" Hmmmppp.... Gosaimu ayo kita brangkat dulu. ada yg perlu kutangani di sana....".
Ucap Michinaga sembari berjalan keluar gerbang Kumo...

Tak jauhh dari gerbang itu, Michinaga langsung berkata....
" ini benar-benar penting, Raikage..... kau bisa menyusulku dengan jurus cahayamu itu. dan gosaimu, aku butuh shunshinmu... Ayo shin.".
Lanjut michinaga sembari memegang tangan Gosaimu dan shin... dan Gosaimu pun mulai mengalirkan chakra petir ke seluruh tubuhnya dan.

" Wyushhh....."
dengan cepatnya gosaimu langsung melesat ke arah konoha, dan otomatis michinaga pun ikut terbawa.

[offtopic]6 post tersisa sampai konoha - pengurangan 4 post efek dari jutsu shunshin gosaimu = 2 post sampai konoha.[/offtopic]

Dari angkasa yang tinggi terlihatlah tanah kehijauan yang subur, ya itulah Hi no Kuni, dengan desa tersembunyinya Konohagakure. Angin berhembus cukup kencang, maklum saja di daerah ini banyak pepohonannya.
[div class="Kazuhiko"] "Rizki, Sepertinya kita sudah sampai di Konoha, ayo Kita Turun." [/div] teriak Kazuhiko kepada Rizki.
[div class="Kazuhiko"] "Owl, namun ada satu hal lagi dalam keadaanmu yang seperti ini kau hanya mampu menguasai ninjutsu saja. Nanti jika sudah mencapai tingkatan yang lebih tinggi barulah mempelajari hal lainnya lebih lanjut." [/div] Kazuhiko menjelaskannya sambil tersenyum.

[div class="Gosaimu"]" Sialan..., aku kehabisan banyak chakra setelah menggunakan jutsu itu."[/div]
Gosaimu mulai melemah akibat efek dari teknik raiton no yowai..

[div class="Michinaga"]" tetaplah berjalan..., sebentar lagi kita sampai di konoha. jangan kau minta aku untuk menggendongmu.".[/div]
Michinaga membalas keluhan gosaimu dengan lugas..

[offtopic]1 post lagi sampai konoha[/offtopic]

[div class="Nago]"Iya rizki sepertinya kita sudah sampai riz! Ayo kita turun segera, aku tak sabar mau ke sana."[/div]
Ujar Nago sambil terus melihat lurus ke depan.
[div class="Nago"]"kak, Tunggu aku disana. Tunggu aku."[/div]
Kata Nago sambil terus berfikir apa yang akan terjadi.

[div class="Gosaimu"]" Michinaga, Kita sudah sampai di depan gerbang Konohagakure. apa yang akan kita lakukan sekarang. "[/div]
Ucap Gosaimu dengan nada malas, karena ia masih kelelahan karena efek dari jutsu yg barusan ia pakai.

[div class="Michinaga"]" sudah kubilang, jangan manja, sebaiknya kita berubah menjadi jounin Konohagakure dengan menggunakan jutsu henge. selanjutnya, kau tunggu di sini saja, aku akan ke GSG. "[/div]
Michinaga kembali menjawab keluhan gosaimu dengan lugas, bahkan sekarang ia malah memerintah gosaimu.

" Henge no Jutsu."
seketika penampilan mereka ber 2 berubah persis menjadi jounin di konhagakure, beserta atributnya pun mirip.

[div class="Michinaga"]" OK Gosaimu.... sementara itu kita harus menunggu di sini sambil menyempurnakan chakramu kembali. ".[/div]
dan Gosaimu hanya menganggukan kepalanya.

lagi lagi makenshi mengamati struktur tubuh mahluk yang dimunculkan weda, ia mengamati nya dengan seksama dan memutari mereka.

" aku melihat satu yang sudah hidup di kumo... apa mereka juga kloningan ? atau sebenarnya itulah tubuh utama klon ini, kudengar ini kloning pertama dari tubuh asli " jelasnya sambil tetap meneliti tubuh tubuh yang muncul dengan wajah spiral itu.

" jadi mahluk mahluk ini dari pohon ? ckckck... dunia semakin aneh saja... baiklah, cukup sudah mahluk ini, kupercayakan pada anda, weda sama.... " gumamnya mengakhiri observasi yang ia lakukan pada mahluk berwajah spiral itu.


" nah sekarang aku meminta informasi mengenai akatsuki dan siapa saja yang bisa kuhubungi agar bisa melawan mereka, aku mencium hal tak baik dari kelompok itu... " ucapnya sambil menajamkan kedua alisnya.


" setelah urusan ku selesai dengan skye, akan kulakukan sesuatu pada dunia ini... semoga anda mendukung gerakan saya, weda sama... " ucapnya mengharap dukungan dari negara nya sendiri.

[offtopic]Scene Alluka.[/offtopic]


Whush...
Naga merah itu melesat kencang diantara awan-awan yang empuk. Satu persatu awan dilewatinya, dan kini naga merah yang membawa Alluka dan Ibunya sudah keluar dari kawasan udara Kirigakure. Sesaat kemudian, seekor burung gagak menghampiri Alluka. Ia pun memberikan lengannya pada burung itu, agar burung tersebut bisa bertengger di sana.
"Membawa surat..." Alluka menarik sehelai kertas yang di gulung dari kaki burung itu. Setelah surat diambil, burung tersebut langsung pergi.
"Dari siapa?" Tanya Mitsu. Alluka membuka suratnya, dan tentunya langsung di baca.
"Surat aneh, tidak tau siapa pengirimnya." Alluka memberikan surat tersebut pada Ibunya.
"..."
"Ibu tidak bisa membacanya, surat ini ditulis dengan sandi khusus."
'Aku bisa membacanya, surat dari ketua Akatsuki.. Hh.
Alluka menarik surat itu dari tangan ibunya, lalu merobek dan membuangnya.
"Surat yang tidak berguna, yang terpenting bisa sampai tepat waktu." Gumam Alluka.
'Si brengs*k itu akan menyerang Konoha, itu artinya dia ada di Konoha saat ini. Menarik, akan kubunuh dia nanti.

---

5 post sampai.
.
.
.

---

[offtopic]Scene Akatsuki.[/offtopic]


Light, Hidate dan Shiro Zetsu yang tengah menyamar sudah tiba di Kota Otafuku, mereka saat ini berada di salah satu kedai, sedang menikmati Ramen dan teh hijau hangat.
Sementara itu, Andri dalam wujud jounin Kirigakure juga sudah tiba di Konoha.

---

[Akatsuki out]

" entahlah, karena itu aku berada didekat kapten anbu itu sekarang... weda sama... kuharap sekarang aku akan memperoleh informasi lebih banyak.... jika aku dapatkan informasi, akan kukabari anda lewat burung... " ucapnya sambil melirik ke arah dimana skye meninggalkan mereka.


" yosh. sepertinya itu saja yang ingin saya beritahukan... semoga saya bisa kembali ke desa... dan sampaikan salam saya kepada kage yang baru.... terimakasih " ucapnya sambil membungkuk pada weda.

" saya mohon undur diri... " kembali ia membungkuk dan mundur beberapa langkah sampai akhirnya melompat dan mencari skye.


" Halooo.... anbu dari kiri, dimana kalian !? " teriak makenshi mencari dua anbu dari kiri tersebut.

[offtopic]Su'i and Zuru Scene[/offtopic]

Su'i dan Zuru telah diluar wilayah Iwa

"ayo. kita perlu lebih cepat lagi. ke Konoha jaraknya jauh" perintah Su'i
"iya kak" jawab Zuru"
"sial, bawaan ini lumayan berat" batin Su'i dalam hati

mereka pun terus melakukan perjalanan menuju Konoha, tempat dilaksanakannya Ujian Chuunin

Code:

6 post sampai Konoha

" boft " nampak Rizki dan Ryuu yg dipanggil oleh Tetua. " loh eh loh .. kok bisa sampe disini dengan cepat ", ucapnya keheranan sambil mencoba mengamati sekitarnya." kita dipanggil ketua untuk latihan lagi ", jawab Ryuu memberitahunya." oh latihan lagi seperti dulu ya ", sambil mencoba mengingat masa lalu.

" boft " nampak Rizki dan Hiruma yg dikuchiyose ketua. " loh kenapa Rizki kesini dengan tidur seperti itu ", tanya Ryuu yg keheranan." oh maaf soal itu dia jadi korban percobaanku yg gagal sehingga dia pingsan seperti ini ", jawab Hiruma sambil mengambil pil dalam sakunya. Diapun memasukkan pil itu ke dalam mulut Rizki " mungkin butuh cukup waktu dia sadar kembali ", lanjutnya sambil menggendong Rizki ke tempat peristirahatan Saya namun seperti rumah bentuknya.
" hemmm padahal mau ku latih dia ", ucap Tetua sambil sedikit menyandarkan tubuhnya pada sebuah batu besar.

[center]Beberapa jam kemudian

" emmmm ", sambil mengucek matanya dan melihat sekitarnya " dimana ini ? kenapa aku bisa sampai disini ",lanjutnya lirih." oh kau sudah bangun , tenang saja ini ditempat kuchiyosemu ", ucap Hiruma sambil berjalan mendekatinya.
" hei aku ingat kau yg membuatku pingsan setelah makan pilmu ", dengan mengeluarkan wajah marah yg konyol." kau sudah bangun , nak ", ucap Tetua yg masuk ke dalam tempat peristirahatan dan menyela perbincangan mereka berdua." siapa naga ini aku tak ingat ada dia dulu disini ", tanya Rizki yg heran melihat sesosok Naga yg cukup tua.
" maaf , perkenalkan saya adalah Tetua disini hari ini kami akan mengajarkanmu tentang kekuatan fisik ", ucap Tetua sambil berjalan menuju keluar." oh jadi kau tetua disini . wah latihan ! latihan apa ? ", sambil berdiri dan mengikuti Tetua keluar , Hiruma hanya tersenyum sambil mengikuti mereka keluar. Mereka berjalan cukup jauh dari tempat peristirahatan dan sampai disuatu tempat , ya mereka berada di samping sebuah jalur yg yg ada tebing tinggi menjulang disamping jalur itu sehingga angin yg melewati jalur itu begitu kuat dan terlepas dari semua itu angin kencang yg melewati jalur itu menuju ke dead end. Akhir dari jalur itu yg berupa jalan buntu dan jurang yg sangat dalam.
" disini adalah tempatmu berlatih kau akan menemukan sesuatu diujung jalur ini namun jika kamu terpental oleh angin ini maka tamatlah sudah ", sambil melihat ke arah dead end , ya sebuah jalan buntu dan jurang disana." mulai dari sini kau harus berjuang sendiri ", tegas Hiruma.
" yah aku mengerti ", ucap Rizki sambil melompat ke jalur itu " sial angin disini sangat kencang sekali ", gumamnya sambil mencoba melawan angin kuat yg hampir menghempaskannya." dia cukup ceroboh ", gumam Hiruma dalam hati.
Rizki mencoba melangkahkan beberapa kakinya dan menahan tubuhnya yg terasa terhempas angin yg kuat. " wuzzz " Rizki terhempas setelah melangkahkan kaki kanannya.

Tubuh Rizki terhempas angin yg sangat kuat dan mendekati jurang (dead end). " zaappp " tangannya dialiri cakra dan menempel pada dinding tebing. " beruntung aku masih ada disamping tebing ", gumamnya dalam hati. Perlahan-lahan dia menurunkan kakinya yg sedari tadi seperti terbang dan hanya tangan kanannya yg menyentuh tebing. Dia pun berhasil menurunkan tubuhnya dan tubuhnya memojokkan diri ditebing. " dipojok seperti inipun anginnya sangat kuat apalagi ditengah butuh fisik yg kuat untuk melewati area ini ", gumamnya lagi diapun menempelkan semua tubuhnya pada dinding tebing dan berpikir.
" hemmm jadi ini yg dimaksud pelatihan fisik ya ", ucapnya dan mulai berjalan tapi tetap menempel pada dinding tebing. " aku harus menggunakan tenagaku untuk melawan angin ini ", dia berjalan sedikit demi sedikit ke tengah jalan itu yg memiliki lebar 10 meter. Anginnya semakin ke tengah menjadi semakin kuat dia mengerahkan tenaganya untuk melawan angin yg terus menerus menerpa tubuhnya dengan begitu kuatnya.
" sudah ku duga semakin ke tengah semakin kuat ", gumamnya dengan menutupi sebagian wajahnya dengan tangan kanan. Diapun sampai ditengah jalur dan mulai berjalan kedepan , angin menerpa tubuhnya begitu kuat sehingga sulit menggerakkan tubuhnya. " sial tubuhku berat sekali , seperti tak dapat bergerak maju ", sambil mencoba melangkahkan kaki kanannya. Begitu berat untuk melangkahkannya diapun menyeret kaki kanannya beberapa cm sehingga dapat melangkah lalu dia menyeret kaki kirinya dan seterusnya. Namun apa dikata jalur itu yg menanjakkan memberatkan tubuhnya.
" jalur ini semakin naik anginnya pun semakin kuat saja ", sambil terus menyeret kakinya. Dia akhirya sudah mulai terbiasa dengan ini tubuhnya bisa sedikit menyesuaikan diri dengan keadaan ini. " bagus tubuhku beradaptasi dengan baik ", setelah berada di bukit pertama dia pun tersentak kaget melihat apa yg ada didepannya. " a-apa ini ini tebing paling mematikan yg pernah ku lihat ".

" jadi... kita lanjutkan bisnis kita... kau ingin kuantar dengan jikkukan ? " tanya nya kembali untuk memastikan.

[offtopic]Su'i and Zuru Scene[/offtopic]

setelah melakukan perjalanan jauh dari Iwagakure menuju Konoha

" kita lumayan cepat, aku sampai capek" kata Su'i
" iya kak, aku juga capek. dan bawaan yang lumayan berat" kata Zuru
" ya sudah, kita lanjutkan perjalanan menuju Konoha" perintah Su'i kepada Zuru sambil meneruskan perjalanan

tanpa menjawab, Zuru pun langsung mengikuti kakaknya

Code:

pindah ke trit Konoha

" ini jalur yg gila apa ini alami atau buatan ", nampaknya sangat kaget melihat apa yg ada didepannya. Jalur satu tapak dengan jurang penuh duri dikanan-kirinya , jalan yg sudah runtuh dan menyisakan beberapa pijakan yg satu dan pijakan lain jaraknya cukup jauh dan ada jurang disana , diujung nampak beberapa batu terus berjatuhan. " apa mereka berniat membunuhku ", gumamnya.
" disinilah tantangan sebenarnya akan dimulai ", ucap Tetua sambil berjalan meningggalkan tempat itu " kita serahkan saja padanya ".
" ku rasa kau benar , aku percaya pada anak muda itu ", mengikuti Tetua untuk meninggalkan tempat tersebut.

Rizki masih berdisana sambil tetap mengokohkan dirinya yg terus diterpa angin yg sangat kuat. " aku .. aku .. aku akan menjadi shinobi yg hebat aku tak akan mati disini ", mengumpulkan semangatnya dan berjalan melawan angin yg kuat itu. Dia melangkahkan kakinya cukup lebar dengan tetap menahan diri dari hembusan angin kuat itu dengan segenap kekuatan yg dimilikinya. " pertama , jalan setapak ini ", ucapnya setelah sampai dirintangan pertama , ya sebuah jalur setapak dengan lebar 50cm dan jurang berduri disampingnya. " i-ini jika salah langkah satu saja aku mungkin mati apalagi dengan angin yg sekuat ini ", gumamnya nampak percaya dirinya yg menurun drastis.

Dia mencoba melangkahkan kaki kanannya ke jalur setapak itu. Dia bergerak secara perlahan mencoba melewatinya namun begitu sulit dengan angin sekuat ini. " aku harus berpikir ", gumamnya sambil berpikir.
" oh ya aku punya ide bagus ", sambil mengeluarkan pedang dari pingganggnya " kurasa ini cukup ". Dia mengalirkan cakra angin pada pedangnya " setsudan " dia menebaskan cakra angin ke depan " wuzzz " jutsu itu membelah angin kencang yg menerpa Rizki dan membuat celah disana. " bagus ", sambil berlari melewati celah yg tanpa angin itu. Sedikit demi sedikit jutsu itu mulai menghilang karena hembusan angin di tebing kematian itu lebih kencang. Begitu menghilang angin segera menerpa tubuh Rizki dan Rizki kehilangan kesimbangannya tempat dijalan setapak itu.

" kapanpun aku siap.... kiri no anbu taichou... silakan saja tanyakan.. dan kita pergi " jawabnya singkat

Tak disangka hempasan angin kuat itu merusak keseimbangannya diapun terjatuh dalam jurang penuh batu berduri itu. " sial " tubuhnya terus jatuh dan hampir mengenai duri itu. Dengan sigap dimembalikkan tubuhnya dan menampakkan kaki pada sisi duri sehingga dia tak terluka.

Dia menempel pada sisi duri dan terus berpikir. " jika langsung keluar aku akan terhempas kembali oleh angin yg kuat itu ", dia terus berpikir cara yg tepat untuk keluar dari rintangan pertamanya itu. " setsudan tak bisa kugunakan jika dalam posisi seperti ini , apa yg harus ku lakukan ", sambil terus berpikir cara yg tepat. Dia masih menempel pada sisi duri batu itu dan melihat disekitarnya dia pun mendapatkan ide " kurasa ini berhasil.

Dia melompat dari sisi duri ke sisi duri lainnya hingga mencapai pada ujung jurang dan menengok ke atas. " crakkk " dengan tenaganya dia mematahkan satu duri yg menempel padanya sehingga potongan duri itu membuat bekas datar yg cocok sebagai pijakan. Dia pun berdiri disana lalu mengalirkan cakra pada potongan duri itu dan dilemparkannya ke atas. Dengan sedikit cakra angin duri itu berbelok ke arah maju bukan lagi keatas. Dengan sigap dia lari kedinding dan naik keatas menuju jalur.

" bagus , berhasil ", ternyata batu berduri yg memiliki angin menahan sejenak aliran angin melalui celah itu dia berlari lalu melompati duri itu yg sudah terhempas mengikuti angin. Rintangan 1 dapat dilaluinya namun banyak rintangan lain yg menunggu. Namun tak terasa hari sudah sore. " sial aku sudah tak bisa kembali jika terus begitu. Dia pun menggunakan setsudan dan ditebaskan berkali-kali pada pijakannya dan menjadikan sebuah lubang yg cukup besar dan tentu angin tak melewatinya. Dia pun masuk ke dalam lubang dan mulai beristirahat sejenak.

Di sebuah ruangan rahasia iwagakure 100 meter di bawah tanah,
tampak ruangan yg dipenuhi lambang segel ..
seseorang terlihat duduk diatas gulungan segel dan tubuhnya di penuhi aliran cakra ungu yg misterius,
tampak segurat senyum di wajahnya..
"huh ,tinggal sedikit lagi ,tehnik chimera ini akan ku kuasai,dan dunia akan membalas apa yg telah mereka lakukan padaku "
tampak dia merapal segel ,kuda,domba,naga, kuda,
hakke kesshou fuin release..
tampak tubuh orang itu menyerap semua segel yg ada dan aura ungu semakin pekat di sekelilingnya..
siapakah dia??

Hari pun sudah pagi Rizki segera terbangun dari tidurnya. " hoaammm kapan aku tertidur ya ? ", dia sendiri keheranan kapan dia bisa tertidur. Diapun segera berdiri dan melakukan pemanasan sedikit , saat pemanasan dia merasakan hal aneh. " emm apa ini , tubuhku sangat ringan dari biasanya ", sambil terus pemanasan.
Diapun melompat dari lubang itu saat diluar dimerasakan keanehan lagi. " anginnya tak sekencang kemarin apa yg sebenarnya terjadi ", keheranan melihat semua keanehan ini. Dia pun segera berlari ke rintangan kedua , sebuah jalan yg pijakannya ada banyak. Dia segera melompat satu per satu pijakan. Tubuhnya serasa ringan walau anginnya masih sedikit terasa cukup kuat. " nampaknya tubuhku sudah mulai terbiasa dengan angin yg sangat kencang kemarin.
Tak cukup lama dia berhasl melewati rintangan kedua dan segera berlari menuju ke rintangan ketig longsoran bebatuan abadi. " walau kecil ini cukup sulit untuk menentukan pijakan karena batu ini bisa membuatk terpeleset ", gumamnya sedikit cemas. Dia segera berlari menuju tempat itu dan segera melewati tanjakan dengan longsoran bebatuan kecil yg sangat banyak. Begitu sampai ditengah perjalanan dia merasa keanehan. " wow disini anginnya terasa kuat kembali ", sambil bergerak ke kiri dan ke kanan menghindari bebatuan yg longsor itu. Hembusan angin disini paling kuat karea tebing disini cukup sempit sehingga tekanan anginnya dipersempit dan membuat angin terasa sangat kuat.
" sial , aku bahkan hampir tak dapat melangkah maju ", gumamnya sambil terus bergerak ke kiri dan ke kanan. Dia segera mengambil pedangnya dan " setsudan " dia menebas ke arah angin yg kuat tadi. Rizki terkaget karena setsudan tak dapat membelah hembusan angin tersebut karena kehilangan konsentrasi Rizki malah meginjak sebuah batu kerikil dan seketika keseimbangannya hilang , diapun terpeleset dengan cepat dia menggunakan tangan sebagai tumpuan dan melompat ke arah yg tak ada bebatuannya. " jika begini terpaksa aku harus menggunakan seluruh tenaga fisikku ", gumamnya sambil berjalan menuju ditengah rintangan ketiga. Begitu sampai ditengah tubuhnya tak bisa maju lagi namun dengan mengeluarkan hampir seluruh kekuatan fisiknya dia dapat maju perlahan lahan sambil menghindari bebatuan yg jatuh.
" sial ini terasa begitu berat ", dia terus mengeluarkan tenaganya dan hampir dipuncak tanjakan. " sed-sed-sedikit lagi ", dia berusaha sangat kerasa bahkan tenaganya juga hampir habis. Diapun sampai dipucak tanjakan dan segera melewati turunan dan anginnyapun sudah tidak ada lagi dia sampai disuatu Saya.