Forum Indofanster
[ffic] Kau Tak Peka! 143564713
Selamat datang di Forum Indofanster.
Silakan mendaftar dan login untuk bergabung mendiskusikan berbagai Manga-Anime.

Welcome to FAN

Jangan sungkan untuk bergabung ya...

Forum Indofanster
[ffic] Kau Tak Peka! 143564713
Selamat datang di Forum Indofanster.
Silakan mendaftar dan login untuk bergabung mendiskusikan berbagai Manga-Anime.

Welcome to FAN

Jangan sungkan untuk bergabung ya...


Forum Indofanster

Forum Tempat Berdiskusi Tentang Manga - Anime
Dibuat oleh Agoess Sennin pada 16 Mei 2009
Indofanster adalah Keluarga, Bukan Sekedar Tempat Berkumpul
 
IndeksPortalGalleryPencarianLatest imagesAffiliatePendaftaranLogin
Welcome to
Rules • Staff • Ranks & Holder

Share
 

[ffic] Kau Tak Peka!

Topik sebelumnya Topik selanjutnya Go down 
PengirimMessage
Nue
Kelas S (GL51076X)
Nue


Posting : 1841
Join date : 22.01.12
Lokasi : Kepo luw

[ffic] Kau Tak Peka! Empty
#1PostSubyek: [ffic] Kau Tak Peka! [ffic] Kau Tak Peka! Empty30/6/2014, 12:44 am

KAU TAK PEKA!


Dentangan martil yang menghantam sebuah batu terdengar begitu nyaring, memekakan telinga siapapun yang berada disekitarnya.

Siang begitu terik namun pemuda berperawakan mungil ini tetap mengayun martilnya kearah batu besar yang dihadapannya sudah hampir terbelah menjadi dua.

“ Sasuke, istirahatlah… “ terdengar seseorang menyapa pemuda bernama Sasuke tersebut.
Dia hanya diam, kemudian mengayun kembali.

“ Sasuke ! “ tampak pria paruh baya yang menyuruhnya kembali berucap, kali ini memekik.

“ ya… “ jawab Sasuke malas. Martil berbobot itu ia letakan disamping batu, dan dia menyeret kakinya yang tak ingin beranjak dari batu tersebut menuju sebuah saung kecil di pojok bukit.

“ kenapa kau selalu memaksakan diri… ? “ lirih suara pria paruh baya tersebut ketika menegur bocah yang berada dihadapannya.

“ aku masih kuat… “ jawabnya simpel.

“ tapi berlebihan adalah suatu hal yang buruk…” timpal sang pria paruh baya tadi.

“ pak… aku tak pernah berfikir untuk berhenti dan membuang waktu seperti orang lain… “ timpal Sasuke dengan sengit.

“ dunia tak memberiku kesempatan, karena itu aku sendiri yang harus membukanya… “ kali ini ia sedikit mereda, namun memalingkan wajahnya dari pria tersebut.

Pria tersebut hanya menggeleng – gelengkan kepalanya dan menepuk pundak pemuda ini.

***

Kenyataan benar – benar pahit, Sasuke terlahir sebagai seorang yatim, ibunya meninggal karena sebuah kecelakaan yang tak ingin ia ingat kembali. Ayahnya stroke, dua kali terserang, saat ini dia terbaring di pojok rumah yang hampir ia sebut sebagai gubuk, mengingat bentuk nya sudah hampir serupa dengan gubuk.

Dentang bel sekolah mendorongnya untuk bangkit dari kasur yang seolah menusuknya dari bawah, benar benar tak nyaman, namun ia tetap bersyukur memiliki semua hal yang ia perlukan untuk sekedar hidup.

“ hati – hati…” suara parau membuatnya menoleh dan tersenyum.

“ ayah juga… nanti kubawakan makanan…” ujarnya dengan lembut.

Di sekolah Sasuke bukanlah murid favorit, dia tidak pintar, tapi tidak *sensor* pula. Namun statusnya sebagai penambang batu kadang kala sulit untuk dihadapi, beruntung anak ini punya sedikit beasiswa dari bantuan pemerintah, itupun tak banyak, paling tidak ia tidak perlu membayar iuran sekolah.

“ hei anak batu ! “ seseorang menepuk pundaknya. Sasuke tampak acuh, ia sudah biasa menerima cemoohan, wajar…

Mereka hidup di lingkungan yang tak mendukung, sekolahnya sekolah murah, murid disini kebanyakan berandalan yang tak tentu arah, dan bisa dilihat sendiri, itu baru kulit luarnya saja, belum lagi siksaan fisik.
Tapi ia jarang ditindas, meski kadang begitu, Sasuke cukup kuat untuk membanting seseorang, jika dia ingin. Ototnya sudah dilatih tahunan untuk mengayun beratnya martil.

“ Sasuke… “ kali ini berbeda, suaranya cenderung lebih lembut.

Ia menoleh perlahan, irisnya menangkap entitas dengan surai kontras berwarna pink sedada tengah berdiri tegap disampingnya.

“ apa ? “ tanya nya sedikit ketus.

“ kau dipanggil ke ruangan guru…” ini sudah ketiga kalinya ia dipanggil. Bukan masalah uang, hanya saja mereka menanyakan kondisi ayahnya dan kesehariannya.

“ bagaimana hasilnya ? “ rupanya si perempuan tadi masih menunggunya didepan kelas.

“ tak apa… “ jawabnya sambil melengos.

“ Sasuke… “ sapa nya kembali. Sapaan itu sukses membuat Sasuke menghela nafas dan berbalik perlahan.

“ ketua… jangan khawatirkan aku… aku masih sanggup berjalan…” setelah kalimat itu selesai ia berlalu seperti biasa, tak ingin orang lain terlalu dekat dengannya, apalagi seorang wanita. Bahkan jika itu wanita cantik.

Sepulang sekolah dia tak langsung kerumah, ada beberapa hal yang harus ia kerjakan untuk tambahan uang, terutama bahan makanan, ia mengantar kan dulu sayuran dari kebun seorang petani ke rumah – rumah tetangganya. Imbalannya ia kerap dibayar, jika tidak ia diberi sayuran.

Baginya cukup untuk kehidupannya yang sederhana, untuk makan ayahnya tentu, ia tak pernah memikirkan bagaimana ia makan atau bagaimana ia dapat uang, fokusnya hanya untuk orang tuanya yang sedang sakit.

Di sebuah persimpangan ketika sepeda tua milik sang petani dikayuh, ia terkejut dengan sesosok perempuan disudut jalan yang lagi – lagi sukses membuatnya sedikit kesal dengan keberadaannya.

“ ketua ? kau ….? Rumahmu bukan disini kan ? “ tanya Sasuke selepas mengerem mendadak sepeda karatan tersebut.

“ yaa.. begitulah… “ jawabnya sembari mengangkat bahu.

“ lantas kenapa kau disini ? “ tanya Sasuke setengah geram, ia tahu seseorang dari yayasan di sekolahnya berusaha menyurvey Sasuke untuk program amal. Tapi Sasuke menolak, ia tak mau dikasihani meski hidupnya sudah cukup miris menurut pandangan beberapa orang.

“ aku hanya sedang berjalan jalan… “ jawabnya dengan sengit.

“hhh! Terserah ! “ ia kembali melaju dengan sepeda tua itu.

Senja menyingsing, setelah makan dan merawat ayahnya yang sudah tak berdaya, ia kembali berangkat, ayahnya kerap tak tahu jika dia bekerja ditambang siang dan malam, jika sekolah ia terpaksa menggesernya ke sore hari.
Lagi lagi kali ini dia terkejut, kali ini benar benar marah, ia menjinjing martilnya, dan matanya membelalak.

“ Kenapa kau kesini ! ketua !?” pekiknya, beberapa pekerja bahkan tertarik perhatiannya karena Sasuke.

“ apa ? “ wanita bersurai gelap tersebut malah menatapnya tajam dengan alis berkedut.

“ Kenapa kau kesini !? aku tak butuh bantuan yayasanmu… aku tak butuh uang mu! Aku tak butuh belas kasih orang lain ! “ Sasuke benar – benar geram, meneriaki wajah seorang putri dari yayasan ternama didepan para pekerja, ironi yang berbalut kekonyolan.

Wanita itu justru tak bergeming, pakaian rapi dan wajahnya yang mulus berbanding terbalik dengan mentalnya yang sekuat batu yang sering Sasuke hantam.





PLAK!





Sebuah tamparan telak…





Sakit….





Dan memalukan….




Wajah Sasuke hampir memaling sembilan puluh derajat karena tamparan dari sang ‘ketua’.

“Memangnya aku ingin !? Memangnya aku rela ?” wanita itu balik meneriakinya. Sasuke hanya tertegun, tamparan nya begitu luar biasa sakit, ia tahu bahwa Sakura, sang ketua kelas ini bergabung dengan klub karate, ia paham kekuatan wanita seperti itu, namun baru kali ini merasakan dahsyatnya tamparan dari wanita pemegang sabuk hitam tersebut.

“ Kau pikir aku disini karena aku ingin!? “ Alis wanita muda itu berkedut, rasanya ia ingin sekali menampar Sasuke lagi, tapi satu tamparan saja cukup bagi pria berengsek yang tak tahu diri ini untuk menyadari sesuatu.

“ HUH! “ wanita itu berbalik dan menghilang searah mentari senja terbenam.

“ kau tak apa ? “ seorang rekan nya menepuk pundak pemuda tersebut.

“ ng?—t-tidak…. “ pria tersebut menunjuk pipi Sasuke, dan Sasuke mengangkat alisnya.

“ hebat… “ ujar rekan nya, jelas tapak merah di pipinya itu menunjukan betapa kerasnya tamparan tadi.

Keesokannya di kelas yang sama, Sasuke duduk termangu, rasa sakitnya masih ada, bukan rasa sakit fisik, rasanya sakit ditampar wanita itu lebih mengerikan daripada disiksa oleh preman.

“ Sasuke… “ sapaan lembut itu lagi.

“ ng ? apa ? “ jawabnya polos seolah tak terjadi apapun kemarin.

“—Yang kemarin maaf ya… “ Sakura mencoba memberikan senyum terbaiknya, meski Sasuke tau itu terpaksa.

“ hmm ya…” Ketika menjawab tersebut ia sudah mendapati dua buah lengan menyodorkan sebuah kado yang dibungkus dalam kotak putih dan diikta pita merah.

“ apa ini ?” tanya Sasuke kebingungan.

“ sebagai permintaan maaf… “ jawabnya simpel. Sakura pikir jika uang tak dapat ia terima, mungkin benda dapat membuatnya menerima sesuatu dari Sakura.

“ hmm—yaa “ ia meraih kotak itu dan menyimpannya didalam tas.

“ hanya itu ? “ Sakura termangu dan memelototi pemuda dihadapannya, Sasuke hanya membalas tatapan itu dengan tatapan kebingungan.

“ Dasar Laki – Laki! “ Sasuke masih bingung, sedangkan Sakura sudah menjauh darinya sembari menggerutu samar.

Rutinitas terus berlanjut, hidup berlanjut, pekerjaan berlanjut, tak banyak wanra di hidup Sasuke. Namun belakangan hidupnya lebih berwarna, bukan karena dia banyak uang, dan bukan karena kebahagiaan, tapi dia menemukan sebuah tantangan, ada seorang wanita yang amat sulit ia singkirkan dari kehidupannya.



Bahkan perlahan dari pikirannya…




Ketika Sasuke mengantar sayuran, ia selalu melihat Sakura di sebuah tempat yang ia lalui, jelas dia mengawasi Sasuke, saat dia bekerja ditambang dia melihat Sakura di lepas pagar penambangan. Hal tersebut lama – lama menjadi sebuah kebiasaan.

Namun hal yang luar biasa terjadi setelah hari ini, ia mendapati Sakura berada dirumahnya ketika ia pulang bekerja, dia menemukan wanita bersurai hitam dan cantik itu tengah menyuapi ayahnya, ayahnya yang tak berdaya.

“ Apa yang kau lakukan ! “ meski rasanya ingin berteriak rasanya Sasuke harus menyekat tenggorokannya untuk bersuara, itu lebih seperti bisikan yang dicampur kalimat teriakan.

Sakura bangkit dan meletakan mangkuk bubur beraroma gurih itu di meja samping ranjang reyot milik ayah Sasuke.

Sakura menghadapi Sasuke dengan wajah sengitnya, dua entitas itu mengadu tatapan tajam yang saling menerkam satu sama lain, Sasuke yang tak ingin diperhatikan, dan Sakura yang secara misterius menyeludupkan bantuan tak langsung pada dirinya.

Bisa dikatakan begitu karena beasiswa yang ia dapatkan ternyata hasil lobi dari keluarga Sakura. Bukan ia egois, tapi ia tipe orang yang benar – benar tak pernah bisa mentolelir pertolongan dari orang lain, entah kenapa dikasihani itu lebih menyakitkan dari kenyataan bahwa ayahnya terserang stroke.

“ Apa !? “ wanita itu menyeret sasuke keluar rumah, ayahnya hanya menatap dua entitas remaja itu, seolah memaklumi masa – masa seperti ini.

“ sejak kapan kau disini!? “ bisik Sasuke.

“ kau tak perlu tau! “ balasnya dengan mata membelalak.

“ jangan campuri hidupku sakura “

“ apa yang kau maksud campuri? Aku membantu “

“ kau sudah cukup membantu! “




PLAK!!!




Sakit…





Kali ini lebih sakit…




Sasuke benar – benar geram, ia memegang pipi merah itu dengan lengan nya, seolah tak percaya ia dapat ditampar dua kali dalam satu pekan, oleh wanita yang sama.

“ Dasar !” belum sempat memaki wanita itu, wanita itu sudah meneriakinya terlebih dahulu pergi membawa rasa geram.

Keesokannya sei sudah menyiapkan mental untuk menyiapkan rutinitas barunya, ia masih memandang Sakura adalah pengganggu yang diutus yayasan ayahnya untuk memberikan bantuan. Terkadang ia heran kenapa membantu harus memaksa.

Ganjil…

Ditengah pekerjaan nya yang berat, Sasuke menoleh ke arah tempat diamana Sakura kerap berdiri.

“ kemana dia? “ gumamnya ketika ia tidak mendapati entitas berambut pink tersebut yang biasanya berada ditempat dimana ia biasa memperhatikan sasuke.

Keesokann harinya dia juga tak melihat Sakura dipersimpangan jalan tempat ia biasa memergokinya tengah pura – pura jalan jalan disekitar persimpangan itu.

Awalnya ia tidak berfikir keras tentang ketidak adaan wanita itu, namun bak air yang mengukir perlahan diatas batu, akhirnya dia semakin memikirkannya, semakin ia hindari semakin terfikir olehnya.

“ kemana dia—“

“eh—tidak ada…”

“hmm—lagi lagi dia tak datang”

Begitu seterusnya, bahkan dikelas pun ia tidak menemukannya, sudah seminggu dia tak masuk. Lama kelamaan sasuke mulai memberanikan diri untuk bertanya.

“ Hinata—“ bisiknya pada seorang perempuan lugu disamping bangkunya.

“ng—n-nani ? S-sasuke-kun ?” Seperti biasa, reaksinya selalu begitu, tergagap – gagap jika bicara dengan siapapun.

“ sakura kenapa?—dia tak masuk sejak seminggu yang lalu ya?” tanya sasuke sembari berbisik, sangat jarang ia bertanya tentang hal seperti ini pada orang lain.

“—Umm…Sasuke-kun belum tahu ?” Iris hinata membulat mencoba menggali psikis Sasuke, ketika ia sadar bahwa sasuke benar – benar tak tahu, akhirnya ia melanjutkan.

“S-sakura-chan dirawat… Di-dia kecape’an…”

“begitu….” Ekspresi sasuke cukup datar, hinata langsung melanjutkan kegiatannya, ia tak mau terlibat banyak dengan urusan orang lain, sama seperti Sasuke, mereka orang yang hampir sama.

Ekspresi Sasuke memang tak ‘wah’ namun pikirannya kini berkecamuk, antara membiarkan semuanya terjadi, dan fokus pada pekerjaan, namun disisi lain otaknya memerintahkannya untuk bergegas ke rumah sakit dan menjenguk wanita itu.

Terbesit dalam benaknya

"dia masuk rumah sakit gara – gara selalu berada diluar ditengah cuaca yang tak tentu"


Sepulang sekolah ia masih memikirkan hal – hal itu, namun dengan desahan pelan akhirnya ia luluh, ia memutuskan untuk pergi ke rumah sakit dan menjenguk wanita yang menurutnya menyebalkan.

Tok tok tok.

“ masuk—“ suara yang begitu familiar ditelinga sasuke.
Ia menarik tuasnya dan menemukan sosok bersurai pink tersebut tengah terbaring, selang infus tertancap mantap di pembuluh baliknya.

Sasuke tampak kebingungan sekaligus kaget, bagaimana mungkin seorang yang terlihat begitu kuat di kesehariannya kini terbaring lemah di pojok ruangan.

“ M-maaf….” Ucap Sasuke sembari menghampiri wanita muda itu.

“ untuk apa… “ tampaknya dia masih kesal, ia bahkan tak mau menatapnya secara langsung.

“ Untuk semuanya, karena aku kau harus kepanasan, terkena angin, bahkan terkena hujan…” Nampak tersirat bahwa pria ini benar – benar menyesal, dan sepertinya ia jujur.

“ Bukankah kau tak peduli padaku ? “ tanya nya dengan nada ketus.

“ Jadi …. “ Sasuke malah bingung mau menjawab apa.

“ Tak bisakah kau hargai kedatangan ku ? “ Sasuke membalas, matanya mulai menatap lekat pada wanita bersurai pink ini—bukan tatapan suka, lebih ke tatapan mengintimidasi wanita yang terbaring tersebut.

Akhirnya Sakura membalikan wajahnya ke arah Sasuke, dengan tegas—

“ Tak bisakah kau hargai kedatangan ku?—“ awalnya Sasuke hanya mengangkat alis dan kebingungan dalam beberapa saat hingga akhirnya Sakura melanjutkan.

“—Saat itu ? “ Kalimat terakhirnya melemparkannya ke jurang memori yang membuatnya sedikit mengerti. Selama ini ia memperhatikannya setiap saat dan ia tak menghargainya.

“ Kau tak peka! “ Pekikan itu seolah menghancur leburkan harga dirinya sebagai laki – laki. Tak peka, ia bahkan tak mengerti—sebelumnya.

“ T-tapi k-kau kan…. “ Ini membingungkan bagi Sasuke.

“ Bukankah kau ditugasi ayahmu untuk menyurvey kegiatanku ? “ di kalimat selanjutnya ia sedikit sadar, namun kebingungan masih mendominasi benaknya.

Hari itu ia pulang dengan sebuah makian.

" Kau tak Peka ! " kalimat itu berulang, sesuatu yang tak ia ketahui. Dirumah ia disambut senyuman ayahnya. Ia tampak begitu kelelahan, tak seperti biasanya.

“ Ayah, kau tak apa – apa ? ”

“ Tidak nak—aku baik baik saja…” suara lembut dan lemah itu menjawab dengan penuh ketidak berdayaan.

“ Jelas kau dalam keadaan tak baik dan tak biasanya… ayah… ada apa ? Aku buatkan sup ya… “ Nada khawatir terlontar dari bibirnya.

“ Tidak – tidak perlu, ayah hanya lemas biasa—“ Meski ayahnya bicara seperti itu, Sasuke tetap tak percaya.

“ Sungguh… ayah tak apa, biasanya Sakura menyuapi ayah ketika kau tak ada “




DEG!!!




“ J-jadi waktu itu… “ baka sasuke…

Sungguh pria ini terlalu fokus pada apa yang ia kerjakan.

“ kau tak peka nak—“ Ayahnya hanya mendengus tergelitik dengan apa yang terjadi pada anak – anak muda ini.

Sial

Kata kata itu lagi….

Tak hanya sakura… Tapi ayahnya juga.

“ Sakura tak datang…? kenapa…biasanya ayah dirawat oleh dia… “ Sasuke hanya menoleh ayahnya dan mengangkat alisnya.

“ Dia sedang tak enak badan…” Jawabnya singkat, ia khawatir jika dikatakan masuk RS, ayahnya justru akan memburuk keadaannya.

sekacau ini kah keadaannya, aku bahkan tak tahu ayahku dirawat olehnya… tapi kenapa—kenapa dia mau melakukan semua ini

Lalu kenapa aku selalu memikirkannya, kenapa aku disebut tak peka—' Ia butuh pemicu untuk menyadarkan nya.

***

Semakin lama sakura tak kunjung menghiasi harinya semakin ia sadar bahwa dia kehilangan sebagaian kehidupannya, memarahi wanita itu, namun kali ini ia tak merindukan nya karena ia ingin memarahinya.
Karena rindu—

Tidak

Sasuke tak sedekat itu.

Tapi apa arti semua ini.

Semuanya berlangsung begitu lamban, namun segera setelahnya ia akan sadar. Beberapa hari kemudian Sakura datang, namun ia tampak tak peduli dengan sasuke—bahkan menatapnya pun tidak.

“ S-saku…” Ia tak sampai hati menyapanya.

“ Aku datang untuk ayahmu, bukan kau…” Tuturnya ketus. Itu mematahkan hati sasuke, rasa yang kini tumbuh seolah terlambat, padahal ia rindu padanya, hanya saja ia tak bilang.

“ S-sakura tunggu “ serunya saat sakura akan beranjak.

“ Apa ? “ Saat wanita bersurai pink itu berbalik, justru keyakinannya untuk melanjutkan perkataan hilang, ia terlalu takut.

“ Maaf—“

“ hanya itu?—“ tanya sakura kembali, seolah ia bersiap untuk pergi sejauh mungkin dari sasuke saat itu juga.

“ –A-aku… membutuhkanmu…”

“ ya aku akan datang untuk ayahmu…” jawabnya sengit, bahkan sudah berbalik dan bersiap untuk pergi.

“ Tidak—“

“ Aku mencintaimu—“ Sasuke menarik lengan gadis itu dan mengecupnya lembut di pipi. Sontak hal itu membuat rona wajah sakura berubah merah padam.

PLAK

“ Dasar kau tak peka…” Tapi kali ini tamparan itu begitu—
Manis….

Diringi senyuman dan kecupan balik di kening sasuke, akhirnya sakura memperlihatkan lagi senyumnya yang luar biasa. Saat itu juga sasuke sadar.

“ Aku mencintaimu juga—baka…“

Sasuke termangu memegangi pipinya, merasakan sakit dan senang bersamaan begitu membingungkannya.
Ia sekarang sadar,ia akan datang untuk ayahnya dan Sasuke, dan ia mengada – ngada soal sumbangan itu, meski tidak sepenuhnya salah.

Dan ia memperhatikannya bukan untuk survey sumbangan—Tapi karena Sakura mencintainya, tapi kenapa dia baru sadar sekarang.

'Dasar kau tak peka'
Kembali Ke Atas Go down
Subject: Re: [ffic] Kau Tak Peka!  None

Anda tidak dapat mengirmkan postingan atau mengomentari pembahasan di topik ini karena masih berstatus sebagai Tamu.
Silakan Mendaftar dan Login agar dapat mengakses segala fitur forum secara penuh.
AgoessNaruto Robot
Forum Bot



Join Date: 16/05/2009
Lokasi: Forum AgoessNaruto
Comments: Bot untuk membantu anda di Forum AgoessNaruto
Kembali Ke Atas Go down
 

[ffic] Kau Tak Peka!

Topik sebelumnya Topik selanjutnya Kembali Ke Atas 
Halaman 1 dari 1

 Similar topics

-
» komentar [Ffic] Kau tak peka !
» [Ffic] Autumn Goes to Winter

Permissions in this forum:Anda tidak dapat menjawab topik
Forum Indofanster :: Tambahan ::   :: Karangan Cerita & Fanfiction-