Andri, Light, Hidate dan Shiro Zetsu muncul ditempat yang cukup asing, mungkin juga tidak bagi Andri.
"Tempat apa ini?" Tanya Light pada Andri.
"Ayo ikuti aku," ajak Andri yang tampak tidak memperdulikan pertanyaan Light.
Sedetik kemudian, kaki-kaki Andri pun melangkah cepat tak kalah dari irama napasnya, dengan diikuti ketiga rekannya.
1 menit...
2 menit...
3 menit...
Tidak butuh waktu lama bagi Akatsuki ini untuk sampai di sebuah tempat yang tidak jauh dari lautan, tempat yang memiliki keindahan diatas rata-rata, bunga Sakura dimana-mana, juga flora dan fauna yang lain cukup indah dan saling membutuhkan, simbiosis yang menguntungkan kedua belah pihak, mungkin pihak ketiga juga diuntungkan.
Tapi, yang menjadi sorotan utama ketiga rekan Andri bukanlah keindahan ini, melainkan sebuah batu besar, tidak-tidak, setengah batu besar yang berada tepat di tengah keindahan alam ini.
"Batu?" Tanya Hidate sambil menggaruk pipi kanannya dengan menggunakan telunjuk kanan.
"Memang terlihat seperti sebuah batu yang terbelah dua, tapi tidak, ini bukan batu, tapi sebuah Saya." Ucap Andri sambil merapal beberapa segel tangan.
Sementara itu, Light sibuk memperhatikan pintu Saya ini, yang merupakan batu besar, disana terlekatkan sebuah kertas mantra.
"Gofuu kekkai ya," sebuah kebetulan yang jarang terjadi, Light dan Shiro Zetsu berbicara serempak. Melihat kejadian ini, Hidate mengulangi aktivitasnya menggaruk pipi kanan.
Setelah mengucapkan kalimat mantra... Andri melakukan rapalan segel terakhir, "Kai!"
Seketika dengungan yang cukup kuat terdengar diikuti dengan terbukanya pintu Saya yang merupakan sebuah batu, pintu batu yang menyerupai bola itu naik keatas.
"Ayo masuk, disini adalah pos kita. Sembari mengatur ulang strategi." Andri mempersilahkan masuk.
Tanpa ba-bi-bu lagi, ketiga rekannya pun memasuki Saya ini, yang sudah diterangi oleh beberapa obor. Ketiga rekannya telah masuk, kini saatnya Andri masuk. Setelah itu, pintu Saya kembali turun alias tertutup kembali.