Forum Indofanster
Fanfiction-Point Blank 143564713
Selamat datang di Forum Indofanster.
Silakan mendaftar dan login untuk bergabung mendiskusikan berbagai Manga-Anime.

Welcome to FAN

Jangan sungkan untuk bergabung ya...

Forum Indofanster
Fanfiction-Point Blank 143564713
Selamat datang di Forum Indofanster.
Silakan mendaftar dan login untuk bergabung mendiskusikan berbagai Manga-Anime.

Welcome to FAN

Jangan sungkan untuk bergabung ya...


Forum Indofanster

Forum Tempat Berdiskusi Tentang Manga - Anime
Dibuat oleh Agoess Sennin pada 16 Mei 2009
Indofanster adalah Keluarga, Bukan Sekedar Tempat Berkumpul
 
IndeksPortalGalleryPencarianLatest imagesAffiliatePendaftaranLogin
Welcome to
Rules • Staff • Ranks & Holder

Share
 

Fanfiction-Point Blank

Topik sebelumnya Topik selanjutnya Go down 
PengirimMessage
Taora Anggara
Nukenin From Kirigakure
Nukenin From Kirigakure
Taora Anggara


Posting : 412
Join date : 16.12.12
Age : 28
Lokasi : Bikini Bottom

Fanfiction-Point Blank Empty
#1PostSubyek: Fanfiction-Point Blank Fanfiction-Point Blank Empty12/10/2013, 2:52 am

Tarantula

by
Taora anggara
Point Blank ©️ Zepetto.
Rated : Teen
Character : Tarantula, Viper Red
_____________________________________________________
Tarantula


"Hei bocah! kau boleh keluar hari ini!" Ucap pria setengah baya berkumis, pria itu berseragam kepolisian. Pria dengan perawakan mirip algojo itu tampak membuka pintu besi dihadapanya.
Sementara gadis yang dipanggilnya bocah itu hanya melirik dan tersenyum sinis dari balik sel besinya.

"Ada apa?" Ucap gadis yang berumur 24 tahun itu tidak perduli.

"Kau seharusnya senang! Ada seorang yang baik hati mau mengeluarkanmu dari tempat ini!" Timpal sang penjaga, berdiri menunggu gadis yang dimintanya keluar mengikutinya.

Lalu beberapa narapidana wanita yang sejak tadi hanya bermain kartu kini mengalihkan perhatianya pada wanita yang dimaksud.

"Kau akan meninggalkan kami Tarantula?" Ucap seorang wanita yang juga menjadi teman satu sel gadis berjulukan Tarantula itu.

Dan tentu saja beberapa dari mereka tidak ingin teman seperjuanganya itu bebas terlebih dahulu, mungkin merasa kehilangan, walau awalnya gadis itu sering diperlakukan tidak manusiawi oleh teman-temanya yang terpaut jauh umur mereka.

Tarantula gadis berambut pirang pendek seleher itu berdiri dari lantai yang sejak tadi ia duduki. Lalu berjalan keluar sel menuruti ajakan penjaga,tanpa memperdulikan suara teman-teman yang meributkan kebebasanya.

Tatapan jahat masih tersorot dari matanya yang tajam, saat penjaga mengunci lagi selnya, Tarantula berhenti sejenak dan mengucapkan selamat tingal pada teman-temanya. Tentu saja bukan dengan kalimat yang baik, dan semua sudah terbiasa atas perlakuan tak baik seorang Tarantula.

***

"Jadi apa maumu?" Tanya Tarantula sinis, pada gadis yang 2 tahun lebih tua darinya. Tatapan tak suka terpancar dari mata birunya yang tajam.

"Aku ingin kau ikut bersama kami," Jawab wanita berambut cokelat panjang dengan topi berwarna krem, "Jika kau mau. Kita hancurkan pemerintahan busuk ini dengan tangan kita sendiri." Lanjut wanita berjaket hitam dengan tanktop berwarna putih itu, tanganya bersedekap.

"Apa untungnya bagiku?" Jawab Tarantula tetap sinis, tidak tertarik pada tawaran wanita dengan tubuh tinggi langsing itu.

"Membalaskan dendam kedua orang tuamu!" Jawab perempuan yang tidak suka sinar matahari itu, terbukti dengan selalu memakai kaca mata hitam jika ditempat yang cukup terang seperti saat ini. Diatas gedung kosong.

"Apa Maksudmu?? Orang tuaku sudah lama mati kecelakaan!" Ucap Tarantula dingin, memutar tubuhnya membelakangi lawan bicaranya.

"Kau yakin kecelakaan itu terjadi begitu saja? Heh! Tak kusangka kau begitu naif!" Ujar wanita itu meremehkan.

Berbalik menatap wanita dihadapanya dengan tatapan semakin sinis. "Tidak usah bertele-tele! Katakan padaku! Apa sebenarnya yang terjadi!" Tarantula tak sabaran.

"Kau tidak sabaran, aku juga tidak suka berbasa basi, baiklah aku akan menceritakan semua padamu."

Kemudian wanita itu menceritakan semua yang terjadi pada Tarantula, bahwa sebenarnya kedua orang tuanya tidak mati karena murni kecelakaan, melainkan kecelakaan itu sudah direncanakan sebelumnya.

Korban kesalahan informasi, bukan Orang tua Tarantula yang seharusnya terbunuh.
Saat itu pemerintah sedang direpotkan oleh penyerangan, perampokan yang dilakukan Free Rebel. Organisasi yang terbentuk oleh sebagian penduduk imigran yang merasa tersisih dan terusir dari pemerintah.

Pemberontakan ini menyebabkan penduduk asli semakin takut dan terancam oleh tindakan nekat para imigran itu.

Viviane, seorang imigran yang berasal dari perancis yang bekerja disuatu perusahaan export senjata api, diam-diam tidak suka pemerintah memperlakukan para imigran tidak baik.

Lalu berniat membantu para imigran itu, dia bergabung dengan Free Rebel. Dan Viviane adalah wanita pertama anggota Free Rebel.

Dia mampu menyembunyikan jati dirinya, menjadi warga imigran yang patuh dan baik.
Namun selang beberapa tahun, penghianatan itu terbongkar.

Viviane menjadi target pembunuhan, pemerintah memutuskan untuk membunuh Viviane secara diam-diam.
Namun kesalahan informasi dari pemerintah membuat satu keluarga tak berdosa itu menjadi korban pembunuhan.
.
.
Tarantula mengepalkan kedua tanganya, sorot matanya setajam mata elang, giginya menggeretak menahan amarah mendengar cerita dari perempuan yang baru saja dikenalnya.

Api hitam berkobar didadanya, dendam dan membenci pemerintah yang menurutnya ikut andil dalam kehancuran hidupnya dan keluarganya yang sebelumnya damai itu.
.
.
.
Saat itu usianya 9 tahun, dia hanyalah seorang gadis kecil polos yang tidak tahu apa-apa.

Yang hanya bisa menangis meraung-raung, saat melihat kedua jasad tak bernyawa kedua orang tuanya dibawa ambulance.
Saat itu tubuhnya juga terluka akibat kecelakaan yang merenggut kedua orang tuanya, namun luka itu tidak seberapa dibanding luka didalam dadanya.

---

Tarantula kecil hanya bisa terus menangis tersedu-sedu didepan ruang autopsi, dadanya benar-benar sakit. Beberapa kali dia mencoba mencubit tanganya berharap itu mimpi. Tapi setiap kali dia mencubit lenganya terasa sakit, dan saat itu pula tangisanya kembali pecah.

Gadis kecil itu kini tidak lagi mempunyai siapa-siapa, dia hanya anak dari seorang imigran yang tidak mempunyai sanak saudara lain. Tadinya hanya dua orang tak bernyawa itu yang dia punya.

Masih terus menangis berharap kedua orang tuanya bangun kembali, tiba-tiba datang beberapa pria dewasa berseragam militer menghampirinya.

"Hei nak??" Sapa salah seorang dari mereka, mendekat dan berjongkok mensejajarkan tubuhnya dengan tubuh pendek Tarantula.

Tarantula menghentikan sejenak tangisanya, melihat satu persatu pria yang mendatanginya dengan mata yang masih basah.

"Berhentilah menangis," Lanjut pria berseragam militer itu, mengusap ujung kepala pirang Tarantula.

"Siapa namamu?"

"...." Tarantula hanya diam, dan menggeleng.

"Eh? Kau tidak mau memberitahuku, padahal aku mempunyai banyak permen, dan cokelat." Ucap pria itu mencoba pamer.

Tarantula sedikit tertarik dan berniat memberitahukan namanya, "Ta.."
Lalu kedua pria yang lainya tampak berbisik-bisik.

"Kapten Conor?" Panggil salah satu orang yang tadinya berbicara berdua itu.

Dan kapten Conor yang dimaksud adalah pria yang sedang mencoba menghibur Tarantula, menengok dan begitu saja melupakan bahwa Tarantula akan menyebutkan namanya.

Pria itu kembali berdiri, lalu menoleh kesumber suara. Dan kemudian tersenyum lagi pada Tarantula yang masih diam dengan wajah polosnya.

"Kau tunggu sebentar disini." Ucap Kapten Conor pada Tarantula. Lalu pria berbadan tegap itu berjalan menghampiri kedua temanya yang berdiri tidak jauh dari tempatnya.

Sesampainya disana, ketiga orang dewasa itu seperti terlibat dalam obrolan serius, terlihat dari mimik wajah yang kadang kala menegang dan masam.

Tarantula masih melihat pemandangan yang tidak dia mengerti, hanya saja telinga kecilnya dapat menangkap sedikit pembicaraan yang membuatnya pusing itu.
Beberapa kali dia mendengar Kapten Conor menyebutkan bahwa seseorang diantara mereka harus merawat seorang anak.
Tarantula tidak mengerti, benar-benar tidak mengerti.

Ditengah pikiranya yang terus bertanya-tanya apa maksud pembicaraan ketiga orang dewasa itu, ternyata tidak lama kemudia ketiga orang itu menghampirinya.

Kapten Conor tersenyum pada Tarantula, tetapi dua yang lainya mempunyai tatapan yang membuat Tarantula merasa takut. Tarantula menundukan kepalanya.

"Jangan bersedih lagi, kau akan punya keluarga baru sekarang." Ucap Kapten Conor mengusap kembali kepala Tarantula.

Keluarga baru? iya Letnan Alex, pria yang sedari tadi bersama Kapten Conor yang akan merawat Tarantula.

Senang dalam hati Tarantula, mempunyai keluarga baru pengganti keluarganya. Walau tidak akan sama, setidaknya ia mempunyai rumah untuk pulang.
Tapi andai bisa memilih, Tarantula ingin tinggal bersama Kapten Conor.

---

Tadinya kehidupan Tarantula bersama keluarga barunya berjalan normal saja.
Namun itu tidak bertahan lama. Ayah angkatnya Letnan Alex sering melakukan tindak kekerasan dalam mendidik Tarantula.

Seringkali tubuh rapuh Tarantula dibanting ayahnya ketembok saat dirinya berkelahi dengan saudara angkatnya, Joice. Dan saat itu Tarantula hanya bisa menangis sambil memegangi dadanya yang sakit.

Joice adalah tipe anak yang pandai akting dan licik, sering kali Tarantula menerima perlakuan tidak menyenangkan dari orang tua Joice. Karena Joice selalu menghasut orang tuanya.

"Pergi kau dasar pirang *sensor*!!" Bentak Joice, saat Tarantula tidak sengaja menumpahkan cat air milik Joice. Dan tidak berselang beberapa lama, Ibu Joice datang marah besar karena karpetnya kotor, dan langsung mengurung Tarantula didalam gudang yang gelap dan pengap.

"Ibuuuuu....Ayaaahhh..." Tangis Tarantula didalam gudang yang menurut Tarantula sangat menyeramkan. Hatinya sakit, tersiksa dan pedih. Ingin sekali menyusul kedua orang tuanya, tapi tidak tahu bagaimana caranya.

***

Sudah tiga tahun Tarantula hidup ditengah keluarga angkatnya. Selama itu pula gadis yang kini menginjak remaja itu hidupnya terus merasa tersiksa.

Masih merasa sedikit beruntung ketika Alex ayah angkatnya mau membiayai sekolahnya, walau itu permintaan dari Kapten Conor.

Walau hidupnya masih penuh dengan cacian dan sikap semena-mena dari keluarga angkatnya, setidaknya disekolah Tarantula masih bisa tertawa bersama teman-temanya.

Nilai akademiknya juga tinggi, seharusnya juara pertama dikelasnya. Namun lagi-lagi dia hanya seorang imigran, imigran tidak boleh lebih baik dari warga negara itu sendiri. Walau kenyataanya banyak warga imigran seperti Tarantula lebih unggul.

---

"Kemarikan bukumu pirang!!!" Teriak seorang gadis 12 tahun bermata hijau. Menarik paksa buku milik Tarantula.

"Jangan! Kau harus mengerjakan sendiri Joey!!" Tarantula menahan buku berisi PR yang sudah selesai ia kerjakan.

"Berikan padaku!! Atau kulaporkan pada ayah!!" Teriak Joice mengancam Tarantula, dan biasanya hal itu memang mempan.

"Tidak Joey!! Tidak boleh!! Aku akan membantumu!!" Kali ini Tarantula tidak takut ancaman Joice.

Ayah Joice yang sedang membaca koran dilantai bawah geram mendengar suara gaduh dari lantai atas, kamar anak-anaknya.

Dengan rasa amarah yang menggebu, Alex bangkit dan berjalan menuju kekamar Joice dan Tarantula.

'Brak!!' Pintu kamar kedua gadis itu terbanting keras.
Dan sesosok pria yang sudah memasang wajah dengan aura membunuh berdiri didepan pintu, menatap tajam pada Tarantula.

Tarantula gelagapan, jantungnya berdetak kencang. Kini dia sadar, seharusnya dia memberikan PR itu pada Joice.

Ayah angkatnya berjalan kearahnya, lalu menarik rambut pirangnya dengan kasar.

"Dasar pirang! Kau tidak pantas hidup dinegara kami!!"

"Aah!! Ayah sakit!" Pekik Tarantula, saat merasa akar-akar rambut panjangnya tercabut dari kulit kepalanya.

"Kau selalu membuat Joey tidak suka!! Kau pantas menerima hukuman!!" Alex menyeret tubuh kecil Tarantula keluar kamar dan menuruni tangga, diikuti Joice yang senang melihat Tarantula menangis memohon ampun.

"Ayaaah... kumohon!, Jangan sakiti aku!" Tangis Tarantula, memohon pada ayahnya, yang sepertinya sudah tidak mempunyai belas kasihan. Rambut panjangnya masih ditarik dengan kasar, dan beberapa helai telah benar-benar lepas dari akarnya.

Mendorong tubuh Tarantula dilantai yang dingin, Tarantula jatuh tersungkur sambil menangis.

"Ambilkan gunting ayah Joey!" Perintah Alex dengan wajah lebih mirip terroris.
Tarantula membelalakan iris birunya, takut akan sesuatu terjadi padanya.

Sementara Joice segera berlari mengambil gunting dikamar ayahnya seperti perintahnya tadi.

Dan tak begitu lama Joice kembali dengan membawa gunting bergagang hitam, dan diberikan pada ayahnya.

"Jangan ayaah..." Tarantula terus memohon, saat ayahnya kembali menarik rambut pirangnya, sadar a yang akan dilakukan ayahnya.

Dan 'Kress...Kress' rambut panjang Tarantula terpotong, berjatuhan disamping badanya.

"Ayaaah...." Masih terus menangis, menangis saat beribu-ribu rambutnya itu terus berjatuhan disekeliling tubuhnya, bahkan disekitar wajahnya penuh dengan rambut yang bercampur dengan air mata.

---

Ayahnya berhenti memotong rambut indah itu, saat rambut itu hanya sepanjang lehernya saja.

Tarantula bersimpuh menundukan kepalanya, tanganya terkepal. Matanya berubah tajam, dadanya tetamat sakit.

Rambut panjang itu, kesukaan ibunya. Indah karena ibu merawatnya sedari bayi.
Namun kini rambut panjang dan indah itu tidak lagi ada. Tarantula tidak bisa membiarkan ini, ini sudah keterlaluan!

Tarantula bangkit, berlari menuju kekamar ayahnya. Ayah dan saudara angkatnya tidak mengerti apa yang akan dilakukan Tarantula, lalu mengikutinya.

Dengan rasa amarah didadam dadanya yang berkobar, Tarantula membuka laci dikamar ayah angkatnya dengan serampangan, dan menjatuhkan beberapa benda disana.

Dia menemukan sesuatu yang dicarinya, sesuatu yang pernah dilihatnya waktu ayahnya menyuruhnya mengambil pulpen.
Sebuah Revolver

Ayah dan saudara angkatnya membelalakan mata hijau mereka, saat memasuki kamar. Tarantula sudah menodongkan revolver itu dengan kedua tangan yang belum dikatakan besar itu, mata birunya tajam setajam mata elang. Tatapanya berubah menjadi tatapan jahat, tatapan yang tidak takut apapun.

'Dor!!' Slap!! Satu peluru menembus dada ayah angkatnya, mata hijau itu semakin membulat.

"A-an-ak bere-" Mencoba menyerang Tarantula.

Sementara Joice yang panik masih dengan cepat berlari bersembunyi.

'Dor!!' Satu tembakan lagi mengenai dada itu lagi. Ayahnya terjatuh dilantai.

'Dor!' Joice menangis ketakutan, menutup kedua telinganya, bersembunyi dibawah kolong tempat tidurnya saat suara tembakan masih terus ia dengar.

'Dor!'

'Dor!'

'yah berapa tembakan telah dia lepaskan, namun masih belum puas, walau tubuh yang kekar itu tak lagi bernyawa.

***
Tarantula meninju tembok disampingnya, merasa terbodohi saat wanita pemilik tatto ular dilengan kananya itu menceritakan semua tindakan yang dilakukan pemerintah terhadap para imigran pada masa itu.

Kini dia sadar siapa yang membunuh orang tuanya, yaitu Letnan Alex, orang tua angkatnya. Dan untuk mempertanggungjawabkan kesalahan atas pembunuhan itu, Kapten Conor memutuskan bahwa Alex harus mengurus Tarantula.

"Cih! Setidaknya aku sudah membunuh ke'parat itu dengan tanganku jauh sebelum aku mengetahui hal ini!" Decih Tarantula, semakin hilang rasa penyesalanya atas pembunuhan yang dilakukanya.

"Meski begitu, kebencianku terhadap mereka tidaklah hilang begitu saja." Ucapnya lagi. "Dan mereka harus membayar hidupku selama 12 tahun ini ditempat busuk itu!!"

"Lalu??" Tanggap wanita yang sedari tadi masih setia menunggu t.
Tarantula memejamkan matanya, menghela nafasnya dalam-dalam.

Saat semilir angin membuat rambutnya menari-nari menyapu wajahnya yang cantik dengan aura kekuatan y sangat besar...

"Aku ikut denganmu, Red Viper!" Ucapnya yakin.

"Hmh..." Gumam Red, wanita yang kuat, juga tak kalah cantik dengan y.
"Kalau begitu, selamat bergabung di Free Rebels. Taora!" Ucap Red dengan senyum sombongnya.

Dan hari itu Tarantula resmi menjadi anggota Free Rebel. Wanita bertatto Naga api disepanjang dada dan perutnya itu bersumpah akan menghancurkan pemerintah yang sudah memperlakukan para imigran tidak adil.

End

AN: Akhirnya selese juga #Fiuuwh Fanfiction-Point Blank 3054065175, Lagi gak punya Ide... jadi aku ambil aja dari cerita game PB dan dikembangin dikit...,dan kayaknya masih banyak yang salah ya, modal sotoy aja, maklum pengetahuanya ga luas T.T semoga bisa diterima... Fanfiction-Point Blank 3262271040


Terakhir diubah oleh Taora Anggara tanggal 12/10/2013, 5:00 am, total 1 kali diubah (Reason for editing : Typo)
Kembali Ke Atas Go down
http://www.indofanster.org/u8566
Subject: Re: Fanfiction-Point Blank  None

Anda tidak dapat mengirmkan postingan atau mengomentari pembahasan di topik ini karena masih berstatus sebagai Tamu.
Silakan Mendaftar dan Login agar dapat mengakses segala fitur forum secara penuh.
AgoessNaruto Robot
Forum Bot



Join Date: 16/05/2009
Lokasi: Forum AgoessNaruto
Comments: Bot untuk membantu anda di Forum AgoessNaruto
Kembali Ke Atas Go down
 

Fanfiction-Point Blank

Topik sebelumnya Topik selanjutnya Kembali Ke Atas 
Halaman 1 dari 1

 Similar topics

-
» ada gk yang maen PB?
» fanfiction Naruto
» [Hetalia Fanfiction] Unknown
» point didapat dari mana?
» Cheat Baseball Heroes Commbo Point Di Facebook

Permissions in this forum:Anda tidak dapat menjawab topik
Forum Indofanster :: Tambahan ::   :: Karangan Cerita & Fanfiction-