadis berambut lavender di depannya yang tampak menatapnya sambil berbicara dengan beberapa teman laki-lakinya. Menatap wajah kesal Naruto yang tidak biasa terlihat di wajahnya, dan membuatnya tersenyum sambil menghela nafas.

“Kenapa Naruto-kun, kau cemburu?”

“Ce—ti-tidak, aku tidak cemburu!” jawabnya memalingkan wajahnya. Tampak Hinata melambaikan tangannya pada teman-temannya itu dan menghampirinya. Menaruh tangannya pada dagu Naruto dan mendekatkan wajahnya pada gadis itu.

“Benarkah? Kau tidak cemburu pada teman kecilmu ini?”

“A—aku hanya tidak ingin kau dekat dengan banyak laki-laki, kau bisa dicap playgirl!” mencoba menahan diri untuk tidak menunjukkan wajahnya yang memerah, Naruto mencoba untuk melepaskan diri dan berbalik akan meninggalkan Hinata, “lagipula, kau tahu kalau aku menyukai seseorang. Jadi tidak mungkin aku menyukaimu…”

“Ah benar juga,” Hinata tampak menghela nafas dan berbalik kearah lainnya, “kau memiliki banyak waktu untuk memilih seseorang. Walaupun kau mengatakan perasaanmu dan ia menolak kau masih bisa memiliki waktu untuk mencari yang lainnya lagi…”

“Apa yang kau bilang Hinata-chan?”

“Aku—hanya menginginkan waktu yang lebih lama, agar aku bisa mencoba mencari seseorang yang memang benar-benar kucintai…” Naruto tampak membulatkan matanya saat melihat tubuh itu perlahan jatuh ke bawah.

“HINATAA!”




[Present Timeline]

“Hah, kau bahkan tidak memikirkan dirimu dan terus saja mengigaukan benda itu,” Sasuke tampak menggaruk kepala belakangnya. Mereka berhasil tiba di rumah sakit dan luka pemuda itu tampak dirawat. Sekarang mereka berada di kamar rawat dimana Naruto sudah sadar dari Anastesi yang diberikan. Tidak lupa juga pemuda raven itu menatap tajam kearah Hina yang hanya menatap Naruto, “seharusnya kau biarkan saja mereka membawa benda ini dan lupakan semua yang—“

“Jangan menyembutnya sebagai benda! Dia adalah Hina—“

“Apapun yang kau katakan, ia tetaplah sebuah mesin! Robot! Bukan manusia yang terbuat dari darah dan juga daging,” Sasuke sedikit menaikkan nada bicaranya. Ia sudah cukup melihat Naruto melakukan semua selama beberapa bulan ini hanya untuk benda bernama robot, “kau akan menyesal kalau kau meneruskannya Naruto.”

“Tetapi aku sudah memutuskannya… kau tahu bagaimana sifatku bukan?”



“Kau harusbenar-benar menjauhinya Naruto. Kau tidak bisa menanggung semuanya ini,” Naruto tidak menggubris apa yang dikatakan oleh sahabatnya. Mencoba untuk berdiri menahan luka yang ada di tubuhnya, “NARUTO!”

“Tidak bisa Sasuke, mereka terus mengejar kami…”

“Aku ingin membantumu begitu juga dengan yang lainnya—tetapi…” sudah pasti tempat Sasuke yang akan dijaga ketat oleh Orochimaru dan juga anak buahnya. Itulah yang membuatnya ragu untuk menyembunyikan Naruto dan juga Hina.

“Tidak apa-apa, aku tidak akan kalah begitu saja. Ayo Hina—aku akan tunjukkan semua tempat disini sebelum kita pergi dari kota ini,” mengulurkan tangannya yang segera disambut oleh sang robot dan mengangguk pelan.

“Kau akan melakukannya?”

“Mau bagaimana lagi? Itu hanyalah satu-satunya jalan untuk kami—“ mengangkat bahunya dan berjalan keluar dari bangunan itu. Sasuke sendiri tampak mengantarkan mereka berdua keluar, “robot bisa mengingat semuanya bukan? Aku ingin memberikan semua yang biasa Hinata-chan lihat untuk ia ingat…”

Menoleh pada rumah sakit yang berada di tepi bukit itu, pemandangan kota pada malam hari yang tampak tidak pernah berubah selama beberapa tahun lamanya.

“Tidak pernah berubah eh, semuanya…” enam bulan ia tidak sama sekali pergi dari bangunan itu hanya untuk menyelesaikan Hina dan semua penelitian yang melibatkan dirinya.

“Tetapi kau yang berubah, dobe.”

Naruto hanya tertawa mendengar apa yang dikatakan oleh Sasuke saat itu. Sementara Hina tampak hanya melihat mereka berdua, dan mencoba untuk mengingat apa yang ada didepannya dan menyimpannya di memorinya selamanya.





[7 Tahun yang lalu]

“Kau lagi-lagi dirawat di rumah sakit karena berkelahi,” Hinata tampak menghela nafas dan melihat Naruto yang berbaring diatas rerumputan di halaman depan rumah sakit itu. Tidak menemukan jawaban membuatnya menempatkan diri di samping pemuda itu dan menemukan pemuda itu tampak tertidur disana.

“Hah, dan kau malahtertidur di tempat seperti ini. Apakah kau ingin bertambah sakit?” menatap sosok Naruto yang tidak bergerak sama sekali. Mendekatkan tubuhnya dan tampak tersenyum saat wajah mereka kali ini berdekatan, “dasar, kau yang sangat bersemangat benar-benar bisa terlihat sangat tenang kalau sedang tertidur eh?”

Tertawa sendiri dan mencoba memegang poni kuning milik pemuda itu dan hanya tersenyum lembut.

“Bagaimana kalau aku mengerjaimu dengan mencoret-coret wajahmu, atau mungkin mengikat rambutmu dengan pita-pita memalukan, atau—“ mendekatkan wajahnya lebih dekat, menutup matanya dan tampak menyentuhkan bibirnya pada bibir pemuda itu, “—aku akan menciummu.”



“Dasar Naruto-kun bod0h…”

Berdiri dan berbalik dengan wajah yang memerah, pergi dari sana begtiu saja. Saat tidak ada suara langkah kaki yang terdengar lagi, pemuda berambut kuning itu tampak bangun dan duduk sambil memegangi bibirnya dengan wajah yang sangat memerah.

“Dasar bod0h…”

[To Be Continue]
Kembali Ke Atas Go down
Skye di Cielo
Jinchuriki Jyuubi
Jinchuriki Jyuubi
Skye di Cielo


Posting : 1182
Join date : 21.01.12

Last Message Empty
#3PostSubyek: Re: Last Message Last Message Empty30/6/2013, 9:36 am

Title : Last Message
Genre : Romance/Angst
Pairing : Naruto Uzumaki x Hinata Hyuuga
Disclaimed : Masashi Kishimoto
Warning : Death!Charas, RoadtoNinja!Hinata, OOC
Song for Story : Kokoro Kiseki (c) Vocaloid
Based Story : Dying Message (c) RukawaGF
Note : Hinata = Hinata Hyuuga | Hina = Android!Hinata


Naruto Uzumaki menyalahkan dirinya atas kematian dari Hinata, dan satu hal yang paling ia sesali adalah ia tidak bisa mengetahui pesan terakhir yang diberikan oleh gadis itu padanya.


(Chapter 3/12)


Chapter 3


.

[8 Bulan sebelum Present Timeline]

“Namaku adalah Kabuto. Aku yang akan memulai penelitian awal pembuatan proyek Hina. Aku ingin melihat gelombang otakmu dan juga cara kerja tubuhmu saat sedang dalam keadaan sadar,” pria berambut putih dengan kacamata itu tampak mendekati Naruto yang hanya diam dan mendengarkannya, “mungkin akan terasa sakit karena aku akan memaksa semua syarafmu untuk—“

Ia tampak tidak terlalu mendengarkan prosedur yang tidak ia perdulikan akan sakit atau tidak. Ia hanya menatap sosok yang terbaring di sampingnya. Robot yang tercipta sangat mirip dengan wujud seseorang yang sangat penting untuknya itu.

“Apakah anda mendengarkanku Namikaze-san?”

“Ah ya, lakukan saja apa yang ingin kau lakukan,” jawabnya sembari duduk di kursi yang sudah disediakan. Beberapa alat tampak dipasang di kepala dan juga tubuhnya yang terhubung dengan mesin-mesin di sampingnya. Cairan yang entah katanya untuk membuatnya tetap sadar tampak diberikan kedalam tubuhnya.

Bahkan saat mataitu tertutup, rasa sakit itu tetap terasa diseluruh tubuhnya. Namun ia tidak perduli—bahkan kalau memang itu membuat nyawanya terengkut ia tidak akan pernah perduli.

Yang ia inginkan hanyalah Hinata kembali—hanya itu.




[7 Bulan sebelum Present Timeline]

“Apa maksudmu gagal?” Naruto tampak membulatkan matanya dan menatap kearah Orochimaru yang ada didepannya. Entah sudah berapa bulan ia berada disini, dan ia tidak akan mungkin betah berada disini hanya untuk mendapatkan hasil gagal.

“Namikaze-san, kau tidak seharusnya bergerak dengan bebas! Penelitiannya akan lebih mundur kalau kau tidak mengikuti prosedur!”

“Jangan katakan apa yang harus dan tidak harus kulakukan!” menepis tangan yang menahannya dan tampak berjalan mendekati Orochimaru yang membiarkannya mendekat bahkan memberikan isyarat pada yang lainnya untuk tidak mendekat, “katakan kenapa dia tidak—“

“Ia tidak bereaksi pada apapun yang kami lakukan meskipun semua program sudah dinyalakan. Terutama saat pada bagian hati dan emosi, dia—“ berdecak kesal, Naruto tidak mengerti sama sekali apa yang dikatakan oleh orang-orang itu. Ia tidak perduli, yang ingin ia lakukan hanyalah melihat gadis itu, dan mendengar suaranya. Hanya itu.

“Ini tombolnya bukan?” menunjuk pada tombol hijau besar yang ada di salah satu computer, Orochimaru hanya mengangguk dan Naruto tampak tidak ragu untuk menekannya begitu saja. Beberapa aliran listrik tampak terlihat, dan beberapa mesin tampak menyala begitu saja yang tersambung pada tubuh kaku yang berdiri di depannya.

“Hinata, bangunlah…” Naruto tampak mencoba untuk menyentuh tubuh dingin dan kaku itu. Semua yang ia mimpikan, kenangan buruk dan juga rasa bersalah, “bangunlah untukku, sekali lagi…” jawabnya sambil menundukkan kepalanya dan tampak mengeratkan giginya. Semua mesin tampak berjalan, para ilmuan hanya mendapati mesin itu mati kembali tanpa ada hasil sama sekali.

Namun mereka terkejut, saat melihat bagaimana kelopak mata itu tampak terbuka perlahan, dan menunjukkan iris putih milik gadis itu bertemu pandang dengan mata sapphire pemuda itu.

“Selamat pagi master, apa yang harus aku lakukan hari i—“ robot itu tampak tidak bisa menyelesaikan kalimatnya saat sepasang tangan melingkari tubuhnya, memberikan pelukan erat pada tubuh dinginnya.




[4 Bulan sebelum Present Timeline]

“Aku akan melakukan beberapa test lagi untukmu memberikan ingatan dibawah alam bawah sadarmu pada Hina,” Kabuto tampak menoleh pada Naruto yang tampak tidak sehat hari itu. Kenyataannya, ia memang benar-benar sakit, kepalanya sakit dan begitu juga dengan dadanya. Entah sudah berapa macam cairan aneh yang masuk ke dalam tubuhnya.

“Bagaimana keadaanmu?”

“Entahlah, aku merasa mual dan sakit—“ jawabnya memijat pelipisnya. Bahkan menggerakkan tubuhnya saja ia benar-benar tidak sanggup. Terbatuk keras, tampak mencoba bangkit dari tidurnya dan terkejut saat melihat darah yang menggenang dimulutnya, “—apa yang—!”

“Itu hanya efe ksamping, kami akan menelitinya lebih lanjut…”

Berdecak kesal, ia hanya bisa mengangguk dan menghela nafas. Ia hanya berharap semuanya akan sepadan dengan apa yang ia lakukan. Semoga saja Hinata kembali padanya agar ia tahu apa yang ingin gadis itu katakan saat itu.




[Beberapa jam sebelum Chapter 1]

“—Enam bulan?” membulatkan matanya dan tampak menatap tidak percaya pada pria di depannya saat itu yang tetap tenang dan melihat laporan kesehatan di tangannya.

“Oh, aku salah membacanya,” Kabuto tampak membenahi kacamatanya dan membaca kembali apa yang ada di laporan itu. Naruto menunggunya melanjutkan perkataannya, “kukira, kau hanya memiliki dua bulan untuk hidup.”

Tampak tersentak mendengarnya, apa-apaan—begitu saja mengatakan hal seperti itu padanya seolah itu bukan masalah besar. Tetapi sebenarnya itu memang bukan masalah sekarang—yang ingin ia ketahui lebih dari itu hanyalah satu hal.

“Bagaimana dengan Hinata?”

“Ah, proyek itu belum selesai,” jawabnya menggaruk kepalanya. Proyek itu memang benar-benar penting untuk Kabuto dan juga yang lainnya bahkan lebih penting daripada nyawa dari pemuda di depannya saat ini.

“Kapan proyek itu akan selesai?”

“Ehm, sebenarnya ada masalah pada bagian memori yang menggantikan otak dan juga hatinya. Sepertinya kalau kita memberikan semua memori yang ada di dalam dirimu tentang siapa itu Hinata dan bagaimana kehidupannya, untuk sekarang tubuhnya tidak akan mampu untuk menampung semuanya,” membaca chart tentang kondisi Hina, tampak Naruto yang hanya diam mengeratkan giginya.

“Jadi maksudmu, ia tidak akan pernah sempurna?”

“Tidak secepat itu—mungkin ia akan sempurna namun harus menunggu lima puluh hingga seratus tahun lagi,” tubuh Naruto membeku mendengarnya. Yang benar saja, maksudnya—ia tidak akan bisa melihatnya sempurna, dan ia tidak akan bisa mendengar apa yang—

“Dengan kata lain, kau tidak akan melihat keajaiban kedua dari kehidupan, Namikaze-kun.”




[Satu jam sebelum timeline chapter 1]

“Selamat sore Hina.”

“Selamat sore dokter.”

“Hari ini ayo kita—“ suara gaduh dari luar dan juga suara tembakan membuat Orochimaru tampak menoleh kearah pintu masuk. Terbuka, menunjukkan pemuda berambut kuning itu yang tampak menghampirinya dengan nafas memburu.

“Apa yang kau lakukan, kau tidak seharusnya berada disini!”

“Jangan katakan apa yang harus dan tidak harus kulakukan!” tampak berjalan, Orochimaru tidak bisa melakukan apapun ataupun membunuh pemuda itu. Pemuda itu adalah satu-satunya asset yang bisa ia gunakan untuk melanjutkan penelitiannya.

“Hinata, ayo!”

Hina tampak bingung dengan apa yang dikatakan oleh sang master. Namanya bukanlah ‘Hinata’ tetapi ‘Hina’, namun kenapa pemuda itu memanggilnya seperti itu? Namun melihat situasi, programnya hanya menunjukkan kemungkinan kalau ‘manusia terkadang salah memanggil nama seseorang’ dan ia hanya menganggu sebelum berlari keluar bersama dengan Naruto.

“Tunggu, dimana chip ‘Hati’ itu?!” Hina menunjuk kearah sebuah memori card yang ada di salah satu tabung kaca. Dengan segera memecahkannya dan mengambil memori itu keluar bersama dengan Hina. Kalau memang orang-orang ini tidak bisa melakukannya, ia akan melakukannya sendiri.

Dan dengan begitu mereka mencoba untuk kabur dari tempat itu.




[Disaat yang bersamaan]

Di ruangan, tampak Orochimaru dan juga Kabuto yang duduk di kursi itu. Melihat dan mendengarkan apa yang dikatakan oleh Kabuto membuat Orochimaru menghela nafas dan mengacak rambutnya.

“Kau tidak mengatakan hal yang sebenarnya pada pemuda itu?”

“Paling lama ia akan bertahan hidup selama 1 minggu. Kukira biarkan saja ia bersama dengan mainan yang tidak sempurna itu selama beberapa saat,” Kabuto membenahi kacamatanya, “benda itu tidak akan sempurna dalam waktu singkat. Pemuda itu yang mempertaruhkan hidupnya untuk hal yang beresiko seperti ini.”

“Kelemahan dari penelitian ini adalah manusia yang memiliki waktu yang terbatas. Kalau memang ia ingin menyempurnakannya, ia membutuhkan keajaiban lainnya untuk membentuk keajaiban dari kehidupan itu.”

[To Be Continue]
Kembali Ke Atas Go down
Skye di Cielo
Jinchuriki Jyuubi
Jinchuriki Jyuubi
Skye di Cielo


Posting : 1182
Join date : 21.01.12

Last Message Empty
#4PostSubyek: Re: Last Message Last Message Empty30/6/2013, 9:41 am

Title : Last Message
Genre : Romance/Angst
Pairing : Naruto Uzumaki x Hinata Hyuuga
Disclaimed : Masashi Kishimoto
Warning : Death!Charas, RoadtoNinja!Hinata, OOC
Song for Story : Kokoro Kiseki (c) Vocaloid
Based Story : Dying Message (c) RukawaGF
Note : Hinata = Hinata Hyuuga | Hina = Android!Hinata


Naruto Uzumaki menyalahkan dirinya atas kematian dari Hinata, dan satu hal yang paling ia sesali adalah ia tidak bisa mengetahui pesan terakhir yang diberikan oleh gadis itu padanya.


(Chapter 4/12)


Suara kereta tampak benar-benar membangunkannya dari tidur. Bahkan ia tidak sadar sejak kapan ia tertidur dan saat itu tubuhnya masih lemah karena luka dan juga sakit yang ia derita.

“Selamat pagi master…”

Hina yang sedang tersenyum yang ia dapatkan saat matanya membuka sempurna. Ia mencoba untuk bangkit, disorientasi ingatan membuatnya melupakan sejenak apa yang ia lakukan beberapa hari ini. Dan pada akhirnya ia sadar kalau ia sudahmembawa Hina keluar dari bangunan itu.

Dan saatini mereka sedang menunggu kereta kilat untuk menuju keluar kota dan pergi dari sini untuk selamanya. Ia hanya berharap kalau orang-orang dari Orochimaru tidak menemukan mereka dengan cepat. Kalaupun terjadi, ia tidak akan membiarkan mereka membawa Hina begitu saja.

“Aku selalu mengawasi master—“ suara Hina menenangkannya, dan saat tangan itu tampak mengusap kepalanya, walaupun dingin rasanya begitu membuatnya merasa rindu, “tidak ada orang-orang dari lab itu mengejar kita…”

“Kau tidak tidur?” Naruto bertanya dan Hina hanya mengangguk, “ah,benar juga—kau adalah robot.” Naruto tampak masih belum bisa menerima kenyataan itu, namun memutuskan untuk menerima kalau Hina adalah sebuah ‘robot’.

“Ya, master.”

“Pertama, yang harus dilakukan adalah menghilangkan panggilan ‘master’ itu dari ingatanmu,” Naruto benar-benar tidak ingin mendengar nama itu keluar dari mulut sosok yang sangat mirip dengan Hinata tersebut, “namaku adalah Namikaze Naruto.”

“Diterima, aku akan mengganti program nama anda menjadi Naruto-san.” Jawab Hina tetap terdengar datar.

Tersentak dengan suara yang sama seperti Hinata itu memanggilnya Naruto, ia lebih suka saat mendengarnya memanggilnya dengan “Naruto-kun” dibandingkan dengan “Naruto-san”. Rasanya sedikit aneh.

“Itu, terdengar aneh.”

“Tolong ubah protocol dari Hina.”

Berfikir cukup lama, hingga kurang lebih 10 menit—pada akhirnya Naruto menghela nafas danmenjawabnya.

“Panggil aku Naruto-kun.”

“Naruto-kun.”

Terdengar menyakitkan mendengar nama panggilan itu disebutkan dengan nada datar dan juga dingin seperti sekarang. Walaupun itu adalah suara Hinata, tetapi itu terasatidak nyata. Dan memang itu tidak nyata.

“Lupakan. Mungkin kau tidak seharusnya memanggilku seperti itu.”

“Disetujui master.”

“Tunggu-tunggu, bisa kau ulang lagi yang tadi?”

“Master.”

“Bukan, sebelumnya.” Jawabnya dengan wajah sedikit bersemu.

“Naruto-kun.”

“…lagi?”

“Naruto-kun.”

“…Sekali lagi.”

“Naruto-kun.”

“…”

Tampak menghela nafas berat dan pada akhirnya menundukkan kepalnya dan terlihat kecewa.

“Baiklah, panggil saja aku Naruto-kun.”

“Suatu kehormatan, Naruto-kun.”

Dan ia hanya tersenyum lemah mendengar itu.




[Present Timeline Hari ketiga]

“Jadi, karena kau robot kau bisa mengingat semuanya bukan?”

“Disetujui, Naruto-kun.”

“Kau hanya perlu menjawab ya dan tidak…”

“Ya, Naruto-kun.”

Naruto benar-benar dibuat stress dengan nada monoton ala robotnya. Jawaban itu memiliki nada yang sama dengan ‘disetujui, master’ dan benar-benar terdengar sama. Itu benar-benar aneh karena menggunakan suara Hinata.

“Baiklah—“ menyerah dengan itu, pada akhirnya Naruto hanya bisa menerimanya, “jadi, semua yang kau dengar akan kau ingat sampai kapanpun bukan?”

“Selama memoriku mencukupi tentunya Naruto-kun.”

“Kau tidak akan menghapus apapun yang menjadi ingatanmu bukan?” Hina hanya mengangguk, “ah, maaf kalau memori pertamamu tentangku buruk karena orang-orang brengs3k itu.” Menggaruk dagunya dan tertawa pelan, “tetapi aku akan memberikanmu ingatan yang lebih baik mulai sekarang.”

“Baiklah, pertama—“ terbatuk sedikit dan memikirkan apa hal pertama yang penting yang ingin ia beritahukan pada Hina, “aku ingin kau tahu, kalau aku sangat senang kau tercipta Hina. Aku sangat-sangat senang. Kau terlahir ke dunia ini untuk dicintai, dan aku ingin kau mengingat itu dan tidak pernah menghapusnya.”

“Baiklah, Naruto-kun.”

“Aku ingin kau menyimpannya selamanya secara permanen kalau kau bisa.” Hina hanya mengangguk dan Naruto tampak tersenyum lembut sembari menepuk kepala Hina. Menoleh sekelilingnya, menemukan stop kontak di dekatnya, "aku ingin beristirahat sejenak, bagaimana kalau kau mengisi batereimu Hina? Dan aku ingin meminjam headsetmu sebentar..."

"Baik, Naruto-kun."

Iamencoba untuk menghilangkan rasa pusing di kepalanya, membawa headset milik Hina dan memasukkan chip untuk melihat persentasi program 'hati' yang ia tanamkan beberapa hari yang lalu. Ia mengikuti proses pembuatan robot ini dan ia tahubagaimana seluk beluknya.

"...enam puluh tujuh persen huh? Setidaknya sudah lebih daripada 50%..." Ia merasakan tubuhnya yang semakin lemah sebelum akhirnya semuanya terasa berputar, dan kegelapan yang menemaninya lagi.




[1 Tahun 3 minggu yang lalu]

"Hinata!" Dengan segera menangkan tubuh gadis itu sebelum benar-benar jatuh ke lantai,melihat bagaimana pucatnya wajah gadis itu seolah terbuat dari sebuah kertas putih, "apa yang kau lakukan!"

"Seharusnya aku yang menanyakan hal itu—aku tidak apa-apa Naruto-kun, lepaskan aku..." Tampak nafasnya yang memburu dan Naruto bersumpah kalau ia melihat lingkaran hitam di bawah matanya. Berdecak kesal saat mengetahui ada yang salah dengan gadis itu, dengan segera ia menggendongnya dan pergi menuju motor yang ia parkirkan.

"Kau mau bawa aku kemana?"

"Tentu saja rumah sakit bod0h, memangnya kemana lagi! Sakura-chan dan Sasuke akan mengobatimu," ia bahkan lupa memakai helm dan segera menjalankan motornya.Memegang tangan Hinata yang ia paksakan terangkul di pinggangnya. Ia tidak perduli kecepatan yang melewati batas, ia hanya ingin membawa gadis itu pergi.

Saat suara batuk itu terdengar, saat itu Naruto masih tidak menghiraukannya dantetap fokus pada jalan.

"Sebenarnya ada apa denganmu Hinata-chan, kau tidak lemah seperti i—"suara batuk itu terus terdengar membuatnya melambatkan motor sebelum akhirnya berhenti di tepi jalan. Melihat Hinata yang masih terbatuk membuatnya tidak mengatakan apapun sama sekali.

"Hinata apa yang—"matanya membulat saat melihat darah di telapak tangan Hinata. Berdecak kesal, menatap Hinata yang bahkan tidak bisa bergerak sama sekali. Dengan segera memegang tangannya lagi, dan terus mengendarai motornya semakin cepat, "—bertahanlah, kita akan segera sampai."

"Aku tidak butuh rumah sakit Naruto-kun..."

"Diamlah, kau tidak berhak mengatakan hal itu dalam keadaan seperti ini," Naruto membelokkan motornya untuk mengambil jalan pintas. Hinata tampak tertawa dan masih berbicara.

"Kautahu Naruto-kun, aku benci denganmu." Hampir saja ia membanting stirnya saat mendengar perkataaan dari Hinata. Apa maksudnya, walaupun mereka sering bertengkar ini pertama kalinya ia mendengar perkataan 'benci' itu, "aku benci dengan keceriaanmu yang tidak pernah habis. Energimu yang seolah tidak ada batasannya. Kau selalu ceria seolah tidak pernah takut akan apapun."

...

"Jika saja aku memiliki kesempatan sepertimu—aku pasti akan melakukan hal yang lebih baik daripada itu," tersenyum lemah, Naruto tidak mempermasalahkan semua perkataannya saat itu. Ia hanya ingin membawanya ke rumah sakit, "aku hanya berharap aku bisa hidup sedikit lebih lama..."

"Dan aku akan memastikan itu terjadi..." Hanya tertawa pelan dan menghela nafas, "aku tidak butuh rumah sakit... Tetapi sudahlah, kau tidak akan mendengarkan..."

"Tunggulah beberapa saat lagi. Kau akan sembuh—"

"Tentu, aku adalah Hyuuga Hinata bukan? Aku tidak akan mati semudah itu—" tertawa dan membuat Naruto tersenyum tipis mendengarkannya.

[To Be Continue]
Kembali Ke Atas Go down
Skye di Cielo
Jinchuriki Jyuubi
Jinchuriki Jyuubi
Skye di Cielo


Posting : 1182
Join date : 21.01.12

Last Message Empty
#5PostSubyek: Re: Last Message Last Message Empty1/7/2013, 8:52 am

Title : Last Message
Genre : Romance/Angst
Pairing : Naruto Uzumaki x Hinata Hyuuga
Disclaimed : Masashi Kishimoto
Warning : Death!Charas, RoadtoNinja!Hinata, OOC
Song for Story : Kokoro Kiseki (c) Vocaloid
Based Story : Dying Message (c) RukawaGF
Note : Hinata = Hinata Hyuuga | Hina = Android!Hinata


Naruto Uzumaki menyalahkan dirinya atas kematian dari Hinata, dan satu hal yang paling ia sesali adalah ia tidak bisa mengetahui pesan terakhir yang diberikan oleh gadis itu padanya.


(Chapter 5/12)


[1 Tahun 3 minggu yang lalu]

"Apa?" Naruto menatap kearah Sasuke yang saat itu membantu memeriksa Hinata. Dahinya berkerut tidak percaya dengan apa yang dikatakan dokter muda itu.

"Itu adalah nama penyakit Naruto—aku mendapatkan telpon dari dokter Tsunade yang menerangkan padaku tentang Hinata," Sasuke menatap kearah Naruto yang masih membulatkan mata tidak percaya itu, "aku tidak bisa melakukan apapun. Aku sudah membuatnya stabil, dan ia masih bisa bertahan hari ini."

"Aku tidak mengerti, kenapa kau mengatakan seolah ia hanya akan bisa bertahan hari ini?" Menatap kearah Sasuke yang menghela nafas panjang untuk kesekian kalinya.

"Ia sudah mengetahui kapan ia akan mati dua bulan yang lalu Naruto. Dokter Tsunade mengatakan ia memiliki waktu paling banyak 6 bulan untuk hidup. Namun, ia bisa saja mati setiap saat dalam hidupnya. Ia mengidap kanker, dan itu tidak bisa disembuhkan."

...

"Berapa lama Hinata tahu tentang ini?"

"Kudengar sejak ia masih kecil, hanya ibunya yang mengetahui hal itu. Hiashi-san tidak pernah perduli padanya," Sasuke memijat kepalanya, sedikit merasa menyesal karena ia tidak mengetahuinya sejak dulu, "mungkin itu sebabnya ia mencoba menjalani kehidupan dengan bebas dan berprilaku seperti itu."

"Lalu, berapa lama lagi ia akan bertahan?"

"Dobe, ini bukan penyakit biasa—Hinata, ia tidak hidup setiap hari," menggantungkan kalimatnya sejenak, "ia sekarat setiap harinya..."

"Berapa lama lagi ia akan hidup Sasuke?"

"Entahlah, satu bulan, satu minggu, atau bahkan malam ini..." Sasuke melihat Naruto yang tampak terpukul saat itu, "kau ingin melihatnya?"

"Aku—" bimbang, Naruto tidak ingin melihat wajah lemah Hinata. Wajah pucatnya, dan membayangkan kalau gadis itu bisa mati kapanpun di depannya. Hinata adalah seseorang yang—spesial untuknya. Ia tidak ingin mengingatnya sebagai sosok yang lemah, tetapi mengingatnya sebagai sosok yang kuat.

Tidak menyadari kalau Hinata tampak mendengar semuanya, menatap saat Naruto menolak untuk menjenguknya. Berfikiran salah, Hinata tampak hanya menatapnya kosong sebelum menutup pintu kamarnya—dan juga pintu hatinya selamanya.

[Present Timeline, Hari keempat]

"Hinata-chan..."

Hina menatap sang master yang tengah tertidur dan mengigaukan nama itu. Lagi. Untuk kesekian kalinya. Ia tidak mengerti, siapa yang dipanggil oleh masternya itu. Ia mencoba untuk membenahi selimut kecil di tubuh Naruto dan mengusap air mata yang keluar dari matanya.

Ia tidak mengerti kenapa manusia menangis. Ia tidak mengerti kenapa manusia merasakan sedih. Program dalam dirinya tidak bisa menganalisa itu, dan membuatnya bingung serta menyebabkan programnya error setiap mencoba mencari data itu.

Ia tidak tahu siapa 'Hinata' yang selalu diigaukan oleh Naruto yang selalu membuatnya menangis. Tetapi mata dan programnya merekam suara sang master yang tampak penuh penyesalan dan juga perasaan sedih. Bagaimana wajah itu berganti saat mimpi buruk terus menghantui pemuda itu dalam tidurnya.

Hina melihat kearah program 'hati' yang ditanamkan di dalam dirinya. Bertuliskan 72%. Ia hanya bisa menutup matanya dan tampak sedikit kecewa. Ia adalah robot yang harus membanggakan sang master. Ia adalah robot yang harus memberikan 'senyuman' di dalam diri pemuda itu, sehingga ia tahu kalau pemuda itu bangga padanya.

Dan yang harus ia lakukan hanyalah menyempurnakan chip 'hati' ini untuknya.




[1 Tahun 18 Hari sebelumnya]

"Jangan katakan apa yang mustahil dan tidak mustahil! Aku adalah Hyuuga Hinata dan aku tidak akan mungkin mati meskipun aku tidak menjalani pengobatan konyol itu!!"

"Hinata-chan, kau harus mengerti—" perempuan berambut pink tampak menatap kearah sang gadis lavender itu dengan tatapan sedih, "—lakukanlah pengobatan itu Hinata..."

"Tidak, lagipula untuk apa, aku tidak memiliki tujuan untuk melakukannya..." Hinata tampak mencoba untuk bangkit dari tidurnya hanya untuk ditahan oleh Sasuke, "apa yang kau lakukan?"

"Masih banyak orang yang mencintaimu kau tahu? Kau tidak bisa meninggalkan mereka begitu saja—" Hinata mendengus dan menatap Sasuke yang ada di depannya.

"Siapa? Kau tidak mengerti apa yang kumaksud dengan—"

"Aku mengerti Hinata-chan," suara itu membuatnya menoleh untuk menemukan pemuda berambut kuning yang tampak menatapnya dengan tatapan—entahlah, ia bahkan tidak bisa menebaknya. Namun yang ia tahu, ia tidak ingin pemuda itu melihat sisi lemahnya sekarang.

"Apa maksudmu?"

"Aku mencintaimu..." Dua kata yang tampak membuat Hinata membulatkan matanya. Ia menunggu kata-kata itu, namun ia tidak ingin kata-kata itu keluar disaat sekarang. Mengeratkan giginya, tampak memegang bantal yang ada di sampingnya.

"Aku tidak butuh perataan itu—"

"Tetapi Hinata-chan, Naruto-kun—"

"Ia menyukaimu! Ia mengatakan itu hanya karena aku akan mati bukan? Tenang saja Naruto-kun, aku tidak akan mati—jadi kau tidak perlu mengasihani—" belum sempat mengatakan apapun lagi saat Naruto memeluknya dengan sangat erat. Tidak memperbolehkannya untuk mengatakan apapun lagi.

"Aku benar-benar mencintaimu Hinata... Aku—"

"Lepaskan aku—" mendorong Naruto dan melemparkan bantal kearah pemuda itu. Ia tidak mau menerimanya, ia tidak ingin merasakan harapan yang ada saat waktunya tidak banyak bahkan hanya untuk memikirkannya saja, "—aku tidak butuh rasa kasihanmu! Aku tidak menyukaimu, aku membencimu! Aku tidak ingin melihatmu Naruto!"

Rasanya hatinya benar-benar hancur saat mendengar gadis itu mengatakan hal seperti ini. Ia selalu mengatakan kalau ia menyukai Sakura karena ia ingin membuatnya cemburu. Bukan untuk membuatnya membenci sosoknya sekarang.

"Naruto, sebaiknya kau pergi—saat ini kondisinya tidak memungkinkan untuk mendapatkan tekanan seperti ini," Sasuke mencoba untuk membawa Naruto keluar dari kamar Hinata. Sementara yang bersangkutan tampak tidak memalingkan tatapannya dari sosok yang tampak rapuh di depannya saat ini.

Bahkan dorongan tadi benar-benar tidak terasa apapun untuk pemuda ini. Kemana sosok Hinata yang ia kenal kuat sejak dulu?

Pandangannya terputus saat pintu yang memisahkan mereka tertutup dan meninggalkan Naruto sendirian mematung di depan kamar itu. Ia bahkan tidak sadar saat kakinya melangkah pelan menuju ke rumahnya—dan saat ia sadar, ia berada di kamarnya dengan sebuah kotak cincin yang tidak sempat ia berikan pada Hinata saat itu.




[1 Tahun 9 Hari sebelum chapter 1]

"Bagaimana keadaannya?"

Naruto menghubungi Sasuke yang tampak menjadi satu-satunya penghubung dirinya dengan Hinata. Ia sudah menyerah untuk datang dan menemui langsung Hinata. Ia hanya tidak ingin kondisinya memburuk hanya karena ia ada disana.

"Sangat lemah. Ia tidak bisa bangun dari tempat tidurnya dan harus dibantu bahkan hanya untuk ke kamar kecil. Ia sangat kesal, tetapi tidak bisa melakukan apapun karena tubuhnya yang lemah," Naruto hanya mengangguk dan menghela nafas berat. Ia tidak bisa melakukan apapun untuknya.

"Siapa yang menjaganya?"

"Terkadang Neji datang, tetapi Sakura dan Ino yang sering menjaganya siang dan malam," Naruto benar-benar bersyukur karena sahabat-sahabatnya itu sangat perduli dengan Hinata. Ia tidak bisa melakukan apapun sekali lagi. Ia hanya bisa mengandalkan teman-temannya.

"Maaf sudah merepotkan kalian Sasuke..."

"Tidak apa-apa bod0h, kami adalah sahabat kalian juga. Tetapi maaf—karena kondisinya aku benar-benar tidak bisa membiarkanmu menjenguknya," cukup menyakitkan, tetapi itulah yang terbaik untuk sekarang. Tetapi—

"Sasuke, aku ingin meminta satu hal..."

"Hn?"

"Aku ingin melihatnya—cukup sekali tidak apa-apa," jawabnya lirih sambil menunggu jawaban dari Sasuke yang terdiam sejenak. Ia ingin mengatakan semua yang terjadi, ia ingin sekali mengatakan perasaannya dan juga semua sandiwara tentang cintanya pada Sakura yang sebenarnya tidak pernah ada.

"Aku tidak tahu Naruto—Sakura dan Ino mungkin mengharapkannya, tetapi Neji tidak. Ia tidak ingin kau menemuinya," Naruto benar-benar tidak bisa mengatakan apapun sekarang ini. Ia hanya tidak ingin kehabisan waktu untuk menghabiskannya bersama Hinata, "tetapi—saat ini waktu Hinata semakin menipis. Aku akan mengusahakan kau bertemu dengannya sebelum—" ia tidak melanjutkan perkataannya, "aku akan mengusahakannya, Naruto."

...

"Aku akan menunggunya Sasuke."



 

[1 Tahun 3 Hari sebelumnya]

Ia mengetuk pintu kamar Hinata dengan perlahan seolah tidak ingin mengganggu orang yang ada di dalamnya. Tidak menunggu lama untuk pintu itu terbuka dan menunjukkan Sakura yang tersenyum padanya.

"Masuklah Naruto," Naruto mengangguk dan berjalan ke dalam dimana ia bisa melihat Neji yang tertidur dan juga Ino yang tampak membersihkan tempat itu dengan teliti, "Neji setuju kau menemuinya karena Hinata masih tertidur."

Masih? Ia tidak mengerti apa maksud perkataan dari Sakura. Seolah ia terus tertidur selama ini.

"Hinata-chan tidak bangun sejak 5 hari yang lalu. Kami bahkan tidak tahu apakah ia akan bangun lagi atau tidak," mata Naruto membulat mendengar itu. Jadi, ia mungkin tidak akan mendengarkan suara dan melihat iris mata gadis itu lagi? Dengan perlahan ia duduk di salah satu kursi di samping tempat tidur itu dan menatap Hinata yang sedang tertidur.

Terlihat sangat kurus dan juga pucat.

Memegang tangannya dengan lembut dan mengusap kepalanya dengan pelan.


"Hinata-chan,kau dengar aku?" Bisik Naruto, tidak mendapatkan respon dari yangbersangkutan, "banyak yang ingin kukatakan padamu Hinata-chan, semuanya...Jadi, bangunlah untukku, sekali saja... Katakan padaku kalau ini belumterlambat."

Mencobauntuk mengeratkan giginya dan menunduk, ia tidak menyangka akan sangatmenyakitkan mengatakan hal itu saat ini. Menggenggam tangan dingin itu dengankedua tangannya seolah sedang berdoa.

"Kumohon,bangunlah... Aku ingin mengatakan yang sebenarnya padamu..."

Suaradetak jantung Hinata masih terdengar lemah saat itu tanpa ada tanda iaterbangun. Menghela nafas berat, ia benar-benar merasa sangat bod0h sekarang.

"Kenapa aku tidak mengatakannya sejak dulu..." Masih mendekaptangan itu dengan pelan, namun ia tidak akan melepaskan tangan itu sampaikapanpun.

[To Be Continue]


Terakhir diubah oleh Skye di Cielo tanggal 1/7/2013, 7:29 pm, total 1 kali diubah
Kembali Ke Atas Go down
Skye di Cielo
Jinchuriki Jyuubi
Jinchuriki Jyuubi
Skye di Cielo


Posting : 1182
Join date : 21.01.12

Last Message Empty
#6PostSubyek: Re: Last Message Last Message Empty1/7/2013, 8:55 am

Title : Last Message
Genre : Romance/Angst
Pairing : Naruto Uzumaki x Hinata Hyuuga
Disclaimed : Masashi Kishimoto
Warning : Death!Charas, RoadtoNinja!Hinata, OOC
Song for Story : Kokoro Kiseki (c) Vocaloid
Based Story : Dying Message (c) RukawaGF
Note : Hinata = Hinata Hyuuga | Hina = Android!Hinata


Naruto Uzumaki menyalahkan dirinya atas kematian dari Hinata, dan satu hal yang paling ia sesali adalah ia tidak bisa mengetahui pesan terakhir yang diberikan oleh gadis itu padanya.


(Chapter 6/12)


[1 Tahun 3 Hari sebelum chap. 1 –malam hari-]

—Ppiiiiiiiii—

Suara lengkingan itu tampak membangunkannya. Ia mencoba untuk melihat kearah sekelilingnya saat ia menyadari kalau ia masih berada di kamar Hinata. Sepertinya ia tertidur dan tampak terbangun karena suara—

Ia terdiam, menyadari suara apa itu, melihat dan berharap kalau Hinata terbangun dan membentaknya lagi. Namun saat melihat garis yang melintang di grafik yang ada di depannya saat ini, ia tahu sesuatu yang buruk terjadi saat itu.

“S—SASUKE!” Naruto berteriak mencoba untuk berdiri dan mendekat lebih dekat kearah Hinata. Meletakkan tangannya di atas dada dan melakukan CPR. Ia menekan tepat didaerah jantung dan mencoba untuk memompanya. Meletakkan bibirnya pada bibir gadis itu dan memberikan nafas buatan terus menerus.

Melihat tidak ada respon, ia tampak semakin ketakutan.

“SASUKE!” suara Naruto yang pada akhirnya terdengar oleh sang dokter muda membuat pintu terbuka. Beberapa dokter tampak segera mendekat dan membawa alat pengejut jantung. Dengan segera Sasuke mencoba menjauhkan Naruto dan membiarkan dokter-dokter itu melakukan tugasnya.

Beberapa kejutan diberikan pada jantung Hinata, mencoba untuk membangkitkan lagi sang gadis yang saat itu tampak masih belum ada tanda-tanda perubahan sama sekali. Naruto tampak hanya diam dan tanpa sadar berjalan mundur terus hingga menabrak dinding dan hampir saja menjatuhkan diri begitu saja.

Para dokter tidak menyerah hingga satu setengah jam lamanya sebelum mereka tampak kelelahan dan saling bertatapan sebelum menggeleng pelan. Naruto tampak membulatkan matanya, ia bahkan tidak mendengar suara tangisan dari Sakura dan juga Ino yang ternyata berada di ambang pintu.

Ia hanya menatap wajah pucat gadis itu dengan tatapan kosong, berharap kalau ini hanyalah mimpi buruk yang harus ia sadari. Ia akan bangun dan akan dibentak oleh Hinata karena datang kembali.

“Naruto, apakah ia memuntahkan darah saat ia sadar?”



“A—aku tidak tahu, saat aku memanggilmu ia sudah—seperti itu,” jawabnya dengan suara pelan dan hampir berbisik, “ku—kurasa aku tertidur.” Tampak menyesal dengan apa yang terjadi, seharusnya ia menunggunya siuman bukannya tertidur seperti orang bod0h.

“Kau APA?!” Neji tampak kesal dan membentak Naruto. Mencengkram kerah pakaiannya dan menatapnya dengan tatapan tajam, “kau—kenapa kau melakukan itu!”

“Jangan sekarang Neji!” Sasuke menghentikan pemuda itu yang akan menghajar Naruto. Sebenarnya pemuda itu sendiri tidak perduli apakah Neji akan menghajarnya atau tidak. Ia bahkan merasa kalau ia berhak untuk mendapatkan itu, “kami hanya bingung kenapa ada darah di dadanya tetapi bukan di mulutnya?”

Semuanya menatap Sasuke dengan tatapan bingung sebelum Sasuke membulatkan matanya dan mencoba untuk melihat tangan Hinata. Jarinya tampak berdarah, seolah sengaja untuk dibuat terluka—Naruto tidak mungkin melakukan itu. Jadi—

“Hinata sadar…” Sasuke menyadari hal itu dan menatap kearah Naruto, “Hinata sadar dan ia meninggalkan pesan terakhir!”

Naruto tampak semakin tertekan, jadi selama ia tertidur Hinata terbangun? Dan ia sama sekali tidak membuka matanya dan tidak sama sekali menemaninya disaat terakhirnya? Disaat terakhirnya bahkan Hinata mencoba untuk melukai dirinya hanya untuk menuliskan sesuatu dengan darahnya.

Ia membuka kepalan tangannya, menyadari darah yang tampak berada disana. Bukan darahnya, tetapi darah Hinata yang mencoba menuliskan sesuatu di tangannya. Dan saat ia mencoba untuk melakukan CPR, tulisan itu terhapus dan menjadi kabur.

“Hinata meninggal sendirian!” Neji tampak menatap Naruto yang masih terdiam dalam posisinya, “teganya kau melakukan itu Naruto! Bagaimana kau—di saat terakhirnya tidak ada satupun orang yang ada di sekelilingnya! Aku tidak akan memaafkanmu brengs3k!”

Ino mencoba untuk menahan Neji yang akan memukul Naruto kembali. Pemuda itu hanya diam, bahkan berharap seseorang memukulnya saat ini. Ia berhak, harus mendapatkannya—ia menyalahkan dirinya atas apa yang terjadi pada Hinata. Seharusnya ia—seharusnya ia tidak—

“Bangun Hinata…” Naruto berjalan dan berdiri di depan tubuh gadis itu yang tentu tidak akan merespon lagi, “kumohon bangunlah! Sekali saja, untuk terakhir kalinya! Aku ingin tahu apa yang kau tulis untukku! Kumohon jangan mati sekarang dihadapanku!” mencoba menghentakkan tubuh itu dan menatap tidak adanya respon. Ia hanya mengarapkan keajaiban bernama kehidupan.

Namun, keajaiban itu tidak akan pernah ada setelah orang itu meninggal.

“HINATAAA!”




[1 Tahun + 1 hari sebelum chap. 1 –satu hari sebelum Naruto melakukan kesepakatan dengan Orochimaru]

Cuaca yang cerah, sangat tepat untuk melakukan upacara pemakaman. Itu yang dikatakan oleh pemimpin pemakaan Hinata saat itu.

Jika saja Naruto berada di tempat itu, mungkin ia akan menghajar orang itu habis-habisan. Naruto berdiri diluar kuburan, diatas bukit yang bisa melihat semua pemandangan dari sana. Ia bisa melihat semua teman-teman dari Hinata dan dirinya tampak datang silih berganti.

Naruto hanya diam dengan tatapan kosong, sekali lagi melihat kearah tangannya yang masih terdapat bekas darah disana. Sasuke, Sakura, dan juga Ino tampak benar-benar tidak menyangka kalau Naruto akan bersikeras untuk tidak mencucinya. Ia ingin mencoba memecahkan apa yang dituliskan oleh Hinata saat itu.

Menghubungkan garis samar yang ada di tangannya—dan mencoba menebak apa yang dituliskan disana.

Ia tersenyum sedih, ketika ia mencoba untuk memikirkan bahwa kata ‘ai’ yang berarti cinta yang tertulis disana (愛) tetapi sepertinya mustahil karena huruf itu terlalu susah untuk dituliskan terutama dengan darah.

“Aku benar-benar bod0h,” Naruto tetap berharap kalau itu yang dituliskan oleh sang gadis, namun itu tidak akan mungkin. Ia bisa mendengarkan suara Hinata yang berbisik padanya di ingatannya.

‘Bagaimana kalau aku menggambarkan wajahmu dengan spidol permanen? Aku bingun akan menuliskan apa.’

Naruto berharap saat itu Hinata memiliki spidol permanen dan menuliskan apapun yang ia fikirkan dalam wajahnya. Semua yang bisa menyelamatkannya dari siksaan batin yang ia rasakan saat ini. Namun yang ia dapatkan hanyalah ingatan saat Hinata tersenyum kearahnya dan mengecup bibirnya.

‘Aku benci padamu Naruto-kun!’

Terdiam sekali lagi, ia mencoba untuk membayangkan kalau Hinata mungkin saja menuliskan kata ‘kirai’ yang berarti benci (嫌い) namun sekali lagi itu juga tidak mudah untuk dituliskan oleh gadis itu. Jika saja waktu bisa berputar kembali, ia ingin tetap sadar dan melewati saat terakhir Hinata tanpa harus tertidur.

‘Teganya kau melakukan itu Naruto! Bagaimana kau—di saat terakhirnya tidak ada satupun orang yang ada di sekelilingnya! Aku tidak akan memaafkanmu brengs3k!’

Ia hanya tertawa pahit, Neji tidak perlu mengatakan hal itu, karena ia sendiri sudah menyalahkan dirinya untuk kematian dari Hinata. Ia sendi tidak akan pernah memaafkan apa yang ia lakukan saat terakhir kali berada didekat Hinata.

“Apa yang kau fikirkan saat kau terbangun dan melihatku Hinata-chan?” tersenyum sedih dan hanya menatap kearah langit, “saat terakhir kali kau menyadari kalau orang yang ada di dekatmu adalah orang yang kau benci. Apakah kau lebih memilih untuk mati saat bersama dengan Neji atau mungkin Sasuke? Atau teman-temanmu yang lainnya—“ tertawa, ia hanya bisa tertawa miris mendengarnya.

Ia tidak akan pernah memaafkan dirinya, dan ia akan melakukan apapun untuk mengembalikan Hinata kembali. Meskipun itu harus ia bayar dengan nyawanya.

[To Be Continue]
Kembali Ke Atas Go down
Skye di Cielo
Jinchuriki Jyuubi
Jinchuriki Jyuubi
Skye di Cielo


Posting : 1182
Join date : 21.01.12

Last Message Empty
#7PostSubyek: Re: Last Message Last Message Empty2/7/2013, 9:49 am

Title : Last Message
Genre : Romance/Angst
Pairing : Naruto Uzumaki x Hinata Hyuuga
Disclaimed : Masashi Kishimoto
Warning : Death!Charas, RoadtoNinja!Hinata, OOC
Song for Story : Kokoro Kiseki (c) Vocaloid
Based Story : Dying Message (c) RukawaGF
Note : Hinata = Hinata Hyuuga | Hina = Android!Hinata


Naruto Uzumaki menyalahkan dirinya atas kematian dari Hinata, dan satu hal yang paling ia sesali adalah ia tidak bisa mengetahui pesan terakhir yang diberikan oleh gadis itu padanya.


(Chapter 7/12)


[Present Timeline Hari ke-lima –pagi hari-]

Naruto terbangun dan terbatuk cukup keras. Mencoba untuk bangkit dan melihat tangannya yang penuh dengan darah, hanya membuatnya teringat dengan kejadian saat itu. Menutup matanya erat, ia tidak akan pernah melupakannya.

Ia merasakan mulutnya terasa amis karena darah. Ia tertawa lemah dan menatap kearah langit-langit saat itu.

‘Dua bulan? Aku bahkan tidak yakin kalau aku akan bertahan selama 2 hari lagi—‘

“Aku iri padamu yang masih memiliki waktu untuk melakukan hal lainnya.”

Suara Hinata seolah berbisik padanya dan mengatakan hal itu. Namun nyatanya, saat ini ia juga sekarat, dan tidak memiliki waktu banyak untuk melakukan hal lainnya.

“Hah, kau pasti akan menertawakanku kalau melihat ini Hinata-chan…”

Hina yang ada di sampingnya tampak memegang sapu tangan. Memegang tangan Naruto dan mengelap darah yang ada di telapak tangan sang master. Hampir saja Naruto tersentak dan mencoba untuk menepis tangannya saat ia sadar kalau itu bukanlah darah Hinata yang mencoba untuk menuliskan sesuatu di tangannya.

"Hina, apakah kau yakin kalau tidak ada seseorangpun yang mengikuti kita?" Karena ia merasakan beberapa hari ini melihat beberapa bayangan yang mengikuti mereka. Serba hitam dan tampak hanya menatap mereka dari jauh.

"Ya, Naruto-kun."

"Bagaimana dengan orang-orang itu? Arah jam 3, jarak 100 meter," jawabnya menunjuk kearah yang bersangkutan. Hina menoleh, namun hanya diam dan menggelengkan kepalanya.

"Tidak ada siapapun yang terlihat disana master. Tidak ada orang lain dalam jarak 100 meter dari kita," Naruto hanya bisa mendesah pelan. Oke, ia sekarang tahu siapa mereka—hanya ia yang bisa melihat mereka.

Karena mereka adalah kematian itu sendiri.




[Present Timeline hari ke lima -sore hari-]

"Jangan ada seseorangpun yang bisa mengatakan hal yang mustahil atau tidak mustahil untuk kau lakukan. Jangan ada seseorangpun yang bisa memberitahu apa yang bisa atau tidak bisa kau lakukan," Naruto menatap kearah Hina yang duduk di depannya saat ini dan hanya mengangguk. Meskipun programnya susah untuk mengartikan, namun Hina itu langsung diingat oleh memorinya.

"Camkan itu baik-baik Hina, dan jangan lupa—kalau aku akan selalu menyayangimu sampai kapanpun," Hina tampak hanya diam dan mengangguk pelan. Ia tidak bisa mengatakan ia tidak mengerti—namun ia hanya bisa menuruti apa yang dikatakan oleh sang master. Ia tidak ingin sang master kecewa dengannya.

Naruto menatap Hina seolah bisa membaca fikirannya, tersenyum dan mengecup dahi Hina dan mengusapnya.

"Tenang saja, aku yakin kau bisa mencapai apa yang ingin kau lakukan!"




[Present Timeline —Hari keenam—]

Mereka masih tetap kabur dari kejaran orang-orang Orochimaru. Dan Naruto mencoba untuk terus menyelesaikan proyek chip 'hati' yang ditanamkan di tubuh Hina itu disela-sela pelarian mereka.

Pagi ini ia melihat persentase dari chip itu menunjukkan 77%. Semakin meningkat meskipun ia tahu itu belumlah cukup untuknya.

Ia terbatuk kembali dan terus mengeluarkan darah dari mulutnya. Rasa sakit dari dalam tubuhnya selalu bisa membuatnya tampak lemah. Namun apa yang bisa ia lakukan? Ia hanya bisa menunggu dan sebisa mungkin membantu Hina menyelesaikan proyek itu.

Hina memberikan segelas air dan juga painkiller pada sang master. Minimal membantunya untuk menghilangkan rasa sakit itu.

Ia tidak keberatan dengan keadaan tubuhnya yang sekarat. Namun dua hal yang membuatnya harus bertahan adalah pesan kematian dari Hinata dan juga Hina.

Hina.

Membelalakkan matanya dan tampak menatap kearah Hina yang hanya menatapnya saja dengan keadaan bingung.

"Hina, apakah kau sudah makan?"

"Aku tidak makan Naruto-kun." Jawabnya datar.

"Ma—maksudku apakah kau tidak mengisi energimu?" Hina melihat panel baterei yang ada di tubuhnya.

"Energiku masih ada 42% Naruto-kun."

"Sial, cepat isi ulang batereimu sekarang!" Hina hanya mengangguk dan Naruto menghela nafas panjang, "Hina, walaupun aku tidak menyuruhmu kuharap kau berinisiatif sendiri untuk mengisi ulang batereimu."

"Baiklah, Naruto-kun."

Ia tampak lelah untuk mengatakan apa yang harus dilakukan Hina. Ia tidak memiliki waktu yang banyak, bagaimana kalau ia mati? Bagaimana nasib Hina ia tidak berani untuk membayangkannya. Perkataan Sasuke terngiang di telinganya tiba-tiba.

'Ia hanyalah robot! Bukan manusia! Kau akan menyesal kalau melakukannya Naruto!'

"Maaf—" Hina menatap sang master yang tiba-tiba meminta maaf padanya, "seharusnya aku tidak terlalu banyak tidur dan menghabiskan banyak waktu untukmu. Tidak meninggalkanmu sendirian."

Memeluk erat android itu, tampak membenamkan wajahnya di bahu dingin android itu yang hanya menatap kosong dan membiarkan sang master melakukan itu.

"Ingatlah, kau adalah keajaiban. Jangan lupakan kalau kau tercipta untuk dicintai—" Hina hanya mengangguk mendengarkannya, "—jangan lupakan itu."

"Baiklah, Naruto-kun."

"Aku senang memorimu tidak akan bisa melupakan apapun, kuharap itu bisa menjadi kekuatan untukmu di masa depan." Hina lagi-lagi mengangguk. Suasana hening, Naruto tampak tidak tahu lagi apa yang harus ia katakan pada Hina.

"Apakah ada yang ingin kau tanyakan?"

...

"Apapun."

"Siapa itu 'Hinata-chan' Naruto-kun? Kau menyembutkannya beberapa kali," jawabnya membuat Naruto menegang dan menatap iris putih kosong yang memantulkan bayangan dirinya itu.

"Hinata-chan? Aku tidak menyangka kalau kau akan menanyakan itu," kenyataannya ia menyangka kalau Hina akan menanyakan tentang dirinya daripada Hinata-chan.

"Baiklah, hm—namanya adalah Hyuuga Hinata. Aku biasa memanggilnya Hinata-chan," tersenyum tipis tampak mengenang semua yang dilakukan oleh Hinata saat ia masih ada di sampingnya. Benar-benar gadis yang manis dan juga cantik. Aktif, dan selalu ceria.

"Kami berteman dengan baik meskipun terkadang berkelahi. Ia selalu saja membuatku merasa kesal setiap kali ia berjalan dengan laki-laki lainnya bahkan Sasuke," Naruto tertawa mengingat hal itu. Ia cemburu, ya. Karena Hinata adalah gadis yang ia cintai, "aku tidak pernah mengerti kenapa ia selalu saja membuatku kesal."

"Kau benar-benar mengerti tentangnya Naruto-kun."

...

"Kau fikir begitu?" Hina menyadari kalau senyuman itu menghilang dari wajah Naruto. Programnya tampak mengisyaratkan peringatan. Mereka dibuat untuk membuat pemiliknya merasa senang—bukan terlihat sedih seperti sekarang.

"Maafkan aku Naruto-kun, kumohon jangan bersedih." Naruto menatap Hina yang menatapnya khawatir. Ia bisa membayangkan kalau Hina adalah Hinata, dan ia hanya tersenyum sedih karena itu memang sikap dari Hinata sejak dulu. Selalu menghawatirkan seseorang. Bedanya, ia tidak akan menunjukkannya langsung.

"Tidak apa Hina, ini bukan salahmu." Menghela nafas dan berdiri dari tempatnya, "bagaimana kalau kita menghabiskan waktu bersama-sama? Kau ingin pergi ke suatu tempat atau melakukan sesuatu?"

"Aku ingin menyelesaikan program 'hati' ini. "

"Kurasa itu mustahil Hina, aku tidak memiliki memori lengkap tentang Hinata-chan," jawabnya menatap heran sang android di depannya.

"Kalau begitu bagaimana kalau kita membuatnya? Hinata-chan adalah orang yang periang dan aktif. Kalau kita pergi ke beberapa tempat mungkin saja kita akan menemukan 'hati' yang dimiliki oleh Hinata-chan," jawab Hina sambil berdiri dan tersenyum. Naruto bisa melihat mata Hina yang bersinar dan sesaat tampak tidak kosong seperti biasa.

"Ayo pergi ke taman hiburan, Naruto-kun."

[To Be Continue]
Kembali Ke Atas Go down
Skye di Cielo
Jinchuriki Jyuubi
Jinchuriki Jyuubi
Skye di Cielo


Posting : 1182
Join date : 21.01.12

Last Message Empty
#8PostSubyek: Re: Last Message Last Message Empty2/7/2013, 9:53 am

Title : Last Message
Genre : Romance/Angst
Pairing : Naruto Uzumaki x Hinata Hyuuga
Disclaimed : Masashi Kishimoto
Warning : Death!Charas, RoadtoNinja!Hinata, OOC
Song for Story : Kokoro Kiseki (c) Vocaloid
Based Story : Dying Message (c) RukawaGF
Note : Hinata = Hinata Hyuuga | Hina = Android!Hinata


Naruto Uzumaki menyalahkan dirinya atas kematian dari Hinata, dan satu hal yang paling ia sesali adalah ia tidak bisa mengetahui pesan terakhir yang diberikan oleh gadis itu padanya.


(Chapter 8/12)


[Present Timeline—hari ketujuh—]

Naruto menghela nafas saat keluar dari motel tempat mereka menginap semalam. Hari ini, sesuai dengan janjinya ia akan mengajak Hina pergi ke taman hiburan. Ia menoleh untuk menemukan bayangan yang ada di dekatnya saat ini semakin mendekat.

"Hina, kau yakin kalau kita tidak diikuti?"

Hina hanya mengangguk dan Naruto menghela nafas panjang dan berat. Sudahlah, ia tidak boleh menunjukkan raut wajah seperti ini jika tidak ingin Hina merasa bersalah. Dengan segera membayar tiket saat mereka sampai di taman bermain itu.

"Ayo."

Hina hanya mengangguk dan tampak mengikuti Naruto yang menarik lembut tangannya menuju ke dalam taman hiburan yang ramai itu.

"Err Hina, jujur aku tidak pintar dan tidak pernah mengajak kencan seseorang," Naruto menggaruk dagunya gugup sambil melihat kearah Hina yang hanya tersenyum saja, "apakah ada yang ingin kau naiki?"

Hina menganalisa tempat itu dan mencoba mengingat semua yang ada disekelilingnya.

"Karena Hinata-chan suka membuatmu kesal dan ia adalah anak yang periang, mungkin jet coaster yang akan kita naiki. Mengingat Naruto-kun takut dengan ketinggian," terbatuk—bukan karena sakit tetapi karena terkejut, menatap Hina dengan tatapan tidak percaya, "semua data tentang Naruto-kun sudah kusimpan."

"Ba—baiklah..."

Walaupun memang Hinata sering sekali mengajaknya bermain ini bersama dengan yang lainnya—ia tetap tidak sanggup untuk memainkan permainan yang ada di depannya sekarang. Ia tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi saat mereka menaiki wahana jet coaster itu.

Dan yang lebih membuatnya takut adalah saat melihat bayangan hitam itu lagi semakin dekat dengannya—kematian itu semakin dekat—dan tampak melambaikan tangannya seolah mengatakan ini adalah waktunya.

Mengeratkan pegangannya pada Hina, sementara sang android tampak menatap sang master dengan tatapan bingung.

Satu jam menunggu akhirnya giliran mereka tiba. Permainan dimulai dengan suasana tenang dan kecepatan yang sedang. Hingga sampai puncak, semua orang tampak berteriak saat kecepatannya tampak semakin tinggi.

Hina mencoba untuk merasakan bagaimana perasaan 'takut', namun ia tidak merasakan apapun. Kenapa orang-orang berteriak hanya karena kecepatan yang tinggi seperti ini?

Menoleh pada sang master saat menemukan pemuda itu menundukkan kepalanya dengan wajah memucat. Rasa takut karena wahana dan juga bayangan hitam yang saat ini ada di depannya seolah mengusapnya dengan tangan dinginnya. Seolah ia bisa mencabut nyawanya kapanpun juga.

Hina menggerakkan tangannya dan mencoba mengusap kepalanya untuk menghilangkan rasa takut itu. Programnya mengatakan itu adalah salah satu cara yang bisa dilakukannya untuk menghilangkan rasa takut pada manusia. Namun tidak berhasil.

Ia tidak ingin menyerah, dengan segera ia mengingat kalau sang master pernah menenangkannya dengan cara mengecup dahinya. Ia merasa tenang saat masternya mengecup dahinya dengan lembut. Mungkin itu akan berhasil.

Naruto baru sadar saat sepasang tangan memegang kepalanya dan membuatnya menoleh ke samping. Hina mengecup bibir Naruto karena ia terlalu pendek untuk mencapai dahi pemuda itu. Membulatkan matanya, sekilas Naruto melihat bahwa Hinata yang menciumnya—namun ia tahu kalau Hinata membencinya dan tidak mungkin melakukan itu.

Namun—pada akhirnya ia menutup matanya dan membalas ciuman itu dengan segera.




Wajahnya sangat memerah saat wahana permainan berhenti. Ia benar-benar tidak menyangka kalau Hina akan menciumnya dan kalau ia akan menciumnya balik.

Sementara Hina tampak cukup senang karena ketakutan yang diperlihatkan Naruto sudah tidak ada lagi. Meskipun ia sedikit bingung dengan semburat merah yang menjadi penggantinya. Dan yang lebih penting programnya masih menganalisa kenapa sang master memasukkan lidahnya pada mulutnya saat itu.

"Maaf Hina, itu ciuman pertama yang buruk untukmu eh?" Naruto tampak menggaruk kepala belakangnya tidak nyaman. Ia tidak pernah ingin melakukannya dengan tiba-tiba terutama dalam keadaan seperti ini, "err, tetapi kau tidak boleh melupakan yang itu juga. Te—tetapi kau juga bisa melupakannya, karena aku ingin kau mendapatkan yang lebih baik. Maksudku, aku buruk dalam hal ini!" Gumam Naruto tampak gugup, sementara Hina tampak menyangka kalau itu adalah satu kesalahan yang ia buat.

"Maafkan aku Naruto-kun. Aku minta maaf atas kesalahanku," nadanya tampak terdengar menyesal. Kode di programnya menyetel suaranya seperti itu saat ia mendapatkan adanya kesalahan dalam dirinya.

"Bukan. Bukan seperti itu Hina! Aku tidak mengatakan kalau aku tidak menyukai ciuman itu! Kau bisa melakukannya lagi kalau kau mau, akh bukan karena aku mesum dan selalu ingin dicium sih. A—aku suka ciuman yang kau berikan, jadi jangan lupakan itu! Yang berusaha kukatakan adalah... Ugh... Aku tidak tahu harus menjelaskan apa lagi." Naruto menundukkan kepalanya dan tampak menghela nafas.

Hina tampak masih bingung, menaruh tangannya di dagu dan berfikir sembari menunggu sang master melanjutkannya lagi.

"Ugh, sudahlah—ayo kita coba wahana lainnya..." Naruto mencoba untuk mengalihkan perhatian mereka. Ia ingin memberikan memori baru pada Hina sebanyak yang ia bisa berikan padanya.

Pada akhirnya mereka mencoba semua wahana yang ada di dalam sana. Hina mencoba mencaritahu semua isi dari fikiran manusia sambil melihat beberapa tempat yang menurutnya—menarik.

Dan pada akhirnya malam tiba, dan hampir semua wahana sudah mereka naiki namun tidak ada yang membuatnya mendapatkan jawaban yang jelas.

"Hah, apa lagi yang bisa kita naiki," tampak menoleh sekeliling saat melihat sebuah stand yang menjual kue kapas dan juga limun. Tersenyum saat mengingat bagaimana Hinata menyukai makanan seperti itu dan selalu memaksanya untuk membeli.

"Aku ingat bagaimana Hinata-chan selalu membuatku membelikannya sesuatu saat disini," tertawa lemah dan Hina hanya menatapnya sebelum menatap stand yang sedang dilihat oleh Naruto.

"Naruto-kun, aku ingin permen kapas!" Naruto menatap Hina dengan tatapan bingung. Err, seingatnya bukankah ia itu—

"Permen kapas?"

"Apakah—permintaanku salah?"

...

"Tidak, baiklah aku akan membelikanmu," tersenyum dan menepuk kepala Hina sebelum berjalan kearah stand yang menjual permen kapas itu untuk membeli apa yang diinginkan Hina. Menyerahkannya saat ia selesai membelinya, Hina menatap kearah permen kapas itu dengan tatapan senang. Ia menusukkan jarinya pada benda itu dan membuat jarinya menembus benda itu dengan mudah.

"Apa yang dilakukan manusia dengan permen kapas ini Naruto-kun?"

"Yah—uhm, mereka memakannya?" Tertawa pelan dan melihat ekspresi robot itu tampak berubah. Matanya membulat dan tampak cukup panik dengan apa yang dikatakan. Ia tahu kalau limun itu tidak akan bisa ia beli karena ia tidak bisa meminum sesuatu. Tetapi ia tidak tahu kalau permen kapas itu harus dimakan.

Pantas saja tadi Naruto tampak bingung dengan permintaannya. Sekarang ia malah menghamburkan uang Naruto seenaknya.

"Na—Naruto-kun, aku tidak bisa memakan permen kapas ini..." Naruto tertawa melihat bagaimana Hina tampak panik dengan apa yang ia lakukan.

"Aku tahu—tidak apa-apa kok."

"Tetapi—apakah kau mau memakannya untukku Naruto-kun?" Mengambil sedikit permen kapas itu dengan jarinya dan mendekatkannya ke dekat mulut Naruto dan menunggunya untuk memakan makanan itu. Naruto tampak terdiam dengan dahi berkerut dan wajah yang memerah. Sekali lagi. Hina menyangka kalau itu adalah kesalahannya lagi.

"Maaf—seharusnya biarkan saja—" baru saja ia akan menjauhkan permen kapas itu saat Naruto memegang pergelangan tangannya dan memakan permen kapas yang ada di tangan Hina. Hina menunggu Naruto selesai melakukannya dan mengulang apa yang tadi ia lakukan.

Hingga akhirnya makanan itu habis dan kali ini Hina menyadari hal lainnya.

"Naruto-kun, apakah kau punya sapu tangan?"

"Tidak," Naruto mencari di kantung pakaiannya dan tidak menemukan sama sekali sapu tangan untuk membersihkan tangan Hina yang tampak penuh dengan permen kapas itu. Hina mencoba untuk berfikir apa yang bisa dilakukan saat itu—ketika ia memiliki ide lainnya.

"Naruto-kun, bisakah kau menjilat tanganku?"

Naruto tidak berkedip dan shock mendengar permintaan kedua dari Hina. Wajahnya kali ini benar-benar memerah padam karena permintaan itu. Saat baru saja Hina akan membatalkan niatnya itu, Naruto memegang tangan Hina dan menjilat jari tangan yang tampak kotor oleh permen kapas itu.

"Apakah rasanya enak Naruto-kun?" Pertanyaan tiba-tiba dari Hina tampak membuatnya tersentak dan bahkan telinganya benar-benar merah saat ini. Entah yang dimaksud adalah permen kapasnya ataukah jari dari gadis robot ini.

"Ya, rasanya manis..."

Hina menganalisa bagaimana detak jantung dari Naruto dan juga raut wajah dari pemuda itu. Wajahnya merah, dan detak jantungnya dua kali lebih cepat daripada biasanya. Saat tangannya bersih karena itu—Hina baru saja akan berterima kasih saat Naruto menarik tangannya dan memeluknya.

Menyatukan bibir mereka berdua lagi saat itu—dan programnya langsung merespon untuk membuka mulutnya dan mempersilahkan lidah pemuda itu untuk masuk ke dalamnya seperti yang dilakukan pemuda itu tadi.

Terjadi cukup lama sebelum Naruto melepaskan ciuman itu dan tampak menatap Hina. Robot itu merasakan bibirnya saat itu basah, penuh dengan rasa dari Naruto. Memeluknya kembali, dan Naruto mengecup dahinya seperti biasa ia lakukan. Hina tampak sedikit merasa kecewa saat itu.

"Hina meminta maaf karena tidak bisa merasakan rasa dari Naruto-kun. Apakah rasaku enak?" pertanyaan itu tampak dijawab dengan wajah merahnya yang benar-benar terlihat jelas. Namun ia tampak mengangguk dengan cepat.

“Y—ya?”

“Manis seperti permen kapas?”

“Ya—manis seperti permen kapas.”

[To Be Continue]
Kembali Ke Atas Go down
Skye di Cielo
Jinchuriki Jyuubi
Jinchuriki Jyuubi
Skye di Cielo


Posting : 1182
Join date : 21.01.12

Last Message Empty
#9PostSubyek: Re: Last Message Last Message Empty3/7/2013, 10:51 am

Title : Last Message
Genre : Romance/Angst
Pairing : Naruto Uzumaki x Hinata Hyuuga
Disclaimed : Masashi Kishimoto
Warning : Death!Charas, RoadtoNinja!Hinata, OOC
Song for Story : Kokoro Kiseki (c) Vocaloid
Based Story : Dying Message (c) RukawaGF
Note : Hinata = Hinata Hyuuga | Hina = Android!Hinata


Naruto Uzumaki menyalahkan dirinya atas kematian dari Hinata, dan satu hal yang paling ia sesali adalah ia tidak bisa mengetahui pesan terakhir yang diberikan oleh gadis itu padanya.


(Chapter 9/12)


[Present Timeline—Hari ke 7—]

Sisa hari itu dihabiskan oleh Naruto dan juga Hina dengan beberapa buah permainan yang kecil. Seperti tembakan—yang membuatnya tertawa saat melihat bagaimana seriusnya Hina untuk mendapatkan sebuah boneka kelinci besar yang ada disana.

Tampaknya Hina mencoba menganalisa bagaimana caranya ia bisa menembak tepat di boneka itu. Namun setelah mencoba beberapa kali akhirnya ia menyerah. Naruto tampak tertawa melihat bagaimana wajah Hinata yang berubah menjadi cemberut.

Ia bersyukur sudah membawa Hina ke taman bermain, karena sepertinya ia mempelajari beberapa ekspresi yang ditunjukkan oleh orang-orang disana. Seorang badut tampak memberikan sebuah balon pada Hina dan ia menjawabnya dengan senyuman yang mirip dengan yang diberikan Hinata—mirip, tetapi tidak sama.

Dari kebahagiaan itu, terkadang ia masih melihat sosok bayangan hitam yang semakin dekat dengannya. Berbaur dengan keramaian, terkadang semakin dekat, tetapi terkadang menjauh. Naruto tampak berdiri dengan waspada, tidak membiarkan bayangan itu mendekati Hina sama sekali. Melihat tingkah Naruto yang terkadang aneh membuat Hina tampak bingung dengan pemuda itu namun hanya mengikuti kemanapun pemuda itu pergi.

Melihat Hina yang senang dengan beberapa permainan membuat Naruto tampak melupakan sedikit rasa sakit yang ia rasakan sejak tadi di bagian dadanya. Memegang dan meremas dadanya, tampak mencoba untuk tetap sadar dan tetap fokus dengan apa yang ada di depannya. Hina tampak memeluk lengannya saat ia selesai menaiki Merry Go Round—dan itu membuatnya tidak bisa tidak tersenyum melihat kepolosan dari sang android.

Ia tahu masa lalu itu penting, tetapi masa depan bagi gadis robot ini juga sangat penting. Kenangan yang ada disini, ia akan memberikannya sebanyak yang bisa ia berikan pada gadis itu.

Terakhir sebelum pulang, mereka tampak menaiki Ferris Wheel yang juga harus membuat mereka mengantri meskipun tidak sepanjang yang lainnya karena taman bermain akan tutup. Naruto tampak benar-benar merinding saat melihat bagaimana bayangan hitam itu tampak semakin dekat dan dekat dengannya. Hina merasakan detak jantung sang master semakin cepat dan dekapan tangannya semakin erat—menunjukkan kalau sang master ketakutan lagi.

“Naruto-kun.”

Naruto tampak menatap kearah bawah saat Hina memanggil namanya, “ya?”

Berjinjit dan memegang kedua pipi Naruto, tampak mencoba mengecup dahi Naruto dan memberikan senyuman pada pemuda itu.

“Tenang saja, aku ada disini.”

Bibir Naruto membentuk garis tipis senyuman sebelum semakin lebar dan tampak ia menepuk kepala gadis itu dengan lembut sekali lagi. Mereka masuk pada salah satu ferris wheel dan menutup pintunya. Perlahan roda raksasa itu tampak bergerak dan membawa mereka keatas.

“Naruto-kun, lihat—kita naik keatas!”

Naruto hanya tersenyum dan mengangguk, merebahkan dirinya ke belakang dan mencoba mengatur nafasnya yang semakin susah untuk diatur. Ia tidak boleh membuat Hina khawatir dan harus memberikan kenangan terindah yang bisa ia berikan padanya.

Semakin lama mereka semakin naik ke atas, dan saat tiba di puncak roda itu berhenti dan mereka bisa melihat semua yang ada di bawah mereka. Hina tampak sangat senang melihat semua lampu-lampu yang gemerlap itu, dan Naruto hanya diam sambil melihat lampu-lampu itu.

Saat itu juga, mereka mendengar suara siulan yang keras sebelum terdengar sebuah ledakan disana.

“Kembang api!” melihat beberapa bentuk dan juga warna yang terbentuk, tidak bisa dipungkiri kalau itu adalah pemandangan yang sangat indah. Saat ia menoleh untuk melihat Hina yang tampak senang, ia juga melihat bayangan hitam itu yang tampak berada sangat dekat dengan Hina.

“Hina, kemari cepat!” panik, Hina yang mendengar masternya berteriak tampak sedikit terkejut namun merespon dan mendekat sebelum Naruto memeluknya dengan erat. Nafasnya semakin memburu karena panik dan juga takut, menoleh untuk melihat bayangan itu menghilang dari tempatnya.

Melihat bagaimana bayangan hitam itu ternyata masih bisa mengikutinya walaupun awalnya tidak pernah ada, ia semakin yakin kalau itu hanyalah halusinasinya saja. Halusinasi akan kematian yang terus mendekat padanya seiring berjalannya waktu.

“Naruto-kun?” menatap Naruto dengan tatapan khawatir, Naruto hanya menghela nafas dan tersenyum. Namun rasa sesak lagi-lagi ia rasakan saat dadanya terasa sakit. Batuk parah menyerangnya, dan ia hanya bisa menutupinya dengan tangannya sementara batuk itu tidak reda. Hina yang melihat itu segera berbalik dan menatap langsung sang master.

Ia berharap bisa meringankan batuk itu, namun ia tidak tahu apa yang bisa ia lakukan.

Saat batuk itu mereda, Naruto tampak melihat tangannya yang penuh dengan darah. Rasa dari besi yang berasal dari darah tampak ia rasakan di tenggorokannya dan terasa sangat tidak nyaman.

Hina mengeluarkan sapu tangan yang tadi ia beli setelah insiden permen kapas itu, dan menyeka darah yang ada di mulut dan tangan Naruto dengan lembut. Kembang api terus meletus dan tampak menampakkan cahaya yang berwarna-warni sebelum cahaya itu redup dan digantikan dengan kegelapan.

“Ah, sudah selesai…”

“Tetapi kau bisa menyimpan kenangan tentang itu selamanya bukan? Tetap bercaya dan juga mekar dengan indahnya seperti kehidupan.” Naruto menatap Hina yang menatapnya balik dengan bingung.

“Kehidupan?”

“Kau akan tahu suatu saat nanti. Asalkan kau tidak melupakan memori itu selama kau hidup…”

“Tentu, selama aku hidup—kenangan itu akan tetap hidup didalam memoriku,” jawabnya mengangguk bersemangat. Naruto hanya tersenyum lebar mendengarnya.

“Itu adalah semangat! Ingat, jangan pernah lupakan ini apapun yang terjadi…”

“Tentu—Naruto-kun…”




Setelah permainan itu selesai dan mereka turun, Naruto baru merasakan bagaimana tubuhnya sangat lelah dan tidak bisa bergerak lagi. Nafasnya semakin memburu dan sesak sementara matanya semakin berat untuk dibuka. Sang robot tampak menatap masternya dengan khawatir, programnya mengatakan kalau waktu hidup Naruto sudah hampir habis.

“Kemana, kita akan pergi Naruto-kun?” menolong pemuda itu untuk tetap berjalan, Naruto terdiam sejenak sebelum menggelengkan kepalanya. Ia tidak sanggup untuk berfikir karena ia tahu kemanapun ia pergi ia akan tetap mati kapanpun juga.

“Aku tidak tahu…”

“Bagaimana kalau taman? Mungkin menghirup udara malam bisa membuatmu baikan,” Naruto tampak menatap lelah kearah Hina sebelum tersenyum dan mengangguk. Ia tidak perduli, selama bersama dengan Hina itu sudah cukup untuknya.

Asalkan bersama dengan Hina, ia akan kemanapun hingga saat terakhirnya.

[To Be Continue]
Kembali Ke Atas Go down
Skye di Cielo
Jinchuriki Jyuubi
Jinchuriki Jyuubi
Skye di Cielo


Posting : 1182
Join date : 21.01.12

Last Message Empty
#10PostSubyek: Re: Last Message Last Message Empty3/7/2013, 10:55 am

Title : Last Message
Genre : Romance/Angst
Pairing : Naruto Uzumaki x Hinata Hyuuga
Disclaimed : Masashi Kishimoto
Warning : Death!Charas, RoadtoNinja!Hinata, OOC
Song for Story : Kokoro Kiseki (c) Vocaloid
Based Story : Dying Message (c) RukawaGF
Note : Hinata = Hinata Hyuuga | Hina = Android!Hinata


Naruto Uzumaki menyalahkan dirinya atas kematian dari Hinata, dan satu hal yang paling ia sesali adalah ia tidak bisa mengetahui pesan terakhir yang diberikan oleh gadis itu padanya.


(Chapter 10/12)


[Present Timeline—Hari ketujuh—malam hari—]

Nafasnya benar-benar sesak, mereka tiba di taman dan tampak merebahkan dirinya di bawah pohon yang ada di salah satu sisi dari taman itu. Angin malam benar-benar dingin, masih ada beberapa pasangan muda yang tampak menikmati malam itu.

Hina menyelimuti Naruto dengan jaket abu-abu yang ia kenakan tadi, mencoba untuk menghangatkan tubuh pemuda itu. Dan tiba-tiba, Naruto memegang pipinya dengan lembut dan tersenyum lemah, Hina segera memegang tangannya dan membalas senyuman itu. Programnya masih bisa menemukan detak jantung Naruto yang masih erdetak dari pergelangan tangannya.

“Kau tidak apa-apa Naruto-kun?”

“Hm, aku tidak apa-apa…” matanya berat, ia ingin tertidur sejenak dan membiarkan tubuhnya semakin lemas dan lemas sebelum matanya tertutup dan tertidur. Hina mencoba mengecek dan ia masih bisa merasakan detak jantung yang mengindikasikan kalau Naruto hanyalah tertidur.




[1 Tahun 10 Hari sebelum present timeline]

Beep

Beep

Beep


Hinata membuka matanya perlahan. Ia merasakan sensasi dingin yang menjalar di tubuhnya. Berada diantara sadar dan tidak, ia mencoba untuk menggerakkan tubuhnya untuk menemukan tangannya tertahan oleh sesuatu. Kepalanya tampak menoleh untuk menemukan Naruto yang tertidur disana.

“Naruto-kun…” Hinata melihat tangannya yang dipegang dengan erat oleh pemuda itu. Meskipun dalam tidur, Naruto benar-benar tidak melepaskan tangannya. Melidunginya seolah nyawanya bisa menghilang kalau tangan itu dilepaskan.

“Lagi-lagi aku melihatmu dalam keadaan seperti ini…” mencoba untuk tertawa walaupun terdengar lemah, matanya tidak bisa lepas dari rambut pirang pemuda itu, “aku tidak menyangka kalau kau masih mau menemuiku setelah apa yang kukatakan padamu… Apakah kau benar-benar mencintaiku Naruto-kun…?”

Beep beep beep

“Apa yang bisa kulakukan saat kau seperti ini? Mencoretmu dengan spidol permanen? Apa yang bisa kutuliskan ya?”

Entah kenapa air matanya begitu saja turun dari iris putih gadis itu. Mengusap tangan yang memegangnya, tampak benar-benar senang karena ia bisa melihatnya disaat-saat terakhir gadis itu.

“Apakah kau tidak bisa mendengarku Naruto-kun? Apakah kau akan terlihat lucu dengan wajah merahmu lagi? Terlihat cemburu dengan apa yang kulakukan untuk membuatmu melihatku?”

Sekarang air mata tampak mengalir begitu saja dari matanya menuju ke dagunya dan menetes begitu saja.

“Aku benar-benar berharap kau akan bangun saat ini Naruto-kun… kau benar-benar selalu tertidur disaat yang penting eh,” menutup matanya sejenak, masih mengusap tangannya dengan lembut. Sementara yang bersangkutan masih tertidur dengan lelapnya.

“Dasar bod0h…”




[Present—hari ketujuh—malam hari]

Naruto mengerjapkan matanya dan tampak menoleh pada sekelilingnya. Kelopak matanya benar-benar susah untuk dibuka, dan ia hanya ingin tertidur lebih lama lagi. Melihat sekeliling, menyadari sudah tidak ada orang lain disekelilingnya.

“Berapa lama aku tertidur Hina?”

“Lima jam Naruto-kun,” Hina tampak mengusap kepala Naruto dengan lembut, sementara pemuda itu tampak hanya menghela nafas dan melihat kearah chip hati yang menunjukkan persentase 78%. Ia hanya tersenyum samar kearah gadis di depannya sekarang.

“Kukira, ini saatnya untukku melupakan masa lalu… dan melihat kenyataan. Kau tidak perlu menjadi Hinata-chan lagi Hina. Lupakan chip ‘hati’ ini…”

“Tidak, kumohon Naruto-kun—aku tidak mau menghentikannya.”

“Aku tidak memaksamu melakukan ini. Aku menciptakanmu karena keegoisanku. Dan sekarang aku harus meninggalkanmu sendirian…”

“Kau tidak meninggalkanku sendirian Naruto-kun,” Hina tampak mengeratkan pegangannya pada pakaian Naruto dan mencengkramnya tidak ingin lepas.

“Hina, dengarkan aku…” menutup matanya dan mencoba untuk mencari kekuatan yang tersisa dari dirinya.

“Kau terlahir untuk dicintai. Meskipun aku mati, kau harus mengingat itu baik-baik. Aku benar-benar mencintaimu.”

“Ya, Naruto-kun.”

‘Apapun yang kau lakukan ia tetaplah seorang robot, bukan manusia seperti kita! Kau akan menyesal Naruto!’

Mengeratkan giginya, tampak sakit mengingat apa yang dikatakan oleh Sasuke saat itu.

“Aku menciptakanmu dari keegoisanku sendiri. Tetapi aku tidak pernah menyesal karena sudah menciptakanmu. Satu-satunya yang kusesali adalah saat aku hanya mengejar mimpi yang mustahil untuk terwujud, dan tidak menghabiskan banyak waktu bersama denganmu. Dan sekarang, saat aku sadar aku tahu aku tidak akan bisa banyak menemanimu. Aku berharap aku bisa lebih lama bersamamu. Maaf aku meninggalkanmu secepat ini… Tetapi, ingatlah Hina, kau harus tahu aku benar-benar menyayangimu…”

Ia benar-benar bimbang, masih banyak hal yang ingin ia katakan, namun waktunya tidaklah banyak. Banyak hal-hal yang ia sesali, banyak yang tidak ia lakukan siang dan juga malam diwaktu yang sebenarnya tepat untuk melakukannya. Sekali lagi, ia merasa gagal.

“Naruto-kun…”

Bahkan untuk berkonsentrasi dengan keadaan sekelilingnya, semakin susah untuk ia lakukan. Kegelapan benar-benar hampir menguasainya saat ini. Ia semakin berat untuk bernafas, dan tidak bisa fokus dengan apa yang ada dihadapannya.

“Kenapa aku melakukan kesalahan lagi? Seharusnya—aku lebih fokus melakukan satu hal saja. Aku harusnya lebih fokus padamu. Aku harusnya sadar kalau waktuku tidak lama, dan kau adalah robot yang berarti kau memiliki waktu yang lebih lama dariku. Selama apapun aku hidup, suatu saat aku akan tetap mati dan meninggalkanmu sendirian…”

Naruto memegang tangan Hina dengan erat, sekuat yang bisa ia lakukan dengan tenaganya sekarang.

“Naruto-kun, jangan menyerah… kita masih memiliki satu harapan lagi.”

Naruto tampak menggelengkan kepalanya, “Tidak, aku harus harus menyerah! Aku harusnya menyerah sejak dulu dan lebih—“

“Naruto-kun!” terkejut saat mendengar nada membentak yang pertama kali terdengar dari Hina, “masih ada ingatanku!”

“Ingatanmu?”

“Ya. Analisaku tentang semua ingatan yang diberikan olehmu tentang Hinata-chan, aku bisa menganalisa ingatan yang hilang tentang Hinata-chan.”

“Aku tidak mengerti…” Naruto mengerutkan dahinya.

“Ini sedikit berbahaya, tetapi tidak ada salahnya untuk mencoba. Tujuh puluh delapan persen bukanlah persentase yang sedikit. Kita coba aktifkan chip itu.” Membulatkan matanya, Naruto benar-benar kaget dengan apa yang dikatakan oleh Hina.

“Tidak! Kau tidak akan melakukan apapun yang berbahaya! Aku tidak akan mau kehilangan kau hanya karena kemungkinan yang tidak pasti!”

“Naruto-kun,” Hina tersenyum mendengarnya, “jangan biarkan seseorang mengatakan apa yang tidak dan bisa kau lakukan. Jangan biarkan seseorang mengatakan apa yang mustahil dan tidak mustahil untuk kau lakukan.”

Kata-kata Naruto, benar-benar ironi saat ia sendiri ragu setelah meminta Hina mengingat kata-kata itu. Saat mengatakan hal itu, tidak bisa dipungkiri kalau sekali lagi ia melihat bayangan Hinata yang mengatakan hal itu dengan suara yang sama.

“Kau mengatakan padaku hal itu bukan? Sepertinya sekarang aku mengerti apa yang ingin kau katakan. Kau tidak ingin aku selamanya mengingat kenangan menyedihkan tentangmu benar? Kau benar-benar terlihat sedih Naruto-kun, aku hanya ingin melihatmu senang.” Hina memegang tangan Naruto dengan sangat erat. Ia tahu kalau waktu Naruto benar-benar semakin menipis saat itu.

“A—aku tidak setuju dengan itu…”

“Apapun yang terjadi, jangan matikan programku Naruto-kun. Mungkin itu akan benar-benar menyakitkan kalau kau melakukannya.” Jawab Hina memperingatkan Naruto. Naruto hanya bisa melihatnya dengan hati bimbang. Sesuatu mengatakan padanya kalau itu adalah ide yang buruk. Tetapi ia ingin percaya pada robot itu. Tidak, bukan hanya robot. Hina adalah Hina. Hina bukan hanya robot untuk Naruto. Ia tidak memiliki perbedaan dengan manusia bagaimanapun seseorang mengatakannya padanya.

“Naruto-kun.”

Naruto menatapnya dengan penuh kepercayaan sebelum mengangguk pelan. Hina hanya tersenyum.

“Biarkan aku menghubungkan ingatan masa lalumu dan juga masa depan Naruto-kun,” dan dengan begitu, robot itu menekan sebuah tombol yang untuk pertama kalinya ia tekan untuk mengaktifkan chip itu.

[To Be Continue]
Kembali Ke Atas Go down
Skye di Cielo
Jinchuriki Jyuubi
Jinchuriki Jyuubi
Skye di Cielo


Posting : 1182
Join date : 21.01.12

Last Message Empty
#11PostSubyek: Re: Last Message Last Message Empty4/7/2013, 11:36 am

Title : Last Message
Genre : Romance/Angst
Pairing : Naruto Uzumaki x Hinata Hyuuga
Disclaimed : Masashi Kishimoto
Warning : Death!Charas, RoadtoNinja!Hinata, OOC
Song for Story : Kokoro Kiseki (c) Vocaloid
Based Story : Dying Message (c) RukawaGF
Note : Hinata = Hinata Hyuuga | Hina = Android!Hinata


Naruto Uzumaki menyalahkan dirinya atas kematian dari Hinata, dan satu hal yang paling ia sesali adalah ia tidak bisa mengetahui pesan terakhir yang diberikan oleh gadis itu padanya.


(Chapter 11/12)


[Satu tahun 10 Hari sebelum Present Timeline]

Beep beep beep

Hinata masih memegang tangan itu. Merasakan kehangatan yang menjalar di tubuhnya saat tangan mereka bertautan. Dadanya tampak naik turun tidak teratur saat jantungnya berdetak lebih cepat dan semakin cepat dengan Naruto yang ada di sampingnya. Tetapi tetap saja, ia bisa mendengar kalau detaknya masih lebih lemah daripada milik pemuda itu.

“Sayang kau tidak bisa membagi energimu yang seolah tidak pernah habis itu Naruto-kun…” tertawa dan menatap wajah Naruto yang masih tertidur dan tidak terganggu sama sekali, “kau tahu—aku berharap kalau kau bisa membagi lebih dari sekedar energimu…”

Menutup matanya saat air mata lagi-lagi mengalir di wajahnya.

“Aku berharap bisa lebih banyak menghabiskan waktu dan kenangan denganmu. Tetapi, yang bisa kulakukan hanyalah membuatmu membenciku, dan terus membenciku. Namun itu adalah satu-satunya cara untukku menghabiskan waktu denganmu.” Menggelengkan kepalanya.

“Kenapa kau tidak bangun Naruto-kun?”

Saat ia sedang menoleh pada sisi lain dari tempat itu, ia bisa melihat bayangan hitam yang mendekatinya. Ia tidak perlu melihat lagi untuk mengetahui kalau yang ia lihat bukanlah nyata. Karena pintu tidak pernah terbuka, dan sebelumnya tidak ada bayangan hitam itu.

Bayangan itu—ia menyadari kalau itu adalah wujud dari kematian yang akan menjemputnya sebentar lagi.

“Sudah saatnya eh?”

Bayangan itu tampak hanya diam dan menatap sekeliling Hinata. Mereka tampak mendekati Naruto dan tampak mendapatkan tatapan tajam dari gadis itu.

“Jangan sentuh dia. Kau kemari untukku bukan?”

Seolah mengerti apa yang dikatakan oleh gadis itu, sosok bayangan hitam tampak mundur dan mendekati Hinata. Nafasnya semakin berat, kegelapan langsung menguasainya saat ia merasakan tubuhnya terasa ringan. Tidak ada yang ia sesali saat itu selain ia mati tanpa pernah bisa berbicara pada Naruto lagi.

Ia tidak akan pernah bisa menghabiskan waktu dengan Naruto.

Ia tidak akan bisa membuatnya cemburu lagi.

Ia tidak akan pernah bisa membuatnya marah dan bertengkar dengannya lagi.

Ia tidak akan pernah bisa mengatakan pada Naruto apa yang ia rasakan.

Perasaan yang sebenarnya ia rasakan terhadap pemuda itu…

Lalu, ia teringat sesuatu yang menginspirasinya dengan cepat.

‘Bagaimana kalau aku menggambar wajahmu dengan spidol permanen? Aku jadi ingin tahu apa yang akan kutuliskan.’

Matanya membulat, ia memaksakan tubuhnya untuk berputar dan melihat sekeliling. Ia harus mencari sesuatu, sesuatu! Spidol, pena, pensil…!

Di dekatnya terdapat sebuah meja kecil dan disana ada sebuah pena dan juga kertas. Ia mencoba untuk meraihnya, saat bayangan hitam itu berdiri di sampingnya. Ia mencoba dengan keras, namun tubuhnya tidak mendengarkan apa yang ia inginkan dan ia mencoba mendorong dirinya lebih dekat dengan meja kecil itu.

Tangannya terus menggapai dengan susah payah pada pena itu. Sedikit lagi. Hanya sedikit lagi!

Tangannya menyentuh pena itu, namun pena itu tampak bergulir dan jatuh ke lantai.

Sial!

Tampak memegang selimutnya dengan erat, ia melihat bayangan hitam kematian itu semakin dekat. Ia tidak takut dengan kematian yang sudah ia hadapi selama bertahun-tahun sejak kecil. Ia tidak tahu dengan itu, dan matanya hanya tertuju pada seseorang yang ada di sampingnya.

Naruto-kun.

Naruto-kun!


Hinata harus mengatakannya pada pemuda itu. Ia harus mengatakannya. Banyak hal yang belum ia katakan pada pemuda itu. Banya yang ingin ia katakan pada Naruto! Ia sudah menyia-nyiakan waktu dan pada akhirnya menghadapi saat-saat terakhirnya. Tetapi ia menolak untuk menyerah. Ia menolak untuk menyesal!

Ia membutuhkan sesuatu untuk menulis.

Sesuatu. Apapun itu. Apapun yang bisa membuatnya mengatakan pada Naruto-kun satu pesan terakhirnya!

Melihat kearah tangannya, ia tidak bisa memikirkan apapun selain menggunakan apa yang ia fikirkan sekarang. Menutup matanya, mencoba untuk menggigit jarinya hingga mengeluarkan darah yang menetes begitu saja. Memegang tangan Naruto, menuliskan sesuatu yang ingin ia sampaikan pada Naruto di tangannya. Menulis pesan terakhirnya pada pemuda itu.




[Present Timeline—Hari ketujuh—Malam hari—]

Beberapa percikan listrik tampak keluar dari tubuh Hina saat ia menahan teriakannya. Sirkuit yang ada di tubuhnya tampak error dan mengeluarkan aliran listrik yang bisa membuat system tubuhnya mati kapanpun.

Akselerasi dari keajaiban bernama ‘hati’ tampak terus bergerak di dalam dirinya. Terasa sakit, namun secara bersamaan memubuatnya merasa tenang. Berdetak dengan kuat, namun terasa sangat menyedihkan.

Tubuhnya tampak semakin berasap dan mengeluarkan aliran listrik saat ingatan itu dipaksa masuk kedalam sistemnya. Tubuh kecilnya tampak terlalu terbebani oleh memori dari Hinata Hyuuga saat semua orang melihatnya. Memori dari semua orang terus mengalir, menciptakan cerita bersambung dan bagian-bagian yang hilang terus bermunculan.

Tetapi masih ada lebih banyak lagi.

Hina juga bisa melihat apa yang dilihat oleh Hinata Hyuuga. Semua emosi yang tidak pernah ditunjukkan pada teman-temannya terutama pada Naruto. Semuanya, Hina mengerti semuanya yang Hinata rasakan, terima kasih atas observasinya terhadap semua manusia dan analisa tentang mereka.

Ia mengerti perasaan yang terpendam dalam diri Hinata.

Matanya tampak membulat sebelum air mata tampak keluar dari iris putih itu. Tubuhnya benar-benar bermasalah dalam menahan semua hal yang ada di dalam chip itu meskipun itu masih belum sempurna. Cairan yang menjadi energinya selama ini tampak keluar dari tubuhnya, dan ia tidak bisa mengontrol air mata yang turun begitu saja.

“HINA!” Naruto tampak panic melihatnya tetapi tidak bisa berbuat apapun. Gadis itu meminta Naruto untuk tidak mematikan sistemnya apapun yang terjadi. Dan yang bisa ia lakukan saat ini hanyalah memegang tangan Hina dan melihat bagaimana android itu mendapatkan pengalaman pertama kali merasakan rasa sakit.

Tidak, yang ia alami adalah perasaan mendapatkan ‘perasaan’ untuk pertama kalinya.

“Sial, seharusnya aku tidak setuju kau melakukannya!” mencoba untuk memegangnya lebih erat, dalam rasa sakit itu ia merasa sangat tidak berguna disaat penting seperti itu. Hina tampak tertunduk sejenak sebelum mengangkat wajahnya. Tangannya memegang pipi Naruto, mengarahkannya hingga mereka saling berhadapan.

“Naruto-kun.” Hina menghela nafas pelan saat ia tersenyum. Mata pemuda itu tampak membulat saat menyadari suara dan juga senyuman dari Hina.

“H—Hina.”

“Naruto-kun.” Suara itu bukanlah suara datar dari seorang robot. Terasa menghangatkan dan juga menyedihkan. Seolah membawa penyesalan dan juga rasa sakit. Itu bukan suara dari Hina. Itu adalah suara dari seorang Hinata Hyuuga. Juga bukan senyuman yang mirip dengan suara Hinata, tetapi itu memang senyuman dari seorang Hinata.

Tertawa sinis, Hina tampak menatap pada Naruto yang ada di depannya.

“Kenapa kau menangis Naruto-kun no baka!” tersentak. Ia tidak bisa menemukan kalimat yang tepat saat itu dan hanya menatap pada Hina, yang masih menangis saat itu. Yang ada di depannya tetaplah Hina. Namun disaat yang bersamaan, itu adalah ‘Hinata’.

“Hinata-chan…” nafasnya tersentak saat itu dan ia mengulangi kata-katanya, “Hinata-chan!”

“Hm, ada apa Naruto-kun?” dengan suara yang sama dan juga nada yang sama. Tetapi sinis dan juga terdengar dingin, namun terasa sangat hangat dan menghanyutkan.

“H—Hinata-chan, aku… banyak hal yang ingin kukatakan padamu…”

Meletakkan telunjuknya di bibir Naruto untuk mengisyaratkannya agar diam.

“Naruto-kun. Kau sudah memiliki pertanyaan untukku bukan? Pertanyaan yang membuatmu menyiksa dirimu sendiri untuk menemukan jawabannya.”

Menelan ludahnya sendiri. Inilah saatnya. Kesempatan terakhirnya dan juga keajaiban terakhirnya.

“Hinata-chan… kumohon beritahu aku. Apa yang kau tuliskan di tanganku saat itu?”

Tertawa pelan, Hina tampak menggenggam tangan Naruto dan menuliskannya dengan cairan baterai yang bocor saat itu.

.

.

.

“Kokoro.”

Jawabnya sambil menggambarkan symbol hati ‘<3'

“Hinata-san benar-benar mencintaimu Naruto-kun. Ia ingin mengatakan padamu semua yang ia inginkan, bagaimana ia sangat mencintaimu Naruto-kun.”




[1 Tahun 10 Hari sebelum Present Timeline]

Tangan Hinata yang gemetar tampak perlahan membentuk symbol hati.

“Kau harus mengerti apa yang hatiku katakan padamu Naruto-kun. Aku bertaruh kalau aku menulisnya dengan kanji, kau akan mengatakan padaku di kuburanku kalau kau terlalu susah untuk membacanya. Jadi, kuharap dengan ini kau mengerti. Karena kalau tidak, aku tidak akan memaafkanmu.” Itu adalah lelucon. Ia tahu kalau Naruto tidak akan sebegitu butanya hingga tidak mengerti apa yang ia tuliskan saat itu.

Entah kenapa, setelah semua itu selesai beban yang ada di fikiran Hinata tampak menghilang. Merebahkan kembali tubuhnya di atas bantalnya, sangat lelah. Ia bahkan tidak bisa lagi memegang tangan Naruto, takut jika darah yang ada di tangan itu terhapus.

“Aku berharap ada sesuatu yang lebih bisa melekat selamanya di dalam dirimu tentangku, Naruto-kun…” tersenyum penuh penyesalan. Kenapa ia begitu bod0h dan juga keras kepala untuk tidak mengatakan pada Naruto? Ia memiliki banyak kesempatan untuk mengatakannya. Namun itu sudah terlambat sekarang.

Namun Hinata tahu itu tidak ada artinya sekarang.

Semua beban yang ia rasakan di dalam dirinya benar-benar menghilang saat ini.

Sudah tidak ada artinya sekarang.

Ia sudah memastikan, meskipun perasaannya tidak terbalas, ia tetap akan mengatakan pada Naruto kalau ia mencintainya. Di saat terakhirnya, ia ingin meninggalkan pesan singkat itu. Ia akan tetap mencintainya, sampai nafas terakhirnya.

“Hei, kau…” mengerutkan dahinya dan tampak menatap bayangan hitam di depannya saat ini, “aku ingin kalian tidak membawa Naruto-kun… sampai ia mengetahui pesan yang kutulis untuknya…” meskipun ia tahu kalau Naruto tidak akan mati secepat itu.

Bayangan itu tampak mengangguk.

Hinata merasakan nafasnya yang semakin pelan dan berat. Ini adalah akhirnya eh?

Kematian semakin dekat dengannya tetapi Hinata tidak tampak ketakutan dengan itu. Fokusnya sekarang hanyalah pada satu orang. Ia tersenyum pada Naruto tanpa adanya penyesalan.

Naruto-kun…


Beep beep beep


Pandangannya semakin kabur, matanya yang kosong terus melihat kearah Naruto dan menolak untuk memperhatikan yang lainnya selain pemuda itu. Dinginnya kegelapan terus menyelimutinya sedikit demi sedikit saat bayangan hitam itu semakin dekat dan semakin dekat.

Naruto-kun…

Jantungnya berdetak kencang untuk terakhir kalinya. Air mata tampak mengalir, tidak bisa ditahan saat Hinata melihat bagaimana wajah damai dari Naruto yang ia lihat terakhir kalinya. Ia bersyukur kalau kenangan terakhirnya bukanlah wajah kesal dari Naruto. Tetapi ia juga menyesal karena yang ia lihat bukanlah wajah Naruto yang tersenyum.

Naruto-kun… aku…


—Ppiiiiiiiii—


[To Be Continue]
Kembali Ke Atas Go down
Skye di Cielo
Jinchuriki Jyuubi
Jinchuriki Jyuubi
Skye di Cielo


Posting : 1182
Join date : 21.01.12

Last Message Empty
#12PostSubyek: Re: Last Message Last Message Empty4/7/2013, 11:40 am

Title : Last Message
Genre : Romance/Angst
Pairing : Naruto Uzumaki x Hinata Hyuuga
Disclaimed : Masashi Kishimoto
Warning : Death!Charas, RoadtoNinja!Hinata, OOC
Song for Story : Kokoro Kiseki (c) Vocaloid
Based Story : Dying Message (c) RukawaGF
Note : Hinata = Hinata Hyuuga | Hina = Android!Hinata


Naruto Uzumaki menyalahkan dirinya atas kematian dari Hinata, dan satu hal yang paling ia sesali adalah ia tidak bisa mengetahui pesan terakhir yang diberikan oleh gadis itu padanya.


(Chapter 12/12)


[Present Timeline—Hari ketujuh—]

Naruto melihat gadis itu dengan tatapan tidak percaya. Dan gadis itu hanya tersenyum lembut padanya.

“Hinata-san sangat mencintaimu Naruto-kun. Ia ingin mengatakan padamu apa yang sangat ingin ia katakan, bagaimana besarnya ia mencintaimu.”

Naruto menatap kembali kepalan tangannya yang terlukiskan symbol hati yang ditulis oleh Hina dengan cairan tubuhnya.

“Haha…” tawa kecil meluncur pelan dan juga lemah.

“Haha… hahaha.. HAHAHAHA!” memukul wajahnya sendiri dengan sebelah tangan yang tidak memegang Hina, ia tertawa. Senang, lega, dan semua yang seolah ia tahan dalam dirinya. Ia tahu kalau Hina benar. Ia tidak meragukannya. Pesan sederhana ini adalah pesan terakhir dari Hinata.

“Benar-benar tipikalmu eh, Hinata-chan…” tertawa pelan dan menatap kearah Hina dengan senyuman yang sebenarnya, “terima kasih Hina. Terima kasih, kau tidak tahu… apa yang sudah kau lakukan padaku ini…”

Hina tampak menggelengkan kepalanya dan memeluk sang pemuda. Sirkuitnya masih dipenuhi dengan perasaan yang membebaninya, namun ia merasakan rasa senang disana. Ia akhirnya bisa menyempurnakannya untuk sang master. Pada akhirnya ia bisa melihat kebahagiaan sebenarnya dari Naruto. Tidak ada rasa menyesal, hanya ada senyuman.

“Tidak masalah Naruto-kun… seharusnya aku yang berterima kasih padamu. Terima kasih sudah menciptakanku… dan membiarkanku merasakan semua ini didalam diriku. Aku… merasa senang.” Memiringkan kepalanya, Hina pada akhirnya mengerti semua emosi yang ia rasakan.

Naruto memeluknya dengan lembut namun erat—lalu menangis. Bukan tangisan sedih ataupun penyesalan. Ia kali ini menangis karena senang. Begitu juga dengan Hina yang membalas pelukannya dan ikut menangis. Perasaan Hinata masih terus terngiang di dalam dirinya. Namun dampak yang dihasilkan tidak bisa diperbaiki lagi.

Hina menolak untuk mematikan sistenya yang bersinar dan berdetak seperti sebuah jantung.

Naruto terus menerus mengatakan “terima kasih, terima kasih, terima kasih…” ia bahkan tidak perduli saat bayangan hitam itu kini berdiri dihadapannya. Ia sama sekali tidak khawatir saat pandangannya mengabur dan cahaya perlahan padan berganti kegelapan.

Ia tidak lagi takut dengan kematian.

“Hina…” Naruto berbisik bersamaan dengan detaknya yang melambat. Hina tampak hanya diam dan mendengarkannya. Meskipun semakin banyak sistemnya yang rusak, ia masih bisa mendengarkan detak jantung dari Naruto yang semakin melambat, “ingatlah kalau aku menyayangimu. Dan terima kasih untuk hadiah yang indah ini…”

Hina hanya tersenyum dan membaringkan tubuh sang master diatas kakinya.

“Tidak Naruto-kun. Terima kasih… sudah memberikanku senyumanmu sebagai hadiah untukku…” ia tidak ingin mengatakan kalau itu adalah hadiah terakhir. Karena Naruto akan terus hidup di dalam hatinya, bersama dengan memori tentangnya. Ia tidak akan pernah mati selama Hina tetap hidup.

Pemuda itu menutup matanya sambil tersenyum. Dinginnya kegelapan semakin terasa saat bayangan itu mengelilinginya dan semakin dekat. Hina mencoba untuk menghangatkan tubuh sang master, mengeratkan jaket yang ia pakai sebagai selimut tadi.

“Naruto-kun, kau bisa istirahat sekarang. Tidak apa-apa… pergilah,” mengusap pelan kepala Naruto dengan lembut. Ia tahu kalau semua penyesalan yang ada di dalam diri Naruto sudah pergi saat itu, “berhentilah menyalahkan dirimu. Hinata-san sangat mencintaimu.”

Naruto hanya bisa mengangguk lemah. Hina meletakkan tangan Naruto di dadanya dan tersenyum.

“Aku akan menyanyikan lagu untukmu Naruto-kun. Tidurlah dengan tenang.”

Mulutnya tampak bergerak dan menyanyikan sebuah lagu—memegang tubuh pemuda itu hingga akhir. Meskipun ia tidak memiliki kehangatan tubuh manusia ataupun detak jantung, Hina hanya berharap bahwa suaranya bisa mengiringi pemuda itu untuk menyebrangi sungai kematian. Hina bersama dengannya, memegangnya, menyanyi untuknya, dan membiarkannya mengetahui kalau ia tidak mati sendirian.

Meskipun setelah itu jantung Naruto akhirnya berhenti bedetak, Hina terus memeluknya dan bernyanyi untuknya.




Semua memori masih terlintas di benak Hina saat itu. Hina bisa melihat saat Hinata Hyuuga sengaja berdekatan dengan pria lain hanya untuk membuat pria itu cemburu. Begitu juga saat mereka bertengkar, ataupun tertawa. Dengan memori keduanya yang terekam dalam dirinya, pada akhirnya Hina mengerti, namun semua itu terlambat.

Sensornya tampak memberikan peringatan tanda berbahaya. Beberapa orang yang diutus oleh Orochimaru tampak menemukan mereka. Dengan segera ia berhenti bernyanyi, dan sistemnya yang sudah mulai rusak dengan susah payah mencoba untuk menemukan target. Ia menemukan mereka. Tidak terlalu jauh, hanya sekitar setengah mili dari mereka.

Ia panik, sudah lebih dari 3 jam semenjak Naruto meninggal, dan tubuh dinginnya sudah mulai kaku. Hina mengecek tubuhnya dan menemukan bahwa ia hanya memiliki 6% energy. Saat program yang terbebani oleh chip ‘hati’ yang diaktifkan itu rusak, energi yang ada di dalam tubuhnya juga menghilang dengan cepat.

Dengan segera melepaskan chip ‘hati’ yang sudah sempurna itu dan menggenggamnya dengan erat. Ia tahu kalau orang-orang itu datang untuk ini. Mereka hanya perduli dengan keajaiban program ini yang memecahkan misteri dari kehidupan.

Ia tidak akan memberikannya pada mereka—ia tahu betapa berartinya benda ini untuk Naruto, bagaimana kerja kerasnya untuk mendapatkan itu. Ini bukan hanya sebuah program sederhana.

Enam persen energi. Hina tahu ia tidak akan bisa membawa Naruto ketempat yang aman.

“Naruto-kun, maafkan aku. Aku tidak bisa memegang janji kita. Aku berharap aku tetap memiliki ingatan mala mini tentang kembang api itu yang sangat terang,” mengecup bibir pemuda itu, “seperti kau… kau adalah sebuah cahaya Naruto-kun. Aku berharap aku bisa tetap memiliki ingatan yang kau berikan padaku.”

Ia sudah memutuskan. Ia tidak akan memberikannya pada mereka. Ia menolak untuk memberikannya pada mereka.

“Aktifkan pematian program otomatis.” Perintah Hina.

ACTIVATING SHUT DOWN IN 10 SECONDS

Mengeratkan giginya, Hina melihat bagaimana orang-orang itu semakin dekat dengannya berada.

10…

Hina tersenyum dan menatap Naruto yang ada di depannya. “Tenang saja Naruto-kun, aku akan melindungi perasaan Hinata ini apapun yang terjadi. Meskipun itu harus dibayar dengan nyawaku,” memeluknya lebih erat, meskipun ia tahu kalau Naruto tidak membutuhkannya lagi.

9…

Hina menatap kearah senyuman Naruto dan tersenyum kembali, “Naruto-kun… terima kasih.”

8…

“Terima kasih sudah menciptakanku.”

7…

“Terima kasih sudah menyayangiku.”

6…

“Terima kasih sudah menghabiskan waktumu yang berharga denganku.”

5…

“Terima kasih untuk semua yang kau berikan padaku.”

4…

“Kau sudah mengajariku bagaimana caranya tersenyum, menangis, dan—mencintai seseorang.”

3…


Naruto-kun…


2…


Naruto-kun…


1…

Naruto-kun, aku…


.

.

.

-SYSTEM SHUT-DOWN-

—Ppiiiiiiiiiiii—


[The End]
Kembali Ke Atas Go down
Sponsored content




Last Message Empty
#13PostSubyek: Re: Last Message Last Message Empty

Kembali Ke Atas Go down
Subject: Re: Last Message  None

Anda tidak dapat mengirmkan postingan atau mengomentari pembahasan di topik ini karena masih berstatus sebagai Tamu.
Silakan Mendaftar dan Login agar dapat mengakses segala fitur forum secara penuh.
AgoessNaruto Robot
Forum Bot



Join Date: 16/05/2009
Lokasi: Forum AgoessNaruto
Comments: Bot untuk membantu anda di Forum AgoessNaruto
Kembali Ke Atas Go down
 

Last Message

Topik sebelumnya Topik selanjutnya Kembali Ke Atas 
Halaman 1 dari 1

 Similar topics

-
» Komentar Last Message

Permissions in this forum:Anda tidak dapat menjawab topik
Forum Indofanster :: Tambahan ::   :: Karangan Cerita & Fanfiction :: Archive-