Forum Indofanster Forum Tempat Berdiskusi Tentang Manga - Anime Dibuat oleh Agoess Sennin pada 16 Mei 2009Indofanster adalah Keluarga, Bukan Sekedar Tempat Berkumpul |
Welcome to |
| | Pengirim | Message |
---|
AgoessNaruto Robot Forum Bot
Join Date: 16/05/2009 Lokasi: AgoessNaruto Office Comments: Bot's for help you in Forum AgoessNaruto
| | Shotaro HidariKonoha's Jounin Commander
Posting : 453 Join date : 30.10.13 Age : 24 Lokasi : Las Noches
Databook SayaWhatsApp/Handphone Number: PIN BBM/LINE ID: Kontak Lain:
| #1Subyek: Bleach 543-577 6/6/2014, 8:52 am | |
| - Bleach 543:
Versi Teks Bleach Chapter 543
Di tempat dimana Harribel disekap, tempat mantan Espada nomor tiga itu menggantungkan nyawanya, terdengar suara kaki yang berderak menghamtan lantai istana es itu. Para pasukan melangkah dengan begitu kerasnya, hingga suara hentakan kaki yang mereka ciptakan seakan membengkakkan telinga.
“Sisingkan salibmu tinggi-tinggi!” Teriak salah satu dari puluhan pasukan yang telah berbaris rapi. Semua langsung berdiri dalam diamnya, mengerti bila dirinya tak punya hak sedikitpun untuk berucap saat itu.
“Demi Yang Mulia Juha Bach. Beri hormat!!” Ucap suara yang sama ketika sang raja mereka melangkah menaiki tahtanya. Tahta tertinggi dalam pasukan mereka, bahkan bagi semua Quincy yang pernah dilahirkan.
Bleach Chapter 543 - Letter Teks Version by Bleach Indonesia
“Kalian semua sudah hadir, Sternritter?” Ucap sang raja pada akhirnya. Matanya menatap setiap pasukan yang berbaris di depannya. Melihat betapa patuhnya pasukan yang berada dalam kekuasannya itu.
“Ada yang ingin kuberitahu pada kalian.” Sang raja itu kembali berucap, tanpa mendengar jawaban dari seorangpun yang ada disana. Sang raja Quincy itu masih berdiri tegak di tegak tahtanya yang berlatarkan panji berlambangkan Quincy Cross.
“Majulah!” Ucap Bach kembali.
Hentakan kaki yang lain terdengar ditengah ketenangan para steinritter yang berdiri hormat di bawah tahta sang raja. Semua mata Quincy tertuju pada satu arah, pada seorang pemuda yang seakan mempunyai derajat yang sama dengan sang raja, bahkan diantara mereka yang telah bersama sang raja selama ratusan tahun.
Ishida Uryuu, melangkah dengan pasti mendekati sang raja. Tak ada rasa keraguan yang tersurat diwajah pemuda berselimut putih itu. Berbeda, berbeda sekali dengan wajah para Quincy yang berdiri dibawah tahta, wajah mereka jelas menunjukkan keterkejutan mereka.
“Apa...!?” Tanya salah satu Quincy pada akhirnya.
“Siapa orang itu?!” Teriak yang lain.
“Kenapa dia ada di depan mimbar bersama Yang Mulia...?” Pertanyaan demi pertanyaan terlontarkan satu sama lain.
“Ishida Uryuu.” Ucap Raja Bach tak bermaksud menjawab pertanyaan mereka. Dia hanya ingin melanjutkan pengumuman yang sempat terpotong tadi. “Sang "Quincy terakhir" yang masih hidup di dunia ini—”
“—aku mengangkatnya sebagai penerusku.”
Sesaat mendengar ucapan sang raja. Tak ada yang bisa melanjutkan pertanyaan mereka, mulut mereka begitu kaku, bahkan untuk berucap satu patah kata sekalipun. Sungguh pemandangan yang langka melihat para petinggi Vandenreich membelalakkan matanya.
“Apa...?” Akhirnya salah satu diantara puluhan Quincy itu memberanikan diri berucap.
“Apa yang baru saja Yang Mulia...?!” Sambung yang lain.
“Penerus Yang Mulia..orang yang tak dikenal...?!” Seorang yang lain juga tidak terima dengan pengumuman yang tiba-tiba ini.
“Kenapa...” Suara yang lebih keras menghentikan ucapan Quincy yang lain. Buzzbe, Sang Sternritter H, pemuda berambut mohawk yang berhasil melukai Sanbantai Fukutaichou itu juga tidak terima dengan keputusan sepihak itu. “Mohon tunggu sebentar, Yang Mulia...!”
Kaki Buzzbe melangkah mencoba mendekati sang Raja. Namun, sebuah tangan menghentikan langkahnya, Hachwald.
“Jugo....” Ucap Buzzbe.
Haschwald hanya berdiam memandang sang raja. Tak ada sedikitpun niat dalam dirinya untuk menolak semua ucapan raja yang dia agung-agungkan. “Dilarang ada keberatan. Jangan khawatir.” Ucapnya tenang.
“Di pertempuran berikutnya, kalian bisa melihat sendiri kekuatan orang ini.” Juha Bach menambahkan, “Sekian dariku”
....
Pertemuan telah bubar. Semua Quincy sudah diperbolehkan untuk kembali ke tempat mereka. Namun, tetap saja pikiran mereka tak bisa berjalan dari tempat mereka berdiri tadi, kepala mereka masih penuh dengan pengumuman yang tidak bisa mereka terima begitu saja.
Praaaang. Kaki Buzzbe menendang botol saat melangkah di lorong. “Apa-apaan ini?!” Teriaknya kesal. “Aku tak mengerti apaan itu barusan!! Siapa dia?! Jelaskan padaku!!”Ucapnya geram.
Para Quincy yang lain juga mempunyai pikiran yang sama dengan pemuda berambut Mohawk itu. Tapi mereka tak bisa mengeluarkan kekesalan mereka begitu saja.
“Jelaskan?” Tanya balik Mask de Masculine, Sternritter S dengan kepala yang ditutupi oleh topeng, Quincy yang pernah beradu kekuatan dengan Renji itu juga tak mengerti sama sekali.
“Hanya Yang Mulia yang tahu.” Sambung BG9, Sternritter K yang berhasil mendapatkan Bankai Sui Feng.
Chang Du hanya diam saja, tak ada komentar satu patah katapun dari Sternritter I yang pernah menggunakan Daiguren Hyorinmaru itu.
“Sialan!” Teriak Buzzbe kembali. “Aku tak setuju!!” Sternritter H ini langsung berlari meninggalkan mereka, mendorong seorang pelayang yang menghalangi jalannya.
“Oii! Mau ke mana, Buzzbe?!” Teriak Masculin.
“Ke tempat Yang Mulia! Mana bisa aku diam saja?!”
“Berhenti, *sensor*! Mana mungkin Yang Mulia mendengarmu?!”
Pemuda itu tidak mendengarkannya, dia tetap saja berlari menyusuri lorong yang mengarah pada tempat sang raja berasa. Hingga kakinya berhenti dengan sendirinya disaat kedua matanya melihat sang Sternritter B berdiri di depannya, Jugram Haschwald.
“Jugo...” Gumam Buzzbe.
“Mau kemana, Buzzbe?!” Tanya Haschwald dengan wajah yang seperti biasa, cukup tenang.
“Memangnya kau sendiri mau ke mana?” Tanya balik sang Sternritter H. “ Tahu tidak... Tadinya aku yakin kau yang akan jadi penerus Yang Mulia. Sebagian besar Sternritter tak akan keberatan. Apa kau tak merasa aneh?!”
“Itu keputusan Yang Mulia.” Jawab Haschwald dengan nada yang tenang. “Bukan hakku untuk mengomentarinya.”
“Cih. Pengecut. Kau mengecewakan. Kalau begitu serahkan posisi itu padaku!! Kalau kau tak peduli menyerahkan posisi itu ke orang lain, biar aku saja yang mengambilnya!!” Buzzbe langsung berlari mencoba menyerang Hashwald.
“Tenang, Buzzbe!” Ucap Hashwald, walau begitu tangannya sudah siap untuk menghunuskan pedang.
“Haa?! Aku sangat tenang! Jauh lebih tenang daripada kau!” Teriak Buuzbe.
Namun, sebelum serangan kedua sternritter itu beradu, sesuatu mengganggu mereka. Seorang strenritter yang lain mencoba menghentikan kekacauan diantara kawannya itu. “Benar. Kau cukup tenang.” Ucap Askin Nakk le Vaar, sang Sternritter D. “Kau tidak langsung menyerangnya. Kau tenang. Sangat tenang.”
“Nakk le Vaar, apa maksudnya barusan?” Teriak Buzzbe tak terima.
“Aku menolongmu. Jangan bertarung. Yang Mulia tak suka keributan. Lagipula...kita kedatangan penguntit.” Ucap Sternritter dengan tubuh besar itu, matanya langsung dia tujukan pada seseorang yang bersembunyi dibalik pilar, tak jauh dari tempat mereka bertarung.
“Hentikanlah kalian berdua. Keributan kalian tak ada gunanya.” Lanjut Nakk le Vaar. “Terutama kau. Dampaknya cuma akan jadi "racun" bagimu. Aku yakin kau paham. Ya, 'kan—”
“—Sang Penerus Kaisar!” Mata Nakk le Vaar memandang tajam pada sang Sternritter B.
Di tempat yang lain. Tempat pribadi sang Juha Bach. Sang raja ini telah menyelesaikan upacaranya. Ucapara atas penyambutan anaknya yang baru, ucapara atas terlahirnya penerusnya yang baru. “Dengan ini upacaranya sudah selesai. Kekuatanmu akan segera bangkit.”
Ucapannya terdengar begitu bangga. Matanya menatap pada Uryuu yang berlutut hormat di hadapan rajanya. Tangannya memegang sebuah cawan yang berisikan cairan kental berwarna kegelapan.
“Kau akan kuberikan Schrift –Teks suci. Kau akan memiliki huruf "A", sepertiku. Lanjut sang raja dengan suara tenangnya. Mulutnya tersimpul kaki melihat sang anak yang telah dipersiapkan untuk mendaki tangga menuju tahta kekaisaran.
To be continued
- Bleach 544:
Versi Teks Bleach Chapter 544
Keadaan di Istana Es masih begitu tidak tenang. Para Sternritter masih banyak yang membicarakan tentang kehadiran sosok baru yang tiba-tiba akan menjadi pengganti sang Raja. Deklarasi sang penerus raja masih menyisakan tanda tanya bagi para Quincy yang lain. Sedangkan, di lain sisi, upacara pembangkitan kekuatan tertidur Uryuu sudah selesai, bahkan dirinya kini telah resmi mendapatkan Teks Suci berlambangkan A, sama seperti milik sang Raja.
“Kenapa...” Akhirnya, Quincy muda itu memberanikan diri untuk berucap, belum pernah tersengar satu kata patahpun yang keluar dari pengucapannya sejak dirinya menginjakkan kaki di Istana Es ini.
“Kenapa Anda memilih saya sebagai penerus tahta?” Ucapanya melanjutkan pertanyaannya. Ucapannya begitu pelan, begitu hormat di setiap katanyannya, dia sadar bila dirinya sedang berbicara dengan seorang raja.
“Ada masalah?” Tanya balik sang Raja.
Bleach Chapter 544 - Walking With Watchers Teks Version by Bleach Indonesia
“Memilih orang seperti saya, yang datang entah dari mana hanya akan membawa kekacauan di antara pengikut Anda.” Ucap Uryuu, seakan dirinya bisa melihat dengan mata kepalanya sendiri perpecahan kecil yang sempat terjadi di sudut Istana Es itu. Dia benar-benar bisa membaca situasi yang terjadi dalam kelompok berjubah putih ini.
“Baguslah.” Jawab Yhwach. “Artinya mereka bukan cuma sekumpulan orang *sensor* yang mengikuti apa kata majikannya—”
“—Tapi mereka juga bukan orang pintar. Cuma butuh sedikit berpikir untuk tahu alasan sebabnya kau kupilih sebagai penerus.”
Uryuu hanya terdiam, dia tak kembali menjawab. Tidak, dia sedang tidak takut untuk bicara, ataupun puas dengan jawaban sang Raja. Hanya saja mulutnya tak bisa berucap karena otaknya masih berpikir mencari arti dari ucapan sang raja. Dia benar-benar tak mengerti apa yang dikatakan sang Raja Quincy itu.
“Tak paham?” Tebak Yhwach dengan begitu tepatnya. “Coba kutanya padamu—”
“—Uryuu, Kenapa kau masih hidup sampai sekarang?”
Seketika mata dibalik lensa bening pemuda ini membelalak lebar, pertanda baginya dia baru saja menyadari setiap arti tersirat yang diucapkan oleh sang raja.
“Instingmu tajam.” Ucap sang Raja. “9 tahun lalu, setelah Auswahlen –seleksi suci—semua Quincy Gemischt –darah campuran— tewas, kecuali kau. Kau satu-satunya Quincy dalam sejarah yang masih hidup setelah Auswahlen. Karena itulah kau kupanggil "Yang Terselamatkan". Kau memiliki sesuatu yang bisa melampaui kekuatanku. Itulah alasan kenapa aku memilihmu.”
Setiap kata yang keluar dari mulut sang raja kini terdengar begitu berat, seolah dirinya menekankan bila dirinya tidaklah salah memilih penerusnya. Mata tajamnya metap lurus pada Uryuu yang menunduk karena rasa hormatnya.
“Pahamilah, Uryuu. Kau tak perlu banyak bertanya.” Ucap Yhwach menyakinkan. “Ikutlah denganku!”
“...Baik.” Balas Uryuu setelah lama terdiam, kepalanya perlahan diangkat untuk memandang sang Raja. “Saya paham, yang Mulia.”
....
Salah satu sudut ruangan, terlihat seorang Quincy perempuan sedang memasang muka bersungut-sungut. Bisa ditebak bila Sternritter bernama Bambietta ini sedang kesal. Mulutnya langsung berteriak menunjuk seseorang yang lewat di depannya.
“Saya, bu?” Tanya sang anak buah dengan muka ketakutan.
“Iya, kamu!” Ucap Bambietta. “Aku mau melakukannya, cepat ke kamarku. Sekarang!!”
Sang anak buah itu semakin memasang wajah ketakutan, seolah dirinya sudah tahu apa yang akan terjadi padanya setelah ini. Walau begitu dia tetap mengikuti langkap perempuan yang telah berhasil mencuri bankai Komamura itu.
“Su-sungguh suatu kehormatan. Ka papapapappapapa...” Teriak sang anak buah ketika Bambietta langsung menebasnya, membelah tubuh anak buahnya hingga menjadi dua bagian. Meski begitu, muka manis perempuan ini tak menunjukkan rasa bersalah sedikitpun, bahkan rasa senyum tipis tak nampak di wajahnya, seakan mengatakan dia ingin melakukan hal seperti tadi lebih dari satu kali saja.
“Ahahah uff...” Terdengar suara dari arah pintu masuk kamarnya. “Kau bikin berantakan lagi!!”
Lalu, masukkan satu persatu empat Quincy perempuan yang satu profesi dengan Bambietta. Seorang perempuan tinggi dengan rambut panjang, memakai topi persis dengan milik Bambietta memasang wajah menjijikkan melihat cipratan darah di lantai. Seorang perempuan tinggi lainnya, berambut gelombang –seperti punya Orihime—hanya tersenyum melihat Bambietta. Seorang anak kecil hanya tertawa lebar melihat kelakuan perempuan di depannya. Dan yang terakhir adalah perempuan berambut hitam panjang lurus dengan ikatan yang mencuat ke atas di kepalanya malah memelihat kemana-mana.
“Kalian juga sama saja.” Balas Bambietta.
“Bekas cemilan dan muncratan darah itu dua hal berbeda, dasar jalang.” Ucap Liltotto Lampert, sang Sternritter G, perempuan paling kecil. Mulutnya masih tertawa, berbeda ucapan kasarnya.
Meninas McAllon—yang rambutnya mirip dengan Orihime— , sang Strenritter P Cuma memandang mereka, “Kau kan bisa melakukannya di luar...”
“Bukan masalah "di luar" atau "di dalam"!” Potong Candice Catnipp cepat-cepat, perempuan yang pertama kali masuk ke ruangan Bambietta ini adalah Sternritter T. “coba kalian urus kebiasaannya mempermainkan anak buah setiap kali dia kesal!”
“Kalau Candy-chan sukanya "bersenang-senang" dengan anak buah, kan?” Singgung Giselle Gewelle, Sternritter Z, perempuan berambut hitam panjang yang hanya melirik ke seluruh sudut ruangan Bambietta.
“Haah!” Ucap Candice kaget. “Aku tak pernah bilang begitu! Cari masalah, Gigi?!”
Namun teriakannya di acuhkan begitu saja oleh Giselle. “Jangan buang muka begitu!!” Teriak Candice lebih nyaring. Dan tiba-tiba sesuatu di gedung menghentikan mereka. Ulah Bambietta, entah bagaimana caranya perempuan itu membuat tembok di kamarnya terlihat membelah.
“...Kalian bisa diam?” Ucapnya dingin. “Aku sedang mengkhawatirkan sesuatu.”
“Khawatir?” Tanya Balik Candice. “Soal apa?”
“Bukannya jelas...” Ucap Bambietta sambil melangkahkan kakinya, pergi. “ Masa depan Vandenreich.”
...
Masih di istana Es, di sudut tempat yang lain. Sesorang membuka pintu kamarnya, terlihat di dalamnya seorang perempuan yang berdiri di hadapan pintu, seolah memang sedang menunggu sesorang masuk kamar itu.
“Selamat datang kembali, Haschwalt-sama.” Ucapnya sopan ketika melihat sosok yang dia tunggu akhirnya kembali.
“Kau masih bangun?” Ucap sang Sternritter B sopan. “Sudah larut, tidurlah!”
“Saya dengar apa yang dikatakan Yang Mulia. Saya tahu tidak pantas berkata begini. Tapi... Saya rasa anda sebaiknya bicara dengan Yang Mulia.”
Hacshwalt menghentikan langkah kakinya. “Kau khawatir?”
“Apakah Anda tidak? Haschwalt-sama.”
“Kau tak paham?” Tanya balik sang Quincy berambut pirang itu. “Ini kKeinginan Yang Mulia. Mengumumkan penerus seperti itu memang akan membawa kekacauan. Yang Mulia jelas tahu hal itu. Artinya, dia melakukan itu karena dia sengaja ingin membuat kekacauan. Kekacauan membuat setiap orang curiga satu sama lain.Dan terutama semua pandangan akan tertuju pada Ishida Uryuu–”
“—Siapakah dia... Apa kekuatannya... Apa yang dia pikirkan. Dengan begini Uryuu tak akan bisa berbuat apa-apa.” Jelas Hachwalt tenang, berada di samping sang raja diwaktu yang tidak sebentar membuat sang Sternritter B ini tahu betul apa yang ada dalam pikiran sang Raja. “Sekarang, satu-satunya yang bisa dia lakukan hanyalah mengikuti keinginan Yang Mulia. Tak ada yang lain. Meskipun dia sadar apa tujuan Yang Mulia.”
....
Di tempat lain, tempat dimana para hollow hidup, tempat dimana reiatsu pekat sangat terasa, angin berhembus dengan begitu kencangnya, menerbangkan pasir-pasir yang menghampar di sana. Iya, Hueco Mundo, tempat dimana para Quincy telah menjajah para Hollow, menangkap para Arrancar untuk dijadikan budak mereka. Namun, sekarang sudah terlihat tenang, karena Quincy yang bertugas di sana telah tewas dibunuh.
Sesosok perempuan bertudung berjalan meninggalkan jejak-jejak kaki di hamparan pasir yang dia lewati. Terlihat dirinya sedang kelelahan karena telah terlalu lama berjalan. Namun, tiba-tiba wajah perempuan bernama Orihime itu tersenyum lebar setelah melihat reruntuhan di depannya.
“Buaaahhh Sampaiiii!!” Teriaknya. “Berkelana memang bisa jadi latihan juga. Tapi reruntuhan Negal ini jauh sekali—”
“—Bagaimana ya keadaan Sado-kun? Dia terus-menerus mempertanyakan makanan semacam kentang yang enak ini. Jadi khawatir apa dia bisa sampai dengan selamat...” Ucap Orihimr dengan suara khasnya. “Kau sudah sampai juga, Pero-chan!!”
Sebuah makhluk bulat hitam bersayap melayang di belakang Orihime. “Oh...” Ucapnya kesal, walaupun wajahnya tak menampakkan ekspresi apapun. “Jangan bilang begitu...”
Itu adalah benda buatan Urahara yang diberikan pada Orihime sebelum mereka berpisah. Benda ini adalah kamera pengintai untuk menjaga Orihime, Urahara mengatakan kalau dirinya akan langsung menolong Orihime kalau Orihime mendapatkan masalah di perjalanan.
“Begitu tadi katanya,” Ucap orihime sambil mengingat janji Urahara tadi, “tapi, setelah melewati beberapa bahaya pun, dia tidak datang juga.” Lanjutnya ketus.
“Kau terlambat, Inoue!” Sapa seseorang yang baru saja keluar dari mulut Saya di dekat Orihime.
“Sado-kun! Syukurlah kau sampai duluan!”
“Semuanya sudah di sini.” Ucap Sado dengan sedikit tersenyum, di belakangnya memang terlihat beberapa pasang kaki yang juga beridir di dalam Saya.
“Semuanya?” Perempuan berambut orange itu masih belum mengerti. “Eh?”
...
Di tempat lain, di sebuah tenda seseorang sedang sibuk dengan pekerjaan. Pria bertopi belang itu terlihat tersenyum setelah layar kaca yang menampilkan Orihime dan sado. “Syukurlah kau sampai dengan selamat.”Gumamnya pelan.
Pada mata Kisuke Urahara langsung beralih pada kepingan kecil yang bergemericik menimbulkan suara pelan. Benda yang mirip dengan medali yang digunakan oleh para Quincy untuk mencuri bankainya itu berpendar tak terang. Entah, penelitian apa yang sedang dilakukan mantan Juunibantai taichou di Hueco Mundo itu.
“Kelihatannya "Ini" masih butuh banyak waktu...” Gumamnya tak kecewa.
To be Continued
- Bleach 545:
Versi Teks Bleach Chapter 545
Kekalahan yang dirasakan oleh shinigami dalam perang beberapa waktu lalu, kini membuat berbagai pihak mulai bergerak. Mereka tak mau berjalan di tempat di saat yang lain mulai melangkahkan kaki untuk berlari. Pihak shinigami mulai melantih diri mereka sendiri, belajar dari pengalamannya akan kekuatan bankai mereka yang mungkin tak akan mampu untuk melawan para Quincy untuk saat ini. Yah, memang pukulan yang sangat telak bagi mereka.
Pihak Quincy sendiri juga mulai bergerak. Kemenangan yang mereka raih tak membuat mereka congkak untuk bermalas, pengumuman akan raja pengganti sudah mulai tersiar di penjuru istana es, walaupun sebenarnya hanya akan menciptakan percekcokan kecil dalam kelompok itu. Namun, begitulah cara sang raja Yhwach menggunakan tahta kepemimpinannya.
Bleach Chapter 545 - Blue Stripes Teks Version by Bleach Indonesia
Di Hueco Mundo juga mulai selangkah lebih maju, berkat Urahara yang berada di sana, keadaan terlimat mulai membaik. Entah perjanjian macam apa yang telah dia lakukan dengan para musuh shinigami itu, hingga mereka bisa mulai bekerja untuk satu sama lain. Semuanya telah berkumpul bersama Sado dan Orihime di reruntuha Negar, demi perang yang pasti akan terjadi kembali. Urahara juga mulai menemui titik terang dengan penelitian akan senjata utama para Quincy itu.
Begitu juga dengan keadaan di Reioukuu, istana tempat sang raja roh berada. Setelah Ichigo berhasil menempa zangetsu yang sesungguhnya. Kini terlihat Renji juga mulai meranjak ke Istana Royal guard yang selanjutnya. Rukia juga mulai sembuh, mereka memulai latihannya lebih dulu karena Byakuya masih harus menyembuhkan lukanya. Dia butuh lebih banyak waktu untuk berendam di onsen milik Kirinji dibandingkan yang lain.
Saat ini Rukia dan Renji harus berlatih bersama di sebuah dojo kecil yang terletak di atas bukit. Latihan yang harus mereka lewati sekarang adalah bertarung satu sama lain. Namun, bukan zanpakutou yang mereka pakai, tangan mereka hanya menggenggam bokken –pedang kayu— untuk dijadikan senjata. Namun, bukan di sana titik penting yang harus mereka lakukan.
“Buahahhhhh!” Seru mereka setelah sekian lama berdiri sambil menggenggam bokkennya. Tapi, bukannya saling menyerang, Renji malah melemparkan diri ke belakang, hingga terduduk di lantai kayu dojo itu.
“Huffff!” Ucap Renji yang sudah terduduk. “Kejam banget ini!”
“*sensor*!” Balas Rukia. “Apanya yang kejam dari adu menatap satu sama lain?!”
“Aku tak cocok begituan! Aku tak suka berdiri diam begitu saja, atau mengacungkan pedang ke teman sendiri.”
“A-a-aku juga tidak suka mengarahkan pedang ke teman sendiri!”
“Ya, 'kan? Makanya kau capek.” Ucap Renji membenarkan. “Tambah lagi, aku masih belum terbiasa dengan udara di sini...”
“Benar...” Kali ini Rukia yang membenarkannya. “Konsentrasi reishi di hawa udara ini tidak wajar. Perasaan berat seakan sedang ditiban sesuatu memang sudah hilang, tapi aku masih merasa seakan bergerak di dalam air. Kita tak bisa tahu apa dampak dari konsentrasi reishi yang sepekat ini.”
Tiba-tiba bunyi Danreishinki –handphone roh— yang berasal dari dalam shihakushou –seragam shinigami— Rukia mengagetkan mereka. “Iya, saya Kuchiki!—” Ucap Rukia setelah mengangakatnya.
“—Iya... sungguh?!.... baik....” Ucapnyanya kembali menimpal.
Renji yang berada di sampingnya menjadi penasaran siapa yang menghubungi Rukia di saat seperti ini.
“Siapa?” Tanya pemuda berambut merah ini pada akhirnya.
“Barusan Kirinji-dono!” Jawab Rukia.
“Oh...” Kepala Renji langsung memiring, isi kepalanya berusaha mencari sesuatu yang hilang. “Kenapa aku tak bisa ingat mukanya ya...” Gumamnya dalam hati.
“—Si orang aneh di pemandian air panas itu, kenapa dia bisa tahu nomormu?” Tanya Renji lagi.
“Nii-sama sudah sembuh!” Ucap Rukia tak menjawab pertanyaan Renji.
“Dia sudah sembuh?!” Teriak Renji dengan nada sangat senang. “Baguslah, yang artinya kita harus makan, beres-beres, dan—”
“—pergi ke- sa- na...” Ucapannya semakin pelan, seolah dirinya tak ingin pergi ke tempat itu lagi. Ke istana salah satu Royal guard, Istana milik Shuutara Senjumaru. “Parah sekali, rasanya seperti di neraka...”
“Iya, kita ditelanjangi...” Ucap Rukia dengan sedikit malu. “Aku tak mau mengingatnya...”
Namun Renji malah memejamkan matanya, mencoba mengingat-ingat hal buruk yang pernah terjadi padanya itu.
“Oi! Renji! Kenapa malah diingat-ingat?!” Bentak Rukia. “Berhenti! Jangan! Renji!”
Sayang sekali, Ingatan Renji sudah menemukan memori dimana dia berada di Istana milik Senjumaru, Istana yang berbeda dengan yang lain. Tentu saja, tak ada Istana setiap milik Royal Guard yang sama, Jika milik Kirio penuh dengan makanan, milik Kirinji ada Onsen penyembuh, maka Istana Shuutara penuh dengan sutrea-sutra halus yang menggantung dari langit-langit istananya.
Saat itu, Renji sudah bertelanjang dada, Shihakushounya sudah dia lepas semua, menyisakan rubuhnya tanpa kain yang penuh dengan tato-tato hitam. Shuutara msih duduk di tahtanya, tak jauh di depan-atas Renji.
“Jangan bertanya lagi. Bukannya sudah cukup jelas?” Ucap Shuutara dengan nada tajam. “Kubilang, lepaskan fundoshi—celana dalam tradisional orang jepang—mu juga.”
“Bukannya kau cuma mau mengukur shihakusho? Kan kau bisa melakukannya walau aku pakai fundoshi.” Tolak Renji.
“Begitu...” Ucap Shuutara halus, namun matanya menatap tajam Renji, berbanding terbalik dengan ucapannya. “Baiklah, aku mengerti—”
“—aku akan mengukurnya setelah memotong "itu"-mu.” Lanjut Shuutara, masih dengan nada lembut.
“IYA IYA BIAR KULEPAS DULU!!” Teriak Renji tak punya pilihan lain.
Di saat yang sama, Rukia mulai berteriak pada Renji yang masih melamun.
“Bangun, Renji!” Teriak Rukia cukup keras hingga membuat pemuda itu tersentak, bangun dari ingatan pahitnya. “Syukurlah kau tak mengingat semuanya!!”
“Tapi... kalau cuma kau, itu masih tak masalah. Tapi kalau mengingat nii-sama juga harus mengalami hal yang sama. Betapa menderitanya kakakku” Ucap Rukia sambil terbata-bata, tak bisa membayangkan apa yang akan terjadi pada kakaknya bila harus melakukan hal memalukan itu.
“Tidak masalah?!” Gumam Renji agak marah.
“Uwahahaha!!” Sebuah teriakan keras terdengar mengagetkan mereka. Sosok laki-laki bertubuh besar kemudian masuk dari pintu dojo kecil itu, Ichibei Hyousube, sang Biksu Bola Mata, Royal Guard terakhir yang mereka temui. “Kalian sudah bisa banyak bicara ya!”
“Waktu kalian pertama sampai di sini, konsentrasi reishi yang pekat sampai membuat kalian susah bernafas dan bergerak, cuma bisa tersipuh di lantai saja! Sekarang kalian sudah bisa bicara banyak, hebat juga!” Ucapnya Ichibei sambil tertawa. “Kalau begitu...sudah siap berlatih denganku di ruangan dalam?”
“Siap!” Teriak Renji dan Rukia bersamaan.
Di Istana milik Kirinji, Byakuya sudah mulai sadar, dia sudah bisa menggerakkan tubuhnya seperti sedia kala, walaupun kelihatannya masih belum sembuh benar. Walau begitu, Kapten divisi enam itu mulai beranjak keluar dari onsen itu.
“Bagaimana rasanya?” Tanya Kirinji sambil bersandar kebebatuan di dekat Onsen miliknya. “Pusing?”
Pemuda yang masih tanpa busana itu tak langsung menjawab, dia masih berdiri di pinggir Onsen, melihat kubangan cairan hangat yang masih terasa di tubuhnya. “Jangan khawatir.—”
“—Aku masih belum cukup kuat untuk merasa pusing.” Ucapnya tanpa melupakan gaya bicaranya yang seorang bangsawan. “Kalau aku bisa bertahan sejauh ini, aku akan menyembuhkan diri hingga cukup kuat untuk merasa pusing.”
Di Karakura, tepatnya tempat persembunyian para Vizars, hiyori sedang marah-marah sedang menelpon seseorang, Hirako Shinji yang sedang berada di divisinya, Gobantai. Seperti biasa, tak ada percakapan tanpa pertengkarang di antara mereka, tak terkecuali saat ini.
“Apa-apaan?” Teriak Shinji. “Aku tidak memerintahmu!! Aku memohon padamu sambil menunduk dengan sopan!!”
“Mana bisa kulihat dari sini?!” Balas Hiyori dengan teriakan yang sangat keras. “Lagipula aku yakin kau tidak menunduk!!”
“Pokoknya kuserahkan padamu!! Cuma kau yang bisa melakukannya! Bukannya keren?!? Kau bisa merasa seperti anak yang terpilih atau apalah!!” Tanpa mendengar penolakan kembali, Shinji langsung menitup danreishiki-nya.
“Ah!” Teriak Hiyori kesal. “Woi, jangan ditutup dulu!!”
“Hiyori-saaaan!” Ucap Hachi tiba-tiba muncul di belakang Hiyori, membawa sebuah kota bungkusan. “Ada kiriman untukmu dari Soul Society.”
“Cepat amat!! Mereka punya jasa pengiriman apa?!” Perempuan itu masih menggerutu.
“Pengirimnya lebih dari satu orang. Hirako Shinji, dan Kurotsuchi Mayuri...” Hachi memberitahu.
“Ya sudahlah, tinggal dilakukan saja, 'kan?! Panitia khusus "perbaikan distorsi dunia manusia dengan Soul Society" Telah dibentuk!!” Ucap Hiyori seenaknya.
“"Telah dibentuk"?” Ucap Lisa pura-pura tidak mengerti.
Love juga berhenti membaca manga Jumpnya, mendengar keputusan sepihak dari Hiyori. “Maksudnya kami juga harus ikut?”
“Ya jelas, dasar *sensor*!!” Teriak, Hiyori.
Beralih ke keadaan di rumah Kurosaki. Masih dengan aktivitas mereka, seolah tiada hal aneh yang terjadi bagi mereka. Yuzu sedang sibuk dengan pisau dan bahan-bahan makanan yang dia buat untuk makan siang.
“Ayaaaah! Karin-chaaan! Makanannya sudah siap!” Teriaknya setelah selesai sibuk dengan pekerjaannya.
“Siaaap! Aku akan ke sana setelah bocah sakit ini!” Teriak Isshin dengan semangat seperti biasanya.
“"Bocah sakit" itu maksudnya aku?!” Teriak Karin merasa tersinggung. “Sebentar!! Aku ke sana setelah selesai lawan boss ini!” Teriak karin selanjutnya pada Yuzu.
“Jangan main melulu!” Bentak Isshin.
“Iya, iya, berisik!” Bentak balik Karin. Keadaan ramai di rumah itu masih tetap terasa seperti biasanya.
“Onii-chan. Kapan pulang dari kamp pelatihan?” Gumam Yuzu sedikit kangen.
Di waktu yang sama, terlihat Asano Keigo, Tatsuki dan Mizuhiro sedang berjalan bersama, pulang dari sekolahnya.
“Ichigo?” Tanya balik Tatsuki saat dia ditanyakan tentang Ichigo oleh Asano.
“Maksudku... Mungkin kau tahu ke mana dia pergi.” Ucap Asano.
“Mana aku tahu?” jawab Tatsuki tidak berbohong.
“Kau juga tak tahu?” Gumam Asano pasrah. “Siapa lagi ya...”
“Sudah tanya Yuzu-chan atau Karin-chan?” Tanya Tatsuki balik.
“Kata mereka, dia pergi ke kamp pelatihan sepak bola. Tapi turnamennya sudah selesai bulan lalu.” Jawab Asano.
“Dasar *sensor*!” Gerutu Tatsuki.
“Yaah...” Sambung Mizuirou yang sedari tadi tak bicara. Dia memang sangat hemat bicara dibandingkan kedua temannya itu. “Berhubung Chad, Inoue-kun, dan Ishida-kun juga tidak ada, pasti ada hubungannya dengan Soul Society. Nanti mereka juga pulang sendiri.”
“Permisi~” Terdengar suara laki-laki dari belakang mereka bertiga. Seolah mengerti kalau mereka yang dipanggil, ketiga murid SMU Karakura itu menghentikan langkahnya, melhat siapa yang memanggil mereka.
“Siapa kau?” Tanya Asano agak tidak sopan.
“*sensor*!” Bentak Tatsuki pada Asano. “Dia pasti kenalannya Ichigo.” Otaknya langsung tanggap ketika melihat seragam yang dipakai oleh laki-laki itu. Walaupun Topi jerami dan haori bermotif bunganya akan menyamarkan dia bila dibandingkan dengan shinigami pada umumnya.
“Anda pasti Hachibantai taichou, 'kan?” Tanya Mizuiro memastikan. Otak laki-laki tak banyak bicara ini bisa dipastikan lebih berguna dibandingkan dengan kedua temannya. “Saya ingat ada prajurit yang memanggil anda ketika pengkhianatan Aizen.”
“Aku senang kau mengingatku walau aku belum memperkenalkan diri.” Ucapnya Kyoraku sambil tersenyum. “Tapi aku lebih senang kalau kau perempuan, sih.”
“Mengapa anda ke sini?” Tanya kembali Mizuiro, jauh lebih sopan dengan ucapan Asano yang tadi. “Kalau seorang taichou sampai datang ke sini, pasti ada sesuatu yang sangat penting.”
“Iya. Hari ini aku mau memberitahu hal penting.” Ucap Kyoraku serius. Nadanya tak bercanda seperti sebelumnya. “Tentang perpisahan kalian dengan Ichigo.”
Semuanya terdiam, Tatsuki, Asano, Mizuiro tak berucap sepatah katapun mendengar itu. Mereka hanya saling pandang satu sama lain. Tak mengerti apa maksud kedatangan shinigami dengan pangkat teratas di gitei 13 itu datang menemui mereka hanya untuk mengatakan itu. Perpisahan, ketiganya masih tak mengerti apa maksud dari balik ucapannya itu.
To be Continued
- Bleach 546:
Versi Teks Bleach Chapter 546
Semuanya terdiam, Tatsuki, Asano, Mizuiro tak berucap sepatah katapun mendengar itu. Mereka hanya saling pandang satu sama lain. Tak mengerti apa maksud kedatangan shinigami dengan pangkat teratas di Gotei 13 itu datang menemui mereka hanya untuk mengatakan itu. Perpisahan, ketiganya masih tak mengerti apa maksud dari balik ucapannya itu.
“Mustahil... Mustahil...” Ucap Keigo dengan wajah tidak percaya. Pikiran dalam kepalanya mencoba untuk dia mencerna langsung apa yang dia dengarkan.
“Hei... Kau mencoba menakut-nakuti kami lagi ya? Kejam sekali kau, taichou.”, Ucapnya sambil melucu dihadapan Kyoraku. “Eh kimono-mu bagus sekali ya!”
Namun, sang Ichibantai Taichou itu terdiam, wajahnya terlihat sangat serius, sangat berbeda dengan dirinya yang seperti biasa. “Maaf,” gumamnya pelan dengan wajah menunduk. “Aku ke sini bukan untuk bercanda”
Bleach Chapter 546 - The Last 9 Days Teks Version by Bleach Indonesia
Mendengar ucapan itu, wajah Keigo kembali seperti sebelumnya, bibirnya sedikit gemetar untuk mengucapkan kata-kata. “Kalau kau tidak bercanda, kenapa kau bisa bilang segampang itu?—”
“—Omonganmu seakan-akan itu bukan masalahmu...?” Namun, kesabarannnya perlahan terkikis oleh amarah yang memuncak. Tak pernah ada dalam kepalanya dia akan berpisah dengan sahabatnya, tak habis pikir baginya, ada seorang yang tak dia kenal dan menyuruhnya untuk berpisah dengan sahabatnya.
“—Pasti karena lagi-lagi kau yang membuatnya terlibat!!” Teriaknya cukup keras.
Tatsuki yang masih terdiam melihat ke arah Keigo, diluar dugaan perempuan tomboy ini masih bisa mengontrol amarahnya. “Tenang, Keigo...” Guumamnya pelan.
“... Kau benar.” Sambung Kyoraku. “Sesuai dugaanmu, Ichigo-kun pergi ke Soul Society untuk melindunginya.”
“Itu tak apa-apa. Dia memang begitu. Itulah mengapa kami berteman dengannya.” Ucap Mizuiro kemudian, terlihat cukup jelas bila pemuda dari kota yang berbeda dengan Ichigo ini begitu tenang menanggapi ucapan Kyoraku tadi. Tapi, dia masih menyadari sesuatu yang salah di sini, dia belum mendengar alasan kenapa sang shinigami tiba-tiba datang hanya untuk mengatakan perpisahannya. “Tapi kenapa kami harus "berpisah" dengannya?”
“Sekarang Ichigo-kun berada dalam tempat yang spesial, bahkan untuk ukuran Soul Society sendiri.” Ucap Kyoraku setelah terdiam sejenak. “Yah. Aku yakin dia akan kembali dengan selamat. Tapi yang kukhawatirkan, aku tidak yakin apa dia akan kembali dengan kekuatan seperti apa...”
“Memangnya kenapa?” Tanya kembali Mizuiro.
“Jenis kekuatan tertentu bisa memengaruhi dunia manusia. Dan kalau seperti itu nantinya...” Sang Soutaichou ini kembali memberi alasan “—Kami tidak bisa membiarkannya kembali ke dunia ini.”
Tiba-tiba Keigo melangkah cepat dari tempatnya berpijak, tangannya dengan lancing meraih kerah baju sang shinigami, dia lupa dengan siapa dia berhadapan sekarang. “Buatmu gampang ngomong begitu, kan?!”
“Ichigo pergi ke Soul Society untuk melindunginya dan kalian mau mengurungnya di sana demi keselamatan dunia ini?!” Teriakannya masih terdengar kasar, lancing untuk seseorang yang berhadapan dengan seorang Soutaichou.
Kyoraku terdiam sejenak, agaknya memang tak akan mudah menghadapi teman Ichigo ini. “Kalau memang perlu, kami akan melakukannya.” Namun, tetaplah jalan teraman yang dia pilih sekarang, Dirinya bukanlah Hachibantai Taichou lagi, sekarang dialah yang memagang nasib Soul Society.
“KAU!” Teriak KEigo.
“Maksud Anda bisa jadi iya, bisa jadi tidak?” Potong Mizuiro cepat. Dia masih ingin memastikan tentang hal ini. “Persisnya berapa besar kemungkinan hal itu akan terjadi?”
“Satu banding 10000, Bisa jadi lebih kecil lagi.” Jawab Kyoraku. “Sebenarnya lebih tepat dibilang, “Kemungkinannya sangat kecil sekali."”
“Kalau sekecil itu, kenapa kau datang ke sini?” Tatsuki kali ini ikut bicara.
“Karena walau sekecil apa pun, kurasa tidak adil baginya kalau tidak memberitahu teman-temannya.” Sang Soutaichou itu kembali tersenyum, tangannya lalu mengeluarkan sesuatu.Tiga lembar kertas dengan lambing Gotei tercetak di sana. “Jadi ambil lah ini!”
“Apa ini?”
“Tiket roh.” Jawab Kyoraku sambil nyengir. “Kalau-kalau, Ichigo-kun tak bisa meninggalkan Soul Society, kalian bisa mengunjunginya. Itu tiket yang bisa membuat kalian mengunjungi Soul Society dengan bebas.”
Tatsuki tak mengerti kenapa mereka bertiga yang diberikan tiket seperti ini, dia pikir masih ada yang lebih berhak untuk menerimanya. “Tapi ini daripada kami...”
“Jangan khawatir. Keluarga Ichigo juga sudah dapat.” Kyoraku langsung mengerti apa yang dipikirkan oleh perempuan tomboy ini. “Jangan pasang tampang begitu. Dia tak akan pergi besok atau hari ini. Masih ada waktu lama. Setelah Ichigo kembali, dia akan kusuruh ke sini. Sebelum pertempuran dimulai, dia perlu istirahat di sini, begitu.”
…
Di Hueco Mundo, Bulan sabit masih terlihat di atas sana, tak ada lagi langit palsu yang diciptakan oleh Aizen. Terlihat seorang perempuan yang sedang terduduk salah satu bebatuan sambil memamdang bulan. Tangannya mengenggam sebuah botol minuman yang sedang dia tenggak.
“Capek, Inoue?” Sapa seorang pemuda yang tidak jauh dari tempat Orihime duduk. “Kita sudahi saja hari ini?”
“Nggak apa. Aku baik-baik saja.” Jawab Orihime sambil tersenyum. “Cuma, aku merasa di sini damai sekali.”
“Damai?” Ucap Sado menyalahkan ucapan teman sekelasnya itu. ” Kita berlatih untuk bertarung...”
“ya sih, tapi... Di sini... kita, manusia, berada di Hueco Mundo menyelamatkan para arrancar, membantu para shinigami, rasanya bagiku, damai sekali. Seandainya bisa seterusnya begini. Selamanya membantu satu sama lain melindungi masing-masing dunia, selamanya tanpa ada pertempuran yang menunggu di depan.”
…...
DI Seireite, terlihat keadaan masih begitu tenang setelah peperangan beberapa waktu lalu, para shinigami masih melakukan aktivitasnya seperti biasa walaupun dengan kewaspadaan yang meningkat. Namun, taka da yang menyadari bahwa sesuatu yang sangat berbahaya telah mengendap-endap di belakang mereka. Iya, penyerangan babak kedua telah dimulai. Para Quincy telah mulai memamerkan cakar mereka di saat para shinigami membungkam taring mereka.
Belum ada yang menyadari bila Shakonmaku yang melindungi kota suci ini mulai terkikis oleh sesuatu yang pekat. Batu Sekkisekki yang menjadi pelindung Seireite itu kini tak mampu untuk melakukan perannya. Perlahan, pelindung itu tekikis dan seperti terjadi sebuah distorsi dimensi Ice Palace tiba-tiba muncul tepat di Seireite berada. Schatten Bereich telah mengikis Shakonmaku dengan sempurna.
Di dalam Seiretei, Pusat Penelitian dan Pengembangan telah menyadari sesuatu yang aneh terjadi.
“Sinyalnya mendadak kacau!!” Teriak salah seorang yang anggota di sana sesaat setelah melihat ada yang tidak beres dengan layar monitor mereka.
“Ada apa ini?!” Teriak yang lain.
Akon yang juga berada di sana segera mencari tahu apa yang terjadi dengan menggunakan komputernya. Wajahnya langsung mengeluarkan keringat dingin mengetahui apa yang telah terjadi. “Mana mungkin Ini—”
“Bagaimana mungkin, Seireitei lenyap...!!!” Mulutnya masih terbata-bata melanjutkan kalimatnya.
….
“APA!” Teriak seorang shinigami yang menyadari sesuatu yang salah telah terjadi. Matanya membelalak melihat tiga orang Quincy yang pernah menapakkan kakinya di Soul Society telah kembali. Yhawch, Quincy yang telah meremput nyawa sang Soutaichou, Jugram Hacshwald, Quincy yang telah mematahkan Tensa Zangetsu milik Ichigo, dan Ishida Uryuu, Quincy yang juga pernah bertarung dengan Mayuri demi menyelamatkan temannya, Rukia, kini juga kembali demi sang tuannya, Yhwach. Mereka bertiga berdiri tegak di atas Istana mereka, memandang rendah pihak lawan.
“Bangunan apa itu...?” Teriak shinigami yang lain.
“Invasi kita berhasil. ”Gumam sang Raja, Yhwach, dengan senyum tipis di bibirnya. Matanya menatap wajah para shinigami yang sedang ketakutan akan sosoknya. “Uryuu. Pernah dengar tentang Kaiser Gesang?”
“Pernah.” Jawab sang Putra Ishida sopan. “Raja Quincy yang tertidur, mendegupkan kembali jantungnya setelah 900 tahun, mengalirkan kembali pikirannya setelah 90 tahun, dan mengumpulkan kembali kekuatannya setelah 9 tahun.”
“Legenda itu masih ada lanjutannya.” Timpal sang Raja, “Raja Quincy yang tertidur, mendegupkan kembali jantungnya setelah 900 tahun, mengalirkan kembali pikirannya setelah 90 tahun, mengumpulkan kembali kekuatannya setelah 9 tahun, dan menguasai kembali dunianya setelah 9 hari.”
“Ayo maju, Uryuu, Haschwalt ” Lanjut Yhwach ” Dunia akan berakhir dalam 9 hari.”
To be continued
- Bleach 547:
Versi Teks Bleach Chapter 547
Ichigo, sang shinigami pengganti yang sudah mengetahui akan jati dirinya, mengetahui tentang rahasia kekuatannya, rahasia keluarganya, kini sudah mendapatkan kekuatan baru. Kekuatan yang selama ini tertidur dalam dirinya telah bangkit, kekuatan yang selama ini membohonginya kini berbalik mempercayakan pada dirinya. Kini, dua buah zangetsu akan menjadi pendampingnya dalam perang. Akan menjadi rekan tempurnya menghadapi sang musuh.
Namun, keberadaannya di Istana sang Raja Roh, membuat sang shinigami berambut Orange ini tak tahu apa yang sebenarnya terjadi di bawah sana. Di Kota Damai tempat para shinigami berada. Tempat yang belum lama menjadi medan perang, menjadi kenangan buruk bagi para shinigami.
Bleach Chapter 547 - Peace From Shadows Teks Version by Bleach Indonesia
Di Seireite, terlihat keadaan masih begitu tenang setelah peperangan beberapa waktu lalu, para shinigami masih melakukan aktivitasnya seperti biasa walaupun dengan kewaspadaan yang meningkat. Namun, tak ada yang menyadari bahwa sesuatu yang sangat berbahaya telah mengendap-endap di belakang mereka. Iya, penyerangan babak kedua telah dimulai. Para Quincy telah mulai memamerkan cakar mereka di saat para shinigami membungkam taring mereka.
Belum ada yang menyadari bila Shakonmaku yang melindungi kota suci ini mulai terkikis oleh sesuatu yang pekat. Batu Sekkisekki yang menjadi pelindung Seireite itu kini tak mampu untuk melakukan perannya. Perlahan, pelindung itu tekikis dan seperti terjadi sebuah distorsi dimensi Ice Palace tiba-tiba muncul tepat di Seireite berada. Schatten Bereich telah mengikis Shakonmaku dengan sempurna.
“APA!” Teriak seorang shinigami yang menyadari sesuatu yang salah telah terjadi. Matanya membelalak melihat tiga orang Quincy yang pernah menapakkan kakinya di Soul Society telah kembali. Yhawch, Quincy yang telah merebut nyawa sang Soutaichou, Jugram Hacshwald, Quincy yang telah mematahkan Tensa Zangetsu milik Ichigo, dan Ishida Uryuu, Quincy yang juga pernah bertarung dengan Mayuri demi menyelamatkan temannya, Rukia, kini juga kembali demi sang tuannya, Yhwach. Mereka bertiga berdiri tegak di atas Istana mereka, memandang rendah pihak lawan.
“—Seireite Menghilang?!”
“Bangunan apa itu...?” Teriak shinigami yang lain.
Shinigami yang lain juga mulai merasakan sesuatu yang salah. Reiatsu sang Quincy tiba-tiba terasa begitu dekat dengan mereka. Shinji menggertakkan giginya tak percaya dengan apa yang terjadi. Hinamouri membelalak tanpa daya dengan reiatsu yang seolah menusuknya dari belakang. Isane, Rose, Iba dan Oomaeda juga merasakan sensasi yang tidak berbeda.
Di luar Seirete, Ukitake bersama dengan Kiyone dan Sentarou yang sedang berada di kediaman Ukitake –di Rokungai—juga melihat sesuatu yang tak wajar dengan Shakkonmaku.
“Taichou!! Gawat!! Seireitei...” Teriak Sentarou dan Kiyone bergantian. “Taichou!! Ukitake-taichou!!”
Perlahan namun pasti seluruh Seireite telah berubah. Tak ada lagi bangunan kecil yang terpetakan dengan lorong kecil antar divisi. Semuanya telah lenyap, tergantikan oleh Istana dingin milik sang musuh, Ice Palace.
Yhwach, yang masih berdiri di atap istananya, memandang tajam wajah para shinigami yang ketakutan di bawahnya, tersenyum miris, merasa kasihan akan pertahanan mereka, para shinigami yang mereka agung-agungkan.
“Kalian tak akan paham.”. Ucapnya lirih. “Quincy kami, setelah kalah dalam perang 1000 tahun lalu, tanpa punya tempat untuk tinggal, melarikan diri dari dunia manusia, ke dalam Seireitei. Ke dalam tempat yang paling tidak dijaga oleh kalian, para shinigami. Dan di sana lah mereka menggunakan reishi untuk membuat ruang di dalam "bayang-bayang"—”
“—Itulah yang kami sebut sebagai Wandenreich, "Kekaisaran yang Tak Terlihat".”
…
Dalam sudut pandang yang sama, mata Sang Soutaichou baru melihat dengan jelas apa yang sedang terjadi dengan tanah kuasanya. Bangunan-bangunan milik Seireite telah lenyap tiada sisa, menara-menara tinggi mendinginkan mata menjadi penggantinya. Nanao, yang berdiri di sampingnya juga menampakkan wajah tak mengerti. Baru kali ini dalam hidupnya dia menyaksikan tanah Seireite yang lenyap seperti ini.
“Ya ampun... Aku sudah menduga mereka akan menyerang dengan tiba-tiba lagi dan sudah menyiapkan banyak jebakan untuk itu...” Ucap Kyoraku santai, namun matanya tak sesantai dengan lirihan mulutnya. “Tapi aku tidak menduga mereka menghancurkan kesempatan kita seperti ini.”
Tiba-tiba sebuah suara mengagetkan dua shinigami itu. Sang Sternritter A, Jugram Hashwald, telah berdiri di belakang mereka, menyandarkan tubuhnya pada pilar putih milik istananya. “Terakhir kami kali di sini, dan saat ini pula kami tidak menginvasi Seireitei dengan menembus Shakonmaku. Kami sudah berada di dalam Shakonmaku sejak awal.”
“Selamat datang.” Tanggap Kyoraku, masih santai. “Terima kasih penjelasannya. Kalian cukup cepat juga bisa sampai di ruang taichou. Kurasa kalian punya orang-orang yang cukup lihai.”
“Saya penasehat Kaisar Wandenreich. Sternritter Grandmaster, Jugram Haschwalth.”
“Aku Soutaichou Gotei13. Ichibantai Taichou, Kyouraku Shunsui. Aku baru saja menjabat, jadi mungkin kalian belum tahu, atau mungkin kalian sudah tahu, makanya kau langsung ke sini?”
“Saya sudah tahu.” Ucap Hashwald, matanya terlihat tenang seperti Kyoraku. Agaknya Sternritter berambut pirang ini sama sekali tak pernah takut dengan siapa dia berhadapan sekarang, walaupun dengan Soutaichou sekalipun. “Memang itu alasan saya ke sini.”
“Gesit juga ya. Setelah menunggu selama 1000 tahun, kau tak mau menikmati pertempuran ini perlahan-lahan?”
“Yang Mulia mencintai kedamaian. Beliau lebih menyukai pertempuran kasar dilakukan sesingkat mungkin. Karena itulah, perintah beliau adalah Secepat mungkin memusnahkan seluruh pasukan musuh”
“Sudah Kuduga!” Celetuk Kyoraku.
….
Pusat Penelitian dan Pengembangan telah menyadari sesuatu yang aneh terjadi.
“Sinyalnya mendadak kacau!!” Teriak salah seorang yang anggota di sana sesaat setelah melihat ada yang tidak beres dengan layar monitor mereka.
“Ada apa ini?!” Teriak yang lain.
Akon yang juga berada di sana segera mencari tahu apa yang terjadi dengan menggunakan komputernya. “Mana mungkin Ini—”
“Bagaimana mungkin, Seireite lenyap...!!!” Mulutnya masih terbata-bata melanjutkan kalimatnya. “Sialan!! ” Hiyosu yang berada di sana juga terlihat semakin sibuk, jari jemarinya terantuk satu sama lain dengan tombol-tombol keyboard di depannya. Matanya membelalak dengan mulut yang terus mengumpat bersamaan dengan hantaman jari-jemarinya. “Aku tak bisa melihat apa pun! Sialan!!”
“Hiyosu...” Panggil Akon yang juga dibuk di belakangnya.
“Diam, Akon!!” Teriak Hiyosu marah. “Seireitei harusnya tidak bisa menghilang begitu saja! Itu mustahil! Mustahil!!”
“Kau tidak percaya ketepatan peralatan yang kita bangun? Kau harusnya tahu. Angka-angka di situ berkata sejujurnya.” Ucap Akon mencoba realistis.
“Tapi bagaimana dengan apa yang kita lihat di sini?! Perlatan yang kita punya di sini tidak menghilang...”
Pertengkaran mereka terhenti ketika sebuah bayangan hitam melewati tubuh gempal Hiyoru. Gigi Hiyou menggertak geram. Tak habis pikir baginya bila teknologinya bisa dipatahkan begitu saja. Para peneliti yang lain hanya terdiam melihat dengan mata tak berkedip perubahan yang terjadi pada ruang penelitian mereka. Komputer-komputer mereka lenyap, tergantikan pilar-pilar putih yang kokoh dengan koridor yang panjang—Ice Palace—
“APA-APAAN INI SEBENARNYA?!?” Teriak Hiyosu geram.
Sebuah jawaban terlontar dari belakang mereka. Seseorang yang tidak pernah mereka lihat sebelumnya. Seorang Sternritter dengan letter D, Askin na Le Var. “Rencana kami berhasil dengan sempurna. Tak seperti di dunia manusia, kami bisa mendapat reishi sebanyak mungkin di Soul Society. Itulah sumber kekuatan kami. Kami bisa berbuat apa pun.”
Semua mata teroleh pada mereka dengan sendirinya. Sosok Quincy berjubah putih itu hanya tersenyum miris. “Secara diam-diam selama 1000 tahun kami menghimpun kekuatan dalam "bayangan".” imbuhnya.
“Siapa kau...?!” Teriak salah satu peneliti. “Kapan kau tiba di sini?”
“—Dan bagaimana?!”
“Oi oi. Kalian tak mendengar penjelasanku? Apa orang-orang di institut litbang cuma pura-pura pintar ya?” Singgung Askin dengan senyum yang masih tersimpul disudut bibirnya. “Aku tidak datang dari mana-mana. Sejak awal aku sudah ada di sini.”
“—Tepat sekali. Kalian para Quincy ada di dalam "bayangan". Dua dunia bisa berada di tempat yang sama di waktu yang sama tanpa pernah bersentuhan satu sama lain.”Sebuah suara yang lain terdengar dari ruang hampa di hadapan mereka. “Membangun dunia di dalam "bayangan"... sangat tidak masuk akal sehat. Tapi kau sedang bicara dengan orang yang lumayan menikmati melakukan hal-hal di luar akal sehat.”
Perlahan, udara di dara berderik dan terbuka seolah pintu udara tertanam. Semua mata beralih ke sisi yang lain. Ke arah pintu udara yang mengeluarkan cahaya terang.
Kurotsuchi Mayuri sang Juunibantai Taichou berjalan dari dalam pintu itu. Tubuhnya berpakaian sesuatu yang aneh. Tubuhnya berbalut pakaian terang dengan symbol matahari yang mengelilingi bagian kepalanya. Kurotsuchi Nemu, sang fukutaichou mengikutinya dari belakang. Tentu saja pakaiannya tak jauh berbeda dengan apa yang dipakai oleh Sang Taichou.
“Ta—Taichou...!! Apa yang anda pakai...?!” Ucap Akon penasaran melihat apa yang sedang dipakai oleh taichounya.
“Dengan informasi dari pertempuran sebelumnya, aku paham kalau penyerbuan Quincy ada hubungannya dengan "bayangan". Karena itulah aku mengubah laboratoriumku supaya tak memiliki sedikit pun bayangan.” Sambung Mayuri menghiraukan pertanyaan dan tatapan-tatapan para anak buahnya.
“—Mengenai apakah kami cuma "pura-pura pintar" atau tidak, kurasa kau perlu memastikannya dulu denganku.”
…
Di daerah Juubantai, yang kini juga sudah berubah menjadi Istana Es milik Wandenreich. Seorang Sternritter mengamuk.
“Sial! Jangan biarkan mereka lewat!!” Teriak para Shinigami dengan zanpakutou yang siap teracung padanya.” Hentikan mereka!!”
Namun, dia tak ambil pusing. Sang Quincy yang telah menaklukkan Kira ini, Sang Sternritter H—Buzz-B—dengan mudahnya mengeluarkan api menyerang balik para shinigami. “Hah. "Jangan biarkan mereka lewat"? Konyol. Kami sudah menguasai tempat ini! Seireitei sudah lenyap. Kami bisa lewat jalan mana pun kami mau.”
“Benar. Mungkin sekarang sudah tidak penting jalan mana yang kalian lewati—“ Tapi, api itu tak pernah membakar para shinigami, karena sebuah tembok es telah menghalanginya. Pemegang Zanpakutou Es terkuat di Seirete telah berdiri di sana, bersama dengan Fukutaichounya, Matsumoto Rangiku. “—Apimu jelas tidak akan bisa melewati kami.”
“Haa?” Seringai Bazz-B.
Gomen minna,Bleach udah lama tidak diupdate di indofanster jadi hanya bisa post 5 chapter sekaligus agar dapat melaju ke chapter terbaru.... Sosuke Aizen |
| | | AgoessNaruto Robot Forum Bot
Join Date: 16/05/2009 Lokasi: AgoessNaruto Office Comments: Bot's for help you in Forum AgoessNaruto
| | Shotaro HidariKonoha's Jounin Commander
Posting : 453 Join date : 30.10.13 Age : 24 Lokasi : Las Noches
Databook SayaWhatsApp/Handphone Number: PIN BBM/LINE ID: Kontak Lain:
| #2Subyek: Re: Bleach 543-577 6/6/2014, 2:22 pm | |
| - Bleach 548:
Versi Teks Bleach Chapter 548
Perlahan, seluruh permukaan Seireite sedang mengalami perubahan. Gedung-gedung gaya jepang kuno yang berdiri kokoh kini lenyap dari pandangan. Menara-menara gaya kebudayaan barat mulai menjadi pemandangan baru sejauh mata memandangnya.
“Cepat ke markas!!” Sebuah teriakan terdengar di seluruh penjuru seireite. “Apa yang terjadi?! Di mana mereka?!”
Tak terkecuali Nibantai, bahkan kediaman keluarga Oomaeda juga telah beralih menjadi bangunan yang berlimut akan es. Marechiyou, sang Nibantai Fukutaichou, gemetar hebat berdiri di tengah-tengah bangunan yag tak dia kenal itu. Bukan karena Es yang menyelimutinya, melainkan karena rasa takut dikala kepalanya sadar bila sang musuh telah menyerang kembali.
Bleach Chapter 548 - The Thin Ice Teks Version by Bleach Indonesia
“Ada apa ini...? Ada apa ini sebenarnya...?!” Ucapnya terbata-bata. “Kenapa Seireitei lenyap?! Aku... takut! Takut takut takut takut takut!! Kenapa ini mesti kejadian di waktu taichou tidak ada?!”
“—Apa yang harus kulakukan...?!?”
Sang putra bangsawan itu tiba-tiba dikejutkan oleh sebuah tangan yang menarik seragam shinigaminya. Terlihat Mareyo sedang berdiri ketakutan di sampingnya, tangannya menggenggam erat seragam sang kakak, bersama dengan air mata yang mulai berjatuhan dari bulir hitamnya.
“Kakak... Mau ke mana...?” Gumamnya lirih, terdengar begitu takut seperti perasaan sang kakak. “Jangan pergi... Mareyo takut... Kakak tak perlu main sama Mareyo... tapi tolong jangan pergi...”
Marechiyo duduk, menyejajarkan tubuh besar gempalnya dengan tubuh kecil sang adik. Tangannya menggenggam bahu Mareyo, mulutnya masih terdiam dikala hatinya mencoba untuk dibesarkan sembari mengumpulkan keberaniannya.
“Tidak.” Ucap Marechiyo tegas agar terdengar yakin oleh sang adik. “Kakak harus pergi.—”
“—Kau anak pintar. Kau harusnya paham. Aku bukannya mau meninggalkanmu. Aku pergi untuk melindungimu dan juga melindungi Saburou, dan kakak, dan ayah, dan ibu, dan tetangga kita Gondawara-san dan Kanemitsu-san. Dan juga... melindungi Seireitei. Karena itu aku harus pergi. Aku yakin kau mengerti. Karena aku Anggota Gotei 13.”
Mata Mareyo berhenti mengeluarkan air mata, mulutnya berhenti merengek, tatapannya tajam menyakinkan melihat sang kakak, seakan ucapan dan keberanian sang kakak telah mencapai hati Mareyo.
“H-hei! Jangan pasang muka begitu! Aku janji aku akan kembali lagi...” Ucap Marechiyo malu karena dilihat seperti itu oleh Mareyo.
Namun, sedetik kemudian Nibantai Fukutaichou ini kembali dikejutkan oleh sesuatu yang lain. Bukan lagi anggota keluarganya yang merengek padanya. Fukutaichou ini merasakan reiatsu yang berbeda dari seluruh reiatsu keluarganya. Tapi, dia pernah merasakan reiatsu ini sebelumnya. Dia bisa merasakan siapa yang berada dibalik kepulan asap dibelakangnya itu. Walau begitu, dia menolehkan wajahnya ke arah sang musuh.
Sosok shinigami perlahan terlihat seiring lenyapnya asap yang menyembunyikan keberadaannya. Iya, Sang Sternritter K berdiri tegak di sana, mata dibalik topengnya menatap tajam melawan tatapan Marechiyo.
“Kau yang mencuri bankai Sui Feng-taichou!!” Ucap Marechiyo tergugup takut bercampur marah. Keningnya kembali muncul bulir keringat dingin karena ketakutannya. Namun, dia juga tak bisa membendung kemarahannya karena sosok yang telah mencuri bankai Taichounya berdiri tepat di hadapannya.
….
Di daerah Juubantai, yang kini juga sudah berubah menjadi Istana Es milik Wandenreich. Seorang Sternritter mengamuk.
“Sial! Jangan biarkan mereka lewat!!” Teriak para Shinigami dengan zanpakutou yang siap teracung padanya.” Hentikan mereka!!”
Namun, dia tak ambil pusing. Sang Quincy yang telah menaklukkan Kira ini, Sang Sternritter H—Buzz-B—dengan mudahnya mengeluarkan api menyerang balik para shinigami. “Hah. "Jangan biarkan mereka lewat"? Konyol. Kami sudah menguasai tempat ini! Seireitei sudah lenyap. Kami bisa lewat jalan mana pun kami mau.”
“Benar. Mungkin sekarang sudah tidak penting jalan mana yang kalian lewati—“ Tapi, api itu tak pernah membakar para shinigami, karena sebuah tembok es telah menghalanginya. Pemegang Zanpakutou Es terkuat di Seirete telah berdiri di sana, bersama dengan Fukutaichounya, Matsumoto Rangiku. “—Apimu jelas tidak akan bisa melewati kami.”
“Haa?” Seringai Bazz-B. Mulutnya kembali tertutuo mencoba berpikir dan mengingat-ingat siapa yang sedang berada di depannya itu.
“Oooooh!” Mulutnya kembali mengeluarkan seringai. “Oh iya. Sekarang aku ingat siapa dirimu.—”
“—Kau orang yang bankai-nya dicuri Cang Du. "Koori-taichou-san"—Si Kapten Es—, ya, 'kan?*”
Masih dengan sifat dinginnya, Hitsugaya tak terlalu menanggapi ucapan sang musuh. “ku Hitsugaya Toushirou, Juubantai Taichou.” Balasnya, singkat.
“Aku Sternritter H, "The Heat"! Bazz-B!!!” Balas Bazz-B, juga memperkenalkan dirinya. Sesaat Sternritter ini meningkatkan reiatsunya dan membentuk api di sekeliling tubuhnya. Mulutnya masih tertawa dengan seringai puas. Tanpa perintah lisan darinya, api yang mengelilingi tubuh sang Quincy itu melesat ke arah Hitsugaya. “Menurutku kita lawan yang cocok!! Ya, kan?!”
Dengan sigap, sang Juubantai Taichou mengayunkan Hyorinmaru. “Benar.” Es yang terbentuk dari reiatsu dan campuran air di udara juga melesat ke arah sumber serangan. Sebuah hantaman antar dua elemen yang bertentangan terjadi. Tentu saja, api dari sang The Heat dapat dengan mudahnya melelehkan Es Hyourinmaru dan menimbulkan ledakan di arena pertarungan.
Para shinigami yang berada di sana terdorong oleh energi ledakan yang terjadi.
“Mundur! Lindungi sisi lain!” Teriak Matsumoto yang juga menghindari puing-puing bangunan yang berterbangan. “Biarkan orang itu ihadapi oleh taichou dan diriku!”
“S... siap!!” Tak ada jawaban lain yang bisa shinigami hohei itu teriakkan.
“Hei... Lihat pecahan es ini...” Ucap shinigami lain yang menemukan keanehan di sana. “Ini es yang melindungi kita tadi? Setipis ini...? Ajaib sekali ini bisa menahan api sebesar tadi...”
“Apakah Hitsugaya-taichou... benar-benar tidak apa-apa...?!”
…
Di atas tanah Seireite, pertempuran antara sang Sternritter H dan Juubantai Taichou masih berlangsung dengan sengit. Namun, Bazz-B sekarang berada di atas angin, setiap serangan api yang dia luncurkan berhasil melelehkan setiap pertahanan es yang diciptakan oleh Hyorinmaru.
“Apa-apaan, es ini tipis sekali!!” Teriak Bazz-B senang. “Cuma butuh sedetik buat kulelehkan!! Rasanya malah makin panas di sini!”
Di lain pihak, Hitsugaya masih terus mengayunkan Hyourinmaru-nya tanpa perubahan. Tapi, raut wajahnya berkata lain, sangat jelas bila kepala sang Bocah Jenius ini memikirkan sesuatu, strategi perang. Yakinlah, dia hanya menyelesaikan Akademi Shinigami hanya dalam satu tahun pelajaran, tak mungkin baginya tak punya pemikiran tajam dalam setiap peperangannya.
“Sedikit lagi...” Gumam sang Taichou kecil itu seakan mengukur sesuatu.
“Taichou! Para serdadu sudah pergi!” Teriak Matsumoto yang berlari dibawahnya dan kemudian melompat dan melayang di samping Hitsugaya. “Biar kubantu!”
“Maaf. Terima kasih. Aku belum bisa mengendalikannya sendiri.” Balas Hitsugaya ketus.
Sejutek apapun sang Taichou, tetap saja sudah tak berpengaruh pada pada Matsumoto, Dia sudah memegang jabatan ini jauh sebelum Hitsugaya menjadi Taichou. Jadi, memanyunkan bibirnya –menjelek-jelekkan Hitsugaya—adalah jawaban terbaiknya saat itu.
“Apaan...?” Tanya Histugaya kesal.
“Nggak apa-apa!” Jawab Matsumoto mencoba menahan pingkalnya. “Cuma, kurasa ada bagusnya juga kau kehilangan bankai—”
“—Tahu tidak, kau kelihatan imut sewaktu mengandalkanku.”
“Matsumoto!!” Masih saja Hitsugaya termakan oleh olokan Matsumoto.
“Iya, iya!!” Ucapnya Matsumoto. Kali ini raut wajahnya mulai serius. Iya, agaknya dia sudah mengerti akan medan perang dimana kakinya akan menginjak.
“—Unare—Menggeramlah—Haineko!”
Seketika bilah tajam Haineko yang tersegel itu berubah mejadi debu. Berterbangan di sisi-sisi sang penggunanya. Tangan Matsumoto masih menggenggam erat Tsuka-maki Haineko. Dalam satu ayunan lemah, seluruh debu yang berada di sisi Matsumoto melesat ke arah Sang musuh, Buzz-B.
“Majulah! Strategi hebat mille-feuille!!— sejenis kue vanilla—” Teriak Matsumoto bersemangat.
“Seingatku bukan itu namanya...” Koreksi Hitsugaya.
Buzz-B tak tinggal diam, membalas serangan Haineko Sternritter H ini kembali meluncurkan apinya. Mencoba menghantam debu Haineko. Namun Hitsugaya juga tak menonton begitu saja, dengan sigap Hyourinmaru kembali menciptakan sebuah tameng Es, kembali es milik Hitsugaya meleleh.
“Cuma tembok es! Apa bedanya?!” Teriak Bazz-B mengejek. Dan sengan satu kepakan tangannya, sebuah pilar api lagi-lagi menuju ke arah Hitsugaya dan Matsumoto. Debu-debu Haineko masih berterbangagan di depan Hitsugaya dan Matsumoto.
“Haineko, kembali lah!” Teriak Matsumoto bersamaat dengan Hitsugaya yang kembali menciptakan dinding es.
Dan kali ini ada yang berbeda, dinding es itu masih utuh di hadapan Matsumoto dan Hitsugaya, menjadi membatas antara sang Sternritter H dan Duo Juubantai itu. Dinding E situ tetap utuh, tak ada satu retakanpun yang terjadi.
“Tidak bisa kulelehkan...?!” Ucap Bazz-B dengan mata yang membelalak. “Bukan, permukaannya masih meleleh. Apa yang terjadi...?”
“Itu tembok es berlapis hampa udara. Permukaan tembok debu berlapis yang dibuat oleh Haineko kuselimuti dengan es tipis.Lalu Haineko kembali ke dalam bentuk pedang, meninggalkan ruang hampa di antara lapisan es tipis itu.” Ucap Hitsugaya. “Di antara zanpakutou para taichou, Hyourinmaru-ku, mungkin yang perbedaan kekuatan antara shikai dan bankai-nya paling sedikit. Satu-satunya perbedaan di shikai, volume es yang bisa dia bentuk sangatlah kecil. Karena itulah aku harus mencari cara untuk bertarung dengan es sesedikit itu...”
“—Untuk menghentikan apimu. Kurasa es setebal ini sudah lebih dari cukup.”
Seakan tak mendengar apa-apa, Bazz-B kembali meluncurkan serangannya.
“*sensor*!!!” Kali ini, seringai serigala itu berubah menjadi geraman.
Tetap saja, apinya sudah benar-benar tak berguna, bahkan untuk melelehkan es setipis itu sekalipun.
“Sudah kubilang tidak akan tembus.” Kini, berganti pada sang Juubantai Taichou yang berada di atas angin. Namun, wajahnya masih tetap dingin memandang sang musuh. Tak ada seringai di bibirnya, hanya sebuah simpul senyum kecil tercipta di sudut bibirnya. “Nyala apimu tak akan menembus tembok es hampa udara.”
“Baiklah. Biarkan aku menebasmu dengan pedang es hampa udara.” Ucapnya pelan, mencairkan sedikit es dihadapannya dan mengarahkan bilah tajam Hyourinmaru ke hadapan sang Quincy. Dan, dalam dalam sepertsekian detik, sebuah es telah menacap ditubuh Bazz-B.
Seringai itu sudah tak tampak lagi di mulut sang serigala. Matanya yang berbinar kesenangan kini menjadi redup karena ketakutan. Tidak, masih ada sesuatu lain yang masih disimpan oleh sang Strenritter H ini. Namun, tak pernah terpikir oleh kepala bila dia dapat ditebas dengan begitu mudahnya, bahkan oleh shinigami tak ber-bankai.
To be Continued
- Bleach 549:
Versi Teks Bleach Chapter 549
Judul : The StromBringer
Pertempuran sengit di atas Markas Juubantai masih berlangsung, benturan api dan es terlihat sangat tidak seimbang, dengan begitu mudahnya api sang Sternritter H, Bazz-B dapat dengan mudahnya melelehkan api dari Koori-taichou. Namun, Hitsugaya sudah memperhitungkan semuanya, dengan modal pemikirannya yang jenius, dan peran sang Fukutaichou yang cukup mendukungnya, Duo Taichou Fukutaichou ini berhasil menyudutkan Bazz-B. Bahkan, hanya dengan satu serangan tubuh Sternritter itu berhasil ditusuk begitu saja, terlihat tak berdaya menancap ke sisi dinding Ice Palace. Semua terdiam, saat kaki sang Taichou menyentuh tanah, seluruh wajah shinigami yang berada di sana berpaling pada sang musuh. Wajah mereka seketika terlihat berbinar, seakan melihat harapan manis di depan mereka. Iya, wajah khawatir mereka tiba-tiba berubah menjadi wajah bahagia. “Kita masih bisa bertarung...!!” Ucap salah seorang shinigami seolah tak percaya. “Walau tanpa bankai, kita masih bisa menang!!” Yang lain juga termangap merasakan hal yang sama. Mulutnya terbuka menahan tawa bahagia mereka. Di tempat lain, di tanah Seireite yang tidak jauh dari pertempuran Hitsugaya, Oomaeda juga menghadapi hal yang sama. Namun, tak seperti Hitsugaya, Oomaeda tersudut karena kekuatannya tak bisa menyamai sang Quincy Bertopeng. Tubuh besarnya terhempas begitu saja oleh menerima setiap serangan BG9. Nafanya memburu karena tak mempunyai celah untuk menyerang balik. “Mana taichou divisimu? Ini pertanyaanku yang ketiga kalinya. Jawab. ” Sebuah ancaman dari BG9, berdiri dihadapan Oomaeda yang tergeletak di atas tanah. Tangan BG9 memang tak bergerak, namun sebuah cambuk mengarah tepat di hadapan wajah Oomaeda, mempertegas bila pertanyaannya seserius jawaban yang ingin dia dengar.” Aku sudah mencarinya menggunakan sampel reiatsu yang kudapatkan darinya sebelum ini. Bahkan di luar Seireitei pun tak ada.” Walau dirinya diliputi oleh ketakutan, Oomaeda masih memegang loyalitasnya. “Mana ku tahu...” “Tak mau jawab?” “Dasar *sensor*!! Harus berapa kali kubilang?! Aku betulan tak tahu!! Biasanya orang di situasi macam ini memang bakal pura-pura tak tahu, tapi kalau aku jujur!! Dia tak bilang padaku dia pergi ke mana!! Mungkin kau tak tahu sifatku!! Begini, Aku ini tipe orang yang bakal tetap kelepasan ngomong jujur walaupun sudah disuruh bohong!! Karena kalau pun kau tahu dia ada di mana, dia tak akan kalah lawan orang *sensor* sepertimu!” “Kau sudah tiga kali tidak menjawab.” Ucap BG9 tak mendengarkan ocehan Oomaeda. “Akan kuganti pertanyaannya.” Tak ingin berdiskusi lebih lama dengan sang Shinigami, Sternritter K itu memilih jalan pintas. Cambuknya menghancurkan gedung- gedung yang ada di sampinynya, melontarkan puing-puing bangunan ke segala penjuru. “Woogh?! Apa-apaan tiba-tiba...” Teriak Oomaeda, tapi ucapannya terhenti disaat matanya membelalak melihat sesuatu. Iya, tubuh Mareyo melayang di atas sana, tertancap oleh cambuk besi sang BG9, mata Mareyo menatap sayu sang kakak dari atas sana, mulutnya penuh dengan cairan merah. “Ka... ...Kakak...” Ucap sang Putri bungsu Oomaeda tak berdaya. “Dia saudaramu. Aku bisa tahu itu.” Intonasi ucapan BG9 masih tidak berubah. “Kecocokan fisik kalian nyaris nol, tapi kecocokan reiatsu- nya lebih dari 50%. Dan ada 3 orang lagi yang kecocokan reiatsu-nya mencapai 50% denganmu dalam radius 30 meter dari sini. Mereka akan kubunuh kalau kau menolak menjawab lagi.” Sebuah hantaman dari Gegetsuburi tepat ke kepala berhelm Sternritter K itu adalah jawaban Oomaeda. “Lepaskan Mareyo...!!” Ancam Balik Oomaeda. “Ada 2 pertanyaan. Apa itu artinya kau menolak untuk menjawab?” Namun, BG9 benar-benar menghiraukannya, sebuah pukulan dari shikai Oomaeda sama sekali tak membuatnya takut. Bahkan, sekarang cambuknya sudah menancap dibahu kiri sang bangsawan muda itu. “Bila aku melepasnya cairan tubuh dalam volume besar akan mengalir deras dari lukanya dan dia akan mati. Kau tidak keberatan?” Kembali tak ada jawaban dari Oomaeda, satu- satunya yang bisa dia lakukan sekarang adalah menyerang Quincy itu. Tapi, tetap saja tak ada satupun serangannya yang bisa mencapai BG9. “Ada kemungkinan bagian dalam otakmu yang memproses kemampuan berbicara berhenti berfungsi karena terkejut. Akan kuberikan waktu 15 detik...” “Tak akan kumaafkan...” Teriak Oomaeda. “Kau tak akan kumaafkan...” “Aku mengharapkan jawaban. 15 detik sudah berlalu.” BG9 melanjutkan ancamannya. Dan kali ini BG9 menunjukkan sesuatu yang lain. Sebuah tembak berlaras panjang *itu namanya apa?* tersingkap dari jubah putihnya. Laras-laras panjang itu dia hadapkan tepat ke wajah Oomaeda, dan seketika sebuah ledakan terdengar. Tidak, bukan suara tembakan dari sang Quincy, Oomaeda juga masih utuh di sudut tembok. Tiba-tiba keduanya dikejutkan dengan senjata mulik BG9 yang terbelah. Kedua mata makhluk reitai ini langsung terlaihkan pada tekanan reiatsu yang bergemuruh tak jauh dari sana. Sui Feng, sosok yang dicari oleh sang Quincy berdiri di atas bangunan itu. Tangannya menggenggam peluru dan potongan senjata BG9. Tubuhnya terlihat beda, sebuah pusaran angin terlihat di atas kedua bahunya. “Kukira Quincy cuma menggunakan busur dan panah...” Ucapnya remeh. “Kau lebih modern dari dugaanku.” “Sensorku tidak menyadarimu.” Ucap BG9 terkaget. “Masa seorang Onmitsukidou tak bisa menyembunyikan reiatsu?” “Suifeng, generasi ke-9 dari keluarga Feng, Taichou Divisi Dua dan Soushireikan— Komandan Tertinggi— Onmitsukidou. Kenapa begitu penampilanmu?” “"Kenapa?"?” Tanya balik Perempuan lincah itu. “Kau punya banyak data tentangku tapi heran dengan penampilanku?” Ucapnya masih dengan nada remeh. “Ini shunkou—” “Aku tahu. Kau bertarung dengan konsentrasi kidou di punggung dan bahumu. Itu adalah teknik hakuda tertinggi. Tapi shunkou-mu harusnya belum sempurna...” “Menurutmu akan selamanya kubiarkan tak sempurna? Aku sudah menguasai shunkou setelah pertarunganku dengan Yoruichi- sama. Dan aku sudah berlatih keras untuk menyempurnakannya.” Dan dengan sebuah kuda-kuda ringan, udara di sekitar tubuhnya bergerak, perlahan, dan semakin cepat. “Shunkou-ku adalah "angin". Aku menemukan cara untuk membuat reiatsu yang terpancar dari badanku berputar seperti pusaran angin. Karena itulah begitu kugunakan, aku bisa menjaga agar shunkou- ku terus aktif selama pertarungan.” “Aku harus berterima kasih padamu. Kalau aku tak kehilangan bankai, aku tak akan terpaksa berlatih hingga mencapai tingkat ini.” Tepat setelah dirinya berucap, sang Nibantai Taichou ini langsung berada di hadapan BG9. Dengan tinju tepat di wajah BG9. “Mukyuu Shunko!” Sang Strenritter terpelanting agak jauh, sebuah ledakan reiatsu membawa di medan pertarungan keduanya. Bahkan, Hitsugaya dan Matsumoto yang berada cukup jauh dari pertarungan itu merasakan tekanan Reiatsu pekat milik Sui Feng. “Oooh!! Reiatsu ini..! Suifeng-taichou!!” Teriak seorang shinigami di sana “Dia juga berhasil!!” Celetuk yang lain. “Kelihatannya di sana juga sudah aman. Mungkin kita membantu taichou lain saja?” Ucap Matsumoto. “...Iya.” Jawab Hitsugaya. “Tapi...” “Oi, oi. Tidak sopan tahu.” Seseorang memotong pembicaraan mereka. Iya, Sternritter H, Bazz-B, masih bisa menggerakkan bibirnya. Tidak, bukan hanya bicara, bahkan bibirnya masih bisa tertawa disaat tubuhnya tertancap oleh pedang es. “Kau sudah mau meninggalkanku padahal baru uji coba?—” “—Aku bahkan belum mulai bertarung!!” Teriak Bazz-B dengan seringai khas-nya. Di tempat Sui Feng, terlihat BG9 yang sudah menerima pukulan penuh dari Sui Feng masih berdiri tegak di tengah-tengah asap akibat ledakan. Matanya menyala terang didalam kegelapan penutup kepalanya. Iya, sang musuh masih belum takluk. Ini baru permulaan.
To be Continued
- Bleach 550:
Versi Teks Bleach Chapter 550
Ketegangan masih terasa di udara Pusat Pengembangan dan Penelitian. Seluruh ruangan telah berganti sepenuhnya, tak ada lagi cahaya yang menyala dari monitor mereka. Tak ada lagi tombol-tombol huruf yang bisa mereka ketik. Seluruh ruangan telah berganti menjadi koridor sebuah istana. Semua mata masih mengarah pada sosok Quincy yang tiba-tiba muncul di sana. Sang Sternritter yang masih belum diketahui kekuatannya, Askin Nak Leevar.
Perlahan, udara di sana berderik dan seolah pintu udara terbuka. Semua mata beralih ke sisi yang lain. Ke arah pintu udara yang mengeluarkan cahaya terang.
Kurotsuchi Mayuri sang Juunibantai Taichou berjalan dari dalam pintu itu. Tubuhnya berpakaian sesuatu yang aneh. Tubuhnya berbalut pakaian terang dengan symbol matahari yang mengelilingi bagian kepalanya. Kurotsuchi Nemu, sang fukutaichou mengikutinya dari belakang. Tentu saja pakaiannya tak jauh berbeda dengan apa yang dipakai oleh Sang Taichou.
Bleach Chapter 550 - Blazing Bullets Teks Version by Bleach Indonesia
“Ta—Taichou...!! Apa yang anda pakai...?!” Ucap Akon penasaran melihat apa yang sedang dipakai oleh taichounya.
“Dengan informasi dari pertempuran sebelumnya, aku paham kalau penyerbuan Quincy ada hubungannya dengan "bayangan". Karena itulah aku mengubah laboratoriumku supaya tak memiliki sedikit pun bayangan.” Sambung Mayuri menghiraukan pertanyaan dan tatapan-tatapan para anak buahnya.
“—Mengenai apakah kami cuma "pura-pura pintar" atau tidak, kurasa kau perlu memastikannya dulu denganku.” Ucapnya menimpal ucapan Askin sebelumnya. Nadanya begitu sinis, seolah tak terima bila kepandaian yang ada di dalam otaknya diragukan begitu saja, apalagi oleh seorang Quincy.
“Hmmmmmmmmm….” Ucap Askin berpikir. Matanya memandang kedua Kurotsuchi dari balik tangannya. Agaknya dia juga penasaran dengan apa yang dikenakan oleh dua shinigami itu.
“Tidak!” Pada akhirnya dia memutuskan. Tidak, dia tidak takut pada sosok Mayuri itu. Wajahnya justru terlihat begitu santai dengan keadaan yang dia hadapi sekarang. “Firasatku bilang bakal butuh waktu menghadapimu. Aku menyerah.”
“Apa maksudnya "Bakal butuh banyak waktu"?” Ucap Mayuri sedkit tak mengerti, atau hanya pura-pura tak mengerti.
“Maksudnya aku harus mencoba banyak cara supaya kau "bisa mati".” Balas Askin, masih dengan santainya, “nah, aku paling tidak bisa yang seperti itu, aku cuma mau cepat selesai. Jadi bertarunglah dengan yang lain.”
Quincy ini langsung berbalik dan melambaikan tangannya. Kakinya perlahan melangkah menyusuri lorong istananya. Tapi, dia merasa ada yang aneh. Aneh baginya, tak ada yang menahan kepergiannya, bahkan tak ada sebuah perintah untuk menghentikan langkahnya. Mata Mayuri hanya memandangnya. Sama sekali tidak mengambil langkah ataupun menghentikan musuh yang ada di depan matanya lari begitu saja.
“Kau tak mau mengejarku?!” Tanyanya penasaran.
“Tidak juga. Silakan saja pergi.” Jawab Mayuri tidak kalah santai. “Aku juga butuh waktu untuk emmahami reiatsu-mu. Atau mungkin kau mencoba memancingku untuk masuk ke dalam wilayahmu?”
“Mengerikan.” Pikir Askin. “Baguslah aku belum menunjukkan kekuatanku.”
Tiba-tiba udara di dalam ruangan itu juga terasa pekat karena sebuah reiatsu yang meluap dari luar. Semua shinigami yang berada di sana sudah pasti mengenal pemilik tekanan reiatsu ini.
“Reiatsu ini… Sui Feng?!” Gumam Mayuri dengan sedikit tebakan yang seharusnya tidak perlu dia lakukan.
“Kelihatannya begitu!” Jawab salah satu anggota Litbang yang ada di sana. “Tampaknya beliau bisa mengalahkan musuh tanpa bankai-nya!”
“Ternyata benar.” Timpal Askin, yang sepertinya juga tertarik denan pembicaraan para shinigami itu. “Para taichou yang kehilangan bankai-nya bisa menguasai cara lain untuk bertarung tanpa harus menggunakan bankai, dalam waktu sesingkat ini. seperti yang sudah diduga Yang Mulia.”
“Aku yakin kau paham apa maksudmu barusan.” Mayuri kembali melontarkan ucapan yang sulit untuk dipahami. “Katamu dia "sudah menduga"...”
“Artinya, kalian memang benar-benar kuat.” Sambung Askin.
…
Tawa lega sedikit terdengar di saat Hitsugaya Taichou berhasil menaklukkan lawannya, semangat kembali berapi-api dari dalam jiwa para shinigami. Keteguhan hatinya semakin keras, semakin yakin bila mereka masih bisa mengalahkan para Quincy tanpa pelepasan terakhir dari zanpukutou sang Taichou mereka. Sebuah ledakan reiatsu yang diciptakan oleh Mukyuu Shunko milik Sui Feng, semakin membuat hati mereka teguh dengan keyakinan mereka.
Namun, tak berlangsung lama. Dinding keteguhan itu tiba-tiba runtuh begitu saja, setelah melihat kenyataan yang di depan mereka. Sang Quincy yang mereka anggap telah kalah masih bernafas.
BG9 yang sudah menerima pukulan penuh dari Sui Feng masih berdiri tegak di tengah-tengah asap akibat ledakan. Matanya menyala terang didalam kegelapan penutup kepalanya. Iya, sang musuh masih belum takluk. Ini baru permulaan. Kesalahan besar bagi Feng memunggungi lawannya yang belum kehabisan nyawa. Sebuah cambuk yang sama persis telah menyiksa Oomada sebelumnya melesat dengan cepat ke arah Feng. Satu sisi keberuntungan bagi seorang Feng yang telah terlatih dengan serangan mendadak seperti itu. Kakinya tak kalah cepat menghentak ke tanah dan melompat menghindar. Tangan dengan begitu tangkas meraih cambuk yang menyerangnya. Otot-ototnya meregang di kala tangannya mencoba melempar sang Quincy itu.
Sekali lagi, sebuah hantaman kembali terdengar. Tubuh sang Quincy K itu kembali terlempar tepat pada bangunan di sana. Namun, masih seperti yang tadi. Dari balik debu yang berterbangan, sosok Quincy itu masih tegak berdiri.
“Kau masih bisa bernafas?” Tanya Sui Feng dengan sedikit tersenyum. “Benar-benar monster.”
“Aku tidak pernah bernafas.” Balas Sternritter K dengan nada datar seperti biasa.
“Kau robot?” tebak Feng, mulutnya masih menyimpulkan senyum tipis. “Kurotsuchi akan senang bertemu denganmu.”
Namun, senyumnya mendadak menghilang. Matanya membelalak ketika melihat sosok Quincy yang tubuhnya sekarang penuh dengan peluru-peluru yang sudah siap untuk diluncurkan.
“"Mukyuu Shunkou". Aku telah memperoleh data yang sangat berharga dari serangan itu. Tapi aku juga kecewa.” Ucap BG9 datar. “Bila hanya ini kekuatanmu, aku tidak perlu menggunakan bankai yang telah kucuri darimu.”
Dan…. Buuuuum!
“Taichouuu!!!” Teriak Oomaeda yang masih tak bergeming dari berdirinya.
Peluru-peluru itu melesat dari seluruh tubuh BG9, Ledakan beruntun terdengar dari udara, dari arah Sui Feng. Kembali beruntung, dengan tubuh ringannya Sui Feng berhasil menghidari satu persatu peluru yang mengarah padanya.
“Kau kira bisa membunuhku cuma dengan itu?!” Ucapnya sambil keluar dari kepulan asap. “Naif!”
Tapi, tiba-tiba lengannya tertusuk oleh cambuk. Iya, cambuk yang sama yang sempat dia hindari sebelumnya. Dan, BG9 sudah berada tepat di belakangnya. “Seperti yang kubilang, aku telah memperole data yang sangat berharga dari Mukyuu Shunkou milikmu.” Ucap sang Robot.
“Sialan!”
Buuum! Ledakan besar kembali terdengar!
……
Di tempat Hitsugaya, semua mata masih membelalak ke arah sang Quincy yang ternyata tidak terluka parah.
“M-mustahil...” Ucap salah satu shinigami ketakutan. “ Bukannya dia barusan ditebas dengan es oleh Hitsugaya-taichou?!”
“Yang ditebas cuma mantelku.” Ucap Bazz-B sembari mengeluarkan apinya, melelehkan seluruh es tipis milik sang Juubantai Taichou. “Lihat. Seragam Sternritter-ku berantakan.” Imbuh Bazz-B sambil membuang mantel rusaknya.
“Tadi kau mengoceh apiku lemah. Biar kuberitahu sesuatu.” Ucap Bazz-B melanjutkan. “Sternritter yang dibakar oleh api dari soutaichou-mu semuanya masih hidup. Termasuk aku. Dan itu bukan karena apinya meleset. Semuanya kena telak.”
Hitsugaya menyadari sesuatu. Otak pintarnya sepertinya sudah mengerti alasannya, tapi mulutnya tak bisa bicara. Entah, mungkin ketakutan sekarang telah sedikit membuat mulutnya kaku.
“Menurutmu kenapa kami masih hidup?” Tanya Bazz-B dengan seringai khasnya. “Karena apiku bisa menyaingi api milik soutaichou-mu!”
Buuum. Dengan sekali ayunan, es-es yang berada di sekitar Bazz-b langsung mencair, membasahi alas kaki yang berada di sekitar tempat itu. Hitsugaya masih terdiam. Kepalanya terus berpikir memikirkan langkah yang harus dia lakukan selanjutnya.
“Sayang sekali kau tak punya bankai sekarang.” Mulutnya masih menyeringai puas. “Padahal mau kutunjukkan padamu bahwa cukup satu jariku saja buat mengalahkan es dari bankai-mu.”
Dengan spontan, Hitsugaya mengayunkan Hyourinmarunya, menjadikan udara yang berada di depannya menjadi es yang siap menerjang Bazz-B. Tapi tak berguna, tanpa ayunan tangan sekalipun, es yang mengarah pada Bazz-B itu langsung kembali ke bentuk cairnya.
“Kau tak akan bisa menyentuhku.” Ejek Bazz-B
“Mundur, Matsumoto! Kita harus merapikan barisan!!” Teriak Hitsugaya, dari raut wajahnya, cukup terlihat bila bocah jenius ini sangat panik. “Akan kutahan dia dengan Ryoujin Hyouheki!”
“Siap!” Teriak Matsumoto, langsung membalik tubuhnya dan melompat menjauh. Hitsugaya kembali mengayunkan bilah tajamnya, menciptakan sebuah dinding yang berbeda dengan sebelumnya.
“Tembok es yang dibuat dari pintalan es?” Gumam Bazz-B sambil ternsenyum remeh. “Unik juga. Tapi biar kubilang apa pun yang kau lakukan dengan esmu "Cuma butuh satu jari"—”
"—Burner Finger 1" Teriak Bazz-B
Sebuah api yang berbeda dari sebelumnya melesat dari telunjuk Bazz-B. Sebuah Pilar api lebih tepatnya melesat ke arah Hitsugaya, dinding e situ tak bisa menahannya. Bukan hanya zat dingin itu yang dapat di tembus oleh api Bazz-B. Bahkan tubuh Hitsugaya Taichou dapat dengan mudahnya ditembus, laiknya es yang dia ciptakan. Matanya membelalak tak percaya. Iya, jantungnya telah tertancap oleh panah api sang Quincy H.
To be Continued
- Bleach 551:
Berdiri di salah satu bangunan tertinggi milik Seireitei, kedua manik hitamnya menyaksikan fenomena baru yang baru terjadi di Soul Society; Seireitei lebih tepatnya. Wajahnya sama sekali tak mengeluarkan keringat dingin, mulutnya tak menampakkan sedikitpun kekhawatiran akan apa yang berada di hadapannya. Kyoraku Shunsui, sang Soutaichou terpilih itu hanya berdiri menyaksikan lenyapnya bangunan Seireitei. Di sampingnya, salah satu fukutaichou setianya, Ise Nanao, menampakkan wajah yang berbeda dengan sang Taichou. Matanya menyipit, menyakinkan dirinya sendiri akan apa yang sedang terjadi di bawah sana. “Ya ampun... Aku sudah menduga mereka akan menyerang dengan tiba-tiba lagi dan sudah menyiapkan banyak jebakan untuk itu...” Ucap Kyoraku santai, namun matanya tak sesantai dengan lirihan mulutnya. “Tapi akutidak menduga mereka menghancurkan kesempatan kita seperti ini.” Bleach Chapter 551 - The Burnt Offerings Teks Version by Bleach Indonesia Tiba-tiba sebuah suara mengagetkan dua shinigami itu. Sang Sternritter B, Jugram Haschwalth, telah berdiri di belakang mereka, menyandarkan tubuhnya pada pilar putih milik istananya. “Terakhir kami kali di sini, dan saat ini pula kami tidak menginvasi Seireitei dengan menembus Shakonmaku. Kami sudah berada di dalam Shakonmaku sejak awal.” “Selamat datang.” Tanggap Kyoraku, masih santai. “Terima kasih penjelasannya. Kalian cukup cepat juga bisa sampai di ruang taichou. Kurasa kalian punya orang-orang yang cukup lihai.” “Saya penasehat Kaisar Wandenreich. Sternritter Grandmaster, Jugram Haschwalth.” “Aku Soutaichou Gotei13. Ichibantai Taichou, Kyouraku Shunsui. Aku baru saja menjabat, jadi mungkin kalian belum tahu, atau mungkin kalian sudah tahu, makanya kau langsung ke sini?” “Saya sudah tahu.” Ucap Hashwald, matanya terlihat tenang seperti Kyoraku. Agaknya Sternritter berambut pirang ini sama sekali tak pernah takut dengan siapa dia berhadapan sekarang, walaupun dengan Soutaichou sekalipun. “Memang itu alasan saya ke sini.” “Gesit juga ya. Setelah menunggu selama 1000 tahun, kau tak mau menikmati pertempuran ini perlahan- lahan?” “Yang Mulia mencintai kedamaian. Beliau lebih menyukai pertempuran kasar dilakukan sesingkat mungkin. Karena itulah, perintah beliau adalah Secepat mungkin memusnahkan seluruh pasukan musuh” “Sudah Kuduga!” Celetuk Kyoraku. Sang Sternritter B itu melangkahkan kakinya, bermaksud mendekati sasarannya; Kyoraku. Namun, tiba-tiba sebuah pelindung tipis tercipta di hadapannya, memisahkan sisi dirinya dengan sisi sang Quincy. Mengerti akan tindakan yang dilakukan oleh pihak Shinigami, Jugram segera menghunuskan pedangnya. Namun sayang, pedang yang sanggup mematahkan TensaZangetsu itu tak bisa menembus pelindung tipis dihadapannya. “Ini... Tidak mempan...” Gumam Haschwalth. “Seakan-akan kekuatanku dipantulkan... atau mungkin diserap?” “"Hakudan Keppeki".” Ucap Nanao yang telah berlutut, tangan kanannya menyentuh lantai divisinya disamping tangan kirinya yang tak lepas dengan buku tebalnya. “Itu adalah tembok pelindung yang menahan kekuatan Quincy, walau cuma sementara.” “Ise Nanao, Ichibantai fukutaichou. Kau yang membuat kidou ini?” Pertanyaan yang tak butuh jawaban meluncur dari pengucapan Sang Jugram. “Kelihatannya anda mengenalku.” Ucap Nanao tak menjawab pertanyaan itu. “Saya diangkat sebagai fukutaichou karena kemampuan menggunakan kidou. Tidak repot untuk membuat kidou sederhana seperti ini.” “Jangan bilang begitu, aku memilihmu bukan cuma karena bakatmu memakai kidou.” Kyoraku menimpali. “Diam, taichou.” Perempuan itu serius. “Kalian membuat kesalahan dengan meninggalkan jejak reiatsu kalian saat penyerangan waktu itu. Kalian sama saja seperti membantu kami membuat strategi penangkalnya.” Ucapnya melanjutkan perbincangannya dengan sang musuh. “Begitu.” Kata Haschwalth tak banyak bicara. Seakan tak tertarik dengan kemampuan shinigami yang sedang dihadapinya itu, Haschwalth lebih memilih untuk menanyakan sesuatu yang lebih menyenangkan baginya. “Kalau begitu biar kutanyakan hal lain—” “—Katanya tadi kau berbakat dengan kidou, tapi apakah taichou lain juga lihai menggunakannya?” Perempuan itu langsung mengerti apa yang dimaksud oleh Haschwalth. “...Tidak” Mata sang Quincy menutup, seakan dirinya merasa lega dengan tebakannya. “Sudah kuduga.” Buuuuuuum! Suara keras dari terdengar begitu keras dari atas Nibantai. Pertempuran Sui Feng dan BG9 sepertinya sudah mencapai titik akhir. Spontan kepala Kyoraku dan Nanao menoleh ke arah ledakan itu. Mata Nanao terlihat memucat, dia merasakan tekanan reiatsu yang berada disana mulai memudar, hampir tak terasa. “Seharusnya kau jangan cuma membuat teknik ini untuk diri sendiri.” Ucap Sang Sternritter B melanjutkan. “Tapi juga menyempurnakannya, agar bisa dikuasai oleh yang lain. Andai kau sudah menyempurnakannya, taichou yang lain akan mati dengan layak setelah bertarung dan bukannya mati dibantai seperti sekarang ini.” ... Pertarungan di tempat lain, para Quincy juga mulai menunjukkan taring tajamnya. Hitsugaya Taichou mulai kewalahan dengan lawan yang dia hadapi. “Mundur, Matsumoto! Kita harus merapikan barisan!!” Teriak Hitsugaya, dari raut wajahnya, cukup terlihat bila bocah jenius ini sangat panik. “Akan kutahan dia dengan Ryoujin Hyouheki!” “Siap!” Teriak Matsumoto, langsung membalik tubuhnya dan melompat menjauh. Hitsugaya kembali mengayunkan bilah tajamnya, menciptakan sebuah dinding yang berbeda dengan sebelumnya. “Tembok es yang dibuat dari pintalan es?” Gumam Bazz-B sambil ternsenyum remeh. “Unik juga. Tapi biar kubilang apa pun yang kau lakukan dengan esmu "Cuma butuh satu jari"—” "—Burner Finger 1" Teriak Bazz-B Sebuah api yang berbeda dari sebelumnya melesat dari telunjuk Bazz-B. Sebuah Pilar api lebih tepatnya melesat ke arah Hitsugaya, dinding e situ tak bisa menahannya. Bukan hanya zat dingin itu yang dapat di tembus oleh api Bazz-B. Bahkan tubuh Hitsugaya Taichou dapat dengan mudahnya ditembus, laiknya es yang dia ciptakan. Matanya membelalak tak percaya. Iya, jantungnya telah tertancap oleh panah api sang Quincy H. Beruntung, nyawa sang Juubantai Taichou itu masih terselamatkan, panah api yang terlempar padanya meleset dari titik vitalnya. Tapi, pikiran sang taichou ini masih jernih, dia memilih untuk mundur, untuk lari dari keadaan terjepit itu. Sayang, sang Quincy tak menyerah begitu saja, kakinya juga ikut melangkah mengikuti jejak sang Taichou. “Oi oi oi oi!! Jangan kabur! Katanya taichou?!” Seringai Bazz-B. Hitsugaya mencoba untuk tidak mendengarkannya. Namun, keadaannya yang terluka memperkecil jarak antara dirinya dengan Bazz-B. Tanpa menjawab dengan ucapan, Hitsugaya langsung mengayunkan Hyourinmaru. Bilah-bilah es kembali tercipta, menyerang ke arah Bazz-B. “Sudah kubilang, percuma!!” Teriak Bazz-B yang dengan mudahnya memotong es-es itu dengan luapan api dari satu jarinya. Namun, kali ini berbeda. Es itu tak langsung mencair, melainkan menciptakan asap tipis yang memberikan jarak pandang Sang The Heat di sana. “Kabut es? suka pakai tipuan murahan ya.” Ucapnya meremehkan. Dengan sedikit seringai yang masih tercipta di mulutnya, kakinya mengentak tanah dengan begitu keras. Sebuah luapan api memamcar ke seluruh penjuru tempatnya menapak. “Burning Stomp!” Kenapa malah berdiri di depanku? Mikir apa kau? Bukannya harusnya kau sembunyi dan menyusun rencana sebelum kabutnya hilang?” Tanya Bazz-B sedikit penasaran. “Benar.Aku tak sempat menyusun strategi.” Ucap Hitsugaya yakin. “ Tapi, aku bisa membuat jebakan.” Seketika reiatsu Hitsugaya meluap, titik-titik di sekitar Bazz-B terlihat meluap, mengeluarkan bilah-bilah Es yang kemudian mengurung Bazz-B. “Apa ini...?” “Rokui Hyouketsujin.” Gumam Hitsugaya. Namun, tak bertahan lama. Pilar Es raksasa itu dengan mudahnya hancur begitu saja. Luapan api mencairkan semuanya, sang Quincy itu kembali menyeringai puas. “Mustahil....” Ucap Hitsugaya gemetar. “Itu kalimatku...” Teriak Bazz-B. “Harus berapa kali kubilang kalau satu jari saja sudah cukup buat melawan esmu?! Jangan- jangan kau sengaja membuatku marah supaya aku memakai dua jari?!” Hitsugaya melaju ke arah Bazz- B. Tangannya menggenggam erat zanpakutounya. Terayun tepat ke arah sang Musuh. Bazz-B, justru tertawa puas, melihat keputusan yang dilakukan olah sang musuh. “Burner Finger 2!!” Buuuuum! Sebuah ledakan kembali tercipta. Sang Shinigami tak bisa bergerak, tubunya terluka parah oleh tebasan api yang dilancarkan sang musuh. Hyourinmaru, senjata yang menjadi andalannya patah begitu saja tak bisa menerima serangan api Bazz-B. Tubuh tak berdayanya langsung tergeletak begitu saja. Tersungkam mencium tanah. “Cukup Bazz-B.” Suara dingin terdengar diantara mereka berdua. Cang Du, Sternritter I, Sang Quincy yang mempunyai Daiguren Hyourinmaru itu tiba- tiba muncul seolah sengaja mengganggu kesenangan Bazz- B. “Kita sudah sepakat menyisakan tiap taichou untuk Sternritter yang mencuri bankai-nya—” “—Aku yang akan menghabisinya.” Ucap Cang Du. ... Di Pusat Penelitin dan Perkembangan, keadaan sudah mulai tenang, Askin sudah tak terlihat lagi di sana. Walau begitu, mereka masih bisa merasakan apa yang terjadi di luar ruangan itu. “Dua reiatsu menghilang.” Ucap Mayuri sadar setelah merasakan hal yang sama sebelumnya. “Benar. Sui Feng-taichou dan Hitsugaya-taichou...” Suara yang lain membenarkan. “Begitu, sudah kuduga, cuma aku yang bisa bertarung tanpa bankai.” Ucapnya Mayuri kembali. Dan tiba-tiba, sebuah suara mengagetkannya. “Halooo!!” Teriak sebuah suara. “Oh Berhasil! Haaaaaiiii Ini aku, Urahara.” “Kau...!” Mayuri geram. “Aku menemukan cara untuk mengembalikan bankai.” Ucap Urahara.
To be Continued
- Bleach 552:
ALUR CERITA BLEACH CHAPTER 552
Peperangan ini masih babak awal, dan para shinigami sudah berada pada kekuatan tertinggi yang dia miliki. Sui Feng dan Hitsugaya, dua taichou muda ini adalah shinigami pertama yang harus merasakan tajamnya gigi-gigi taring milik Quincy. Sekeras apapun mereka mencoba, tetap saja cakarnya tak pernah bisa menggapai, bahkan untuk menggores tubuh para Quincy sedikitpun. Hitsugaya, tubuh kecilnya kini sudah tidak berdaya. Kakinya sudah tidak mampu untuk menapak tubuhnya setelah Burner Finger 2 yang dia terima dengan begitu telak. Nafasnya begitu berat setelah hantaman yang dia terima. Tangannya sudah tak mampu lagi untuk menggenggam pasangan bertarungnya, Hyourinmaru. Bleach Chapter 552 - The Fundamental Virulence Teks Version by Bleach Indonesia Di hadapannya, Bazz-B, sang Quincy yang bertanggung jawab dengan keadaan Juubantai Taichou itu hanya menyeriangai puas, laiknya seekor harimau yang baru saja menaklukkan sang mangsa. Taring-taring tajamnya siap untuk mengoyak tubuh sang mangsa, mengcabiknya, memakannya hingga tersisa tulang belulang. Namun, tak bisa dia lakukan karena seorang pengganggu kesenangannya tiba-tiba muncul begitu saja di sana. “Cukup Bazz-B.” Suara dingin terdengar diantara mereka berdua. Cang Du, Sternritter I, Sang Quincy yang mempunyai Daiguren Hyourinmaru itu tiba- tiba muncul seolah sengaja mengganggu kesenangan Bazz- B. “Kita sudah sepakat menyisakan tiap taichou untuk Sternritter yang mencuri bankai-nya—” “—Aku yang akan menghabisinya.” Ucap Cang Du. Bazz-B tak langsung menjawab. Wajahnya hanya menoleh tak suka pada pemuda pendiam itu. Seringai di mulutnyapun menghilang sebagai tanda kesenangannya juga lenyap. “Mau mencuri mangsaku?” Ucap Bazz-B tak terima “Yang Mulia bakal menghukummu.” Jawab Cang Du tanpa basa-basi. “Yang Mulia yang memutuskan bahwa yang membunuh taichou yang kehilangan bankai haruslah Sternritter yang mencurinya.” Mendengar kata Sang Mulia, Bazz-B tak berani melontarkan sebuah pertanyaan lagi. Mulutnya hanya meng-”tsk” pelan sembari memalingkan wajah tak sukanya dari hadapan Quincy bermuka dingin itu. Cang Du yang sudah mengerti keadaan, kembali melakukan aksi selanjutnya. Buuuk. Sebuah tubuh terjatuh menghantam tanah. Perempuan berambut pirang itu juga tidak berdaya. Lehernya terluka, mengeluarkan banyak darah seolah baru saja ditebas. Matanya membelalak, dingin tanpa pandangan. Hitsugaya yang tak jauh di dekatnya tak bisa berbuat apa-apa menyaksikan fukutaichounya sendiri sudah dikalahkan. “Mat- Matsumotoo...” Gumamnya pelan. “Dia tadi ada tidak jauh dari sini. Jadi kubawa sekalian saja. Dia fukutaichou kesayanganmu, 'kan?” Ucap Cang Du masih tanpa ekspresi. “Kalian sebaiknya mati berdampingan—” “—Aku Sternritter "I". "The Iron" Cang Du. Mereka yang hidup bersama harus mati bersama. Itulah prinsipku.” Kaki sang The Iron itu perlahan melangkah, mendekat pada sang mangsa yang sudah tidak berdaya. Tidak, Quincy yang sekarang mulai banyak bicara ini tak ingin menghabisi sang mangsa begitu saja. Tentu saja, momen berharga ini tak ingin dia habiskan hanya dengan sekali ayun dengan cakar besinya itu. “Bankai—” Gumamnya sedikit tegas. “Daiguren Hyourinmaru.” Seketika tubuh Sang Quincy itu berbalut dengan Es, sayap es hasil curiannya mengembang dari belakang bahunya. Ekor esnya bergerak-gerak pelan di belakangnya. Seolah dirinya memamerkan akan kekuatan terbaik yang pernah dia miliki. Hitsugaya hanya terdiam, matanya hanya memandang kosong ke arah Cang Du, begitu kosong, namun penuh dengan amarah yang meluap. “Ini bankai-mu. Mungkin ini pertama kalinya kau melihatnya digunakan orang lain.” Ucap Cang Du melanjutkan. “Bankai yang cantik. Dan juga bankai ini hidup bersama dengan hidupmu. Mencuri bankai ini darimu dan membiarkannya hidup setelah kematianmu membuatku benar-benar sedih.” ... Di Pusat Penelitin dan Perkembangan, keadaan sudah mulai tenang, Askin sudah tak terlihat lagi di sana. Walau begitu, mereka masih bisa merasakan apa yang terjadi di luar ruangan itu. “Dua reiatsu menghilang.” Ucap Mayuri sadar setelah merasakan hal yang sama sebelumnya. “Benar. Sui Feng-taichou dan Hitsugaya-taichou...” Suara yang lain membenarkan. “Begitu, sudah kuduga, cuma aku yang bisa bertarung tanpa bankai.” Ucapnya Mayuri kembali. Dan tiba-tiba, sebuah suara mengagetkannya. “Halooo!!” Teriak sebuah suara. “Oh Berhasil! Haaaaaiiii Ini aku, Urahara.” “Kau...!” Mayuri geram. “Aku menemukan cara untuk mengembalikan bankai.” Ucap Urahara. “Apa?” Ucap Mayuri sinis. “Barusan aku dengar kau bilang soal mengembalikan bankai?” “Iya.” Urahara melanjutkan penjelasannya. “Persisnya, aku menemukan kelemahan dari cara Quincy mencuri bankai. Dengan memanfaatkan kelemahan itu, kita bisa memblokirnya dan mungkin mengambil kembali bankai yang mereka curi. Begitulah.” “Apa yang dia lakukan...?!” Kata salah seorang anggota Litbang di sana. “Wow...!” Sahut yang lain. “Urahara Kisuke benar-benar hebat...” Ucap seorang yang lain tanpa sengaja. “Apa katamu barusan?!” Bentak yang lain memperingkatkan. “Ups!” “Ooh ya, ya, ya. Penelitianmu mengagumkan.” Seolah tak mendengar para anak buahnya yang mengagum-ngagumkan sang Urahara, ucapah sang mantan Juunibantai Taichou itu masih lebih membuatnya lebih penasaran. “Tapi itu perkara lain.” “Yah~~ Tidak sulit bagiku, kok.” Ucap Urahara pura-pura tak mengerti. “Eh?!” “Sembarangan tanpa izin memasang perangkat komunikasi di pakaianku adalah dosa yang sangat berat.” “Eh?! Tunggu! Kau mau memutus komunikasi?!” “Selamat tinggal.” “Oi!!! Tunggu! Tunggu, jangan diputus dulu!!” Tepat disaat tangan Mayuri menyentuh telinganya, komunikasi itu terputus. Tapi, tiba-tiba sebuah senkaimon muncul di belakang Mayuri. Iya, Urahara Kisuke, orang yang baru saja berbicara dengannya itu keluar dari pintu tradisional jepang. “Bercandaaaaa~” Ucap Urahara sambil tertawa. “Uwaaah!! Dia di sini!!” Teriak orang-orang yang berada di sana. “Ah. Apa aku mengagetkan kalian? Maaaf~ Aku tadi menghubungi kalian dari Dangai.” Ucap Urahara dengan wajah tanpa dosa. “Jadi intinya. Aku mohon kerjasamamu, Kurotsuchi-taichou.” “Hm... Tak ada yang bisa kulakukan. Bisa lihat sendiri, gara-gara para Quincy, Institut Litbang kami jadi tak berdaya.” “Ck ck ck Jangan bilang begitu. Bukannya kau juga punya "itu"?” Ucap Urahara sambil menunjuk pada pintu bercahaya milik Mayuri. “Kau berhasil menemukan karakteristik "bayangan" Quincy. Hebat, Kurotsuchi- taichou. Jadi maukah kau bekerjasama denganku?” Segera, dengan kekuatan cahaya yang dimiliki oleh Mayuri, para shinigami di sana mengembalikan keadaan Litbang. Komputer, dan semua peralatan di sana kembali ke sebelumnya. Namun tidak sepenuhnya, tentu saja. “Temukan semua taichou dan fukutaichou! Kirim semua serangga-modifikasi! Konstruksikan ulang semua perangkat di dalam bangunan Quincy supaya bisa kita sambung dan gunakan dari sini!” Teriak Akon memberi perintah. Tangannya sendiri sedang sibuk dengan keyboard dihadapannya. “Siap!” Jawab yang lain hampir serentak. Entah, dengan kedatangan seorang pendiri Pusat Penelitian dan Pengembangan ini, seluruh semangat shinigami yang berada di sana ikut terpompa. “Gawat! Kita tidak bisa menyambungkannya!” Teriak shinigami yang lain. “Ya jelas, kita belum pernah melakukan ini, 'kan!” Perintah Akon. “Coba dulu yang kita bisa!” Urahara, masih berdiri di sana, menunggu para bawahannya melacak semua reiatsu para taichou dan fukutaichou. Tangannya lalu mengeluarkan sesuatu, berbentuk butiran seperti pil dan menunjukkan pada Mayuri. “Ini namanya "Shineiyaku".” “Apakah itu...” Tanya Mayuri sedikit tidak mengerti. “Bagaimana cara kerjanya?” “Ya. Ini yang bisa membantu kita menghentikan mereka mencuri bankai.” Jawab Urahara. “Setelah mengetahui beberapa taichou bankai-nya dicuri, aku memutuskan untuk tinggal di Hueco Mundo. Karena di Hueco Mundo lah aku menemukan petunjuk yang mungkin bisa menghentikan para Quincy mencuri bankai. Seperti yang kau tahu, Kurotsuchi-taichou. Resurreccion milik para arrancar memungkinkan mereka untuk menyegel kekuatan roh mereka menjadi zanpakutou. Dan memperoleh kekuatan lebih besar lagi dengan melepas segelnya. Hampir mirip dengan bankai.nJika mereka bisa mencuri bankai para taichou, seharusnya mereka juga bisa mencuri ressurreccion para arrancar—” “—Tapi tidak ada satu pun ressurrecion para arrancar yang dicuri. Kuduga bukan karena mereka tidak tertarik dengan arrancar, mereka justru menangkap banyak arrancar untuk dijadikan prajurit. Mereka mau menggunakan kekuatan para arrancar sebagai pasukan mereka. Tapi, mereka tidak mencuri resurreccion-nya. Ada dua kemungkinan, ressurreccion memang tidak bisa dicuri—” “Atau mencuri ressurreccion cuma akan jadi penghinaan harga diri bagi Quincy.” Sambung Mayuri yang mulai mengerti pola pikir Urahara. “Kalau melihat dari hasil penelitianku tentang Hollow, tidak mungkin bankai bisa dicuri sementara ressurrecion tidak bisa. Dalam hal ini menurutku sah saja bila mereka mempertimbangkan soal harga diri.” “Kami sudah berhasil menemukan semua taichou di dalam dan di luar wilayah Seireitei!!” Teriak salah seorang shinigami memotong pembicaraan menarik antar kedua maniak penelitian itu. “Tenteikuura sudah siap. Kami mulai menyambung komunikasi!!” Teriak yang lain. “Begitu ya.” Jawab Urahara santai. Dalam sekejap, Bakudou itu langsung dilancarkan, seluruh Taichou, fukutaichou dan semua yang dituju oleh sang pengguna kidou kini terhubung dengan Urahara. “Haloooo~ Para taichou Gotei 13, dan halo juga para fukutaichou!” Sapa Urahara konyol. “Aku Urahara Kisuke. Mungkin ada yang tidak tahu banyak tentangku, tapi perkenalannya nanti saja ya.” “Mana ada yang tidak kenal?” Komentar Shinji menanggapi ucapan konyol Urahara. “Bersamaan dengan ini, kami juga mengirimkan pil hitam ke tempat kalian. Pil ini hanya berguna bagi mereka yang punya bankai.” Lanjut Urahara. “Mohon sentuh dengan tangan, kaki, atau zanpakutou kalian. Pilnya akan terserap dari sana dan masuk ke dalam bagian dalam roh kalian.” “Ada satu hal tentang Quincy yang membuatku bertanya- tanya.” Ucap Mayuri menimpali pengumuman yang diberikan oleh Urahara. Rasa ingin tahunya yang begitu besar membuat dirinya tak tenang sebelum menemukan sebuah jawaban. “Mungkin kebencian Quincy terhadap Hollow bukan cuma berasal dari tradisi mereka. Kebencian berasal dari kepercayaan yang berbeda. Mustahil terus-menerus membenci sesuatu yang tidak punya tujuan hidup, apalagi kepercayaan. Cuma ada satu alasan seseorang bisa membenci suatu hal dengan begitu lama. Yaitu ketakutan mendasar terhadap sesuatu yang mengancam nyawa kita.” Lanjut Mayuri. “Tepat sekali.” Urahara langsung membenarkan. “Para Quincy tidak punya "antibodi" untuk bertahan dari Hollow. Setiap materi yang membentuk Hollow adalah racun bagi Quincy. Bila roh mereka bersentuhan dengan Hollow, bukan hanya kekuatan spiritualnya yang hilang, roh mereka sendiri akan hancur dan mereka akan mati. Mereka bahkan tidak bisa "ter- hollowfikasi" seperti halnya shinigami. Karena itulah Quincy harus memusnahkan Hollow—” “—dengan kata lain, jika kita bisa menyerap sebagian kecil saja roh Hollow dan "meng- hollowfikasi" bankai itu meski cuma sekejap saja, bankai itu akan menjadi "racun" bagi Quincy.” ... Di tempat Hitsugaya pil yang dibicarakan Urahara muncul tepat di hadapannya, dengan telunjuknya, Hitsugaya menyentuh benda hitam itu. Perlahan, pil itu menghilang, lenyap menjadi butiran-butiran reishi yang kemudian menghilang. Tak ada yang terjadi dengan tubuh Hitsugaya. Tubuhnya masih terkulai lemas. Tapi... Cang Du yang menggunakam Daiguren Hyourinmaru tiba-tiba terluka. Sayap naga es dipunggungnya retak, dan hancur begitu saja. Racum yang telah dibicarakan itu mulai bekerja, pada akhirnya.
To be Continued
|
| | | AgoessNaruto Robot Forum Bot
Join Date: 16/05/2009 Lokasi: AgoessNaruto Office Comments: Bot's for help you in Forum AgoessNaruto
| | Shotaro HidariKonoha's Jounin Commander
Posting : 453 Join date : 30.10.13 Age : 24 Lokasi : Las Noches
Databook SayaWhatsApp/Handphone Number: PIN BBM/LINE ID: Kontak Lain:
| #3Subyek: Re: Bleach 543-577 7/6/2014, 11:07 am | |
| - Bleach 553:
Versi Teks Bleach Chapter 553
Judul : Persimpangan Beku
Masih dalam peperangan, babak kedua, Quincy melawan Shinigami. Pertarungan yang awalnya berat sebelah, kini perlahan mulai seimbang. Tentu saja karena campur tangan seseorang di antara mereka. Iya, hanya satu orang. Seorang Jenius yang dulu pernah divonis sebagai penjahat Soul Society, seorang jenius yang pernah terasingkan dari tanah asalnya. Urahara Kisuke, dengan kemampuan otaknya dia bisa membawa kabar gembira bagi pihak kaumnya, shinigami. Pengamatan yang dia lakukan di Hueco Mundo menguak rahasia besar yang menjadi kekuatan mematikan dari pihak Quincy selama ini. Shineiyaku, sebuah pil ciptaan Urahara yang akan menarik kembali kekuatan para Shinigami yang telah tercuri. Di tempat Hitsugaya pil yang dibicarakan Urahara muncul tepat di hadapannya, dengan telunjuknya, Hitsugaya menyentuh benda hitam itu. Perlahan, pil itu menghilang, lenyap menjadi butiran-butiran reishi yang kemudian menghilang. Tak ada yang terjadi dengan tubuh Hitsugaya. Tubuhnya masih terkulai lemas. Tapi, tidak dengan sosok sombong di hadapannya, Cang Du, shinigami yang menggunakam Daiguren Hyourinmaru itu tiba-tiba terluka. Sayap naga es dipunggungnya retak, dan hancur begitu saja. “Kenapa...?” Ucap Cang Du tiba-tiba. “Apa yang terjadi...?” Tak ada yang menjawab, tentu saja. Tak ada seorangpun yang akan menjelaskan padanya tentang pil hollow itu. Mata Cang Du hanya semakin menyipit di saat melihat punggung Hitsugaya telah ditumbuhi sayap es. Iya, terlihat sama persis dengan sayap es yang telah retak dari punggung sang Quincy itu. “Medaliku masih baik-baik saja. Kenapa bankai-nya kembali padamu?” Tanya Cang Du, masih mencoba agar tubuhnya tetap tenang. “Apa yang kau lakukan?” “Mana kutahu.” Jawab Hitsugaya. Dia masih tidak kehilangan akalnya untuk sekedar menceritakan tentang pil yang dia sentuh itu. Biarlah itu menjadi rahasia antara Urahara dan para shinigami yang lain. “Mungkin Hyourinmaru cuma ingin kembali ke pemiliknya.” Lanjutnya dengan ketus. Agaknya, dengan kembalinya sang bankai pada dirinya itu membuat sosok pemuda bertubuh kecil itu mendapatkan kembali kesombongannya. .... Pertarungan antara Sui Feng dan BG9 juga masih berlanjut. Shunko sempurna yang sempat menjadi kekuatan besarnya hanyalah terlihat sebagai ancaman serangga bagi BG9, dengan begitu mudahnya BG9 membalik keadaan, tidak, keadaan Quincy masih berada di atas angin. Setidaknya sampai saat ini. Tubuh Sui Feng penuh dengan cairan merah, tergeletak begitu saja di hadapan sang Sternritter K itu. Dengan sekali tendang, tubuh sang taichou perempuan itu langsung terlempar ke bawah gedung. “Kau masih mau melawan, bahkan setelah taichou-mu kalah?” Ucap BG9 dengan intonasi khasnya. “Aku masih ingin mengumpulkan data sebelum dia mati.” Oomaeda hanya terdiam melihat sang taichou, walaupun ucapan sang Quincy yang ditujukan padanya sempat membuat tubuhnya gemetar ketakutan. Tapi, dia tahu kalau ketakutan dalam dirinya hanya akan menjadi penghalang bagi dirinya sendiri, bagi taichounya dan bagi keluarganya. Dengan segenap keberanian yang sempat dia kumpulkan, kakinya langsung bershunpo cepat, muncul tepat disebelah Sui Feng yang sudah terkapar. Tangannya langsung memberikan pil pemberian Urahara itu, meletakkan di telapak tangan Sui Feng. Mengalami reaksi yang sama seperti pada Hitsugaya, pil hitam itu perlahan lenyap, menjadi serbuk reishi. “Anda harusnya bisa menggunakan bankai lagi.” Ucap Oomaeda sepelan mungkin. “Penjelasannya agak susah dan aku tak begitu paham sih...” “Bisik-bisik apa kau? Setelah ledakan sedekat tadi, sensitivitas pemantul parabolaku otomatis menurun. Bisakah kau bicara lebih keras?” Ucap BG9 yang masih berdiri di atas atap gedung. Tapi sebelum dia mendapatkan jawaban atas perintahnya, Quincy itu mulai merasakan sesuatu yang aneh terjadi pada tubuhnya. “Apa...? Sambungannya tidak berjalan dengan semestinya. Apa yang terjadi...?” “Bankai yang terhollowfikasi menghambat kerja organ tubuhmu.” Jawab Sui Feng singkat. Kesadarannya masih melekat pada dirinya. “Taichou!! Anda tadi mendengar penjelasannya...?” Tanya Oomaeda cukup senang. “*sensor*. Mana mungkin aku tidak terbangun kalau mendengar suara menyebalkan orang itu...” Jawab sang taichou tak acuh. Tidak ingin membuang waktu lebih lama, dan ingin membuktikan perkataan Urahara yang tidak dia sukai, Sui Feng mencoba sejauh mana penelitian yang dilakukan oleh Urahara itu. “Bankai—” “—Jakuhou Raikouben” Benar, dalam sekejap, peluru raksasa itu muncul di lengan kanan Sui Feng. Di depannya, BG9 tak mengerti apa yang sedang terjadi, kode-kode dalam memorinya sama sekali tak bisa menjelaskan fenomena yang terlihat oleh mata tunggalnya itu. “Apa...?!” Teriak BG9 singkat, seakan tak ada perintah yang lebih penting lagi untuk diucapkan dari memori otaknya. “Kenapa bankai-nya kembali padamu...?” “Mana kutahu” Jawab Sui Feng remeh. “Terimalah bankai ini dan cobalah menganalisisnya—” “—Baik. Bertahanlah, Oomaeda.” “Siap!!” Dalam hitungan detik, peluru raksasa itu langsung meluncur dari tangan Sui Feng. Tubuhnya yang terluka sedikit terdorong walaupun sudah dipangku oleh tubuh besar Oomaeda. Dorongan Bankainya memang tak bisa diremehkan begitu saja. Di lain sisi, peluru itu melesat dengan meninggalkan asap putih sebagai jejak lajunya. Langsung menimbulkan dentuman ledak yang begitu besar begitu menghantam sang target, menyisakan gumpalan asap tebal yang tak tembus oleh pandangan mata normal. .... Kembali ke keadaan pertarungan antara The Silent Sternritter dengan Juubantai Taichou. Hitsugaya mulai menapakkan kakinya, ah tidak, sayapnya sudah mulai membawa tubuhnya pada posisi yang sama dengan sang Quincy. Kekuatan es terbesar yang dimiliki oleh Soul Society perlahan kembali pada tubuh kecilnya. “Jangan meremehkan kami. Kau pikir kami tidak dilatih untuk mengendalikan bankai yang kami ambil?” Kaki Cang Du langsung menghanpat udara, melesat ke arah Hitsugaya, cakar besi yang sedari tadi tak pernah dia gunakan kini sudah terarah tepat ke tubuh Histugaya, dalam hitungan detik, cakar besi itu mengeluarkan es, melesat ke arah Hitsugaya. Sang target hanya terdiam, seakan sudah mengerti serangan es itu hanyalah usaha sia-sia bagi musuh. Benar saja, dengan sekali kepak es itu membelok, meninggalkan sang target. “Jangan kebanyakan menggunakannya, Hyourinmaru tak akan menyerang dirinya sendiri.” Ucap Hitsugaya dengan begitu congkaknya. “Kau tadi juga begitu. Jangan bicara seakan- akan bankai punya jiwanya sendiri—” Melihat serangan esnya sudah tidak berhasil, Cang Du memilih menggunakan serangan langsung. Sayang sekali, tendangan dan pukulan yang dia lancarkan tak bisa menembuh pertahanan yang diciptakan oleh sayap es milik Hitsugaya. “—Aku tidak percaya panteisme.” “Apa menurutmu Bankai tidak punya jiwa?” Tanya Hitsugaya lirih. “Ya, tampaknya begitu.” Sebuah jawaban terdengar di benak Hitsugaya. Bukan Cang Du yang menjawab, bukan. Melainkan suara yang selama ini tak pernah menjawab panggilan jiwa Hitsugaya, sejak kejadian itu, sejak invasi pertama, sejak dia tak lagi menggenggam bankainya. Daiguren Hyourinmaru, iya, kawan bertempurnya itu telah kembali ke sisinya. Hitsugaya sudah mendengar pasangan bertarungnya sekarang. Semangatnya kembali pulih, dia sudah tidak bertarung sendiri sekarang. Kali ini dia didampingi oleh sosok naga yang dia percaya. “Sudah lama aku tidak dengar suaramu. Selamat datang kembali, Hyourinmaru.” “Sayapku seluruhnya menghilang.” Gumam Cang Du saat kedua manik hitamnya melihat Hitsugaya dengan sosok bankai sempurnanya, kedua sayap yang membentang dari punggungnya. Luka-luka tebasan yang dia terima kini sudah membeku karena es miliknya. Dan ada yang sedikit aneh dengan penampilan shinigami itu. Mata kanannya, terlihat seolah mempunyai lubang laiknya seeorang hollow. Cang Du hanya terkejut melihatnya. “Kupikir ada apa dengan wajahku, tapi aku ingat kalau bankai akan ter-hollowfikasi selama beberapa detik.” Ucap Hitsugaya seolah mendengar pikiran Cang Du. “Ya sudahlah. Biar saja begini.” “Sialan!!” Tubuh Cang Du mulai gemetar, matanya terlihat panik dengan bankai yang telah terambil darinya. " She Jin Zhao!!" Tangan sang Quincy itu mengeluarkan aura berbentuk ular yang meluncur ke arah Hitsugaya. Tapi, dengan kekuatan sepenuhnya Hitsugaya hanya perlu mengayunkan pedangnya untuk menghentikan serangan itu. Tak hanya itu, ayunan selanjutnya ssang taichou itu mampu menciptakan sebuah es raksasa berbentuk salib, yang mengunci tubuh sang Quincy, laiknya nisan raksasa yang sengaja dia ciptakan untuknya. “Bunga berbentuk salib ini adalah lambang Hyourinmaru. Maaf karena tidak kubuat jadi berbentuk bintang bersudut lima—Lambang Quincy!”
To be Continued
- Bleach 554:
Versi Teks Bleach Chapter 554
Versi Teks Bleach Chapter 554
LIKE sebelum membaca..
.. “Apa? Kau berkata pada ku untuk meninggalkan dia bersama mu tapi kemudian kau dikalahkan?” Ucap bazz - B ia menatap ke arah salib es yang beku itu dan mengomentari Cang Du “Dasar lemah...” Bazz - B kemudian melangkahkan kakinya entah kemana sementara Hitsugaya yang telah membekukan Cang Du terlihat raut wajahnya yang lelah, namun ia masih memakai Bankainya Daiguren Hollowrinmaru yang baru saja kembali. “ini telah berakhir, tunggu aku... Matsumoto..... Aku akan menyusulmu...” Ucap Hitsugaya sembari menatap Wakil Kaptennya yang telah tergeletak ditanah --- suara yang samar-samar, sayap es berubah menjadi potongan --- nampaknya setelah itu, Sayap Hyourinmaru yang masih digunakan Hitsugaya kemudian melebur menjadi potongan dan Hitsugaya pun terjatuh di atas sebuah bangunan --- brukkk --- apa yang terjadi? ---------------------------------------------------- Chapter 554. Desperate Lights ---------------------------------------------------- Sementara di sudut pandang Sternritter lain, 4 Sternritter yang sebelumnya telah mencuri Bankai para Kapten, Bambietta, Cang Du, BG9, dan As Nodt. As Nodt & Bambietta mereka merasakan keanehan “.. Bankai telah kembali kepada pihak Shinigami?” Sementara di atas Istana besar Wandenreich, nampak sang Kaisar duduk santai di atas singgahsananya. tapi terlihat ia kini mengenakan Jubah putih sama seperti yang lain tidak seperti sebelumnya hanya ia yang mengenakan Jubah hitam. “Tidakkah Yang mulia telah memprediksi apa yang akan terjadi?” tanya Uryu pelan “Tentu saja, tapi...” kembali scene berpindah ke medan pertempuran “Hah, Apa yang mereka lakukan?” “Disana?” terlihat Bambietta menunjuk beberapa Shinigami Setelah itu “....... ......... ..........” terlihat salah satu Shinigami panik, ia melihat temannya yang berada di dinding meleleh seketika entah apa penyebabnya. “Akhirnya, itu bukanlah kekuatan kalian, aku tak terlalu bingung hanya karena kalian kehilangannya. *hewan yg menggonggong* itu adalah lawan ku, dia malah tak ada disini! Jika dia tak berada disini harusnya dia bilang dong! Hey apa kalian dengar?” tanya Bambietta Ia kemudian malah celingak-celinguk sendirian menengok ke arah belakang yang tak ada siapa-siapa. “Sekarang aku terlihat gila karena berbicara sendiri keras-keras!! Kemana perginya kalian semua!? Siapa yang tadi menyuruh agar kita ber 5 bergerak bersama!? Hah, Liltotto kau yang menyuruhnya tadi bukan!!” ternyata Bambietta ditinggal ke 5 Sternritter wanita lain sendirian lol. “Lil!! Gigi!! Many!! Candy!! Kalian semua heh keluarlah!!” bentak Bambi “Gghhhh” nampaknya meski sudah berteriak keras- keras usahanya sia-sia saja ke 5 temannya tak mau keluar dan ia hanya kecapaian sendiri, dan setelah itu saking marahnya ia malah mengeluarkan tekanan Reiatsu lol... “Keluarlah!!!” “Apa?” “Uwahhh!!!” terlihat 2 Shinigami di tempat itu kaget, tekanan Reiatsu Bambi sangat besar dan mengakibatkan beberapa gedung disana hancur. “Apa kalian semua telah lupa jika kalian membuat ketua jadi terlihat memalukan seperti ini... aku akan membuat kalian semua mengingatnya.. Aku akan membuat tempat ini rata!! dan aku akan menyeret kalian semua ke tanah lapang!!” teriaknya heboh sendiri. “Berhenti!” sebuah suara kemudian menyahut --- Brukkk --- Komamura Sajin, dia telah tiba setelah mengunjungi Kakek Buyutnya dan entah apa yang telah terjadi penampilannya kini seperti kembali ke asal, Ia memakai Armor besar dan memakai Topeng untuk menutupi wajahnya. “... Apa kau Doggie? kau cukup cepat juga untuk sampai kesini, Kenapa kau mengenakan sebuah ember di kepala mu? ” tanya Bambi “... Ini adalah sebuah hadiah” Jawab Komamura yang telah berada didepan Bambi “Aku mengerti, Tapi bukankah terlalu cepat untuk tampil bagi seorang pahlawan? Kau sampai baru setelah aku menghancurkan sebagian Seireitei, tidakkah kau ingin melihat kejadian yang lebih mendebarkan?” Ucap Bambi “Oh, jadi begitu...” sebuah suara lain kemudian menyahut “Jadi maksudmu ..kami ini tidak pantas jadi seorang pahlawan?” Tanya Shinji yang duduk dibelakang Bambi dan Komamura, ia terlihat telah memegang Zanpakutounya yang telah berada di Mode Shikai. “Aku bukanlah seorang pasien.. yang cuma bisa menonton sementara dirimu asik menghancurkan Seireitei.. Maaf ya” Ucap Shinji “Siapa kau?” Tanya Bambietta penasaran tapi kemudian, dalam sekejap saja... “!!?” bola mata Bambi terlihat berputar “Apa?!” sahut Shinji lagi “Apakah kau pusing? Hei Atau kau sedang sakit sekarang ? Kau baik-baik saja?” tanya Shinji menggoda, nampaknya Bambietta telah masuk kedalam perangkap Sakanade, dunia terbalik. “Ap..a ini?!!...” Ucap Bambi pucat “"Sakanade" Shikai ku ini, dapat membalikan arah Kanan & Kiri, Depan & Belakang, Atas & Bawah dari apa yang kau lihat.. Mustahil, Kau takkan bisa bertahan...” Ucap Shinji lagi “Kepalamu pening? ahh, btw aku juga sudah melatihnya agar arah kebalikan terlihat lebih rumit, dengan kata lain yang sudah kujelaskan tadi.” “Perasaan ini...” Bambi kemudian mencoba melangkahkan kakinya dengan keadaan wajah pucat “Sudah kubilang, Mustahil” Ucap Shinji lagi dibelang Bambi “Aku tak terlalu senang jika membunuh seorang perempuan, tapi.. Maafkan aku.” “Tentu saja...” scene kembali beralih ke Istana Wandenreich, tempat Yhwach yang duduk santai di atas singgahsanannya “Aku sudah memprediksi hal itu, dimana pihak Shinigami takkan bisa berbuat apa-apa jika mereka kehilangan Bankai. Aku sudah yakin bahwa mereka kemudian dapat mengambilnya kembali. Rupanya...” Jelas Yhwach -- Jrasshhh -- tiba-tiba Bambi tertusuk sesuatu dari belakang punggungnya “hah, Apa-apaan itu ?” heran Shinji “Sesuai apa yang telah ku perkirakan... .. .. Bukankah ini sangat menyenangkan, Sternritter?” Kata Yhwach [kembali ke tempat Shinji & Komamura] mereka kemudian dikejutkan, sebuah salib besar dengan ujung pentagram / bintang yang muncul dihadapan mereka. “........!” “Apa.. itu...?” heran Shinji dan Komamura menatap salib itu “"Quincy-Vollstandig"” kata Bambi “Aku tak bisa menggunakan.. ini Ketika aku mempunyai sebuah Bankai..” “Terima kasih.. telah memperbolehkanku memakai kekuatan ini lagi..” Ucap Bambi dengan sedikit penjelasan, bahwan SR yang mencuri Bankai tidka bisa menggunakan Vollstandig nya “Kalian boleh menyesal.. Karna telah mendapat Bankai kalian lagi, Shinigami...” “Cahaya pertarungan yang diisi dengan penuh harapan.. Tidur sore yang hangat, telah berakhir.” Dan di sisi lain, terlihat Salib Pentagram / Bintang sebanyak 7 buah bersinar dilangit, nampaknya telah ada 7 Sternritter yang menggunakan Vollstandig mereka. “Kalian akan benar-benar merasakan putus asa, Sekarang...” Sementara itu kembali ke Lab Mayuri. “Kita mendapat masalah baru sekarang...” Ucap Mayuri “Ya...” Jawab pendek Urahara “Apa yang harus kita lakukan?” Tanya Mayuri "BiBiBipBiBiBiBiBip" “!” tiba-tiba setelah itu Dareishinki Urahara berbunyi kemudian Urahara pun langsung mengangkatnya “Hallo?” “Kurosaki-san!?” -- panggilan mendadak dari ichigo!! -- Ucap Urahara yang menjawab kaget, Ichigo yang masih berada di Reioukyuu apakah telah menyelesaikan Latihan nya bersama Royal Guard !??? -- To Be Continued --
- Bleach 555:
Versi Teks Bleach Chapter 555
Judul : Sang Pahlawan.
Sebenernya mau sih, setiap posting pake foto komiknya, tapi kuota internet pas2an. Silahkan jika ada yg pengen jdi Donatur pulsa .. Hihihi..
“Hallo?” “Kurosaki-san!?” ternyata itu adalah panggilan dari Ichigo yang berada di Reioukyuu Chapter sebelumnya diakhiri dengan panggilan Ichigo yang masih berada di Reioukyuu apa yang terjadi? Apakah latihannya sudah selesai? Scene kini berpindah ke Reioukyuu, tempat Ichigo, Byakuya, Renji dan Rukia berlatih Dihalaman depan salah satu istana, “Baiklahhh!” “Kami semua sudah siap!” terlihat Shuutara dan Kirinji berjalan didepan halaman itu -- Di Reioukyuu siapa yang Kirinji panggil? -- “Kami semua sudah siap! Bagaimana dengan mu Ichigo?!” Panggil Kirinji pada Ichigo yang berada di belakangnya nampaknya Ichigo memang sudah menyelesaikan latihannya di sana “Tentu saja!!” jawab Ichigo mantap & yakin, dia berpenampilan agak beda, ia kini mengenakan selendang dan penutup kepala juga jubah berlapis (lebih tepatnya seperti Pangeran dari padang pasir ) lalu ia menaruh Zangetsu panjang dipunggungnya sedangkan Zangetsu pendek pada pinggangnya, dia berdiri dengan gagahnya. tapi baru beberapa langkah berjalan Ichigo teringat sesuatu... "!" “Apa yang sedang kau cari?” tanya Kirinji heran pada Ichigo yang celingukan ke kiri dan ke kanan. “Dimana tiang itu? tiang yang membawa mu untuk menuju kemari?” rupanya Ichigo menanyakan Tenchuuren *peluncur yang membawa Royal Guard dari Soul Society menuju Royal Palace. “Kami tidak menggunakan itu” jawab Kirinji singkat “Kami berjalan” “Eh!?” Ichigo kemudian kaget “"Eh" Apanya?” tanggap Kirinji, “Senjumaru.. tangganya” panggil Kirinji pada Shuutara “Ya” rupanya Shuutara sudah tau apa yang diperintahkan Kirinji Dalam sekejap, nampaknya anggota yang dijuluki "Si Penganyam Hebat" ini menggunakan pakaian / selendang dan membuat spiral / putaran anak tangga yang menjulur panjang ke bawah. “Kami ingin membawamu menggunakan Tenchuuren, tapi kami tidak bisa sering- sering turun ke bawah! Jadi kau bisa pergi sendirian dengan tangga ini menuju ke Soul Society di bawah!” Kata Kirinji menjelaskan, Ichigo kemudian menatap dan memperhatikan tangga-tangga buatan Shuutara itu. “Tak perlu khawatir, jaraknya tak terlalu jauh apalagi kalau kamu pakai Shunpou, kamu pasti akan sampai dalam 1 minggu saja!” Jelas Kirinji lagi buakaka “1 Minggu katamu?! Apa yang terjadi.. Jika para Quincy itu.. Sudah selesai selama menyerang!?” Tanggap Ichigo protes sementara Kirinji “Hah? Dia datang?” ia kemudian malah berfikir sendirian dan mengabaikan Ichigo “... Aku mengerti, Jadi baiklah, tak apa!” Ichigo kemudian berubah pikiran dan menerima untuk berjalan menuruni tangga buatan Shuutara. “Hah? ... Benarkah??? Sebenarnya Jaraknya... lumayan jauh loh...” tegur Kirinji “Apa? bukannya kau sudah bilang tidak terlalu jauh?” tanya Ichigo sambil membalik badan pada Kirinji “Jika kita bisa sampai ke bawah dalam seminggu menggunakan Shunpou biasa... Aku bisa sampai dalam setengah hari kalau aku benar-benar melakukannya dengan cepat! Aku bisa melakukannya! ” Jelas Ichigo sangat yakin. “.....................” Kirinji yang tadinya ingin meng-troll Ichigo jadi malah diam sendiri lol. “Buwahahahahaha!!!!” Sebuah suara tertawa besar kemudian datang, Ichibei Hyousube anggota Royal Guard yang botak dengan jenggot tebal dan dijuluki "Si Rahib Bola Mata" itu kemudian datang ke halaman depan dan menimbrung “Wah, Wah Kau akhirnya berhenti bersandiwara berlebihan!” Kata Ichibei “Kau tak punya waktu untuk mengkhawatirkan soal waktu dan bertarung, karena... Para Quincy... Sudah memulai penyerangan sejak 3 Jam yang lalu!” Jelas Ichibei mendengar perkataan Ichibei, dengan sekejap Ichigo langsung melesat ke bawah dengan Shunpounya XD -- whusssssssssssshhh -- “Kau harus berkonsentrasi, sudah 3 Jam tau!! Katakan Sialan kepada mereka!!! Katakan Apa?” kata Ichibei berteriak pada Ichigo yang telah turun “Dimana Ichigo-chan?” kemudian Kirio datang dan bertanya pada Kirinji “aah, dia baru saja pergi tuh” jawab kirinji “Ichigo-chan!!” teriak Kirio kebawah, ia kemudian melemparkan sesuatu pada Ichigo “Makanlah itu jika kau lapar ditengah jalan! itu adalah Onigiri!” kata Kirio “Ok! Jika aku lapar saat bertarung aku akan menyembunyikannya kemudian memakannya!” Kata Ichigo sambil menangkap Onigiri pemberian Kirio tsbt “Terima kasih!” lanjutnya. Sementara anggota Royal Guard lain masih memperhatikan Ichigo yang turun kebawah “Anak itu... Sudah Benar-benar berubah...” “Ya... Kau benar” kata Kirinji dan Hikifune mengomentari “Dia menjadi kuat, aku bisa melihatnya dengan jelas, keraguaan Reiatsunya kini tinggal kenangan” Kata Kirio mengomentari lagi. “Tidak itu salah, Tidak tidak menjadi kuat, dia hanya berkembang. dengan kata lain..” Ichibei kemudian menimbrung obrolan Kirinji dan Kirio “dengan kata lain.. Dia menjadi tangguh...” Kata Ichibei dengan wajah konyol “Itu sama saja tau..” Sahut Kirinji “kau salah, aku bukan berbicara tentang kekuatannya. keduanya, Tubuh dan juga Jiwanya juga menjadi lebih kuat” “Dia benar-benar akan menjadi... Shinigami sungguhan...” Sementara di perjalanan menuju kebawah, Ichigo kembali menghubungi Urahara lewat Dareishinkinya. “Jadi mudahnya... Akan memakan waktu untuk sampai ke sana” Kata Ichigo menjelaskan pada Urahara “Aku mengerti... Aku mengerti Baiklah, berhati-hatilah” pesan Urahara menjawab pada Ichigo “Hei Urahara-san...” Ichigo kemudian memanggilnya lagi “Iya Apa?” “Ini mungkin terdengar murahan... Tapi, soal pertarungan... jika mungkin menjadi lebih sulit... Tolong tahan sampai aku tiba di sana..” Ucap Ichigo yang membuat Urahara tersenyum kecil “Tentu saja, Kami semua menantimu disini, Kurosaki-san” --- berlari ke medan pertempuran --- “Urahara-san tolong jangan kasih tau kondisi Soul Society sekarang, Pokoknya Aku harus benar-benar bergegas..” Ucap Ichigo, Ia kemudian mengencangkan penutup kepalanya, dan mempercepat Shunpounya -- bwhusssssshh -- Kembali ke medan pertempuran di Seireitei, tempat Komamura & Shinji melawan Bambietta “Apa.. Itu..?” Heran Shinji Lalu terlihat Bambietta telah berada di mode Quincy : Volltandig dengan sayap yang mengembang dan sebuah Halo berbentuk pentagram di atas kepalanya baru saja beberapa detik Shinji memperhatikan, sebuah ledakan tiba-tiba muncul dihadapan wajahnya. "!!" ledakan itu seketika mengejutkan Hirako -- BUAMM -- “!!” sedangkan Komamura yang berdiri dibelakang Bambietta juga heran, darimana asal ledakan tadi berasal. “Uh?” Kemudian ke 4 teman Bambietta lain: Liltotto, Candy, Maninas dan Gigi kemudian muncul. “Wah, Sayapku tiba-tiba keluar..” Ujar Candice, ia sudah memakai mode Vollstandignya “Wah? Benarkah? Jadi kau bisa memakai Volltandig juga?” komentar Giselle mengejek “Hah sudahlah, Pakai saja kalau kamu mau, Aku sih belum mau karena itu akan membuat capek” ucap Gigi “Aku juga sebenarnya belum mau memakainya” jawab Candy “Kelihatannya Bambietta-chan sudah memakainya...” Kata Maninas memperhatikan “Wah, itu sih sudah jelas.. Dia memakainya karena marah sama kita, karena kita tiba-tiba menghilang..” Jawab Liltotto “Eh? Bambi-Chan sudah memakainya? Menakutkan~ Dia adalah orang terakhir di dunia ini yang harus memakainya...” Komentar Giselle “Dia itu *sensor*, kalau seperti ini pertempuran bakal berakhir hanya dalam 1 Detik..” kata Giselle lagi mengomentari Bambietta, mereka sangat yakin dapat memenangkan pertarungan dengan singkat, sementara sang pahlawan masih dalam perjalanan... apa yang akan terjadi selanjutnya???
To be Continued
- Bleach 556:
ALUR CERITA BLEACH CHAPTER 556
Teralih kembali pada pertempuran di tanah Seireite. Pusat Soul Society yang kini sudah berubah pemandangannya. Tak ada lagi bangunan-bangunan kuno ala Jepang, semuanya telah ditindas oleh bangunan- bangunan tinggi ala Eropa. Walau serasa di rumah sendiri, tidak meragukan hati para Quincy untuk mengamuk, sama sekali tidak. Setiap menit, bisa terdengar ledakan yang tercipta dari serangan musuh. Setiap detik terdengar teriakan para shinigami yang mencoba mempertahankan wilayah miliknya. Di sudut Seireite, bukan di tempat Hitsugaya pernah beradu pedang dengan Quincy, bukan di tempat Sui Feng meluncurkan Shunkonya. Melainkan di tempat yang tak jauh dari Hirako dan Kommamura menghentikan seorang gadis kecil yang mengamuk, Bambietta. Tiga pasang mata sedang menyaksikan pertempuran itu. Menyaksikan Bambietta yang melayang-layang dengan sayap reishinya. Bleach Chapter 556 - The wolfsbane Teks Version by Bleach Indonesia “Ups. Sayapku keluar.” Ucap seorang perempuan, yang sepertinya tidak tertarik untuk mengintip pertarungan temannya. Tidak seperti Giselle, Liltotto maupun Meninas di depannya. Gissele yang ada di depannya menoleh, tertarik mendengar ucapan Candice. “Iya ya? Kamu bisa pakai Vollstandig?” “Yaa pakai saja sana. Aku malas, bikin capek aja.” Ucap Gissele menambah, kepalanya kembali mengintip pada Bambietta yang tak jauh dari pandangannya. “Siapa juga yang mau pakai!” Bentak Candice. “Kelihatannya Bambietta-chan sedang menggunakannya.” Sambung Meninas yang juga berada di sana. Litotto juga ikut bergabung. “Ya jelas. Sudah dia pakai dari tadi. Dia kan marah gara-gara kita menghilang.” “Eh... Bambi-chan menggunakan Vollstandig?” Tanya Giselle denial. “Seram... kalau orang seperti Bambie-chan menggunakan itu—” “—Dia 'kan *sensor*. Pertarungannya akan berakhir cuma dalam sedetik.” Imbuh Candice sambil memicingkan matanya, ingin melihat pertempuran di depannya lebih seksama lagi. Bambietta sendiri terlihat begitu senang, bibir tipisnya terbuka seraya menunjukkan gigi-gigi putih yang tumbuh secara teratur. Suara tawanya membahana, seolah tidak pernah kesal hati sebelum ini, setelah ditinggalkan oleh teman-temannya. Dalam satu kibasan, sayap yang mekar dibalik punggungnya itu mengepak pelan, menciptakan butir-butir kecil yang menyebar ke seluruh sisi Bambietta. Salah satu butir kecil itu, tepat mengenai dada Shinji. Iya, memang hanya sebuah bola reishi berukuran kecil, tapi, ledakan yang diciptakan tidak sekecil ukurannya. Tubuh sang Gobantai Taichou itu terpental, mendarat menghantam tanah Soul Society. Tubuhnya tidak bergerak, tidak dia belum mati, dia hanya tidak berdaya setelah menerima ledakan maha dahsyat itu. Di sekelilingnya, benda-benda yang sama juga ikut menimbulkan ledakan serupa di saat bola reishi itu menghantam tanah, menyentuh bangunan, dimanapun benda itu mendarat, sebuah ledakan pasti terdengar dengan begitu jelas. “Terus kenapa kalau semuanya jadi terbalik? Cuma tipuan murahan! Payah!” Teriaknya tanpa menghilangkah tawa puas di bibirnya. “Kalau aku tak bisa paham mana yang atas dan mana yang bawah, biar kuledakkan saja semuanya. Jauh lebih cepat dengan—” “—The Explode!” Sayap sucinya kembali mengepak, membawa tubuh kecil sang gadis terbang lebih tinggi lagi. Dan dengan sebuah kepakan ringan, bola- bola reishi kembali keluar dari sayapnya, turun menghujani tanah Seireite, tak terkecuali ke arah Hirako yang masih terbaring tak berdaya. Gadis berambut hitam ini agaknya tidak bercanda dengan ucapannya saat marah tadi. Dia seolah menegaskan kalau kemampuannya bisa menghancurkan Seireite dalam waktu yang sangat singkat. Ledakan beruntun kembali terdengar memecah telinga. Bola-bola api kembali terpantul dari manik hitam Bambietta. Mulutnya semakin sumringah untuk tertawa, seolah mengatakan; tak ada lagi lawan yang bisa menandinginnya sekarang. Ah, seolah kesenangannya baru saja terampas, matanya membelalak sedikit kaget. Hirako Shinji, sosok tak berdaya yang seharusnya sudah terlahap oleh ledakan itu ternyata masih terbaring dengan tubuh utuh. Pikiran perempuan puda itu langsung menduga dengan tepat. Siapa lagi kalau bukan sosok serigala berhelm yang sempat dia hina tadi. Mulut Bambietta kembali menyimpul senyum girang, bagaimana dia bisa lupa kalau dia masih punya mainan yang lebih bagus dari dari seorang Gobantai Taichou yang cuma cukup dengan sekali serang. “Taichou!!” Tapi, tamu tak diundang datang. Tepat di saat perempuan itu ingin melayangkan sebuah serangan serupa, suara seorang perempuan dari sisi yang berlawanan dengan komamura berdiri di bawahnya. “Kau fukutaichou-nya siapa, Si Guguk?” Sama sekali tak terdengar rasa takut dari setiap baris ucapannya. Justru dia terlihat begitu senang, kedatangan seorang lagi sebagai pelampian marahnya pada teman-temannya. “Atau si orang mati?” Ucapannya yang terakhir membuat Hinamori semakin panas, bukan karena ledakan yang tercipta di sana, melainkan ucapan gadis Quincy yang seolah membakar hatinya. Menyulut marah yang sudah dia tahan sedari tadi. Namun, sebelum Hinamori mengayunkan Tobiume-nya, Komamura Taichou sudah berada di depannya, langkah cepat sang Taichou langsung membawa tubuh kecil Hinamori ke sisi Hirako, sang Taichou. Dia ingin berontak, tapi setelah melihat ledakan besar yang tercipta tepat dia berada tadi, membuat wajah sang Gobantai Fukutaichou ini lesu, langsung mengerti mengapa Komamura Taichou menyeretnya seolah dengan paksa seperti tadi. “Kau terlalu terburu-buru, Hinamori-fukutaichou!” Ucap Komamura Taichou serius. “Ledakannya bukan sesuatu yang bisa ditandingi Tobiume. Dan tanpa zirah atau tameng, kau tak bisa melindungi dirimu!” “Melindungi diri?” Ucap Bambie mengikuti ucapan Komamura, mengejek niatnya. Perempuan ini sudah berada tepat di belakang Komamura, entah bagaimana, sepertinya kecepatannya bisa mengimbangi Shunpo sang Shicibantai Taichou“Omonganmu seakan- akan ember di kepalamu itu bisa melindungimu.” Komamura langsung mengayunkan zanpakutou tersegelnya ke arah Bambie. Bukan kejutan besar bila Bambi bisa mengelak dengan mudah. Dia langsung terbang dengan mulutnya yang kembali terkekeh remeh. Walau begitu, dia masih berniat untuk mencoba sejauh mana kekuatan ember yang melindungi kepala Komamura itu. Lagi, entah untuk ke berapa kalinya, sayapnya mengepak meluncurkanbola reishi tak besar. Tepat ke arah Komamura —yang disisinya juga berdiri Hinamori dan dibawahnya Hirako masih meringis kesakitan. “Tak boleh sampai kena. Aku harus menghindarinya!” Gumam Komamura. Lengannya sudah bersiap menerima reishi ledak itu. “Cuma ada sepersekian detik jarak antara benturan dengan ledakan itu dan ledakan sesungguhnya—” “—dengan zirah yang bisa menghentikan benturan ledakan dan tubuh yang bisa melibas ledakan itu, aku bisa menepis ledakannya!” Ledakan besar kembali terdengar. Komamura menerima ledakan itu dengan telak, laiknya yang diterima oleh Hirako tadi. Tapi, pelindung yang melekat dibadannya, membuat taichou satu ini tak bernasib sama dengan Hirako. Dia masih berdiri, tegak. Walaupun pelindung di tangannya hancur, bahkan luka bakar membekas di bulu-bulu serigalanya. “Wah wah Lumayan juga.” Ucap Bambie tidak kecewa. Mulutnya malah lebih sumringah tersenyum, seolah dalam pikirannya; ini baru namanya mainan. “Kau merasakan ada yang salah saat berbenturan dan menggeser kepalamu ya? *hewan yg menggonggong* pintar. Insting hewani ya?” Komamura hanya terdiam. Apa yang dikatakan oleh Bambie tepat seperti yang dia rasakan. Dia hanya menambahkan kewaspadaan dirinya. “Memang ledakanku tak bisa ditangkis.” Tambah Bambie. “Aku bukan menembakkan bom reishi. Tapi segala hal yang menyentuh reishi yang kutembakkan berubah menjadi bom.” Hinamori yang masih tersadar, langsung tercengang dengan ucapan sang musuh. Baru menyadari bila ucapan Komamura Taichou tadi memang benar. Ledakan itu memang bukan tandingan bola api Tobiumenya. “Mustahil...” Mulutnya hanya tergugup. Serasa dirinya tidak berguna, bahkan kedatangannya hanya membuat Komamura Taichou terbebani. Si Sternritter E, Bambietta, justru sebaliknya. Wajahnya semakin girang. Sayapnya kembali mengepak pelan, membawa tubuh kecilnya meliuk-liuk di udara, bermanuver lainnya kapal militer yang dikemudikan oleh sang ahli. Terakhir, tubuhnya membumbung tinggi. Merasa ketinggiannya sudah cukup, sayapnya berhenti mengepak, alih-alih menurunkan posisi tubuhnya. Justru sang gadis kembali menghujani Komamura dengan bola-reishi-peledaknya. “Hinamori-fukutaichou, tetap di belakangku!!” Perintah Komamura, tegas. Dia punya rencana, tentu saja. Hinamori hanya bisa mengikuti perintah shinigami yang pangkatnya lebih dari dirinya itu. Ledakan kembali terdengar. Kali ini jauh lebih besar, seakan Bambietta memang bisa mengatur daya ledak yang bisa dia ciptakan. “Gimana?” Ejek Bambie. “Kau belum mati 'kan cuma gara- gara zirahmu hancur sedikit?” Kembali ucapannya benar. Reiatsu komamura masih terasa meluap dari balik asap akibat ledakan itu. “Biar kulihat apa yang ada di balik ember itu...” Ucap Bambietta kegirangan, seperti seorang anak yang tidak sabar untuk naik reller coaster. “eh?” Raut wajahnya langsung berubah setelah dia melihat sosok di bawah sana. Memang benar baju zirah yang dikenakan musuhnya itu sudah hancur. Tapi, sosok itu bukan yang ingin dia lihat. Seolah ingin sekali mengatakan kalau dia salah lihat. “Apa?” Ucapnya tidak terima. Sama sekali tidak terima. “Kau bukan lagi si guguk...” Di bawah sana memang Komamura, Shicibantai Taichou, tapi kali ini tidak ada lagi bulu lebat di seluruh tubuhnya. Tak ada lagi gigi taring yang tumbuh dimulutnya. Tidak ada lagi cakar yang siap menerkam musuhnya. Bukan... dia bukan lagi seorang binatang. Tubuhnya sekarang sudah seperti manusia. Iya manusia, berambut cerah yang tergerai panjang. Wajahnya kini tak bisa dikatakan buruk rupa. Tidak, dia laiknya seorang pangeran dalam negeri dongeng yang siap mengalahkan penyihir jahat. Tubuh gagahnya, otot- otot besarnya, wajah tampannya, sama sekali bukan yang Bambietta lihat. Olokan “Guk guk ” sudah tidak pantas untuknya, Bambietta harus sadar kalau dia butuh olokan baru untuknya, atau, mungkin Gadis itu sudah tak bisa mengejek sang shichibantai taichou itu lagi. Satu-satunya yang menunjukkan bila dia Komamura adalah telinganya. Telinganya masih berbulu lebat, masih tidak berubah dari Komamura dengan penampilan lama. Sorot matanya tidak berubah, masih penuh dengan keloyalan teguh yang dia yakini. Dirinya masih Komamura, jiwanya masih Komamura. Namun, tubuhnya sudah jauh lebih baik dari seorang Komamura. Bambietta masih termenung, kepalanya masih loading menerima impuls dari syarat matanya. Komamura juga termenung. Terlihat sekali kalau ini adalah perubahan pertamanya, beruntunglah Bambietta, karena dialah Quincy pertama yang melihat sosok dibalik seorang guk-guk itu. Penglihatan Komamura mengabur. Tidak, tidak ada yang terjadi dengan dirinya setelah berubah seperti itu. Sampai sekarang dia tidak merasakan efek sampinya. Pikirannya cuma sedikit membawa kenangan kilas balik saat dia bertemu sang leluhur di Saya waktu itu ... “Teknik Perubahan Manusia.” Ucap Komamura dengan baju yang telah lusuh, hancur, setelah menerima serangan demi serangan dari sang leluhur. “Itu nama upacara rahasia klan kita...” “Ya...” Suara parau sang leluhur terdengar begitu menggelegar di sempitnya Saya. Memantulkan gema yang sama keras seakan serigala raksasa itu mengucapkannya berulang- ulang. “Sebagai hukuman atas dosa yang mereka perbuat sewaktu masih hidup, klan manusia-serigala kita dikirim ke semesta hewan. Tapi karena mereka belum mati, pada akhirnya mereka dikirim ke Soul Society dengan melepas rantai yang mengikat kita untuk sementara” “Kita dapat kembali ke wujud asli kita sebelum menjadi hewan, dan memperoleh kekuatan besar...” Suara Paraunya masih tersirat disetiap ucapannya. “Itulah teknik perubahan manusia.” “Bagaimana saya bisa melakukannya...?” Ucap Komamura antara gegabah dan gigih. Sang leluhur tidak menjawab, dia cuma menyentuh piring besar yang ada di depannya dengan ujung kukunya. Menciptakan bunyi kelontang tak keras, namun telinga serigala Komamura dapat mendengar sejelas-jelasnya. “Berikan jantungmu.” Ucap sang Leluhur serius. Tatapan matanya sama sekali tidak menunjukka suatu kebohongan. “Cabut jantungmu dengan tangan sendiri dan berikan padaku. Akan kuberikan teknik perubahan manusia sebagai gantinya.” Komamura tidak menjawab, hatinya bimbang. Matanya cuma melihat tangannya yang ditumbuhi oleh kuku-kuku tajam. Ucapan sang leluhur sama sekali buka candaan belaka, bukan sebuah ocehan belaka. Dia tahu, kuku tajam itu bisa mencabut jantungnya sendiri. “Takut?” Ucap Sang leluhur memutuskan sepihak. “Tak apa. Kau tak berkewajiban membuang nyawamu demi para shinigami *sensor* itu.” “Itu kewajiban saya.” Geram Komamura. Dia sama sekali tidak terima mendengar shinigami direndahkan seperti itu, seakan itu adalah ucapan tabu yang tak layak masuk ke lubang telinganya. “Saya tak sanggup hidup sembunyi- sembunyi, dan saya dengan memalukannya melarikan diri dari klan. Genryuusai-dono yang memungut saya. Saya berutang budi besar pada beliau... dan beliau dibunuh oleh Quincy.” Gigi Komamura menggertak keras, tak kalah keras dengan benturan kuku sang leluhur dengan piring tadi. “Saya sudah bertekad untuk membuang rasa malu tersebut!!” Ingatannya kembali mengabur, otaknya menghentikan kilas balik di kepalanya. Membawa kembali dirinya pada keadaan saat ini. Menghadapi Quincy yang telah membunuh shinigami yang paling dia hormati. “Bankai!” Suaranya penuh dengan rasa bangga dan dendam. Matanya terfokus pada sosok kecil yang melayang di udara Soul Society itu, terlihat seperti pengganggu bagi mata sang Shichibantai Taichou itu. “Kokujo Tengen Myouou— Dangai Joue!!” Pelepasan terakhir dari Zanpakutounya terlepas. Reiatsunya terpusat pada bilah zanpakutounya. Sesaat kemudian, sosok besar tercipta di belakangnya, memposisikan diri seperti Komamura. Namun, ada yang berbeda, penampilan bankainya kini berubah. Memiliki ikatan yang paling erat dibandingkan zanpakutou yang lain, sang Bankai juga meninggalkan sosok lama. Baju zirah yang dikenakan oleh sang bankai sudah tidak ada lagi di sana, kini memperlihatkan tubuh kurus nan menyeramkan, terlilit oleh tambang besar. Tanduknya masih tidak berubah, mata sang Bankai kini tidak tersembunyi lagi dari balik bayang-bayang zirah di kepalanya. Mulutnya, kini terlihat jelas begitu menyeramkan setelah kain merah penutupnya sudah terlepas. Inilah sosok Kujoku yang sebenarnya, Raja Kebijakan yang baru pun muncul seiring seiring dengan tengan tubuh baru sang tuan.
To be Continued
- Bleach 557:
ALUR CERITA BLEACH CHAPTER 557
“Bankai!” Suaranya Komamuradengan rasa bangga dan dendam. Matanya terfokus pada sosok kecil yang melayang di udara Soul Society itu, terlihat seperti pengganggu bagi mata sang Shichibantai Taichou itu. “Kokujo Tengen Myouou— Dangai Joue!!” Pelepasan terakhir dari Zanpakutounya terlepas. Reiatsunya terpusat pada bilah zanpakutounya. Sesaat kemudian, sosok besar tercipta di belakangnya, memposisikan diri seperti Komamura. Namun, ada yang berbeda, penampilan bankainya kini berubah. Memiliki ikatan yang paling erat dibandingkan zanpakutou yang lain, sang Bankai juga meninggalkan sosok lama. Baju zirah yang dikenakan oleh sang bankai sudah tidak ada lagi di sana, kini memperlihatkan tubuh kurus nan menyeramkan, terlilit oleh tambang besar. Tanduknya masih tidak berubah, mata sang Bankai kini tidak tersembunyi lagi dari balik bayang-bayang zirah di kepalanya. Mulutnya, kini terlihat jelas begitu menyeramkan setelah kain merah penutupnya sudah terlepas. Inilah sosok Kujoku yang sebenarnya, Raja Kebijasanaakan yang baru pun muncul seiring seiring dengan tengan tubuh baru sang tuan. Bleach Chapter 557 - I Already Threw Away My Life Teks Version by Bleach Indonesia Retakan-retakan baju zirah yang menjadi pelindung tubuh sang bankai berjatuhan, berserakan menghantam gedung-gedung bak pencakar langit mini itu, menghancurkan bangunan-bangunan kokoh menjadi puing serupa. Beruntunglah sang Bambietta, sayap reishi yang dia punya dapat membawa tubuh kecilnya terbang dengan lincah, meliuk dengan elok menghindari retakan-retakan zirah tak ringan itu. Walau begitu, mata bulatnya semakin merekah karena kaget, jantungnya sedikit berdegup kencang karena bingung. “Apa itu...?” Sepenggal pertanyaan itu kembali terucap gugup oleh mulutnya, seolah lidahnya sudah kelu, terlalu beku untuk bertanya. Tak ada yang menjawab. Komamura masih berdiri tegak di sana, di atas gedung dengan atas yang terhindar dari puing zirahnya, kakinya sama sekali tak bergerak sejak sangRaja Kebijaksanaan itu muncul dibelakangnya, seakan dia sudah berdiri di titik jangkau saat baru zirah sang bangkainya runtuh. Komamura tidak menjawab, rasa hormat pada lawannya sudah menghilang bersama dengan ember yang dia kenakan sejak kedatangannya dari. Rasa hormatnya sudah runtuh, hancur bersama dengan baju zirahnya, yang tersisa sekarang hanyalah kemarahannya, amarah yang dia jadikan kekuatan, meletup- letup seperti api kecil nan membara di kedua mata Dangai Joue. Tangannya kanannya mengayun, menebas udara di depannya. Iya, sangat terlihat *sensor* bagi orang yang tak mengerti akan kekuatan besarnya ini. Ayunan serupa juga dilakukan oleh sosok menakutkan—dangai joue—di belakangnya. Bilah raksasa yang dipegang oleh sang bankai menghantam gedung di depangnya. Cuma butuh satu ayunan untuk meratakan satu bangunan bagi Dangai joue. Sayangnya, Bambietta tak sebodoh itu, kedua sayapnya dapat dengan mudah bermanuver menghindari bilah berukuran ratusan kali dari pedang biasa itu. Tubuhnya membali melayang di udara, menari tempat yang aman baginya. “Mengejutkan!” Ucap Bambietta sedikit kelelahan. “Di balik zirah bankai itu ternyata bukan si guguk!” Kedua sayap reishinya kembali mengepak, menerbangkan tubuhnya dengan cepat layaknya seekor capung. Sayangnya mengeluarkan peluru-peluru reishi ketika berada di dekat sang bankai. Gadis muda ini mencoa menghancurkan kepala sang bankai. “Mungkin si guguk ada di balik muka monster seram itu?” Ucapnya berharap wajah seram dangai Joue hanyalah sebuah topeng kayu saja. Sayang sekali Bambietta tak berhasil memastikan itu, karena tangan Dangai Joue berhasil menghentikan bola-bola reishi itu. Ledakan kembali terdengar, tepat di sumber suara itu— dekat kepala Dangai Joue— terutup oleh asap tebal. Mulut sang Gadis sedikit menyimpul senang. Tapi, tak berlangsung lama... “Apa-apaan...?” Senyuman itu berbuah menjadi gertakan gigi. Amarahnya kembali memuncak karena melihat tangan Dangai Joue tidak terluka saat menerima serangan itu. Tidak, tidak ada yang salah dengan serangannya, dia sadar kalau bola yang keluar dari sayapnya adalah bola reishi yang sama dengan yang telah menaklukkan Hirako Shinji. Tidak ada yang salah dengan dirinya, iya, dia kembali menyadari kalau Dangai Joue- lah yang tidak seperti bankai biasanya. “Kenapa bisa begitu?” “Kokujo Tengen Myouou adalah bankai berzirah yang punya nyawa sendiri.” Suara terdengar dari bawah, dari kepulan asap tebal. Walau suara itu sdah tidak terdengar begitu berat, seiring perubahan bentuk tubuhnya, Bambietta sudah pasti menyadari kalau itu suara musuhnya, Komamura. “Dengan Dangai Joue, zirahnya terlepa dan hanya tersisa kumpulan reiatsu, menjadi makhluk yang tersusun oleh kekuatan murni.” “Kau tak bisa mengalahkannya dengan jurusmu!” Gertak Komamura. Tangan kirinya dia ayunkan, di ikuti oleh sang Bankai yang mencoba menghantam Bambietta. Namun, kegesitannya masih tak bisa ditandingi oleh ayunan tangan kosong itu. “Aku tidak paham maksudmu!” Ucap Bambietta sambil bermanuver lurus ke atas. “Memangnya kenapa kalau dia jadi reiatsu?!” Berada di ketinggian yang cukup dari jangkauan Bankai Komamura, sayapnya kembali menurunkan hujan bola reishi. “Sudah kubilang, kekuatanku bisa mengubah apa pun yang disentuh oleh reiatsu-ku menjadi bom!” “Belum paham juga?” ucap Komamura sambil menahan bola-bola reishi itu dengan tangan kosongnya. “Yang mengerikan dari "ledakan" adalah kemampuannya meledakkan makhluk bernyawa. Tidak mengerikan kalau yang diledakkan adalah benda tak bernyawa.” Tangan bankai Komamura itu meledak, begitu juga dngan lengan asli Komamura. Tapi, kedua sosok itu masih berdiri tegak, Komamura dan bankainya masih dalam posisi yang sama, terlihat gigih walau menerima ledakan besar seperti itu. “Maksudmu...” Gumam Bambietta masih tak mengerti, wajahnya benar-benar telah hilang dari rasa senang. “Nyawa Kokujo Tengen Myouou ada di zirahnya.” Ucap Komamura memotong ucapan sang gadis. “Dangai Joue adalah sosok Tengen Myouou setelah mencabut nyawanya.” “Kau... ngoceh apa?!” Teriak Bambietta marah, kemarahannya kembali tersulut karenanya. Tangannya merobek jubah putih kebanggaan bangsanya itu. Sayapnya kembali mengeluarkan bola-bola reishi ke arah Bankainya. Kali ini lebih banyak, jauh lebih banyak, seakan tak memberi kesempatan bagi Komamura untuk bergerak sedikitpun, kecuali menerima menahan serangan itu. “Terus kenapa kalau bankai-mu tak bernyawa?! Aku juga tahu, aari kemarin aku memegang bankai-mu!!” “Bankai terhubung ke pemiliknya. Walau bankai-nya tidak bisa dihancurkan tapi pemiliknya bisa!!” Seringai Bambietta, seakan gais mungil itubaru saja menyadari kelemahan terbesar bankai mengerikan itu. Sayapnya membawa Quincy pemarah itu terbang mendekat pada sang Bankai, mencari jararak terbaik untuk melancarkan serangan. Tepat di depan dada sang Bankai, bola-bola reishi meluncur cepat ke arah dada sang bankai. Kena telak, gerakannya yang cukup lambat kali ini tak berhasil menghalau serangan itu. Dada sang bankai meledak, begitu juga dengan dada sang pemiliknya, Komamura. “Coba lihat, masih mau ngoceh?!” seringai sang gadis semakin merekah, bak bunga sakura di musim semi yang memamerkan keindahannya. Tapi, ekspresi itu langsung berubah, seolah gugur layaknya bunga sakura di musim gugur. Matanya membelalak, mulutnya berusaha untuk mengumpat tapi seolah berat untuk digerakkan. “Lubang apa itu di dadamu?!” “Ka- kau ini... apa?!” Gumam Bambietta kehilangan rasa kesenangannya. Komamura terdiam cukup lama dengan mata tajam, seperti mata serigala yang sedang mengendap-endap hendak mencengkram musuh yang berani masuk wilayah kekuasaannya. Dia masih berdiri. Iya, sang Shicibantai Taichou itu memang sudah terkena serangan itu, tapi dia masih berdiri tegak seolah tidak terjadi apa-apa. Hanya satu yang terlihat bebeda, dadanya berlubang. Tepat di dada kirinya, tempat jantung seharusnya berdetak, sebuah lubang menganga di sana. Bukan karena serangan itu, bukan karena pengaruh pill pemberian sang Urahara. Melainkan karena kehendaknya sendiri, menyerahkan organ kehdupannya pada sang leluhur, demi tanah Soul Society. Tidak, demi Yamamoto Genryuusai Shigekuni yang dia hormati melebihi apapun di jagat kehidupan ini. “Tubuhku sekarang tidak lebih dari sekedar cangkang, cuma alat untuk mengalahkan kalian.” Ucap Komamura memberitahu. “Jurus rahasia kami, Teknik Perubahan Manusia membuat kami bisa memiliki tubuh abadi dengan memberikan jantung kami.” Komamura langsung melompat, diikuti oleh gerak serupa sang bankai, tangannya terayun, mencoba menangkap Quincy gesit itu. “Selama aku masih berwujud manusia, aku tidak bisa mati.” Teriak Komamura. Bambietta menghindar, sayapnya kembali mengeluarkan bola-bola reishi, menyerang tubuh raksasa itu, bermaksud memperlambat gerakan benda yang sudah susah bergerak itu. “Apa-apaan? Kau membuang hidupmu?! Kau bertarung cuma karena...” Dia tidak menyelesaikan kalimatnya, matanya langsung terfokus pada serangan dan mencoba mengelakkan tubuhnya dengan cukup baik. “Kau akan mati!! Kau takut terbunuh!!” “Kalau kau tidak bertahan hidup, apa masih ada artinya menang?!” “Aku tidak membuangnya...” Geram Komamura dari balik kepulan asap tebal itu, “Aku cuma mempertaruhkannya. Bila Genryuusai-dono mempertaruhkan nyawanya dalam pertarungan ini, apa yang mencegahku untuk berbuat hal yang sama?” Komamura mengumpulkan amarahnya. Namun, sedimikan, dia masih masih bisa mengendalikan kemarahannya. Sang Taichou mencoba memusatkan kekuatannya, pikirannya masih jernih untuk melanjutkan pertarungan penuh dendam itu. Sekumpulan reiatsu berkumpul di sekitar tubuhnya, menciptakan bentuk reiatsu seperti tubuh serigalanya. “Di saat aku menginjak medan pertempuran ini, di saat itulah aku meninggalkan kehidupanku!!” Ucapnya pelan, namun terdengar begitu menakutkan. Tangannya langsung terayun, begtu cepat. Secepat cahaya kilat yang menyambar tanah Soul Society. Bambietta tak bisa kuasa menghindarinya. Sayap- sayap kecilnya tak kurang cepat membawa tubuh mungil sang sternritter. Gema benturan langsung terdengar di langit Seireite. Benturan akan bilah tajam dan tubuh sang strenritter menciptakan cahaya terang bak cahaya venus di ufuk timur. Gemuruh pertempuran semakin terdengar menegang, genderang pertempuran semakin kuat ditabuh. Ini masih awal peperangan, perang yang berisikan orang-orang penuh dendam. Quuncy? Shinigami? Pertempuran ini masih belum jelas, siapa yang akan berdiri di tahta kemenangan di akhir nanti.
To be Continued
|
| | | AgoessNaruto Robot Forum Bot
Join Date: 16/05/2009 Lokasi: AgoessNaruto Office Comments: Bot's for help you in Forum AgoessNaruto
| | Shotaro HidariKonoha's Jounin Commander
Posting : 453 Join date : 30.10.13 Age : 24 Lokasi : Las Noches
Databook SayaWhatsApp/Handphone Number: PIN BBM/LINE ID: Kontak Lain:
| #4Subyek: Re: Bleach 543-577 7/6/2014, 11:23 am | |
| - Bleach 558:
ALUR CERITA BLEACH CHAPTER 558
Semua berawal dari seribu tahun lalu, peperangan yang masih menjadi misteri, peperangan yang menjadi sumbu penyulut bagi perang saat ini. Sang tokoh utama dalam perang itu sudah gugur, Yamamoto Genryuusai Shigekuni. Namun, dendam itu masih membara. Membunuh Genryuusai masih belum cukup memuaskan amarahnya. Dendamnya bukan hanya pada Genryuusai seorang, hatinya telah terpatri untuk memusnahkan seluruh shinigami. Para shinigami yang telah membantai habis kaumnya dua ratus tahun lalu. Dia tidak akan tinggal, sang Raja Quincy tidak akan tertidur untuk selama. Peperangan ini akan menjadi penentu bagi hidup para shinigami, begitu juga masa depan kaumnya. Peperangan sudah mulai menuju titik klimak, genderang perang mulai ditabuh hingga memecah telinga. Ledakan sudah terdengar bak kembang api di awal tahun, beruntun di seluruh penjuru Seirete. Namun, sayang tak ada pemandangan indah yang bisa menjadi hiburan di langit Seirete. Bleach Chapter 558 - The Heart of The Wolf Teks Version by Bleach Indonesia Di sudut lain, Komamura masih belum selesai dengan pertarungannya. Lawannya adalah sang Sternritter E, Bambietta The Explode. Seorang Quincy muda dengan kekuatan mengerikan, perempuan muda itu dapat menjadikan segala sesuatu yang disentuh oleh bola reishinya dapat berubah menjadi bom. Namun, Komamura sama sekali tidak gentar, dia telah mendapatkan kekuatan baru dari sang leluhurnya. Teknik rahasia dari klannya yang tersimpan dari generasi ke generasi. Berkat teknik terlarang itu, Komamura mendapatkan wujud manusia sejatinya. Tak ada lagi kuku- kuku tajam di tangannya. Tubuhnya tidak dipenuhi oleh bulu-bulu binatang berkaki empat itu. Dia mendapatkan wujud manusia sebenarnya. Tak hanya itu, bankai yang dia kuasai juga menunjukkan wujud sejatinya, Dangai Joue. Kemampuan Bambietta tak bisa melukai sang Dewa Kebijaksaan itu, tidak pernah bisa. ..... “Di saat aku menginjak medan pertempuran ini, di saat itulah aku meninggalkan kehidupanku!!” Ucap Komamura pelan namun terdengar begitu menakutkan. Tangannya langsung terayun, begitu cepat. Secepat cahaya kilat yang menyambar tanah Soul Society. Bambietta tak bisa kuasa menghindarinya. Sayap- sayap kecilnya kurang cepat membawa tubuh mungil sang sternritter. Gema benturan langsung terdengar di langit Seireite. Benturan akan bilah tajam dan tubuh sang strenritter menciptakan cahaya terang bak cahaya venus di ufuk timur. Perlahan, ledakan itu menyisakan asap tebal yang terbawa angin pelan. “Mustahil.” Geram Bambietta, tubuhnya meluncur dari gumpalan asap akibat ledakan tadi. Dia menukik tajam tepat ke tanah Seireite. Sayap-sayap sucinya sudah tidak bisa dia kepakkan lagi, alih-alih membawanya bermanuver, tubuhnya bahkan tak sempat bergerak karena tekanan gravitasi. “Bomnya tidak meledak.” Gerutunya sedikit kesal. “Sebelum sempat meledak, bomnya terdorong ke tubuhku” Tubuh perempuan mungil itu terus menluncur lurus, hingga akhirnya menghantam reruntuhan bangunan di bawah sana. “Ini...” Gumamnya tidak terima. Di lain sisi, Komamura juga mendaratkan kakinya, bersamaan dengan kaki Kujoku Tengen Myouou yang menyentuh tanah, sebuah getaran seolah mengoyang tanah Seireite. Pemuda ini berhasil mengalahkan lawannya, dia berhasil menumbangkan salah satu Quincy. Tapi, itu masih belum seberapa, dendam dalam hatinya masih meluap. Kematian sosok Yamamoto yang begitu dia hormati tidak akan pernah terbayarkan oleh kalahnya seorang Quincy saja. Tidak, itu tidak akan pernah setimpal, tidak akan. Kakinya perlahan melangkah— diikuti oleh Kujoku Tengen Myouou—di belakangnya. Dia tidak lari, tentu saja tidak, kakinya mengarah tepat ke istana sang raja Quincy, Yhwach. Dia ingin membunuhnya, membalaskan dendam Yamamoto untuknya, meruntuhkan istananya hingga rata seperti tanah. Namun... tubuhnya tiba-tiba menjadi berat. Lututnya tiba- tiba tak bisa menopang berat tubuhnya sendiri, seolah gravitasi seirete membesar berkali-kali lipat dengan begitu saja. Dangai Joue di belakangnya juga tiba-tiba retak, perlahan hancur menjadi serpihan-serpihan reiatsu yang terbang terbawa angin. Tubuh Komamura merasa kelelahan, nafasnya menjadi cepat dan pendek-pendek. “Be... Belum...” Ucap Komamura kesakitan.” Mohon bertahan sebentar lagi, Teknik rahasia perubahan manusia...” Sichibantai Taichou itu mencoba untuk berdiri, menahan rasa sakit sekuat yang dia bisa. Kakinya mencoba melangkah, terhuyung, dengan mata menatap tajam ke arah Istana Raja Quincy, membara, penuh amarah dan dendam. “Jantungku...!” Gumamnya sekarat. “Aku harus bisa ke istana mereka...!” Tekad Komamura mencoba bangkit. Amarah dan dendamnya kini menjadi penyemangat bertarungnya. Menjadi kekuatan untuk mengayunkan pedangnya pada sang musuh. “Aku harus mengalahkan Yhwach...!!” ... Di tempat lain, di Rokungai, tempat yang tidak terjangkau oleh hiruk pikuk peperangan. Sang Leluhur Komamura masih bisa merasakan semangat Komamura. Sang leluhur itu tersentuh oleh tekad Komamura, oleh semangat Komamura. “Sajin.” Gumamnya pelan. “Kau berhasil. Kau bersikap selayaknya anggota klan kita.” “Sekarang aku bangga padamu, Sajin.” Ucap sang Leluhur itu lagi. Wajahnya tak menujukkan rasa senang, juga tak menunjukkan rasa sedih. Tak ada raut kemarahan di mukanya. Begitu datar, wajahnya sama sekali tak bisa ditebak, apakah dia senang, sedih, marah, atau murka. Mata hitamnya hanya melihat jantung Komamura yang berada di depannya. Tergelatak di atas piring seolah itu adalah santapan malamnya. Jantung itu masih berdetak, berima tetap seperti detak jarum jam di kesunyian. Mata sang leluhur semakin sayu, semakin lama menandang jantung itu. Seakan jantung itu memantulkan gambaran apa yang sedang terjadi pada pemiliknya saat itu. “Tidak apa-apa, Sajin.” Mulut sang Serigala Raksasa itu kembali tergerak. “Apa kau sadar, Sajin?” Suara gemuruhnya masih terdengar beberapa kali karena gema yang ditimbulkan oleh dinding Saya. “Apa kau sadar yang kau rasakan adalah kehausan untuk balas dendam?” “Kau bilang pada temanmu bahwa balas dendam hanyalah pengorbanan nyawa yang sia- sia.” Ucapnya lagi, “Tapi tak apa-apa, balas dendam adalah sebab mengapa klan kita ada. Kau akhirnya kembali ke wujud asalmu—” “—Kau kembali ke klan kita.” ... Rasa sakit semakin menjalar ke seluruh tubuh Komamura. Tubuhnya sudah tidak kuat lagi untuk berdiri. Dia terhuyung dan tangannya mencoba menopang tubuhnya. Namun, tangan kirinya itu tiba-tiba berubah. Bulu-bulu halus kembali tumbuh dengan cepat dari kulit cokelatnya, jari- jarinya membesar, kuku tajam mencuat jadi ujung-ujung jarinya. Iya, tubuh manusianya telah mengalami masa akhir, tubuhnya kembali pada wujud serigalanya. “Jadi begitu.” Gumam Komamura rintih. “ini...” ... “Ganti ruginya.” Smabung sang Leluhur yang masih berada dalam Saya gelap itu, seolah dia bisa mendengar rintihan sakit anak buyutnya. “Hidupmu sebagai manusia akan segera berakhir, Sajin.” “Kau akan menjadi hewan buas yang mengejar balas dendam.” Gumam sang leluhur, kali ini ucapannya mengandung rasa iba pada Sajin. “Hingga saat itu kau boleh marah, kau boleh mengutuk kam, kau boleh mendendam. Aku masih hidup dengan menikmati kebencian itu.” Sang Leluhur menghela nafas pelan. Pandangan matanya semakin sayu memandangi jantung yang masih berdetak pelan di bawahnya itu. “Sajin yang tersayang. Terima kasih telah melakukan ini untukku—” “—hingga kau menjadi hewan buas yang bisu, aku akan berterima kasih untuk perbuatanmu.” .... Bulu-bulu cokelat itu semakin menjalari tubuh Komamura, mengikuti rasa sakit yang sudah terasa di seluruh tubuhnya. Mulai dari tangan, kaki, hingga seluruh tubuhnya kini sudah tertutup oleh bulu binatang pemangsa. Dia mendapatkan tubuh baru lagi, tubuh barunya berbeda dengan tubuhnya yang terdahulu. Dia mendapatkan tubuh seekor serigala. Iya, serigala dengan empat kakinya. Zanpakutounya terjatuh, berkelontang di hadapannya, tangannya tak bisa menggenggam bilah tajamnya itu, seakan tangan barunya memang tak pernah tercipta untuk menggenggam benda tajam itu. Tubuhnya terhuyung, tergeletak begitu saja karena kelehahan yang bertambah. “Apakah ini akibatnya bila menjual jiwaku untuk balas dendam?” Rintih Komamura pelan. “Akibat dari menjual jiwaku untuk balas dendam meski aku merupakan anggota Gotei.” “Akibat dari tidak mendengarkan apa yang telah kuucapkan pada Tousen...” Keputusasaan berhasil memadamkan bara dendam yang tadi sempat mebakar hatinya. Padangannya mengabur, matanya ingin saja meneteskan air mata, kalau saja dia bisa. Kalau saja dia mampu mengalirkan air matanya. Tapi, seolah matanya sudah kering, dia hanya mampu meratap pada dirinya sendiri. “Peringatan yang berlaku bagi diriku sendiri.” “Aku...” Padangannya mengabur.. perlahan dia mulai menutup matanya, seakan dirinya sudah siap bila ini adalah hari terakhir baginya hidup demi Gotei 13, demi Yamamoto yang dia junjung tinggi. Namun, sebuah tapak kaki berderap di hadapannya, menghentikan matanya yang ingin terlelap. Pandangan samarnya masih melihat dengan jelas siapa yang menghampirinya, bukan musuh. Pun walau musuh yang datang, dirinya sudah tak mampu lagi untuk bergerak. Tetzusaemon Iba, sang Fukutaichounya, orang yang memiliki keloyalan tinggi untuk dirinya, seperti dirinya yang menaruh kesetiaan pada Yamamoto. Iba menggenggam tangan— kaki—komamura, menggendong taichou yang sudah berubah menjadi seekor serigala. Tidak, Iba tidak memandang wujud taichounya, apapun wujud sang taichou, dia tetaplah taichou yang dia hormati, hati sang taichou tidak akan pernah berubah bagi Iba. “Ayo pergi Taichou.” Ucapan Iba penuh dengan keyakinan. “Taichou, Anda tidak salah, sama sekali tidak salah.” “Ayo bertarung Taichou.” Kaki Iba melangkah, menggendong sang Taichou mendekati istana milik sang Musuh. Komamura hanya terdiam, dia ingin sekali mengucapkan sesuatu, hanya saja mulutnya seperti tak pernah diajarkan untuk bicara. “Ayo kalahkansi *sensor* Yhwach—” “—Demi Yamamoto Genryuusai-dono” Dia benar-benar mengerti apa yang ada dalam hati sang Taichou, Iba sangat mengerti kenapa Komamura bisa berbuah hingga sejauh ini. Semua demi Yamamoto, sang Soutaichou terdahulu. Iba tak ingin melihat pengorbanan sang taichou hanya berakhir seperti ini. Raja Quincy itu harus mati, demi dendam Komamura Taichou. ... Di tempat yang tidak jauh dari mereka, tempat reruntuhan gedung, tempat Bambietta terjatuh karena menerima serangannya sendiri. Terlihat sang perempuan muda itu tersengal kelelahan, tubuhnya tak bisa bergerak seperti orang lumpuh. “Sialan, kenapa aku bisa kalah sama shinigami...?” Geramnya tidak terima. “Kenapa dari kita berlima, aku yang kalah duluan...?” “Tak akan kumaafkan...” Teriaknya marah. “Pokoknya tak akan kumaafkan...!” Empat bayangan mendekatinya. Benar saja, empat sternritter yang dia cari mendekati Bambietta yang tidak berdaya. “Bambi-chan, kasihan.” Sapa Giselle sambil tertawa senang. Yang lain juga sama, tidak menunjukkan wajah sedih atau kasihan pada sosok Bambietta yang terluka parah. Bertolak belakang sekali dengan kedekatan mereka selama ini. Candice, yang sudah tidak dalam bentuk Volstandignya memasang wajah tak acuh pada Bambietta, seolah mengatakan; ah, masa bodo dia mau kalah atau tidak. Liltotto malah tidak melempar pandang pada Bambietta, dia hanya lebih tertarik menghabiskan es krim yang entah dari mana dia dapatkan —mungkin mencuri dari salah satu shinigami yang dia hadapi tadi. Berbeda lagi dengan Meninas, dia cukup kaget dengan kekalahan Bambietta, atau, dia hanya memasang wajah kasihan saja, berpura- pura khawatir dengan keadaan Bambietta. Satu-satunya yang khawatir pada Bambie hanyalah Giselle. Tapi, tentu saja bukan dalam maksud yang sebenarnya, sesaat setelah dia memasang wajah kasihan. Sudut bibirnya tertarik ke samping, menciptakan senyum manis ke arah Bambietta. “Kami akan membantumu.” Ucap Giselle masih dengan senyum liciknya. “Kami sedih kalau kau tak bersama kami. Tahu, 'kan?” Bambietta membelalak, dia tahu apa yang akan dilakukan Giselle pada dirinya. Dirinya ingin meronta, tapi tangan dan seluruh tubuhnya sama sekali tak patuh pada perintah otaknya. “Jangan... hentikan...” Teriak Bambietta memohon. “Jangan lakukan itu, Gigi...” .... Di atas langit Seireite, terlihat sesuatu yang jathu karena daya tarik gravitasi. Benda itu melesat dengan sangat cepat, melesat hingga menyisakan bekas lintasan sepertiekor komet. Bukan Kurosaki Ichigo, dia tak akan mampu datang secepat itu. Mereka adalah Kuchiki Rukia dan Abarai Renji, berpakaian ala timur tengah, mereka menembus langit menuju medan pertempuran. “Aku akhirnya bisa melihat Soul Society...” Ucap Rukia tak jelas, penampilannya terlihat begitu kontras, seluruh tubuhnya tertutup oleh lain, berpakaian ala Persia dengan google yang dia pakai menambah nilai tersendiri baginya. “Bukan, lebih tepat kalau disebut "Wandenreich"...” Renji tidak menyahut, tapi dia juga sudah sadar kalau Seireite sudah masuk dalam jarak pandang mata normalnya. “Sebentar lagi malam akan datang—” Imbuh Rukia. “Ayo bergegas, Renji!” Akhirnya. Dua bintang utama akan segera menginjakkan kakinya ke panggung pertempuran!
To be Continued
- Bleach 559:
ALUR CERITA BLEACH CHAPTER 559
Pertempuran itu, masing menggema di seluruh penjuru Seireite, seolah tak menemukan ujung dari pangkal permulaan perang ini. Banyak jiwa yang telah gugur, dari pejuang Soul Society maupun petarung suci dari pihak Quincy. Namun, kegigihan mereka masih begitu kuat menusuk dada. Tak ada satupun yang gentar. Tak ada satupun melangkah mundur. Bahkan, kematian teman mereka membuat api semangat mereka membara, seperti arang yang basah karena minyak, siap tersulut kapan saja. Para taichou juga sudah bergerak, tak ada alasan bagi mereka untuk duduk bersantai, tugas mereka adalah melindungi keutuhan Seireite ini, walau dengan taruhan nyawa mereka, seperti yang telah dikorbankan oleh sang Soutaichou, Yamamoto Genryuusai. Mereka—para taichou, bertarung dengan semangat mereka sendiri, menghunuskan pedang dengan hati mereka masing-masing. Komamura dengan dendam yang terpendam dalam dadanya, Hitsugaya dan Sui Feng dengan harga tinggi mereka yang terlampau tinggi. Bleach Chapter 559 - The Night Right Teks Version by Bleach Indonesia Memang, kabar baik telah dating dari sang peneliti ulung, Urahara. Namun dia juga masih belum bisa memberikan jalan keluar dari kekuatan tersembunyi para Quincy— Volstandig, walaupun telah bekerja dengan mantan bawahannya, Kurotsuchi Mayuri. Quincy masih bisa mengimbangi daya tempur para shinigami yang sempat terangkat rasa congkaknya karena bankai mereka kembali. Namun, tak jauh dari arna pertempuran yang berlangsung sengit, sebuah pertempuran yang mengutamakan kedamaian terjadi di suatu tempat. Dilantai atas sebuah bangunan, tempat yang dulunya milik sang Soutaichou, tempat yang dapat melihat seluruh keadaan Seireite. Iya, Jugram Haschwald dan Shunsui Kyoraku saling berhadapan, dibatasi oleh dinding Kidou yang diciptakan oleh Isane Nanao, salah satu Ichibantai Fukutaichou yang terbaru. “Pertempurannya kelihatannya berjalan seimbang.” Ucap Jugram yang masih tidak bergeming dari tempatnya berdiri. Ucapannya begitu yakin, seolah dia dapat melihat apa yang terjadi di luar sana. “Pengamatan yang sederhana sekali. Tapi tampaknya kita sependapat.” Ucap Kyoraku dari balik dinding tak kasat mata itu. Nampaknya, pengendalian reiatsunya untuk mendeteksi keberadaan anak buahnya masih cukup tajam. “Aku juga merasa begitu.” “Ya, Kalau tidak, aku tak akan datang ke sini.” Gumam Jugram sambil tersenyum kecil. “Sudah jadi peranku untuk membuat timbangan pertempuran ini berat ke sisi kami.” Sedetik kemudian, tangan Jugram sudah menggenggam bilah tajamnya. Kyouraku yang tidak terlambat menyadari hal itu, langsung melompat ke depan Nanao, untuk melindunginya, tentu saja. Jugram hanya butuh satu ayunan pelan untuk memecahkan dinding tak kasat mata itu. Menciptakan ledakan kecil yang menerbangkan serpihan-serpihan bening bekas pecahan kidou pelindung itu. “Mendadak sekali!” Ucap Kyoraku dengan senyum khasnya. “Aku hampir lupa kalau Quincy bisa mencuri reishi.” “Aku menyerap reishi dari pelindung itu agar jadi lebih tipis.” Kali kini Jugram yang bicara. “Butuh lebih lama daripada perkiraanku. Teknik yang mengagumkan.” “Dengar katanya?” Kyoraku cukup senang mengatakannya, untuk apalagi, kalau bukan menggoda Nanao. “Saya perlu merasa tersanjung?” Sang wakil kapten itu lebih mengerti keadaan. Dengan sigap dia melompat mundur, menundukkan tubuhnya, dan telapak tangannya langsung dia hantam ke lantai ruangan itu. Sekejap, sebuah dinding kidou kembali tercipta memisahkan kedua kubu itu. “Tapi kalau kau punya waktu untuk mengikis pelindung di sisimu kami juga punya waktu untuk menebalkannya.” Ucap Nanao dengan seringai kecilnya. “Yang ini kelihatannya dibuat dengan teknik yang berbeda.” Mata sendu Jugram menyadarinya. Dinding yang baru saja diciptakan oleh Nanao sama sekali tidak sama dengan yang sebelumnya. Corak segi enam cukup nampak di dinding kidou yang sekarang. “Benar.” Nanao mengakuinya. “Pelindung itu dibuat dari gabungan balok segi enam, apa kelihatan lebih lemah karena bukan satu pelindung yang utuh?” “Ya.” Jugram menyetujuinya. “Berhubung reishi-nya digabungkan, jelas kelihatannya lebih lemah. Tapi mustahil sesederhana itu.” Mata sendu Jugram langsung berubah drastis, kelopak matanya menyipit, menatap tajam tepat kea rah Nanao yang berada di balik tembok transparan itu, seolah mengisyaratkan kalau waktu bermain sudah habis. “Kuduga pasti ada jebakannya.” Ucap Jugram kembali. Tangannya yang masih menggenggam pedangnya, dia angkat tepat kea rah sang kedua musuh itu. “Sayang sekali. Tidak efektif kalau menunggu terlalu lama lagi.” Tangan Jugram mulai mengayunkan pedangnya dengan lembut, “Aku harus menggunakan cara yang lebih kasar.” Kyoraku juga mulai menyadari kalau waktu bersantainya sudah tidak adalagi. Namun, sebelum sang Kyoraku juga menghunuskan pedangnya, untuk melayani permintaan perang itu, sebelum bilah tajam Jugram menghancurkan dinding pelindung itu, sebuah cahaya berpendar terang di belakang Jugram. Cahaya berbentuk langsung Quincy itu langsung menghentikan gerakan tangan Jugram. “Begitu ya.” Ucap Jugram langsung mengerti. “Aku mendapat perintah untuk kembali ke Silbern.” Seolah minat perangnya telah sirna begitu saja, Jugram kembali menyarungkan pedangnya. Tidak, dia tidak menyerah ataupun takut. Tapi seolah ada sesuatu yang lebih penting dia lakukan dari pada perintah untuk menghabisi sang Soutaichou. Badannya berbalik, kakinya melangkah pergi meninggalkan kedua sosok shinigami itu. “Permisi.” Gumamnya sopan. “Oi oi. Sudah mau pergi?” Teriak Kyoraku tidak mengerti. “Perintah Yang Mulia adalah mutlak.” Jawab Jugram pelan, namun terdengar begitu tegas. Kyoraku hanya tersenyum mendengar jawaban sang musuh. “Dan kapan kau mau ke sini lagi?” “Secepatnya setelah diperintahkan.” “Lain kali aku akan menyiapkan teh yang sedap.” …. Hari sudah mulai beralih gelap. Cahaya matahari sudah tak bisa menjangkau bayangan yang diciptakan oleh para Quincy. Cahaya bulan sabit di langit Soul Society seolah tidak mampu menembus pekatnya bayangan suci para Quincy, pendarnya hanya terlihat begitu redup dari dalam wilayah Wandenreich. Seolah mengatakan kalau Seireite ini sudah berada di bawah kuasa para Quincy. . Jugram yang mendapatkan titah langsung langsung dari sang Raja, baru saja tiba di Silbern. Kakinya melangkah pelan di tempat yang selalu sepi itu, tempat sang Raja yang selalu menghabiskan waktu. “Sternritter.” Ucap sang Raja pelan, “Aku akan mengadili mereka yang kalah.” Ucapannya tertuju tepat pada kedua Sternritter yang berada di depannya. Cang Du dan BG9. Keduanya telah babak belur karena mendapat serangan dari bankai yang mereka curi sendiri. Beruntunglah, karena kemampuan Volstandig yang mereka miliki, mereka masih menghembuskan nafasnya hingga sekarang. Namun, walau begitu, tangan mereka terikat ke pilar di belakang mereka, tak mengijinkan mereka untuk bergerak sedikitpun. “Haschwalt.” Panggil sang Raja pada Sternritter B, yang baru saja sampai di belakangnya. “Ya.” Jawab Jugram teramat sopan. BG9 meronta, mencoba melepaskan ikatan di tangannya. Seakan dia sudah mengerti apa yang akan terjadi pada dirinya bila dia tidak pergi jauh dari tempat itu, segera. Namun, seakan kekuatannya telah terkuras habis, bahkan yang dia mampu saat ini hanyalah berteriak, tidak ada yang lebih. “Mo... mohon tunggu!” Sang Quincy bertopeng itu meronta, memohon ampun atas semua kesalahannya. “Benar, saya memang kalah, tapi karena Vollstandig kami dapat bertahan. Kami masih dapat bertarung demi Yang Mulia!!” BG9 masih meronta, mencoba melepaskan diri. Berbeda sekali dengan orang di sampingnya, Cang Du. Pemuda berambut hitam itu tetap terdiam, seakan dia menerima segala yang akan terjadi padanya. Matanya sama sekali tak menunjukkan rasa takut. Dia cukup tenang dengan keadaan seperti ini. “Begitu.” Ucap Yhwach tenang. “Kalian memang beruntung masih dapat hidup.” Jugram melangkah semakin dekat dengan mereka berdua. Mengeluarkan pedangnya yang sedari tadi sudah tak sabar untuk menghunus seseorang. “Tapi neraca pertempuran ini harus seimbang—” “—nyawa yang terselamatkan karena keberuntungan kalian akan dihapus dengan kesialan yang setara.” “Tu... Tunggu!” Teriak BG9 ketakutan. Entah kemana perginya kecongkakan yang dia punya saat berhadapan dengan Sui Feng sebelumnya. “Kumohon!!” Terlambat… Pedang besar itu telah terayun lurus dari atas. Tapi ada yang aneh. Seakan pedang berkarat yang telah tak terpakai selama ratusan tahun, bilah tajam itu bahkan tak bisa menembus tubuh sternritter di depannya. Cang Du. Bukan, bukan pedang Jugram yang salah. Tapi tubuh Cang Du tiba-tiba berubah menjadi pekat, iya, tubuh Sternritter itu menahan tajamnya pedang Jugram. “Kau lupa kekuatanku?” Ucap Cang Du pada akhrinya. “Cang Du "The Iron". Bagiku mudah untuk menghentikan pedangmu.” Tak ada yang berkata, semuanya hening. BG9 yang sedari tadi berteriak juga tak mengeluarkan suara. “Coba saja tebas kalau bisa.” Teriak Cang Du, seolah pemandangan sangat langka melihat seorang Cang Du yang selalu menyembunyikan suaranya, tiba-tiba lancing berteriak seperti itu. “Aku tak akan dibunuh oleh siapa pun kecuali Yang Mulia...!” Jugram hanya tersenyum tipis melihat teman sesame Quincynya berbuat sejauh itu. Tapi, bukanlah sebuah simpati yang akan dia berikan, bukanlah sebuah ketakutan dari gertakan tak berarti seperti itu. Dia tahu bagaimana menyelesaikan tugas yang diberikan langsung oleh Rajanya. “Begitu luar biasa.” Pujinya bangga. “Keberuntunganmu yang kedua. Apa kau tidak lihat...” Matanya memandang tajam kea rah Cang Du, memperingatkan pada sosok terbelenggu itu kalau tidak ada cara untuk meloloskan diri dari hukuman ini. “Timbangan yang miring?” Mata Cang Du langsung terbelalak, pandangan lurusnya mengarah tepat ke belakang Jugram. Dia dapat melihat dengan jelas timbangan yang dimaksud oleh Jugram. Sebuah timbangan yang mengayun- ayun karena ketidakseimbangannya. Cang Du tak bisa menggerakkan bulir matanya, dia hanya membelalak tanpa mengeluarkan sepatah katapun. Tidak bisa baginya. Jugram hanya tersenyum, dan dengan sebuah ayunan pelan, pedangnya sudah membelah tubuh sang Sternritter I menjadi dua bagian. Membuat potongan tubuhnya tergeletak begitu saja, berlumur darah kotornya. … Di tempat lain, terlihat Ikaku dan Yumichika berada di balik reruntuhan. Dari penampilannya, mereka sama sekali belum mencicipi pertarungan di perang babak kedua ini. Atau, mereka telah mengalahkan lawan-lawannya tanpa kelelahan sedikit ‘pun. Yang pasti, mereka sedang dalam keadaan terbaik mereka sekarang. “Sudah malam.” Guam Ikkaku sambil mengendap-endap mengawasi sekeliling mereka. “Bukannya memang jadi malam dari tadi?” Tanya Yumichika yang berada di belakangnya “Tadi cuma berawan. Malam baru datang ke Soul Society di luar Seireitei.” Mata Ikaku masih terfokus pada sekeliling mereka. “Bayangan akan bertambah banyak. Firasatku jelek...” Belum selesai mengakhiri kalimatnya, sosok bayangan muncul di belakang mereka. “Tim Madarame?” Ucap seorang yang baru dating tersebut, terdengar begitu familiar untuk kedua telinga mereka. “Itu kalimatku. Ngapain kau di sini?” Tanya Ikkaku seolah terusik dengan kedatangan sang Kyuubantai Fukutaichou itu, Shuuhei Hisagi. “Aku tersesat.” Ucap Hisagi sambil menyandarkan tubuhnya ke tembok reruntuhan. “Medannya jadi sangat beda. Mereka menyebar reishi sangat pekat supaya kita tak bisa menemukan mereka.” “Menurutku sebaiknya kita jangan bergerak buru-buru di malam hari.” Ikkaku kembali memicingkan matanya, melanjutkan mengamati keadaan di sekeliling mereka. “Mereka sembunyi dalam bayangan. Kalau kita berkeliaran di malam hari, kita akan melakukan apa yang mereka inginkan.” Tapi, sesaat setelah Ikkaku memberikan peringatan itu. Sosok besar melompat ke atas mereka. Kali ini bukan sosok yang mereka kenal. Dia adalah sang Sternritter S, Mask De Maskulin. Sosok besarnya langsung menghantam tubuh mereka yang sedang tidak awas. Membuat ketigas shinigami itu langsung terkapar begitu saja. “One! Two! Threeeeee!!!!” Ucap Mask De dalam bahasa Inggris dengan sangat lancer. Seolah dia sudah menggunakan bahasa itu dalam waktu yang cukup lama. “Hei, James!” Teriaknya memanggil anak buahnya. Seorang sosok kecil yang sedang girang memainkan bell pertandingan gulat. “Dengan ini kita sudah menumpas hampir semua yang setingkat taichou, tapi—” “—Sedih ya menang tanpa ada yang menonton, James!” “Anda benar, tuan!” Jawab sosok kecil itu dengan girangnya. Tiba-tiba sebuah cahaya terpancar cukup terang dari arah langit Seireite. Bukan, itu bukanlah cahaya bulan. Bulan sabit tak akan mampu memancarkan cahaya seterang itu. Itu adalah sesuatu yang menghantam shakkonmaku, pelindung Seireite yang telah termakan oleh pekatnya Wandenreich. “Cahaya apa itu?” Gumam Mask De. .. Tepat di bawah pendaran cahaya tak terang itu. Kedua sosok shinigami baru saja menapakkan kakinya di tanah Seireite. Pendaratannya begitu mulus, tak ada yang terluka. Mereka adalah shinigami, iya, walau pakaian yang mereka kenakan kini terlihat begitu kontras jika dibandingkan dengan seragam shinigami yang lain. Seorang yang memakai jubah bermotif harimau, Abarai Renji. Memasang wajah lega, matanya menatap awas sekelilingnya dibalik kacamata hitam yang dia kenakan, seorang yang lain, Kuchiki Rukia, juga mengenakan jubah selain google yang dia kenakan. Kedua pemain utama telah menaiki panggung pertempuran ini. Entah, skenario seperti apa yang akan dia mainkan setelah ini. Hanya mereka yang tahu!
To be Continued
- Bleach 560:
ALUR CERITA BLEACH CHAPTER 560
Setelah pertempuran antara Hitsugaya dengan Cang Du, Oomaeda dan Sui Feng yang harus melawan BG9, Komamura yang telah mengalahkan Bambietta, serta pertemuan antara Jugram dan Kyoraku yang berakhir tanpa setetes darah, peperangan ini masih belum berakhir. Pertempuran itu hanyalah sebuah acara pembuka kali ini. Sang bintang utama dari pihak musuh, Yhwach, masih enggan menapakkan kakinya ke tanah pertempuran, seakan maju sekarang hanya akan menambah kebosanannya dalam menghukum sang musuh. Pertempuran pembuka lainnya juga mulai terjadi di tempat lain, beberapa saat lalu. Hisagi, Yumichika dan Ikkaku bertemu dengan lawan mereka secara tidak langsung. Pertempuran seorang fukutaichou, seorang Daisanzeki dan Daigozeki melawan seorang Sternritter S tak terelakkan. Sayang, walau jumlah mereka lebih banyak dari sang Quincy, mereka masih belum bisa menandinginya. Bleach Chapter 560 - Rages at Ringside Teks Version by Bleach Indonesia Sang Quincy dapat mengalahkan mereka bertiga dengan mudahnya, seolah mereka hanyalah para shinigami Hohei yang baru lulus dari Akademi. “One! Two! Threeeeee!!!!” Ucap Mask De dalam bahasa Inggris dengan sangat lancer. Seakan dia sudah menggunakan bahasa itu dalam waktu yang cukup lama. “Hei, James!” Teriak Mask memanggil anak buahnya. Seorang sosok kecil yang sedang girang memainkan bell pertandingan gulat. “Dengan ini kita sudah menumpas hampir semua yang setingkat taichou, tapi—” “—Sedih ya menang tanpa ada yang menonton, James!” “Anda benar, tuan!” Jawab sosok kecil itu dengan girangnya. Tiba-tiba sebuah cahaya terpancar cukup terang dari arah langit Seireite. Bukan, itu bukanlah cahaya bulan. Bulan sabit tak akan mampu memancarkan cahaya seterang itu. Itu adalah sesuatu yang menghantam shakkonmaku, pelindung Seireite yang telah termakan oleh pekatnya Wandenreich. “Cahaya apa itu?” Gumam Quincy bertubuh besar itu. “Hmm...” Walau terhalang oleh topeng noraknya, dapat dipastikan kalau dahinya sedang mengertu sembari memicingkan matanya, mencoba memfokuskan pandangannya. Rasa penasaran ternyata juga bisa hinggap pada otak quincy satu ini. “Aku tak tahu itu apa, tapi mereka jatuh lumayan jauh...” Ucap Mask pada akhirnya. Dia masih belum tahu persis benda apa yang baru saja jatuh itu. “Apa perlu aku ke sana ya—” “—Menurutmu gimana, James?!” Sosok bernama James yang berada tak jauh di belakangnya baru sadar kalau baru dipanggil oleh tuannya. Seperti seekor *hewan yg menggonggong* peliharaan yang langsung menggonggong saat dipanggil oleh tuannya, James langsung tersontak kaget, tentu saja dia tidak menggonggong. Dia malah tersenyum bahagia. “Hah!” Ucap James kegirangan. “Kalau Anda menghabisi sesuatu yang mencolok, aku yakin semua orang bakal menonton Anda!” Mendapatkan sebuah usulan yang terdengar menarik bagi telinga Mask, Quincy yang berpenampilan seperti seorang pegulat professional itu langsung berlari dengan cepat, seakan melupakan beban tubuhnya yang seberat gajah dewasa itu. “Ayo berangkat!” Teriaknya buru-buru. “Kita harus cepat, James!!” James yang berada di belakangnya sontak mengikutinya, terbirit-birit mencoba menghindari reruntuhan bagungan yang menjadi penghalang berarti bagi tubuh kecilnya itu. Dia berteriak tak jelas meminta sang tuan untuk menunggunya. Alih-alih teriakan James yang menghentikan langkah cepat Mask, justru seutas rantai hitam tiba –tiba melilit kaki besarnya. Di ujung rantai, Hisagi mulai tergerak, dia masih belum kalah sepenuhnya. Tubuhnya mencoba bangkit sambil meraik paksa rantai yang telah melilit salah satu tungkai Mask. “Tunggu...” Ucap Kyuubantai Fukutaichou dengan nafas tersengal. “Kau kira kau sudah menang cuma karena bisa membuat kami babak-belur?” “Hmmm…” Mask De Masculine sama sekali tidak takut pada gertakan sambal fukutaichou itu. Dia hanya menghela nafas pelas dengan pandangan kasihan pada Hisagi. Tangannya langsung meraih rantai yang melilit di kakinya itu. Tentu saja, dia tak akan bisa melangkah kemana-mana dengan kaki seperti itu. Maka, dengan sekali tarikan yang tidak seberapa, rantai itu langsung melaju ke arahnya, beserta dengan Hisagi yang tak bisa melawan tenaga besar Mask. Dengan tangan yang satunya lagi, Mask De Masculine langsung menghantam leher Hisagi, dan menjungkalkannya ke tanah. Shinigami bertato 69 itu tak berdaya, tubuhnya tak bisa bergerak setelah serangan seperti itu menghantam tubuhnya. Namun, Mask De Masculine belum mau menyelesainya secepat itu. Ah, sepertinya dia berpikir lebih baik menghabisi musuhnya saja dari pada harus menjadi pengganggu lagi nanti. Kakinya yang bahkan lebih besar dari wajah Hisagi sudah terangkat dan siap menginjak kepala Hisagi. Tapi, nasib baik masih bersama dengan shinigami itu. Tepat sebelum kaki Mask mengenainya, sebuah kaki lain, yang berukuran lebih kecil menghentikan laju kaki Mask. “Cih” Seorang pemuda berambut perak baru tiba di sana, rambut agak Mohawk dengan shihakushou dan haori tanpa lengan, seolah sengaja memamerkan otot-otot lengannya yang besar, menjadi ciri khas pemuda satu ini, tentu saja bila melihat tato 69 yang berlukis di bagian atas perutnya kita akan langsung mengenali sosok satu ini, Muguruma Kensei, siapa lagi sosok shinigami tubuh atletis seperti seorang tentara yang berada di Seireite ini. “Kalah tanpa bisa menunjukkan hasil latihannya.” Gumamnya sombong. “Fukutaichou yang menyedihkan.” Entah ucapannya sebuah ejekan, sebuah cemooh, sebuah bentuk kekecewaan, atau sebuah kalimat penyulut semangat, tak dapat dibedakan dari intonasi suaranya. Namun, wajahnya jelas menunjukkan bila dia tak ingin mempunyai seorang Fukutaichou yang lembek, yang menyia-nyiakan hasil latihannya selama ini. Ya, memang sekeras itulah watak seorang Kensei. ‘’ Kau teman mereka?” Ucap Mask menyela pembicaraan mereka. Yah, walaupun Hisagi belum menjawab ucapan Kensei tadi. “Aku taichou-nya si shinigami yang berbaju tanpa lengan.” Ucapnya tanpa basa-basi, sesuai sekali dengan kepribadiannya yang tak banyak bicara. “Kyuubantai Taichou, Muguruma Kensei.” “Seorang taichou! Menakjubkan!” Balas Mask kegirangan, tapi tak berlangsung lama. Seolah dia tak melihat ketertarikan pada diri Kensei, wajahnya langsung terlihat datar. “Tapi tolong jangan menutupi jalanku! Biasanya aku sangat senang bertarung orang setingkatmu, tapi sekarang aku mau memeriksa benda mencurigakan yang baru saja jatuh!” Sternritter S itu ternyata masih lebih penasaran pada pendaran cahaya yang menukik tajam tadi. Walau begitu dia masih nyengir, memamerkan giginya seakan itu dapat membuat Kensei melangkah mundur. “Yah, jangan bilang begitu.” Ucap suara lain ikut mencampuri mereka. Sebuah suara melo dengan sedikit flamboyan menjadi cirri khasnya. Rambut emas bergelombangnya merupakan daya tarik tersendiri bagi orang lain saat berjumpa dengannya. Berjalan santai namun kesiagaannya masih tetap terjaga, pria yang lebih dikenal dengan Rose itu menapakkan kakinya dengan hati-hati dengan Kinshara yang masih tersegel teracung di depannya. “Ada dua taichou di sini.” Ucap Rose kembali setelah jaraknya tak begitu jauh dengan partner sesame Vizardnya itu. Bibirnya masih menyungging, khas seolah Sanbantai Taichou. “Kalau kau mau populer, kurasa ini kesempatan yang sempurna.” “Jangan khawatir.” Janji Kensei,dia langsung mengeluarkan zanpakutounya yang sedari tadi masih tersarung. ” Waktumu tak akan sia-sia.” Reiatsu di sekitar Kensei langsung berputar semakin tepat, kekuatan reiatsunya yang meningkat tinggi menggetarkan tanah pertempuran di mereka. Rose hanya terdiam, dia mengerti kalau Kensei ingin melakukan ini sendirian. Seratus tahun lebih bersamanya, tentu saja tak akan membuat Rose lupa watak seorang temannya itu. “Bankai—” Ucap Kensei sembari memberikan tatapan yang tajam. “—Tekken Tachikaze!!” Seketika bilah tajam di genggamannya menghilang, tergantikan sebuah lilitan metal di kedua lengannya, Tepat di bahunya terdapat sebuah metal lain yang menghubungnya ke bahunya yang lain. Di punggungnya terdapat sebuah bundaran benda serupa. Kedua tangannya menggenggam sebuah bilah tajam, siap memotong apa saja yang menghalangi langkahnya. Sayang sekali, tekanan Reiatsu yang seperti itu sama sekali tak membuat Mask tidak gentar, dia sudah beberapa kali menghadapi seorang shinigami dengan tekanan Reiatsu yang setingkat Kensei bila dilihat dari wajah senangnya. “Kurasa tak ada pilihan lain!!” Teriak Mask sambil melepas dan melempar jubah sucinya. “Kalian akan kukalahkan dalam hitungan ke-10!” Sternritter bertubuh gempal itu melompat, langsung mengarahkan kedua kakinya tepat kea rah Kensei. Kensei tak menghindar, tubuhnya ikut terdorong oleh tendangan itu, menembus dan merobohkan beberapa bangunan yang ada dibelakangnya. Tapi, sosok shinigami itu tak akan kalah bila hanya adu tenaga. Otot-oto lengannya bukanlah sebuah pajangan yang hanya bisa dipandang sebelah mata saja. “Apa-apaan ini?” Geramnya tidak puas. Dia sama sekali belum mendapatkan kepuasan dari serangan sang musuh. Mask De Masculin hanya bisa ternganga, mungkin bila musuh selain kensei yang menerima serangan seperti ini, dia sudah mati. Tapi, justru di sinilah kesalahan yang dia buat, sudah salah memilih Kensei sebagai lawannya. “Benar-benar memalukan...” Cemooh Kensei. “Shuuhei kalah dari beginian?!” Dahinya terlihat biru karena urat-uratnya keluar akibat marah. Kemarahannya memuncak, entah karena Hisagi atau karena mendapatkan lawan yang sangat lemah. Atau mungkin karena keduanya. Yang jelas amarahnya sedang berada di ujung ketegangan sekarang. “Dasar *sensor*!!!” Tangannya menggenggam bilah tajamnya lebih erat, seketika itu bilah tajam itu menghilang, ah tidak, lebih tepatnya melebur dalam tangannya , menjadi sebuah sarung tinju yang menutupi tangannya. Sebuah kekuatan yang cocok untuk melawan seorang Mask yang tipe pegulat seperti itu. Tanpa menerima aba-aba, Kensei langsung menyarangkan tinju tepat ke perut Mask, membuat Sternritter S itu terjungkal. Mulutnya hanya meringis kesakitan, bola matanya seolah ingin pecah menahan sakit. Sosok raksasa itu hanya bisa menggeram kesakitan sambil berlutut memegang perutnya. “Mister dibuat berlutut dalam satu pukulan...” Suara James terdengar ketakutan menyaksikan tuannya yang kesakitan. Kensei belum selesai, tentu saja dia belum puas dengan pertarungan ini. Menyudahi pertarungan hanya dengan satu pukulan. Hah, bukanlah seorang Muguruma Kensei. Tangannya mencengkran kerah baju Mask, mengangkat sosok raksasa kesakita itu hanya dengan tangan kirinya, seolah tubuh Mask hanyalah seberat bayi yang baru lahir. “Bagaimana rasanya?” Ucapnya Kensei remeh. “Tachikaze adalah zanpakutou yang bisa membuat apa pun yang dipotong terasa meledak- ledak. Bankai-nya, Tekken Tachikaze, menyimpan kekuatan itu ke dalam tinjuku.” Tinju kedua langsung meluncur dari kepalan tangan Kensei, kali ini masih perut Mask yang menjadi sasaran. “Kekuatan yang meledak-ledak itu akan terus- menerus menghantammu selama kau menerima tinjuku.” “Gwooooohhhhh” Geraman Mask semakin menjadi-jadi. Tubuh besarnya terlempar ke udara, menghantam gedung tinggi yang tak jauh dari tempat mereka bertarung. Rose yang masih tidak bergeming dari tempatnya berdiri, hanya bisa memandang kawannya itu. Sesekali melirik pada reruntuhan tempat Mask mendarat. “Tak ada yang perlu kulakukan...” Ucapnya sedikit kecewa. “mungkin” “Mohon jangan kalah! Mister!” Teriak suara anak kecil yang sempat terlupakan oleh Kensei. Iya, James yang merengek sambil mengeluarkan air mata. “Misteeeeeer!!” Kensei baru saja tersadar. Dia memang tidak bisa menghadapi anak kecil. Bukan keahliannya sama sekali. “Musuhnya benar-benar payah sampai-sampai kita jadi kelihatan seperti orang jahatnya.” “Salah...” Teriak Hisagi degan sisa kekuatannya. “Salah... Taichou...!” “Sudah sadar?” ejek Kensei. “Anda harus menghabisi yang kecil duluan...!” Teriak Hisagi dengan suara yang lebih keras. Kensei sama sekali tidak mengerti. Tapi, justru itulah satu-satunya kesempatan yang dimiliki oleh musuh. Tiba-tiba James, sianak kecil berteriak sekeras yang dia bisa. “Ayo bangkitlah, Superstaaaaaar!!!” Tiba-tiba dari arah Mask terjatuh tadi, reiatsu terasa semakin pekat. Bukan hanya reiatsunya, tubuh sternritter yang sudah babak belur tadi juga menjadi lebih besar. Kensei dan Rose baru saja menyadarinya, langkah mereka kurang cepat dari sang sternritter itu. Mendapat kesempatan emas seperti itu, Mask memulai balas dendam, sekali kibas, Kensei dan Rose terlempar menghantam gedung-gedung di dekat mereka. “Aku adalah "S"! Sang Superstar, Mask de Masculine!!” Teriak Mask sambil mengangkat kedua tangannya ke atas, berpose seperti para juara pegulat yang sering mengkhiasi televise ketika mereka memenangkan pertarungan. James, berjingkrak-jingkrak kesenangan di bahu kanan Mask. “Sorakan penonton adalah kekuatanku!!!”
To be Continued
- Bleach 561:
ALUR CERITA BLEACH CHAPTER 561
Mask de Masculine, sang Sternritter S mulai menunjukkan sisi sebenarnya. Kekuatan sebenarnya yang tersembunyi dari huruf S yang dia sandang. Superstar, sebuah kekuatan yang biasa, atau terdengar begitu lucu bila terdengar. Tapi, sungguh akan menjadi sebuah kekuatan yang sangat praktis dan mengerikan bila kita tidak memandang dari nama atau wajah orang yang menyandangnya. Tidak, Superstar sama sekali tidak merujuk pada tampang seorang Mask de Masculine. Hah, tentu saja dia wajahnyanya akan terlampau jauh bila dibandingkan dengan para aktor-aktor tampan yang berakting dibalik layar kaca, yang menjadi penikmat mata bagi para manusia di dunianya sana. Bleach Chapter 561 - The Villain Teks Version by Bleach Indonesia Kumisnya yang tebal, pakaiannya yang ketat, badannya yang besar dan kekar, menunjukkan kalau dirinya terlihat seperti seorang superstar dibidangnya. Pegulat, iya. Kekuatan utamanya adalah sorak-sorai para penonton yang membangkitkan kekuatannya, laiknya para pegulat tangguh yang semakin menggila di atas ring dikala para penggemarnya meneriaki dan menyoraki nama mereka. Mask de Masculine, sama persis dengan mereka, semakin banyak teriakan penonton yang mendukungnya, akan semakin banyak kekuatan yang akan masuk dalam dirinya. Kekuatan yang sangat sederhana, namun mengerikan. Bahkan, Kensei dan Rose yang baru menyadari kekuatan sang sternritter satu ini harus rela terkena hantaman tangan dan kaki Mask. Mereka terpental, cukup jauh hingga menghantam menara yang menjulang tinggi di sana. Mask masih menyeriangai puas sambil mengakat kedua tangannya, berpose laiknya seorang pegulat yang baru saja menaklukkan lawannya di atas ring. James, sosok kecil yang menjadi penggemar beratnya —dan sumber kekuatannya, masih bersorai, bertepuk tangan di samping kaki Mask. Namun, pertarungan masih belum berakhir. Tentu saja, Kensei dan Rose tidak akan kalah hanya dengan satu pukulan seperti itu. Masih terlalu dini bagi mereka untuk keluar dari arena peperangan. Dengan wajah kesalnya, Kensei mulai berdiri, bibirnya menyudut kea rah bawah, tidak terima dengan serangan tiba-tiba seperti itu. Lehernya dia gerak-gerakkan sedikit, agaknya pukulan yang dia terima tadi masih menyisakan rasa nyeri di lehernya. Ronde kedua akan segera dimulai, Kensei meluncur cepat dari tempatnya terjatuh, badannya dia condongkan untuk menambah gerak luncurnya ke arah Mask, namun… Sternritter dengan tubuh besar itu menghilang begitu saja dari jarak pandangnya. Tanpa dia duga, sosok besar itu telah berada di depan Kensei, langsung mengantamkan lutut kirinya tepat ke tubuh sang Kyuubantai Taichou itu. “Star Eagle Kick!!” Teriaknya begitu keras. Berada dalam keadaan yang kurang menguntungkan, Kensei sama sekali tak bisa mengelah, tendangan sang musuh yang bernama Tendangan Bintang Rajawali itu membuat mulut Kensei memuntahkan darah. Tubuh Kensei terlempar kembali. Kali ini tidak sempat terlempatr menghantam tembok, tangan kekar Mask meraih kepala Kensei dan menghantamkan kepala taichou berambut putih itu tepat ke kepala Mask. “Star Headbutt!!” Teriak Mask kembali. Darah segar kembali keluar dari dari Kensei. Sundulan Bintang itu ternyata memberikan dampak yang begitu besar. Tapi, ini masih belum berakhir, Kensei masih mempunyai kesadarannya, masih bisa bertarung dengan sisa tenaganya. “Sialan!” Umpatnya. “Jangan sombong dulu…!” Tangan kanan sang taichou mengepal semakin erat. Sarung tangan Tekken Tachikaze berubah bentuk untuk yang kedua kalinya. Kali ini besi-besi di ujung sarung tangannya menonjol, siap untuk menghantam sang musuh. Dengan sekuat tenaga Kensei meluncurkan serangannya, tepat ke arah perut Mask. “NUOOOOOHH!!” Geram Mask saat mencoba menghalau serangan si Taichou. “Berjuanglah!” Sebuah teriakan khawatir terdengar dari bawah mereka. James masih setia pada tuannya, dia masih tidak ingin menyaksikan idolanya dikalahkan begitu saja. “Superstar!!!” Bak suntikan obat kuat, tubuh Mask kembali terisi oleh tenaga. Tangan-tangan kekarnya dapat menghentikan laju tinju Kensei. “Gak mempan sama sekali!” Ejek Mask. Tangannya langsung meraih tangan Kensei, dan dalam hitungan detik, tangan besar itu mematahkan tangan Kensei yang penuh dengan otot itu. Sebuah pukulan tambahan dia luncurkan untuk membuang Kensei ke tanah. Dentuman keras kembali terdengar. Tubuh lunglai sang Kyuubantai Taichou terlihat begitu memilukan, tangannya bengkok karena patah, darah mengalir dari sebagian besar tubuhnya. Matanya tak bisa terbuka sempurna, alih-alih membuat padangannya mengabur. Satu-satunya yang menjadikan kebanggannya di saat mengenaskan seperti itu adalah bankainya yang masih belum lenyap, sungguh kemampuan yang luar biasa. Tangan kirinya menggenggam lengan kanannya yang bengkok. Mulutnya menggeram kesakitan. Walau begitu, dentingan bel sebagai pertanda ronde kedua belum terdengar. Mask masih boleh menyerang lawannya, dan sternritter itu sama sekali tak menyia-nyiakan hal itu. Tubuh besarnya melompat, dan langsung menghantamkan lututnya ke tubuh tak berdaya Kensei. Alih-alih menghindar, bergeser saja sangat sulit bagi Kensei. Tubuh kekar yang dia banggakan tak bisa menahan hantaman keras sang sternritter, perlahan kesadarannya menghilang, sama sekali. “Kurasa aku tak perlu menghitung sampai 10.” Ucap Mask dengan begitu sombongnya. “Gyaaaahh!!” Sebuah teriakan terdengar. Bukan Kensei, tentu saja tak ada yang bisa berteriak dalam keadaan tak sadarkan diri. Mask langsung menoleh, dia mengenal betul suara itu, James, iya, tak salah lagi. Tapi sudah terlambat bagi Mask. Karena ujung Kinsahara milik Rose sudah tertancap ke tubuh mungil James. Dan, dalam ayunan kecil, cambuk emas itu langsung membelah tubuh James. “Mi... Mister...” “Jaaaaammeeeesss!!!” Teriak Mask dengan kepanikannya. “Pengecut sekali kau melukai seorang penggemar!!” “Terserah apa katamu.” Ucap Rose dingin. Wajah santainya terlihat begitu mengerikan dikala dia sedang marah. Amarahnya telah memuncak, tidak terbendung. Bukan karena pukulan yang dia terima. Sama sekali bukan, melihat temannya selama ratusan tahun yang terluka seperti itu sangatlah membuat emosi seorang Rojuro mencapai batasnya, tapi dia tahu kalau ini perang, dia tak bisa mengkhianati kerjasama tak terencana itu. “Tanpa dia kau tak bisa menggunakan seluruh kekuatanmu, 'kan?” “Kensei sudah berusaha membuka peluang, aku tak bisa menyia-nyiakannya.” Tangannya mengangkat cambuk emas itu tinggi-tinggi. “Bankai—” “—Kinshara Butoudan” Reiatsu memekat di sekitar Rose. Sanbantai Taichou itu benar-benar serius, dia bahkan belum begitu gampangnya menggunakan bankai secepat ini. Bahkan saat melawan Primera Espada dulu, dia ingin mengakhiri perang ini secepatnya. Cambuk Emas Kinshara memanjang dia langit, melilit dirinya sendiri hingga menjadi sebuah bentuk menyerupai manusia, hanya saja mereka mempunyai wajah seperti bunga Sal yang mereka di musim semi. Sosok aneh itu sebanyak 18, saling behadapan di sisi kanan kiri Rose. Tangan Rose kini tak memegang gagang pedangnya, cambuk itu telah hilang sepenuhnya, tergantukan oleh tongkat Baton yang biasa dipegang olah seorang Dirigen. Tangan Rose mulai diayunkankan, dia akan memulai orchestra musiknya. “Kinshara Butoudan adalah penari kematian.” Ucapnya kelam. “Bayaran mereka adalah nyawamu.” Gerakan tangan Rose semakin cepat dan berirama, seakan dia sedang memimpin ratusan pemusik di depannya, berdiri di atas podium, dengan mata semua orang yang tersorot pada buton yang bergerak lihai di tangannya. “Bagian pertama dari pertunjukan hari ini adalah "Sea Drift".” Tangannya kembali terayun dengan lihainya, makhluk- makhluk aneh yang tercipta dari cambuk emas Kinshara bergerak dari tempatnya, seakan mereka ada pemusik yang mengerti akan node-node yang diperintahkan oleh gerakan tangan Rose, mereka berputar, semakin cepat mengelilingi Mask. Mereka menciptakan air, semakin melimpah mengunci gerakan Mask. “Apa ini?!” Teriak Mask, masih menyisakan kepanikan karena kehilangan satu-satunya penggemar setianya. “Air?” “Bagian kedua adalah... "Prometheus".” Lanjut Rose menghiraukan pertanyaan sang musuh. Makhluk-makhluk aneh itu berhenti dari putarannya, tangan mereka terangkat, dan melemparkan bola-bola api ke arah Mask. Api itu semakin besar, semakin berkobar untuk memanggang tubuh besar Mask. “Mustahil!” Teriak Mask kepanasannya. “Tak ada zanpakutou yang bisa mengendalikan air dan api sekaligus. Ini cuma ilusi!!” “Benar.” Ucap Rose membenarkan, entah apa yang membuatnya tertarik untuk menjawab pertanyaan seorang musuh itu. “Teknikku memang cuma tipuan. Tapi tipuan ini selalu berhasil menipu hati manusia.” “Yang kukendalikan adalah "lagu". Lagu yang berdendang dalam telingamu adalah ilusi yang akan mencuri hatimu. Bila hatimu tertipu oleh tipuan kau bisa mendapat luka bakar. Dan kau bisa berhenti bernafas.” Ucap Rose panjang lebar. “Baiklah, bagian terakhir ini sesuai sekali denganmu. Bagian ketiga—” “—Ein Heldenleben!!” Namun tidak terjadi apa-apa. Ini tidak seperti yang direncakan Rose, sosok besar yang seharusnya lenyap itu masih berada di depan Rose, dengan senyum tipis yang samar karena kumis lebatnya. “Percuma menutup telingamu.” Ucap Rose. Tapi, ekspresi wajah Sanbantai Fukutaichou itu berubah saat menyadari sesuatu. Iya, Mask bukan hanya menutup telinganya, tapi juga mengorbankan telinganya. “Kau merusak gendang telingamu...?!” Mask langsung menyerang balik, sebuah cahaya berpendar dari topeng bintang di dahinya, dan meluncur ke arah Rose, membuat tubuh sang Taichou itu terluka, sebuah lubang di dadanya tercipta begitu parah. “Sinar seorang pahlawan akan membunuh semua penjahat!” Teriak Mask bangga. Tubuh Rose terhuyung, kesadarannya menghilang. Kakinya tak bisa menopang berat tubuhnya. Membuat dia terhuyung menghantam rerutuhan gedung dibawahnya. “Sial...” Maks hanya tertawa terbahak- bahak menyaksikan korban ke- lima yang berhasil dia lumpuhkan. “Kau masih hidup?” Gumamnya saat melihat Rose yang masih bergerak, mencoba untuk berdiri ditengah ketidakberdayaannya. “Semangat hidup yang cukup menyebalkan, buat ukuran seorang penjahat! Kau tak bisa kumaafkan!” Sebuah cahaya kembali berpendar dari topengnya. Serangan yang sama kembali dia luncurkan, mencoba menghabisi Rose tanpa bekas. “Matilah!” Namun, cahaya itu berpendar sebelum menyentuh tubuh Rose, terberai karena dihalangi oleh sesuatu. Iya, seorang tamu yang tak diundang menghampiri Ring pertarungan mereka. Abarai Renji, dia berhasil menapakkan kakinya tepat waktu, Zabimaru yang dia genggam berhasil menghalau laju cahaya itu tepat pada waktunya. “Kau menangkis sinar bintangku, siapa kau?!” Tanya Mask seakan dia baru saja Amnesia. Dia baru saja kehilangan gendang telinganya, sungguh tak ada gunanya bertanya sekarang. “Penjahat.” Jawab Renji singkat, sembari melontarkan tatapan tajamnya dibalik kacamata barunya. Iya, ini saatnya pergantian pemain, lagi.
To be Continued
- Bleach 562:
ALUR CERITA BLEACH CHAPTER 562
Akhirnya, kedua bintang utama yang baru saja menapakkan kakinya itu telah memasuki panggung pentasnya. Para pemain figuran, segera memberikan mereka jalan, membiarkan sang shinigami yang telah berlatih dikediaman sang raja ruh untuk menunjukkan kekuatan barunya. Renji, sang Rokubantai Fukutaichou itu, hanya dengan sisi bilah Zabimarunya menghentikan laju cahaya suci—pemusnah dari Mask De Masculline, cahaya bersisi bintang yang telah merubuhkan sang Sanbantai Fukutaichou, Rojuro Ootoribashi, yang bahkan baru memainkan bankainya. “Kau menangkis sinar bintangku, siapa kau?!” Tanya Mask seakan dia baru saja Amnesia. Dia baru saja kehilangan gendang telinganya, sungguh tak ada gunanya bertanya sekarang. Pun walau dia tak kehilangan pendengarannya, sangat wajar bagi Mask menanyakan sosok yang menjadi penghalangnya itu. Dia pernah berhadapan dengan Renji sekali, saat di invasi pertama yang dilakukan oleh kaumnya. Dia berhasil mengalahkan Renji sekali, dengan tendangan ala pegulatnya. Bleach Chapter 562 - The Villain 2 Teks Version by Bleach Indonesia Tapi, penampilan Renji yang berubah, tentu saja tak mengherankan bila dia tidak mengenalnya. Berkacamata hitam, berjubah ala kaum Persia dengan syal bermotif kulit harimau. Tak ada yang bisa mengenalinya, kecuali bagi orang yang mengerti akan rambut merahnya itu. “Penjahat.” Jawab Renji singkat, sembari melontarkan tatapan tajamnya dibalik kacamata barunya. Mask masih terkejap, mencoba menerka siapa sosok pengganggu itu. Tapi Quincy bertubuh besar itu tak hanya kedatangan seorang pengganggu. Iya, sedetik kemudian sosok yang berpakaian sama—hanya dengan motif yang berbeda bershunpo di belakang Renji. Rukia, siapa lagi? “Renji!” Gumamnya seoakan tak terima ditinggal begitu saja oleh Renji. “Rukia.” Pemuda berambut merah itu menanggapinya. “Jagalah Muguruma-taichou dan Ootoribashi-taichou—” “—Jangan buang waktu, cukup aku saja yang melawannya.” “...Ya sudah.” Sosok bertubuh mungil ini langsung mengerti perannya mengapa dia berada di sini. Kemampuan Rukia memang bukanlah mengayunkan bilah tajamnya. Dia mengakui bila kemampuannya merapal mantra kidou adalah keahlian yang paling dia kuasai. Kaidou, kidou penyembuhnya paling dibutuhkan oleh para shinigami yang telah terkapar karena serangan Mask. Kaki Rukia melompat pelan, sosok Rose yang pertama kali dia hampiri, luka Sanbantai Taichou inilah yang paling parah diantara teman- temannya yang lain. Segera Rukia melilitkan kain yang dia bawa dari Istana Raja pada tubuh Rose yang berlubang. “Dia tak sebanding denganmu yang sekarang, kuserahkan dia padamu.” Entah apa yang membuat Rukia sangat yakin, yang pasti tak ada keraguan di setiap ucapannya. Dan, “…..sst” Rukia telah menghilang dari sana, bersama dengan tubuh Rose yang terluka. “Hmmm?” Gumam Mask tak mengerti. “Kalian tidak mau mengeroyokku? Padahal para taichou pengecut tadi begitu! Tidak apa-apa kok kalau penjahat berbuat seperti pengecut, kalian boleh curang melawanku!” Celotehnya, sepertinya kemenangan yang dia dapatkan dari dua sosok taichou tadi membuat kepalanya semakin besar saja. “Terima kasih.” Ucap Renji. “Kalau begitu aku akan bersikap pengecut untuk menang.” Mask terdiam, dia Cuma menatap hampa pada musuh di depannya. “Hmmmm?” “Perasaanku bilang kau barusan bilang sesuatu yang keren. Tapi aku tak bisa dengar apa-apa!” Kepala berpikir. “Oooh, iya!” “Tadi 'kan aku merobek gendang telingaku!” Quincy ini baru menyadarinya. “Oooooooi! Jaaaaames!!” James yang tubuhnya telah terbelah dua itu masih hidup. Walaupun hanya tersisa tubuh bagian atasnya, dia masih terlihat sangat sehat. Dia melompat-lompat kegirangan seakan dia tak lupa kalau kakinya sudah tidak ada. Darahnya masih mengucur cukup banyak dari tubuhnya yang terbelah itu. Namun, bukan waktu baginya untuk memikirkan hal itu, idolanya sedang membutuhkan pertolongannya, sedang butuh sorakannya. “Anda memanggil saya, mister?!” Teriak James. “Apa-apaan...?” Renji sedikit kaget melihatnya. Agak mengganggu kepalanya juga, seakan usaha sang Sanbantai Taichou tadi sama sekali tidak berguna. “Orang itu masih bisa hidup...?” “Aku butuh bantuanmu, James!!” Teriak Mask yang akhirnya melihat sosok— separuh mungil itu. “Aku ingin disembuhkan dengan sorakan penggemarku!” “Yaaa! Gampang!” Ucap James, kegirangan, masih lompat- lompat dengan separuh badannya. “Semangatlaaaah!! —“ “—Superstar!!!” Mask terdiam, tangannya dia lebarkan di belakang telinganya, mencoba untuk mendengar teriakan James. Renji juga terdiam, dia tak mengerti apa yang sedang dilakukan musuhnya. Perlahan, suara James masuk ke lubang telinganya, diterima oleh gendang telinga Mask yang rusak. Dia tak dapat mendengar, awalnya begitu. Tapi, perlahan telingannya itu berangsur pulih. Iya, Quincy itu kembali bisa mendengar. Telinganya telah sembuh seperti sebelumnya. “Gendang telingaku baru!” Teriak Mask ikut kegirangan. “Kembali ke bentuknya yang cantik!” “Aku bisa mendengar dengan sempurna!” Quincy satu itu masih terlarut dalam kesenangannya, mulutnya tak dapat berhenti tersenyum karena terlalu senangnya. “Hei, penjahat, coba bilang sesuatu!” “Kau benar-benar menjijikan.” Jawab Renji spontan “Kau mengejekku!” Quincy itu mulai marah. Tapi senyumannya masih tetap terlihat di wajahnya, hanya saja, kali ini terlihat berbeda maksud, seakan senyumannya yang sekarang berkata; kau akan jadi mangsaku yang selanjutnya. “Tak bisa dimaafkan!” Mask langsung melesat tanpa aba-aba. Meluncur dengan kecepatan yang luar biasa ke arah Renji. Auranya melesat di sekelilingnya, menghancurkan segala yang berada di sekitar tubuh Quincy dengan kekuatan Superstar itu. “Star Rocket Headbutt!” Teriakannya masih terdengar. Ledakan terjadi, asap yang ditimbulkan kembali membumbung ke langit. “Hancur dan matilah dengan sundulan keadilanku!” Ejek Mask “Penjahat!!” Namun, sosok bershihakushou itu masih berdiri hadapan Mask, kakinya menghindar tepat waktu, sundulan sang musuh itu sama sekali tidak membekaskan sedikit noda selapiun di seragam Renji. Dan Duaaar! Ledakan kembali terdengar, Renji berhasil menyikut kepala sang Quincy bertopeng itu. Tepat sasaran, hingga tanah dibawah sang korban itu mencekung, membentuk kawah karena besarnya kekuatan yang terhempas. “Buwaaahhhh!!!” Mask tidak akan kalah, tentu saja. “Kau menghindari seranganku dan bahkan menyikutku... Kau cukup beruntung... Tapi kau membuat kesalahan... Seranganmu membuatku marah...” Mask melompat mundur, tangannya mengepal, menggenggam semua amarahnya pada satu titik tinjunya itu. Urat-urat kebiruan terlihat begitu jelas di lengan berorotnya. “Lihat!” “Kalau aku tambah marah, muncul bintang di tinjuku!!” Ucapnya sambil memamerkan motif bintang yang baru saja muncul di tangannya itu. “Ini adalah tanda bintang yang lahir untuk melawan kejahatan!!!” “Terimalah! Tinju... Bintang Mematikan!!!” Gemuruh kembali terdengar. Tanah di arena pertarungan itu terasa sedikit bergetar karena tabrakan reiatu yang terjadi. “Bagaimana rasanya, penjahat? Dengan tanda bintang, pukulanku sepuluh kali lebih kuat dari biasanya! Ini adalah palu besi keadilan!!—“ “ –hancurlah kepalamu dan matilah di hadapan kekuatan keadilan!!” “Kenapa?” Terdengar suara dari balik asap tebal itu. “Mungkin tinju mematikanmu tak bisa membunuh "Dewa Kematian"?” Renji berhasil menahan pukulan itu hanya dengan satu tangannya. Mask di hadapannya terlihat begitu kaget, urat-urat biru yang tadi hanya terlihat di tangan kanannya, kini telah merambat ke dahinya karena marah. “Bangsaaaat!!! Kau kira seorang penjahat bisa menangkis tinju seorang pahlawaaaaaan!!??” Tangannya sudah tidak terkontrol, tinjunya mendarat disembarang tempat. Gedung-gedung ala barat yang terbagung semuanya roboh karena tinjunya. “BunuhBunuhBunuhBunuhBun uhBunuhBunuhBunuhBunuhBu nuhBunuhBunuhBunuhBunuhB unuhBunuhBunuhBunuh” “Mi... Mister.....” Suara James menghentikannya. “Maafkan... Aku...” Dan tubuh bocah yang tadi hanya tinggal separuh itu sekarang sudah tak berbekas, tercabik-cabik menjadi beberapa bagian. “Jaaaaaames!!” Teriak Mask. “Kenapa... Kenapa kau terluka, James?!!” “Maaf, aku mulai dari dia duluan sewaktu kau sibuk melempar tinju keadilanmu ke semua tempat.” Jawaban terdengar dari sisi yang lain. Masih suara yang cukup dikenali oleh Mask. Suara Abarai Renji. “Sekarang kupikir kau tak akan bisa menyembuhkan diri lagi.” “Kau cuma pengecut!!!!” Geram Mask “Kau tak tahu?” Renji menarik Zabimaru yang baru saja mencabik tubuh James, dan langsung menebas tubuh tuan makhluk kecil itu—Mask menjadi dua bagian, seperti yang dilakukan Rose pada sosok kecil itu. “Semua penjahat memang pengecut.” Mask hanya ternganga melihat tubuhnya terbelah. Sang pahlawan keadilan itu tumbang hanya dalam serangan, oleh seorang Fukutaichou yang baru tiba dari langit.
To be Continued
|
| | | AgoessNaruto Robot Forum Bot
Join Date: 16/05/2009 Lokasi: AgoessNaruto Office Comments: Bot's for help you in Forum AgoessNaruto
| | Afid No JutsuJounin
Posting : 118 Join date : 09.06.14 Age : 28 Lokasi : Fiore
Databook SayaWhatsApp/Handphone Number: PIN BBM/LINE ID: Kontak Lain:
| #5Subyek: Re: Bleach 543-577 18/6/2014, 6:48 pm | |
| Bleach kalah tenar ya, sayang banget padahal ini anime mantep,, ceritanya juga sip tentang dunia arwah, mungkin sisi humornya aja yg kurang.. |
| | | AgoessNaruto Robot Forum Bot
Join Date: 16/05/2009 Lokasi: AgoessNaruto Office Comments: Bot's for help you in Forum AgoessNaruto
| | Sponsored content
| #6Subyek: Re: Bleach 543-577 | |
| |
| | | |
Subject: Re: Bleach 543-577 None Anda tidak dapat mengirmkan postingan atau mengomentari pembahasan di topik ini karena masih berstatus sebagai Tamu. Silakan Mendaftar dan Login agar dapat mengakses segala fitur forum secara penuh. AgoessNaruto Robot Forum Bot
Join Date: 16/05/2009 Lokasi: Forum AgoessNaruto Comments: Bot untuk membantu anda di Forum AgoessNaruto | | |
Similar topics | |
|
| Permissions in this forum: | Anda tidak dapat menjawab topik
| |
| |
|
|
|