Forum Indofanster
Kumpulan cerpen Afi Hakari ^^ 143564713
Selamat datang di Forum Indofanster.
Silakan mendaftar dan login untuk bergabung mendiskusikan berbagai Manga-Anime.

Welcome to FAN

Jangan sungkan untuk bergabung ya...

Forum Indofanster
Kumpulan cerpen Afi Hakari ^^ 143564713
Selamat datang di Forum Indofanster.
Silakan mendaftar dan login untuk bergabung mendiskusikan berbagai Manga-Anime.

Welcome to FAN

Jangan sungkan untuk bergabung ya...


Forum Indofanster

Forum Tempat Berdiskusi Tentang Manga - Anime
Dibuat oleh Agoess Sennin pada 16 Mei 2009
Indofanster adalah Keluarga, Bukan Sekedar Tempat Berkumpul
 
IndeksPortalGalleryPencarianLatest imagesAffiliatePendaftaranLogin
Welcome to
Rules • Staff • Ranks & Holder

Share
 

Kumpulan cerpen Afi Hakari ^^

Topik sebelumnya Topik selanjutnya Go down 
PengirimMessage
Afi Hakari
Chuunin Senior
Chuunin Senior
Afi Hakari


Posting : 65
Join date : 15.01.13
Age : 26
Lokasi : Kota Padang Sumatra Barat

Kumpulan cerpen Afi Hakari ^^ Empty
#1PostSubyek: Kumpulan cerpen Afi Hakari ^^ Kumpulan cerpen Afi Hakari ^^ Empty25/3/2013, 3:42 pm

BERIKAN SEDIKIT, SEMANGAT API MU!

Hei. Apa yang kau fikirkan tentang ku? Hanya seseorang yang penuh pengharapan, putus asa adalah jalanku. Keraguan adalah keyakinanku. Menyerah adalah titik akhir perjuanganku. Dan akhirnya orang sepertiku hanya akan dilupakan. Aku tidak mau, sudah cukup hal yang seperti itu.

~*~

Pagi ini langit biru memayungi langkahku, sebenarnya aku tak begitu memperdulikannya, hanya saja..

“Hashh!… PR belum selesai, nanti ada ulangan, utang di kantin belum di bayar. Alah! Print out tugas kelompok!”

Aku benar-benar tertekan dengan kehidupan yang kayak ginian, apaan nih, gak bermutu, coba aja hal itu beneran ada ya.

“Oi! Bengong mas bro ?” kaget seseorang, dia menepuk bahuku dengan keras, tapi jiwaku sudah mati, rasanya banar benar mati secara harfiah.


“Eh, siape lu?” heranku melihat wajah asing itu. Anak lelaki itu malah cengengesan memperlihatkan giginya yang putih dengan dua taring yang menggingsul ke depan, matanya coklat terang dan nyaris hilang dalam senyumnya yang lebar itu, rambutnya yang pirang terkena sinar matahari pagi ditambah dengan, dengan bekas luka di pipnya, mirip sekali. ARGHHH! Apaan yang gua pikirin sih, mana ada yang kayak gituan di dunia ini.

Aku menghentikan langkah sebab anak lelaki aneh itu tak berhenti mengikutiku, begitu langkah kakiku terhenti, barulah dia mulai angkat bicara,

“Gua Nato”, jawabnya singkat,

“Oh”, aku mengangguk menunjukan ke co ollan ku dengan tak menampakan sedikitpun rasa penasaran itu. ANJRIT, gua penasaran banget! sape sih ni anak, rasanya ‘falimiar’ banget.

Aku terus berjalan tanpa memperdulikan anak laki-laki yang dari tadi terus mengikuti ku, aku mulai nggak peduli sampai dia ngeganggu dengan ocehannya.

“Loh, kamu sekolah di SMA Negeri 7 ya Bro ?” pertanyaannya itu aku hiraukan saja,


“Eh, katanya sekolah lu bagus ya Bro?” bagus apaan, kayak kebon gitu. Menggalang penghijauan malah jadi keijoan, tapi lagi-lagi pertanyaannya itu aku cuekin,


“Eh, sekolah lu lewat Bro”, Buset dah ni anak, dia udah coba nguras sisa kesabaran gua yang Cuma tinggal saparapat gentong, rasain nih


“JTAAK!” akhirnya, berhasillah ku daratkan satu jitakan di kepala orang cerewet itu


“OIK! Apa-apaan lu?” tanyanya bingung, tapi justru aku yang makin heran, urusannya dia ama gua ape an sih?


“Bilang aja dah, ngapain lu ngikutin gua?” jawabku balik bertanya, dia diam seribu satu kata.

Sudah lima menit aku menunggu jawabannya yang tak kunjung keluar dari mulut anak yang wajahnya tengah berpaling itu. Aku nggak punya waktu buat ngeladenin bulao ini, tapi begitu aku berbalik dan mulai melangkah,

“Kau tau, kesempatan bukanlah hal yang mudah untuk didapat, tapi saat kau melepaskannya, dia akan pergi dan mencari cerita baru untuk dia tempati. Kamu bukan seorang pecundang kan ? akupun tau itu, apa kau tidak menyadarinya? Sebenarnya apa lagi yang kau butuhkan?”


“Hah? Kamu…” kejutku berbalik, tapi dia sudah hilang, lenyap dan rasa penasaranku ini hanya terbalas oleh hembusan angin pagi menjelang siang, tak nyaman. Aku memutuskan kembali ke sekolah, apa aku bisa bertemu anak itu lagi? Banyak pertanyaan yang muncul di kepalaku dan rasanya semua rasa itu telah menemukan tempatnya untuk pulang, anak itu, apa dia punya jawabannya? Ah, apa yang bisa kulakukan, hanya tak berhenti membayangkan sesutau yang fiktif itu, tapi…




“Apa!? Kau tidak bawa laporan tugas kelompok kita, Natan?!” jerit cewek cerewet itu,


“Hah, lihat! Apa yang aku bilang, mempercayakan tugas sama anak ini namanya bunuh diri, dia nggak akan bisa dipercaya deh!” gertak Kes, anak lelaki paling songong yang bernasip sekelompok belajar denganku, atau justru sebaliknya, akulah yang sial sekelompok dengan orang sok seperti dia.


Pulang, harapan jangka pendek itu ahirnya datang juga, jika seseorang bertanya akan hariku, bagaimana ya? Entahlah, aku tak begitu antusias dengan hal itu.

Setiap hari, setiap waktu, setiap kata dan masa yang telah berlalu, hanya ini yang selalu aku tunggu, pulang. Bukan pulang yang seperti mereka, tapi ini, angin ini, suara ini, jalan ini, tempat inilah yang mewakili kekagumanku akan dunia. Aku suka pulang paling akhir atau paling awal agar bisa menikmati ini sendiri, perasaan seperti kesepian di tengah keramaian ombak yang sunyi, melihat di dalam kegelapan matahari sore, melangkah dan membiarkan suaranya tersapu malam. Terkadang seseorang memang harus merasakan kesepian, agar bisa dia mengerti seberapa penting orang lain baginya, tapi untukku...

“Hoi! Lagi-lagi bengong ya Bro”, suara itu menyapaku lagi, kebetulan sekali, “Apa sih asiknya sendiri? Nggak enak tau”, lanjutnya,


“Hei hei, kau sendiri, bukannya kau juga sendirian di sini?” Tanyaku heran, lagi-lagi gigi-gigi itu, yang akan mengawali percakapan yang tak akan kubiarkan berakhir cepat ini, rasanya.. dia begitu penting untukku. HIIii kok bisa gitu ya, guakan masih normal ya tuhan.


“itusih bukan urusan lo kali”, jawabnya songong, kalau gini dia lebih mirip Kes sok itu,


“Ya, terserah lah”, cuekku kesal, gini-gini gua nggak suka di rendahin apalagi sama orang yang sok kenal kayak dia.

Kakiku melangkah pergi, kali ini aku tak peduli dengan pertanyaan-pertanyaan !!!*Kata ini disensor oleh Admin*!!! yang ada tengah mengantri di kepalaku, tapi…

“tidakkah kau punya pertanyaan buat gua? Pepatah mengatakan..”


“Malu bertanya sesat di jalan. Lu pikir gua nggak tau gituan?” sambungku, “Hah,udalah, gua capek pura-pura, kayaknya lu ini bukan orang biasa, apa kamu punya indra ke enam hah?” tanyaku ceplas-ceplos,


“Lu ngomongin apaan sih? Kayak nggak kenal gua aja”, jawabnya aneh. Seumur-umur baru kali ini dah gua liat dia, mau kenal dari mana?


“Maaf ya, emangnya sebelum tadi pagi kita pernah ketemu ya?” tanyaku dengan nada meremehkan, aku benar-benar penasaran,


“Pernah. Setiap hari, setiap jam setiap waktu. Gua kenal lu lebih dari orang lain, tiap lu pulang lewat jalan ini, angin ini, suara ini, tempat inilah yang mewakili kekagumanmu akan dunia, dan bahkan nilai rapor SD yang waktu itu lu ubah nilainya gua juga tau”, terangnya panjang lebar, ampun dah, gua jadi makin bingung,


“Lu nguntit gua ya? Apa lu punya kelainan?” Tanya gua sembari garuk-garuk kepala,


“Lu sendiri?” jawanya balik nanya, idih.. yang bener aja, masak gua punya kelainan.


“Kagak lah!”


“Ya kalau gitu aku juga nggak, alias masih normal-normal aja”,


“Lalu, apa maksunmu? Kenal gua lebih dari orang lain, emang lu siapa? Apa tujuanmu sebenarnya?”


“Aku? Hanya mau berteman denganmu”,


“Hah, jawabanmu menggelikan, asal kau tau, pertemanan bukanlah hal sepele kayak gitu, nggak mudah menjalin sebuah hubungan pertemanan yang sebenarnya”,


“Jadi, Apa menurutmu semua yang udah lu lakuin selama ini udah berhasil buat ngejalin hubungan pertemanan lu dengan orang lain? Jangankan itu, ah iya, bahkan impian besar yang kau punya hanya akan jadi sampah jika dititipkan dalam hidupmu kan?”

Aku terdiam, bagaimana dia bisa tau semua itu? Tapi…

“Maaf ya, tapi hal itu bukan sampah, jangan seenaknya mengatai impianku. Menjadikan dunia lebih baik dan membuat orang-orang itu mengakui keberadaanku, memang hal sulit tapi bukan sampah, kaulah yang sampah karna tak bisa mengerti semua itu”, tegasku, kali ini semangatku benar-benar menyeruak tak terbendung,


“Lalu kenapa berhenti?” tanyanya, “Setahun lalu orang yang membangun impian bersamamu itu kan? Apa itu yang menghentikanmu?”

Kali ini dia kelewatan, apa-apaan dia, aku benar-benar geram sampai mengepal tanganku dengan kencang,

“Bukan urusanmu”, jawabku kesal. Rasanya kacau, aku cukup kesal sekarang bila harus melanjutkan Tanya jawab tak berguna ini. Akupun pergi meninggalkannya beberapa langkah di belakangku,


“Kes bukan orang seperti itu, benarkan?”


“Diamlah, kau tak berhak berbicara”,


“Dia orang egois tapi sangat mempercayaimu, dia cuek tapi selalu bercerita tentang impian itu bersamamu, dia dingin tapi tak jarang memamerkan senyum padamu, bukankah dia teman yang mengakui keberadaanmu? Kenapa kau berhenti untuk mengakui keberadaannya?”


“Bukan aku! Tapi dia! Satu tahun itu sudah lama berlalu, selama itu aku berusaha mengejarnya, berusaha menang dan jadi juara satu agar mendapat pengakuan, bahkan orangtuaku lebih mengakuinya, dia benar-benar anak emas yang terlahir berbakat”,


“Kau benar-benar payah, bagaimana cara aku mengatakannya ya. Aku memang tidak tau rahasianya menjadi nomor satu, tapi aku tau kau mampu melampauinya, cobalah untuk tidak melakukan sesuatu untuk dirimu sendiri, karena, saat lo lakuin itu untuk orang lain, kekuatan untuk berhasil itu akan datang entah dari mana, lagi pula kalau kau masih punya ikatan itu, kenapa tak coba menjalinnya lagi? Katakan saja padanya”,


“Haha, kau jadi terdengar sangat mirip dengan tokoh inspirasiku”, Cetusku nggak sadar,


“Benar, aku memang inspirasimu tapi bukan si pahlawan konoha kebanggaanmu dan Kes itu, aku ini…”


“Nato”,

Tiba-tiba seseorang memanggilku dari arah belakang, tanpa sadar aku berbalik, sudah lama rasanya nggak ngedenger panggilan itu, tapi.. loh, Nato itu kan…

“Hoi! Apa yang kau lakukan sih? Ngomong sendiri di sini”, tanyanya begitu menghampiriku dengan tampang herannya


“HEK! Sejak kapan kau disini?!” kagetku, lagipula aku tidak,


“Apa yang kau lakukan? Kenapa ngomong sendiri kayak orang gila begitu?” tanyanya dengan tampang prihatin yang menyebalkan


“APA!? Enak saja orang gila! Lagipula.. tadi aku berbicara dengan seseorang di sini”, jawabku bingung sendiri setengah mati


“Siapa?”


“entahlah, dia berbacara panjang lebar denganku tentang banyak hal yang mendalam”,


“Huu, benarkah? Sosweet banget, apa dia cewek?” Tanya Kes aneh,


“Hei hei, jangan sembarangan ya, dia itu cowok, namanya, namanyaa, Nato”,


“Hahaha! Yang benar saja, Nato itukan nama konyol mu. Sepertinya ramuan itu berhasil”, ujar Kes nyengir


“Ramuan itu? Apa maksudmu hah?”


“Larutan kimia hasil praktikum kelompok kemarin, aku ingin tau khasiatnya jadi aku campur sedikit ke minumanmu”,


“Apa!? Benarkah? Apa resepnya?”


“Hei, bukankah aku sudah memberikan datanya padamu dan menyuruhmu untuk memprintnya”,


“Ah, iya soal itu… kemarin saat pulang sekolah aku benar benar sakit perut, karena sedang buru-buru nggak sengaja flashdiskmu masuk kedalam closet, jadi nggak bisa di print deh, hehe”,


“APA! Itukan flash disk yang isinya data-data penting! Bagaimana bisa kau membiarkannya masuk ke closet?! Dasar payah!” geram Kes


“Yee, salahmu sendiri, aku sakit perut pasti gara-gara ramuan konyolmu itu. Hei, memang apa bahannya hah?”


“Kau! Mencoba mengalihkan pembicaraan ya?! Tak akan kuberitau!”


“Hei, ayolah, kita kan teman sejak kecil”,


“Haha, langkahi dulu mayatku!”

Dia berjalan dengan cepat dan aku mengejarnya, seperti dulu, di tempat yang sama dan perasaan yang sama, pertemanan memang penuh persaingan, iyakan Kes, kau juga berfikir begitu kan? Kita ini seperti mewarisi semangat api mereka.
Sejak saat itu aku mulai terobsesi dengan pelajaran kimia, kami kejar-kejaran nilai, seperti dulu, rasanya impian yang besar itu tak lama lagi bisa ditaklukan. Terimakasih, Nato.. atau harus kupanggil diriku sendiri, terimakasih untuk hari itu, kurasa aku telah menemukan semangat apiku.

~*~

Hai, aku Kes teman Nato sejak kecil. Dulu dan sekarang dia tak pernah berubah, semangatnya yang berkobar itu dari dulu terasa hangat, kadang terlalu panas.

Rahasiaku menjadi nomor satu itu, aku hanya tak ingin kalah darinya, setahun lalu aku mengalahkannya dalam sebuah kejuaraan, aku nggak tau itu kejuaraan yang penting baginya, sejak itu dia tak menghiraukanku. Ngomong-ngomong tentang ramuan yang membuatnya jadi terobsesi dengan kimia sekarang ini, semua itu hanya karanganku. Nato yang mendatanginya bukanlah dirinya, karena orang itu juga mendatangiku dan membuatku bingung juga. Mungkinkah dia, Uzumaki Naruto? Ah sial, sepertinya otakku mulai tercemar pemikiran B-o-d-o-h Nato.



By: ANH


maaf jika cerita ini kurang spesifik ... hmmp.. Kumpulan cerpen Afi Hakari ^^ 3010152164

tapi terimakasih banyak untuk yang suka rela mau membaca... Kumpulan cerpen Afi Hakari ^^ 693819
jangan sungkan untuk mengkritik ya...aku nerima kritik dan sarannya kook.. karna kritik itu pelajaran yang berharga C:

#caww
Kembali Ke Atas Go down
Afi Hakari
Chuunin Senior
Chuunin Senior
Afi Hakari


Posting : 65
Join date : 15.01.13
Age : 26
Lokasi : Kota Padang Sumatra Barat

Kumpulan cerpen Afi Hakari ^^ Empty
#2PostSubyek: Re: Kumpulan cerpen Afi Hakari ^^ Kumpulan cerpen Afi Hakari ^^ Empty24/5/2013, 12:33 pm

SELIMUT MENTARI


Karya: Afi Hakari







Pernahkah engkau merasakan,
kehadiran orang-orang yang membuatmu merasa bebas melakukan apapun? Pernahkah
engkau merasakan saat waktu itu tidak engkau harapkan berlalu? Haah… Sudahlah,
meski mustahil mengulang sejarah, namun semua kenangan itu masih ku ingat
dengan baik. Detik demi detik yang mengalun bersama tawa. Hembusan angin lembab
yang melayang merangkai cerita, mungkin angin itulah yang kini menghampiriku,
hingganya ingin sekali aku membuka halaman-halaman berdebu yang sudah lama tak
terjamah olehku.



Kisah ini sebenarnya sangat panjang,
namun tidak pula sepanjang film cinta fitri season
6. Kenangan ini sebenarnya sangat lucu dan menyenangkan, tapi mungkin tidak
sekocak Opera Van Java yang tidak tayang akhir pekan. Bila ku ingat, waktu itu
sangatlah mengharukan, bagi kalian tentu tidak seperti Titanic yang sukses membuat
matamu menangis semalaman. Ini hanya suatu hal yang entah kenapa begitu ingin
ku ceritakan, tentang sekelompok gadis-gadis polos, yang tidak tau seberapa
pentingnya masa-masa itu, saat mereka masih bersatu, didalam ikatan
persahabatan bernama DEVEN.



Sore itu adalah sore yang kesekian
kalinya untuk kami pulang bersama,



“Hoi! Lu udah di mana sih? Kita nunggu
dari tadi nih di gerbang Bung Hatta. BU RU AN!!” begitulah hingga suara di
ujung saluran telpon sana menghilang, tidak terdengar lagi di telingaku. Hari
ini hari yang berat, seperti biasa. Biasanya aku yang menunggu tante-tante
cerewet itu di sana, tapi tak jarang juga aku yang paling terlambat untuk
mereka tunggu. Di ujung jalan terlihat segerombolan anak, yang wajahnya sangat
familiar olehku, tante-tante cerewet itu, tak bisa kubayangkan bila aku tiba
lebih lambat dari ini, bisa-bisa mereka mencincangku jadi gulai terasi. Dengan
badanku yang berisi seperti bakpau kacang padi, memang sulit untuk berlari
apalagi harus melintasi para mahasiswa yang berdesakan hilir mudik. Baiklah,
aku sampai di ujung gerbang kampus dan memposisikan diriku di tengah mereka, Runi
dengan wajah sadis, Opes yang lesu seperti kurang gizi, wajah BT rovy yang
lecek, Manyunan azila yang mencuat, Farah, Dea, Cindy, Tari semuanya melihatku,
tentunya dengan refleks, ku pajang wajah alim tak berdosa itu.



Masalah keterlambatanku tadi
tidak diungkit-ungkit sepanjang perjalanan, karena itu memang bukan bahan
pembicaraan yang asik. Bicara soal asik, hari itu langit sepertinya tidak
bersahabat, Siswa SMP 7 yang memutuskan pulang lewat jalur pinggir batang air
seperti kami ini diterjang angin kenjang yang membawa rinai hujan.



“HEi!!! Pegangin Zada noh! Ntar dia
terbang lagi”,



“Alah! Lu juga udah kayak layang-layang
masih mau megangin orang, yang ada malah sama-sama terbang!”



“Ya udah, kalo gitu semuanya pegang
Fifah aja!” seketika, mereka menempel ke badanku, kami semakin terhuyung-huyung
diterpa badai,



“Aduh! Pegang ajalah batang karambia
tu ha! Mentang-mentang aku paling subur”. Seruku risih karena mereka mulai
menarik-narik bajuku. Namun sepertinya omelanku tidak ditanggapi, mereka masih
saja menempel padaku, sampai…



“Oi!! Liat tuh! Ahahahaha! Sepatu
siapa yang dilempar ke sungai!” jerit salah satu temanku yang paling kurus,
sontak semuanya menatap kearah jembatan basko yang ramai itu. Sekelompok anak
lelaki bermain di sana, dan entah kenapa pemandangan sepatu melayang milik
salah satu dari mereka itu sukses membuat kita tertawa terbahak-bahak.
Tiba-tiba Cindy turun dari tempat kami berdiri menuju ke pinggir sungai yang
sedang mengamuk itu.



“Cin! Ngapai lu!? Naik buruan! Bahaya
tau!” Teriak kami sangat hawatir.



“Kasian tau! Ntar tu anak gimana
pulangnya, masak sepatunya diceburin ke sungai”, Temanku yang satu ini memang
sinting, apa pedulinya, seharusnya dia tidak perlu melakukan hal berbahaya itu.
Sementara teman-teman yang lain teriak-teriak nggak jelas ke arah Cindy yang
kini sudah hampir mendekati bibir sungai, aku melangkah maju.



“SREPT!!!” Suara sesuatu yang
tergelincir menyita perhatian semua makhluk yang lewat di sana, semua siswa
menatap kami, Cindy terjerembab namun tanganku meraihnya, ini adegan berbahaya
yang tidak boleh ditiru. Rok biru miliknya sudah setengah basah terkena air dan
lumut, aku menariknya ke atas dan selang beberapa detik kami sudah ada kembali
di tempat semula, orang-orang yang melihat kembali berjalan sembari cekikikan
dan berbisik-bisik. Oh ayolah! Inikan tidak perlu sampai seheboh konflik eang
subur!



Tadi itu bahaya tau! Pikirku dalam
hati, namun tidak ada satupun dari kami yang angkat bicara, hanya
senyuman-senyuman kecil yang mulai tersungging di ujung bibir kami. Seketika
tawa itu pecah, tak mampu lagi menampung rasa geli yang kami tahan. Seiring
tawa kami yang mulai mengisak, begitupun hujan mulai berhenti, sepertinya awan
gelap itu sudah terbawa angin ke tempat yang jauh.



Kamipun melanjutkan perjalanan pulang,
walau azila masih manyun, Runi masih terlihat sinis, namun rona gembira tampak
jelas di wajah mereka. Yaah… kebahagian yang indah saat kami pulang lewat
pinggir sungai Bung Hatta, diterangi sorot-sorot oren dari matahari senja yang
mulai ditelan pantai Warta. Semua ini tak akan lengkap tanpa seiris tawa sinis
Runi, sesiung kengambekan rovy, Kebawelan Cindy serta sesendok tawa kita semua.
Kamilah DEVEN, yang berharap persahabatan ini tidak berakhir begitu saja,
begitulah kami menapaki jalan pulang, dikawal bayangan kami yang semakin
memanjang, deburan ombak masih terdengar di sela-sela tawa. Hingga langkah kami
hilang tersapu malam.






END?
Kembali Ke Atas Go down
Subject: Re: Kumpulan cerpen Afi Hakari ^^  None

Anda tidak dapat mengirmkan postingan atau mengomentari pembahasan di topik ini karena masih berstatus sebagai Tamu.
Silakan Mendaftar dan Login agar dapat mengakses segala fitur forum secara penuh.
AgoessNaruto Robot
Forum Bot



Join Date: 16/05/2009
Lokasi: Forum AgoessNaruto
Comments: Bot untuk membantu anda di Forum AgoessNaruto
Kembali Ke Atas Go down
 

Kumpulan cerpen Afi Hakari ^^

Topik sebelumnya Topik selanjutnya Kembali Ke Atas 
Halaman 1 dari 1

 Similar topics

-
» Komentar intuk "Kumpulan Cerpen Afi Hakari"
» Cerpen ala Naruto and friend's
» CERITA Bercabang-Jalan Ninjaku dan Cerpen Bejo (BARU!)
» kumpulan manga
» kumpulan informasi singkat

Permissions in this forum:Anda tidak dapat menjawab topik
Forum Indofanster :: Tambahan ::   :: Karangan Cerita & Fanfiction :: Archive-