Forum Indofanster
[Event Writer] Nobita yang Takut Mati 143564713
Selamat datang di Forum Indofanster.
Silakan mendaftar dan login untuk bergabung mendiskusikan berbagai Manga-Anime.

Welcome to FAN

Jangan sungkan untuk bergabung ya...

Forum Indofanster
[Event Writer] Nobita yang Takut Mati 143564713
Selamat datang di Forum Indofanster.
Silakan mendaftar dan login untuk bergabung mendiskusikan berbagai Manga-Anime.

Welcome to FAN

Jangan sungkan untuk bergabung ya...


Forum Indofanster

Forum Tempat Berdiskusi Tentang Manga - Anime
Dibuat oleh Agoess Sennin pada 16 Mei 2009
Indofanster adalah Keluarga, Bukan Sekedar Tempat Berkumpul
 
IndeksPortalGalleryPencarianLatest imagesAffiliatePendaftaranLogin
Welcome to
Rules • Staff • Ranks & Holder

Share
 

[Event Writer] Nobita yang Takut Mati

Topik sebelumnya Topik selanjutnya Go down 
PengirimMessage
Uchiha Shun
Kazekage no Chi Kami
Kazekage no Chi Kami
Uchiha Shun


Posting : 1170
Join date : 08.12.11
Age : 25
Lokasi : Sunagakure, Kaze no Kuni

[Event Writer] Nobita yang Takut Mati Empty
#1PostSubyek: [Event Writer] Nobita yang Takut Mati [Event Writer] Nobita yang Takut Mati Empty10/8/2013, 3:42 pm

Nobita yang Takut Mati




Suatu malam yang tidak berbeda di malam-malam biasa di Ibukota negeri Sakura ini. Malam yang sepi dan lampu-lampu sudah padam. Betapa tidak, ini sudah jam 1 dinihari, orang-orang tengah terbuai dalam mimpi mereka masing-masing. Tentu saja, tak terkecuali anak tunggal dari keluarga Nobi ini yang terkenal akan kemalasan, kecerobohan, dan kejahilannya. Tapi, ada yang sedikit berbeda, Nobita malam ini, yang biasanya tertidur lelap−sangat lelap sampai sulit dibangunkannya pada pagi harinya malah, kini tertidur dengan terlihat sangat tidak lelap dan cenderung terlihat seperti orang yang sedang tidak tidur.

“Baahh... hah... hah... hah...”

Tak lama setelah ia sudah tak tenang ketika tertidur, anak ini bangun dari tidurya dengan nafas yang memburu dan keringat dingin yang sudah membanjiri sekujur tubuhnya. “Em... khukhukhukhukhu...”, dan menangis? Ya, anak yang memang cengeng ini menangis itu seharusnya wajar. Tapi menangis di malam hari yang seharusnya adalah waktu untuk ia terlelap di alam mimpinya yang biasanya terisi oleh khayalnnya tentang Shizuka atau mimpi-mimpi bod0h lainnya, itu yang tak wajar.

GREK

Pintu yang berada di samping tak jauh dari tempat tidur Nobita pun terbuka sedikit, dan menampakkan mata bulat sempurna yang terlihat sayu mengantuk dikelilingi oleh warna biru dan putih dengan hidung bulat merah dan beberapa helai kumis tipis, “Nobita... kenapa sih kamu, malam-malam gini pakai menangis segala, berisik tahu,” robot kucing dari abad 22 ini, Doraemon, berujar dengan suara khasnya yang serak.

Nobita yang masih menangis menoleh pada asal suara yang mengajaknya bicara di balik pintu tersebut. “Doremon, apa kau bisa mati?”, dengan suara lirihnya, Nobita bertanya tentang kematian pada Doraemon. Entah apa yang sedang dipikirkan anak ini sehingga bisa-bisanya menanyakan hal itu.

“Em... bagaimana ya...” Doraemon memutuskan untuk keluar dari ‘kamar’nya−diberi tanda petik karena dibilang kamar terlalu kecil dan berada di dalam kamar, dibilang bukan kamar tapi itu memang kamarnya Doraemon−dan berjalan mendekati Nobita dengan menimbulkan suara langkah kakinya yang khas seperti anak kecil mengenakan sepatu bunyi. “Nobita, kau tidak demam kan?”, menempalkan tangan yang berbentuk bulat dan tidak berjari itu ke dahi Nobita untuk mengecek suhu badan anak tunggal keluarga Nobi.

“Tentu saja tidak, Doraemon...”, dengan terlihat seperti gerakan tangan yang rada gontai, Nobita menyingkirkan tangan Doraemon dari dahinya. “Cepat jelaskan saja”

“U... baiklah”, Doraemon pun mulai mengubek-ubek isi dari kantung ajaibnya. Semua barang yang menurutnya tak ia cari, ia lemparkan begitu saja keluar dari kantungnya dengan sembarangan−hal ini pulalah yang kerap kali diprotes oleh orang-orang di sekitar Doraemon saat ia sedang melakukan ini. Ibu yang paling tidak uka berantakan seperti halnya Shizuka, Suneo dan Giant yang beberapa kali sempat tertimpuk oleh alat-alatnya yang dikeluarkan secara sembarangan, dan Nobita yang haru selalu melindungi kepalanya dari ‘meteor’ yang berjatuhan dan harus siap kuping untuk diomeli ibunya akibat kebiasaan Doraemon yang membuat kamarnya acak-akan ini. Namun kali ini tidak, Nobita seperti benar-benar orang yang mati rasa, bahkan beberapa benda yang cukup keras mengenai kepalanya pun tak digubris olehnya.

“Ah... ini dia”, Doraemon berseru dengan sebuah buku kuning yang cukup tebal bertuliskan ドラえもん回顧録 , kurang lebih berarti Riawayat Hidup Doraemon di tangan kanannya−robot macam apa yang lupa riwayat hidupnya sendiri. Doramon pun mulai membuka dan membaca buku tersebut, tidak kesemuanya tentunya, karena ia hanya mencari yang berkaitan dengan pertanyaan Nobita tadi. “Ah, ini! Jadi begini, aku bisa mati, tapi berbeda dengan manusia. Aku mati jika ditekan tombol “OFF”, tapi bisa dihidupkan lagi jika di-“ON” kan kembali. Tapi, jika maksudmu mati selamanya, ada kemungkinan terburuk. Chip di dalam otakku rusak dan semua databasenya menghilang−biasanya disebabkan oleh waktu yang terlalu lama, korsleting, terkena virus, atau sebagainya. Dengan begitu aku bisa dikatakan “mati”. Memang, bisa diganti dengan yang baru dan tetap dengan wujudku yang sekarang ini. Meski di luarnya sama, tapi aku takkan menjadi aku lagi.”, mengakhiri penjelasannya dan memasukkan kembali buku tersebut ke dalam kantungnya.

“Ya, baiklah, aku akan kembali tidur.”, Doraemon kembali ke kamarnya dan membaringkan tubuh bantet gemuknya ke kasur miliknya. “Selamat malam, Nobita” dan mengucapkannya sebelum menutup pintu kamarnya pelan.
“Sudah kuduga...”, lirih Nobita dengan penuh kemuraman pada ekspresi wajahnya.

--o0o--

Malam telah berlalu, sang raja siang pun kembali hadir di langi biru nan cerah, menunjukkan keperkasaannya dan kehangatannya pada seluruh makhluk di pelosok bumi.Tetesan embun membasahi bumi. Burung-burung saling berkicau lembut seolah membangunkan setiap orang yang masih teridur lelap.

GREK

Pintu di geser itu terbuka, Doraemon yang telah terbangun di jam biasanya−jam 5.30−dan tak pernah telat karena sudah diprogram seperti itu. “Hei, Nobita... cepat ba−“ seperti biasanya, Doraemon hendak membangunkan Nobita yang selalu saja sulit untuk dibangunkan. Tapi, Doraemon terkejut dan tak melanjutkan kalimatnya begitu melihat Nobita sudah tak ada di kamarnya dan kasur yang dipakai Nobita pun sudah terlipat rapih. “Eh?”, Doraemon kebingungan, mengusap belakang kepalanya dengan tangan bulatnya. Merasa ada yang aneh, karena tak seperti biasanya Nobita sudah tak ada di kamar pada jam sepagi ini, Doraemon pun keluar dari kamarnya dan segera turun ke lantai bawah untuk menemui Ibu. Kali saja Ibu tahu Nobita di mana.

“Selamat pagi, Ibu. Ibu tahu Nobita di mana?” tanya Doraemon yang menemukan Ibu sedang membersihkan ruang depan dengan vaccum cleaner.

Ibu menoleh sesaat ke arah Doraemon, sebelum kembali mengerjakan pekerjaanya “Pagi, Doraemon. Nobita? Dia sedang keluar, katanya sih lari pagi”, menjawab pertanyaan Doraemon sambil tangannya mengarahkan selang vaccum cleaner ke setiap sudut di ruangan depan.

“Lari pagi? Tak biasa-biasanya Nobita lari pagi” Doraemon pun semakin kebingungan.

Tak lama, “Aku pulang!”, pintu rumah pun terbuka diusul dengan masuknya Noobita yang lalu berhenti di depan Doraemon dan ibunya, namun masih berlari-lari kecil di tempat. “Pagi lagi, Bu. Pagi, Doraemon” sapa Nobita pada ibunya dan robot kucing tersebut dengan ekspresi yang ceria, sangat berbeda dengan semalam.

“No-Nobita...” Doraemon melihat sosok Nobita dari ujung kaki sampai ujung rambut dengan sangat terkejut. Awalnya, saat hanya diberitahu oleh Ibu, Doraemon masih sedikit ragu kalau Nobita melakukan lari pagi. Tapi setelah melihat dengan mata kepalanya sendiri sosok Nobita yang mengenakan setelan jaket olahraganya dan bulir-bulir keringat terlihat sedikit banyaknya di tubuh Nobita. Doraemon terkejut akan apa yang dilakukan Nobita ini, sampai tak bisa mengungkapkannya dengan kata-kata dan hanya menatap sosok Nobita dengan terpaku .

“Ada apa, Doraemon?”, sadar Doraemon memperhatikan dirinya dengan tatapan yang aneh, “a-apa ada tikus di tubuhku?!” Dan berteriak kencang sambil memukul-mukul seluruh bagian badannya sendiri.

“Ti-Tikus?! D-di mana-di mana!” dengan satu kata kunci yang diucapkan Nobita barusan−tikus−Doraemon pun berlari-larian tak ada juntrungannya sambil bertariak “tikus! tikus!” berkali-kali, dan bahkan sampai meloncat dan menempel di atap.

“Hahahaha...!!! Doraemon... Doraemon... masih bisa saja kau kutipu dengan cara seperti itu. Hahahaha...” Nobita tertawa terbahak-bahak melihat tingkah laku sahabatnya itu karena telah tertipu olehnya. “Hahaha... sudah ya, aku mau siap-siap berangkat sekolah dulu, sudah jam segini nih, nanti aku terlambat lagi”, menghentikan tawanya dan beranjak pergi menuju kamar mandi.

Sadar telah ditipu oleh Nobita, Doraemon pun turun dari posisinya tadi yang menempel di atap, setelah sebelumnya telah memeriksa dan beraga-jagaa bahwa benar-benar tidak ada tikus. “Nobita! Awas saja kau nanti, huh”, Melipat kedua tangan pendeknya di depan badannya yang bulat saat kucing robot ini melenguh. “Tapi ini benar-benar aneh, ada apa ya dengan Nobita?”, meskipun sifat jahil Nobita masih tetap seperti biasanya, hal-hal di pagi hari ini yang dilakukan Nobita benar-benar membuat Doraemon bingung.

“Ah sudahlah, aku pakai ini saja”, Doraemon mengubek-ngubek isi dalam kantong ajaibnya selama beberapa saat dan mengeluarkan seekor lalat robotik yang penampilannya tak jauh beda dengan lalat pada umumnya dan sebuah contact lens. “Tolong buntuti Nobita ya”, perintah Doraemon pada lalat robotik tersebut sambil memasang contact lens tadi pada mata sebelah kanannya.

“Hehehe... dengan ini aku bisa mengawasi Nobita sambil bersantai”, tertawa pelan lalu beranjak kembali menaiki tangga dan memasuki kamarnya.

--o0o--


Tanpa terasa, waktu berlalu begitu cepat, hingga siang hari Doraemon yang mendapat penglihatan dari lalat robotik yang mengikuti Nobita tak mendapati kejanggalan yang begitu berarti. Paling-paling ia hanya melihat Nobita yang belajar dengan sungguh-sungguh di sekolah dan memperhatikan Pak Guru tanpa terlihat mengantuk atau melamun tak jelas seperti yang biasa di lakukannya. Oke, itu cukup aneh, tapi Doraemon menganggapnya bahwa Nobita memang sedang ingin berubah menjadi lebih baik.

“Syukurlah kalau begitu”, tersenyum-senyum sendiri akan kemajuan sahabatnya tersebut. “Aku minta Dorayaki dulu ah... mumpung Nobita belum pulang. Nanti kalau ada dia, jatah Dorayaki-ku dihabiskan lagi”, Doraemon beranjak keluar dari kamarnya dan turun ke lantai bawah untuk meminta jatah Dorayaki pada Ibu.

--o0o--

TING

TONG

TING

TONG

Bel berbunyi menggema ke seluruh penjuru gedung sekolahan, yang menandakan bahwa waktu sekolah sudah usai. Hal yang lumrah ditemui saat jam pulang sekolah adalah ekspresi ceria anak-anak yang berlarian ingin cepat-cepat pulang. Terkecuali Nobita, yang berjalan dengan lesunya.

“Hai, Nobita. Pulang bareng yuk”, sapa seorang gadis yang seumuran dengan Nobita sambil berlari kecil mengejar bocah berkacamata ini. Siapa lagi kalau bukan Shizuka, wanita yang jika alur waktu berjalan dengan semestinya akan menjadi pendamping hidup Nobita selamanya di masa depan nanti.

“Ah, Shizuka... benarkah? Ayo, ayo, terima kasih ya”, tentu saja Nobita tak menolak ajakan gadis yang sangat disukainya ini. ’Baguslah, dengan begini, aku tak perlu terlalu takut’

Semuanya lancar-lancar saja selama perjalanan pulang, “Shizuka, bisa kita mampir dulu ke Kuil?”, tanya Nobita tiba-tiba.

“Eh Kuil? Untuk apa? Bukannya sekarang tidak sedang hari perayaan apapun”, tentu saja, Shizuka bingung akan ajakan Nobita ke Kuil ini. Karena anak-anak seumuran mereka ke Kuil itu paling-paling hanya jika ada perayaan tertentu atau diajak orang tua. Jarang sekali ada yang mau ke sena karena keinginan sendiri.

“Memang tidak ada perayaan apapapun. Tapi, aku sedang ingin berdoa saja di sana. Tak apa kan?”, jawab Nobita enteng dan menyatakan statement seperti bukan Nobita yang biasanya malas ke manapun di siang hari dan hanya lebih memilih tidur siang.

“Emm... aneh. Tapi baiklah”, dan Shizuka-pun menyetujui ajakan Nobita tersebut.

Di tengah perjalanan menuju Kuil, tentu saja mereka berdua salng berbincang satu sama lain. Dan dari perbincangan ini, Shizuka tahu, bahwa Nobita memang bertingkah aneh—berbicara tentang kematian dengan sangat sering, juga waspada terhadap lingkungan sekitar secara berlebihan. Tapi terlepas dari perilaku-perilaku aneh Nobita yang telah disebutkan tadi, Nobita juga jadi bersikap lebih baik dari biasanya. Oke, pada dasarnya Nobita memang anak yang baik, tapi ini lebih baik lagi. Sepanjang perjalanan, setiap orang yang terlihat membutuhkan bantuan, selalu Nobita bantu dengan cekatan dan tanggap. Berkali-kali Shizuka dibuat kagum oleh sifat penolong sahabatnya itu saat ini.

Dan tanpa terasa perjalanan mereka berdua yang berlangsung selama beberapa puluh menit—puluhan menit, jelas karena Nobita terlalu banyak membantu, jadi lama—ini pun sampai pada tujuannya, kuil yang terletak di bukit belakang sekolah. Segeranya setelah sampai, Nobita tanpa ba-bi-bu lagi langsung berlari ke depan kuil dan segera duduk bersimpuh seraya kemudian melakukan serangkaian kegiatan berdoa dengan memejaamkan mata yang seperti biasa masyarakat Jepang lakukan.

“Sudah selesai,” ujar Nobita setelah beberapa menitt lamanya diam bersimpuh di depan kuil dan segera berbalik kembali menghampiri Shizuka yang masih berdiri dengan tenang.

“Erm... kau tak berdoa juga, Shizuka?”, tanya Nobita pada gadis seumuran di depannya ini.

“A-ah, i-iya, kurasa aku juga akan berdoa”, Shizuka menjawab dengan agak terbata-bata , dan dengan segera bergantian dengan Nobita pergi kepan kuil dan melakukan kegiatan berdoa seperti Nobita selama beberapa saat.

--o0o--

“Nyam, nyam, nyam, enak...”, dengan sebuah Dorayaki di tangannya, dan beberapa buah lagi masih tersisa di piring di hadapannya, Doraemon benar-benar bersantai saat ini. Tak ada yang mengganggu, dan jatah Dorayaki miliknya sendiri.

“Eh, tapi...”, Doraemon menghentikan kegiatan makannya dan kemudian tangan kirinya menuutup mata kiri dan hanya membiarkan mata kanan yang terbuka. Yah, Doraemon sedang kembali mengamati Nobita, yag terlihat adalah penglihatan Nobita yang sedang mengobrol dengan Shizuka di kuil bukit belakang sekolah.

“Sedang apa mereka? Baiklah, akan kucoba melihat rekaman ulangnya dahulu”, gumamnya pelan lalu mengggerakkan pupil mata bulat besarnya ke sudut dan tak berapa lama, seperti diberikan suatu perintah, penglihatan Doraemon berganti menjadi dari Nobita pulang sekolah sampai waktu sekarang. Tentu saja, fitur reka ulang terdapat di alat Doraemon yang satu ini, karena konsep alat ini adalah video recorder yang berukuran kecil dan dapat bergerak.

“Jadi begitu. Jika yang ini dihubungkan beberapa sikap aneh Nobita semenjak semalam.... kurasa aku mengerti dia kenapa. Baiklah, saatnya mengatasi masalah yang satu ini”, gumamnya lagi saat setelah menepukkan kedua tangannya dari atas-bawah dan lalu mengeluarkan baling-baling bambu dari kantung ajaibnya untuk terbang pergi meninggalkan rumah dan beberapa buah Dorayaki yang masih tersisa

--o0o--

“Baiklah, Shizuka, ayo kita pulang”, Nobita dan Shizuka yang telah berdoa di kuil pun bergegas meninggalkan tempat tersebut setelah ajakan Nobita tadi. Perjalanan pulang yang biasa, hanya saja hari sudah tak begitu terik, menandakan kalau hari sudah beranjak sore.

Sementara itu, dari balik semak belukar, sepasang mata beriris runcing menatap tajam pada dua anak sekolah dasar tersebut tanpa mereka ketahui. Sepasang mata tersebut terus menatap mereka selama beberapa saat, seperti menunggu saat yang tepat, untuk menerjang.

Ini adalah hitung mundurnya,

3

2

1

“Whoooaarrr!!!”, dengan satu auman keras, sepasang mata yang tadi mengawasi Shizuka dan Nobita melompat tinggi keluar dari persembunyiannya dan berdiri dengan keeempat kaki bercakar dan mulut lebar terbuka dipenuhi oleh gigi taring serta menatap tajam pada kedua anak tersebut. Hewan itu—seekor singa yang buas.

“H-hiii.....”, Nobita yang bergidik ngeri langsung berlari secepat yaang ia bisa dari tempatnya, meninggalkan Shizuka yang juga ketakutan, namun hanya dapat berdiri mematung dan tak dapat menggerakkan tubuhnya.

“Aku tidak mau mati! Aku tidak mau mati!”, Nobita berlari dan terus berlari seraya berteriak histeris seperti tadi berkali-kali. Yang ia inginkan hanyalah lari secepat mungkin dan tiba di rumah, tak ada lagi yang ia pikirkan. Namun...

“Shi... zu... ka...?”, larinya perlahan melambat dan berhenti berlari. Ia berbalik dengan ragu, namun Shizuka dan singa itu hanya terlihat samar dari pandangannya karena jarak mereka yang sudah cukup jauh. Jelas, sepertinya Shizuka benar-benar telah kehilangan tenaganya untuk kabur lantaran auman keras dan kedatangan singa itu yang sangat tiba-tiba merupakan great first shock yang cukup untuk membuat seorang wanita kehilangan kesadarannya untuk mengambil keputusan.

“Shizuka! Lari!”, Nobita berteriak sekuat yang ia bisa, namun sia-sia, Shizuka tak mendengarnya.

”Aku, aku, aku...takut... tapi, apakah aku tega meninggalkan Shizuka di sini, saat ini. Ini, tanggung jawabku, yang mengajaknya ke sini, apa, apa yang harus kulakukan? Apa?”

Nobita tertunduk, seluruh tubuhnya gemetar, dan bulir keringat dingin sudah membasahi tubuhnya. Namun, kedua tangannya terkepal erat, seolah melawan ketakutannya sendiri.

”Aku...”

“Aku...”

“Aku...”


“Aku akan menyelamatkanmu, Shizuka!”, Nobita akhirnya memutuskan untuk mengabaikan rasa takutnya dan membulatkan tekad untuk berlari kembali menyelamatkan Shizuka dengan penuh keberanian.

Ia mengambil sebuah batu kerikil, dan saat sudah tinggal kurang lebih jaraknya dengan Shizuka dan si singa hanya sepuluh langkah, ia melempar batu kerikil itu tepat ke wajah si singa.

“Grrr...”, singa tersebut merasa terganggu dengan batu kerikil yang dilemparkan oleh Nobita, sehingga hewan buas ini beralih dari Shizuka dan menatap tajam bocah berkamata yang tadi melempar batu kerikil tersebut.

“Weekkk...!!! Kejar aku, sini, kucing besar bod0h”, setelah meledek sang singa beberapa saat, Nobita segera berbalik dan segera berlari kencang yang diikuti oleh singa yang juga berlari mengejarnya.

“Shizuka! Cepat sembunyi!”, kembali Nobita berteriak memperingatkan sebelum ia terlalu jauh dari gadis yang masih diam mematung tersebut.

“E-eh? No-Nobita... apa yang kau lakukan, Nobita! Hentikan tindakan bod0hmu itu!”, Shizuka sudah mendapatkan kembali kesadarannya, namun bukannya bersembunyi seperti yang diperintahkan Nobita, ia malah berteriak juga dan mengkhawatirkan keselamatan Nobita.

“Hah, hah, hah, lebih cepat, aku harus berlari lebih cepat”, nafas Nobita memburu, detak jantungnya mungkin sudah mencapai kecepatan detak maksimal. Ia sudah berlari cukup jauh, namun karena lari singa itu lebih cepat, jarak di antara mereka semakin mengecil. Nobita tahu, ia pasti akan segera terkejar, oleh karena itu, ia berlari lebih cepat agar setidaknya bisa turun dari bukit dan mendapat pertolongan dari warga sekitar.
Namun baru ¾ jalan untuk menuruni bukit, tiba-tiba...

“Hyaa!”

BRUK

Nobita tersandung dan terjatuh. Sekarang ini, jika sudah begini, maka Nobita benar-benar sudah chekmate. Oleh karenanya, Nobita pasrah dan tak bangkit berdiri lagi dan hanya melindungi kepalanya dengan kedua tangannya, membiarkan ketakutan yang sedari tadi diabaikannya kembali menyebar ke seluruh tubuhnya dan membuat seluruh tubuhnya kembali gemetaran dan dibasahi oleh keringat dingin.

”Aku akan mati, aku akan mati”

Dalam waktu selang beberapa detik, Nobita sudah dapat merasakan deru nafas dingin dari tengkuknya. Suara “Grrr” terus terdengar di kupingnya. Nobita sudah tak mampu melawan, kelima indranya mungkin sudah tak ia fungsikan dan semuanya menjadi gelapp untuk Nobita

”Inilah saatnya, selamat tinggal semuanya”

GIGIT

Gigitan mendarat di punggung Nobita, tapi tidak ada darah yang keluar dari tubuh Nobita dan Nobita pun tak merasakan sakit.

“Eh?”, Nobita yang mengira dirinya sudah mati dan menjadi makanan singa merasa keheranan. Ia yakin betul kalau ada yang menggigitnya, tapi gigitan ini tidak sakit, malah rada geli.

Didorong oleh rasa penasaran, Nobita menoleh dengan ragu dan mendapati sosok singa itu sudah tak ada di belakangnya, melainkan sosok biru-putih familiar yang menggigit dirinya.

“Do-Doraemon....”, lirihnya, “Doraemon... Hoaaa!!! Doraemon, kukira tadi aku sudah mati, syukurlah ada kau”, Nobita mulai menangis seperti biasanya.

“Puh, Puh!”, Doraemon yang sudah melepaskan gigitannya pada Nobita pun segera berdiri sambil meludah-ludah sembarangan (robot kucing meludah?),

“E... keringatmu asin, Nobita”, ujarnya santai.

“Hahahaha.... maaf, maaf...”, Nobita tertawa, namun air mata masih mengalir dari matanya.

“Nobita, kamu tidak apa?”, Shizuka yang sudah berjalan menghampiri Nobita pun menanyakan keadaannya.

“Iya. Doraemon menolongku”, jawab Nobita dengan senyum berair mata yang sama dengan sebelumnya.

“Sebenarnya bukan aku yang menolongmu, Nobita. Tapi, akulah singanya”, Doraemon menyela dengan pernyataannya yang membuta Nobita dan Shizuka berkata,

“APA?!”

secara bersamaan dan memasang tampang sweatdrop mereka masing-masing.

“Yah, begitulah. Aku menggunakan ini, “Stiker Perubah Bentuk”, aku menempelkan stiker singa padaku dan merubah diriku menjadi singa sungguhan, tapi saat aku hendak menggigitmu, aku melepas stiker ini sehingga aku kembali menjadi aku. Hebat kan?”, jelas Doraemon pada mereka berdua yang masih bersweatdop ria sambil menunjukkan satu set stiker bergambar hewan.

“Tidak”

“Itu berlebihan, Doraemon”

Itulah respon cepat dari Nobita dan Shizuka secara bergantian.

“U... iya, iya, maaf jika aku salah”, tukas Doraemon seraya tangan kanannya mengusap kepala bulatnya itu.

“Tapi ngomong-ngomong, kenapa kau melakukannya, Doraemon?”, tanya Nobita

“Untuk mengembalikan keberanianmu. Aku tahu, kau sepertinya sedang “takut pada kematian” kan? Yah... itu wajar. Tapi janganlah berlebihan, kau bahkan terlalu overprotective pada dirimu sendiri, itu tidaklah baik. Mati adalah hal yang pasti dialami oleh setiap yang hidup, kau hanya perlu menjadi dirimu sendiri dan berubah menjadi lebih baik. Tenang saja, aku akan menemanimu kok selama aku mampu“, jawab Doraemon panjang lebar yang disertai juga dengan nasihatnya. “Dan untuk perubahan positifmu selama “kau takut mati”, itu bagus, pertahankan yang itu, kalau bisa jadilah lebih baik”, tambahnya.

“Do-Doraemon... E-em! Aku akan berusaha!”, angguk Nobita mantap.

“Ngomong-ngomong, dari mana kau tahu aku terlalu waspada pada lingkungan sekitar? Perasaan tadi pagi di rumah aku belum begitu. Kau.... mengikutiku ya?”, tanya Nobita dengan nada kecurigaan yang jahil.

“E-erm... tidak, aku tiak mengikutimu, aku melihat kau selama ini dengan lalat robotik milikku yang kusuruh mengikutimu. Sedangkan aku, makan Dorayaki di rumah. Hehehehe...”, tertawa sambil mengusap kepalanya dengan tampang innocent, itulah yang dilakukan Doraemon.

“Oh... jadi kau enak-enakan di rumah sementara aku berkecimpung dengan rasa takutku.... begitu? Aku juga ragu apa jatah Dorayaki-ku masih utuh...”, Nobita mendekati Doraemon dengan tampang seram dan senyum mematikan.

“Te-tenang... Dorayaki-mu masih utuh kok”, melangkah mundur seiring majunya langkah Nobita, Doraemon sudah sweatdrop, “se-sebenarnya sudah kumakan tiga sih... hehehe...”, semakin sweatdrop, dan tanpa ia sadari, seset stiker di tangannya sudah direbut oleh Nobita.

“Ho... baiklah, baiklah, tapi, terimalah balasannya!”, Nobita menempelkan stiker bergambar tikus ke tangannya dan seketika itu pula ia berubah menjadi tikus dan berlari mendekati Doraemon.

“TIKUS! TIKUS! PERGI DARIKUUUU!!!!”, seperti biasa, ada tikus dan Doraemon berlarian seperti orang kesetanan.

Shizuka pun tersenyum melihat tingkah kedua sahabat itu, di bawah sinar mentari senja.

The End
Kembali Ke Atas Go down
Hadi Madara Akatsuki
Konoha's Art Leader
Konoha's Art Leader
Hadi Madara Akatsuki


Posting : 205
Join date : 17.12.12
Age : 29
Lokasi : markas akatsuki

[Event Writer] Nobita yang Takut Mati Empty
#2PostSubyek: Re: [Event Writer] Nobita yang Takut Mati [Event Writer] Nobita yang Takut Mati Empty10/8/2013, 4:08 pm


cerita yang sangat bagus dan seru, ane beri nilai 99,9. uciha sun pasti juara..
Kembali Ke Atas Go down
Subject: Re: [Event Writer] Nobita yang Takut Mati  None

Anda tidak dapat mengirmkan postingan atau mengomentari pembahasan di topik ini karena masih berstatus sebagai Tamu.
Silakan Mendaftar dan Login agar dapat mengakses segala fitur forum secara penuh.
AgoessNaruto Robot
Forum Bot



Join Date: 16/05/2009
Lokasi: Forum AgoessNaruto
Comments: Bot untuk membantu anda di Forum AgoessNaruto
Kembali Ke Atas Go down
 

[Event Writer] Nobita yang Takut Mati

Topik sebelumnya Topik selanjutnya Kembali Ke Atas 
Halaman 1 dari 1

 Similar topics

-
» WRITER EVENT (NOBITA DAN ROBOT AJAIB
» (writters event) "ikatan Nobita"
» The Winner of Writer Event
» [Writters Event] Doraemon : Nobita dan petualangan mimpi
» Ninja Yang Mati Dengan Terhormat

Permissions in this forum:Anda tidak dapat menjawab topik
Forum Indofanster :: Tambahan ::   :: Karangan Cerita & Fanfiction-