"Janganlah berlari,
jika kau merasa kau percaya pada dirimu, jangan berlari,
kapan pun."
***
Kata kata itu terus menghantui mimpi Chiaki Fujioka (15 tahun) .Selalu, selalu dan selalu.Setiap malam, pasti dia selalu bermimpi tentang nenek-nenek yang mendatanginya dan berkata hal seperti itu.Apakah waktu terus terputar ulang, setiap jam 12 malam? Atau...Apakah ruh nenek itu mendatangi mimpinya?
"Fujioka-Sama!" Seseorang menegurnya, membuyarkan lamunannya.Chiaki menoleh ke arah sumber suara itu. "Susumu belum habis!" Tegur seseorang dengan rambut pirang kepang, nampak berkacak pinggang dan mengerutkan alisnya. "...Hono-Chan, susunya sudah habis, lihat" Ucap Chiaki sambil mengguncang-guncang kotak susu itu.Yang terdengar hanyalah bunyi sedotan yang membentur dinding-dinding kotak susu. "Dan harus berapa kali aku memperingatkanmu, aku bukan Fujioka, tapi Chiaki?" Tanya Chiaki.
"Fujioka-Sama, bukankah Fujioka-Sama lebih tua dariku?" Tanya gadis bernama Honoka itu. Chiaki termenung, dan menatap lurus ke bawah, dan mendongak ke atas lagi. "Chiaki-San" Tegur Chiaki, supaya Honoka memanggilnya dengan panggilan itu. "Fujioka-Sama" Tolak Honoka, tetap tidak mau memanggil Chiaki dengan panggilan 'Chiaki-San'. "Chiaki-San!" Paksa Chiaki. "Fuji-" "Chiaki-San" Potong Chiaki. "Fu-" "Chiaki-San!" Lagi lagi Chiaki memotong. "C-Chiaki...Senpai" Akhirnya Honoka menyerah. "Eeemm,....Baiklah, kau boleh panggil aku dengan nama itu" Chiaki setuju sambil melirik ke kanan.Honoka menghela nafas panjang. "Uuuumm....Chiaki-Senpai?" Tanya Honoka. "..Ya?" "...Bukankah, kelas seni sudah berakhir?" Tanya Honoka. Benar, sekarang Chiaki berada di ruang seni.
"..." Chiaki tak mampu berkata-kata, hanya terbelalak, dan lari menuju kelasnya, 3-3. Sesampainya di kelas, Chiaki langsung duduk di bangkunya. "Fujioka! Tolong katakan, kenapa kau membolos kelas matematika?" Tanya guru yang sedang mengajar di kelas Chiaki, bertanya dengan garang kepada Chiaki. "Uuuumm...Ettoo....Gomen, pak, saya merasa pusing..Jadi saya tidur di UKS sebentar.." Chiaki mengatakan alasannya. "Kalau begitu, sana, pergi ke UKS.Nanti kamu ikut ujian susulan, ya" Perintah guru tersebut. "I-Iyaaa...." Ucap Chiaki. "Ini, kertasnya" Ucap guru tersebut sambil menaruhnya ke kolong meja Chiaki. Chiaki mengangguk pelan, kemudian pergi ke UKS.
Sesampainya di UKS, Chiaki hanya berharap supaya mimpi itu tak datang lagi.Tidak akan pernah, selama-lamanya. "Semoga aku tidak bermimpi tentang nenek itu.." Harap Chiaki. Beberapa menit kemudian, gelap, tidak ada apa apa.Ketika membuka mata, dia sudah berada di dalam sebuah penjara, dengan tangan dikaitkan oleh rantai dan kaki diborgol.Pandangan mata yang kabur.Kaki yang bergetar dan kaku.Chiaki menoleh ke segala arah, dia menemukan apel busuk yang diletakkan di pojok kiri penjara tersebut.
"..Mengapa aku berada di sini?" Kakinya yang tidak lagi kaku mulai meronta-ronta, hingga dia menemukan sebuah pisau.Dia mengapit pisau itu dengan jari-jemari kakinya, dan membawanya hingga mampu dijangkau oleh tangannya.Memutus rantai itu, dan melempar pisau tersebut.Bangkit dari duduknya, kemudian berjalan ke arah apel itu. "...Seharusnya tempatmu bukan di sini.." Ucap Chiaki menatap apel itu dengan sedih.Dia berjalan menuju sel penjara tersebut, dan meremas apel tersebut hingga pecah.Air apel tersebut muncrat ke arah sel penjara, dan sel penjara tersebut meleleh seperti lilin yang dipanaskan oleh api membara.
"..Sudah kuduga" Pikir Chiaki sambil melangkah keluar penjara tersebut. Yang didapatkannya, kunci berwarna perak, dengan tulisan 'W'. Chiaki menatap kunci tersebut dengan heran, dan melangkah ke arah barat.Bisa dilihat, beberapa penjara lain yang kosong melompong.Begitu sunyinya, sampai suara hentakan kaki dari sepatu Chiaki terdengar menggema di seluruh penjara ini. "..Sebenarnya, tempat apa ini?" Tanya Chiaki kepada dirinya sendiri, sambil terus melangkah. Didengarnya suara bergemuruh di atas penjara tersebut, guntur. Setelah berjalan sekitar 1 meter, Chiaki berhenti berjalan dan memutuskan untuk duduk sebentar.
"...Selamat datang di mimpi terburukmu" Ucap seseorang. Chiaki menoleh ke arah sumber suara, memperlihatkan sesosok pria dengan rambut kepang ala China, rambut pirang dan nampaknya ramah itu tersenyum kepadanya. "Ini..Dunia mimpi di alam bawah sadarmu, dunia mimpimu bertubrukan dengan alam bawah sadarmu.Sayang sekali, kau tak bisa berbalik ke dunia nyata" Jelas pemuda itu. "Sial-an kau!!!" Teriak Chiaki kesal, energi di sekelilingnya berkumpul di kepalan tinjunya, mengakibatkan tinju dahsyat ketika dilepaskan, karena akan melontarkan energi yang terkumpul.
Chiaki baru saja melepaskan tinju ke arah pria itu, pria itu langsung menghilang bagaikan debu. "Khukhu..Sudah kubilang, ini dunia alam bawah sadarmu.Dan akulah yang selama ini menghuni alam bawah sadarmu, namaku.." Ucap pria itu sambil bersikap santai. "...Atsushi Futabase" Potong Chiaki. Pria bernama Atsushi itu terkejut. "Darimana kau tau??" Tanya pria itu heran. "Bagaimana bisa aku tak tau? Sebenarnya aku sudah sadar dari dulu," Jawab Chiaki dengan nada remeh. "Tapi...Yang kupikirkan adalah, bagaimana kau tau?? Ini kan alam mimpimu" Tanya Atsushi. "..Meh.Kau tau apa yang namanya Lucid Dreaming? Ya, aku yakin aku terperangkap di Lucid Dreaming" Jawab Chiaki.
"Apakah ada syarat untuk keluar dari mimpi ini?" Tanya Chiaki. Atsushi tertawa keras. "..Tidak ada, tapi kau bisa, dengan melawanku" Jawab Atsushi. "Ha?" "Kau harus melawanku dulu, dan jika aku kalah, kau akan kukmbalikan ke dunia nyata!" Lanjut Atsushi. "Bagaimana? Mengerti?" Tanya Atsushi. "Yeah..." Jawab Chiaki sambil mengepalkan tinjunya.
The battle begins, for now...
Lost In Dream-Bersambung ke chapter 1