Baru enak-enaknya membayangkan masa lalu tiba-tiba Tetua datang dan mengajaknya ke suatu tempat. Dia segera mengikuti tetua terus entah sampai kemana karena jaraknya yg semakin mendaki dan cukup jauh , akhirnya mereka pun sampai disuatu tempat seperti sebuah tempat penuh spiritual seperti kuil namun tak ada bangungan disana hanya ada lantai yg berbentuk bulat dan ada ukiran melati yg cukup besar pada lantai itu.
" wow , tempat yg cukup menakjubkan ", sambil melihat kanan kiri dan ada beberapa pohon bunga indah yg belum pernah dilihatnya sebelumnya.
" disini adalah tempat yg penuh energi spiritual kamu akan latihan disini ", jelas Tetua dengan berjalan menuju ketengah lantai bulat itu " sekarang lemparkan kunai mu ke arahku dengan sekuat tenaga ".
" ha , apa ta-tapi Tetua ", Rizki pun terkaget akibat perkataan Tetua.
" cepat lakukan ! ", begitu mendengar perkataan lanjutan tanpa basa basi Rizki mengambil dua kunai pada gelang tangan kanan dan kirinya "boft" begitu muncul dua kunai Rizki segera melemparnya kepada Tetua yg sedang memejamkan mata. Sontak melihat Tetua memejamkan mata membuat Rizki semakin kaget " wuzzz " kunai meluncur dengan cepat ke arah tubuh Tetua. " swiiingg " tubuh Tetua seperti menjadi uraian angin dan melewati tubuhnya begitu saja.
" a-apa yg baru saja terjadi ", kaget melihatnya.
" inilah yg akan kamu pelajari yaitu mengurai tubuhmu menjadi angin dan juga mendengarkan apa yg terjadi disekitarmu sehingga ini seperti latihan teleportasi dan juga sensorik dengan media angin ", jelas Tetua pada Rizki yg masih melongo karena kagetnya.
" ba-bagaimana cara melakukannya ", dengan masih terkaget tak percaya atas apa yg barusan dilihatnya.
" angin kuncinya adalah angin itulah sebabnya kita disini , ditempat ini aku seperti bisa menyatu dengan alam ", jawabnya sambil mendekati Rizki " lakukanlah , aku percaya padamu ", sambil berjalan keluar menuju tempat peristirahatan.
" baiklah mari kita mulai ", ucapnya bersamaan dengan datangnya Ryuu.
" hai Ryuu kau membantuku latihan ya ", tanya Rizki mulai semangat dengan apa yg akan dilatihnya.
" ya begitulah ", sambil mendekatinya.
Rizki mulai memejamkan matanya lalu mencoba mendengarkan alam " bersatu dengan alam ", begitulah yg ada dipikirannya. Ryuu pun mengambil sebuah tongkat kayu dan memukulkannya pada Rizki.
" aduhhh ", teriak Rizki kesakitan.
" kamu harus lebih menyatu dengan alam ", jelas Ryuu sambil memukulkan tongkatnya lagi.
Rizki sekarang mencoba lagi " bersatu dengan alam ", sambil berkonsentrasi penuh. Tubuhnya sedikit demi sedikit terurai seperti angin.
" aduhhh ", ucapnya lagi begitu tongkat mendarat dikepalanya. Dia pun menggosok-gosok kepalanya dengan tangan karena sakitnya.
" kamu harus bisa melakukanya dengan lebih cepat , kalau begitu coba dengan mengurai tubuhmu sambil menghindarinya dengan cara sensor gerakan tubuhku ", jelas Ryuu lagi.
Rizki pun mencoba memejamkan matanya dan bersatu dengan alam lalu mendengarkan apa yg ada disekitarnya begitu Ryuu menggerakkan tongkat ke arahnya Rizki sedikit demi sedikit bisa mendengarkannya. " plakkk " suara tongkat lagi saat mengenai kepalanya.
" aku sudah bisa sedikit mendengarnya ini awal yg bagus ", ucap Rizki kegirangan dan Ryuu yg hanya mengangguk saja.

" kita lanjutkan lagi Ryuu ", dengan memejamkan matanya Rizki mencoba untuk berkonsentrasi penuh dan mencoba mendengarkan apa yg ada disekitarnya.
" ini semua hubungannya dengan angin ", dia mencoba merasakan angin disekitarnya. Ryuu pun dengan cepat memukulkan tongkat kayunya pada Rizki. Dengan cepat Rizki berguling ke kanan karena mendengar sesuatu yg bergerak ke arahnya " ouch " dia masih kurang cepat dan refleknya cukup buruk.
" cobalah menyatu dengan alam ", ucap Ryuu sambil kembali bersiaga. Rizki kembali memejamkan matanya dan terus bergumam didalam hatinya " bersatu dengan alam bersatu dengan alam ". Ryuu kembali memukulkan tongkatnya begitu mendengar sesuatu lagi bergerak namun terasa masih samar-samar dan tubuhnya mencoba untuk diuraikan menjadi angin. " ouch " teriaknya lagi karena terkena tongkat (lagi).
" ini lebih sulit dari apa yg ku bayangkan ", gumamnya dalam hati. Dia kembali memejamkan matanya sekali lagi.
" kemarilah Ryuu pukul sekali lagi ", dengan penuh percaya diri Rizki kembali berkonsentrasi dengan penuh.
" lagi lagi aku harus mencoba sekali lagi ", gumamnya. Dia merasakan angin yg terus berputar disekitar tempatnya sehingga lebih memudahkan telinganya menerima gelombang yg terjadi apabila ada pergerakan bahkan sedikit saja. Tubuh Rizki nampak sedikit demi sedikit terurai menjadi angin , begitu melihatnya Ryuu segera memukulnya dengan lebih cepat. " syuttt " suara tongkat yg mengarah ke bahu kanan Rizki. Rizki pun terjatuh saat mencoba menghindar dan beruntung pukulan Ryuu melewati tubuh Rizki yg ternyata bahu kanannya terurai menjadi angin.
" kamu sangat beruntung pukulanku tidak kena kali ini karena bahu kananmu yg terurai ", ucap Ryuu sambil sedikit tersenyum.
" yah begitulah padahal tubuhku belum terurai sempurna ", sambil menggaruk kepala belakangnya.
" nampaknya pendengaranmu juga semakin tajam sekarang kita berlatih untuk terus dapat menguraikan tubuhmu secara sempurna dan juga mempertajam pendengaranmu sehingga seperti sistem sonar jadi kamu bisa mengetahui bentuknya yg lebih spesifik ", jelas Ryuu pada Rizki.
Rizki pun mulai memejamkan matanya kembali. Ryuu pun mengeluarkan sebuah benda berbentuk kubus dan menggoyang-goyangkannya.
" dari gelombang yg dihasilkan sekarang apa bentuk dari benda ini ", tanya Ryuu pada Rizki yg masih memejamkan matanya.
" ehmmm masih terasa samar dari gelombang bunyi yg ku terima ", balas Rizki dengan terus mencoba menerima gelombangnya dan menjelaskan lebih spesifik dari bentuk itu.
" nampaknya mustahil dengan sekali latihan ", sambil terus menggoyang-goyangkan kubus itu. Rizki masih terus berkonsentrasi dengan penuh karena gelombang yg diterimanya masih belum terlalu sempurna.
" akhh aku menyerah ", balasnya.
" baiklah kita istirahat saja dulu sejenak ", mereka berdua pun berjalan keluar dan Ryuu mengeluarkan makanan dan minuman. Mereka berdua pun beristirahat sejenak bersama sama sambil menikmati makanan dan minuman yg tersedia.

Setelah memakan makanannya dan minum sampai habis Rizki merebahkan tubuh ke lantai sejenak sambil memandangi awan.
" hei , Rizki nampaknya kau tidak berubah ya ", tanya Ryuu sambil berdiri didekat Rizki dan ikut menatap langit.
" hemm ? ", hanya itu kata yg keluar karena tak tau maksud Ryuu.
" kamu selalu memandangi langit jika dalam waktu senggang ", sambil duduk didekat Rizki.
" entahlah , kurasa begitu aku memandangi langit biru yg cerah ", sambil memejamkan mata dan menikmati angin sepoi yg terus menghembus dengan lembutnya. Ryuu hanya melirik ke arah Rizki yg lebih suka menikmati alam.
" baiklah , mari kita mulai lagi ", sambil akrobatik melompat dan langsung berdiri. Ryuu juga berdiri dan langsung kembali ke tempat latihan.
" kali ini aku harus pasti bisa ", dengan penuh semangat yg menggebu-gebu dalam tubuhnya. Segera Ryuu mengeluarkan kubus tapi masih disembunyikan dibelakang tubuhnya. Rizki kembali memejamkan matanya dan mulai berkonsentrasi penuh.
" seharusnya dengan bantuan tempat ini aku harus bisa dari gelombang bunyi yg diterima harus bisa masuk secara sempurna jika aku berkonsentrasi penuh ", gumamnya dalam hati. Dia menkonsentrasikan penuh pada sisi telinganya dan Ryuu kembali menggoyang-goyangkannya. Rizki mulai sedikit demi sedikit menerima gelombang bunyi yg dikeluarkan dari kubus itu namun belum sempurna diterima oleh otaknya. Dia masih berkonsentrasi dengan penuh.
" sistem sonar pada kapal digunakan oleh kita sendiri ", gumamnya sambil mencoba memancarkan gelombang dari dirinya untuk mensensor. Rizki sedikit tersenyum karena mengetahui lebih sedikit spesifik dari sebelumnya.
" Gelombang yg ku gunakan pasti mempengaruhi jauh dan spesifik bentuk yg ada disekitarku ", dengan kembali berkonsentrasi dia mencoba memunculkan gelombang dengan lebih tinggi dari sebelumnya. Gelombangnya pun berpantulan pada benda diam maupun mati.
" sepertinya aku sedikit mengerti cara kerja sistem sonar pada kapal ", gumamnya lagi dan lagi.
" kubus ? ".
" wah aku terkesan kamu sanggup mengetahuinya , kalau begitu selesai maka kita sempurnakan saja teknik mengurai tubuhmu itu ".
Rizki pun duduk bersemedi pada lantai berbentuk bulat itu , dia duduk tempat ditengah-tengahnya. Dia coba memikirkan zat penyusun dari dalam tubuhnya dan mencoba merubah menjadi zat-zat angin. Secara perlahan tubuhnya nampak sedikit demi sedikit seperti menghilang namun saat sudah 45% tubuhnya berhenti untuk mengurai dan terutama anggota tubuh bagian vital sulit untuk tercerai berai menjadi angin. Lalu beberapa saat kemudian tubuhnya yg terurai kembali menyatu.
" hah..hah..hah.hah ba-baru satu ka-kali sangat ca-capek ", dia pun terengah-engah karena tenaga dibutuhkan juga cukup banyak. Rizkipun merebahkan tubuhnya lagi untuk kembali mengisi kekuatannya.
" ini sama seperti latihan waktu itu ", gumamnya sambil mengingat masa lalu.


" bagaimana , latihannya lanjut ", tanya Hiruma yg melihat Rizki yg tergeletak ditanah sambil terengah-engah.
" ini sangat sulit jika sekali coba saja aku selalu capek ", secara perlahan dia berdiri walau tubuhnya hampir tak kuat. Dengan segera dia menyerap angin disekitarnya " fuuton no yoroi " nampak tubuh Rizki dikelilingi oleh angin. " syuttt " tiba-tiba dia menghilang dari tempatnya berdiri dan berteleportasi entah kemana. " brakkk " suara seseorang yg menabrak pohon dan ternyata itu Rizki.
" sulit sekali mengontrol arah mana yg akan ku tuju rasanya tubuhku tak bisa menerima perintahku ", sambil berbaring ditanah dan terengah-engah karena capeknya.
" mau diakhiri ? kurasa tubuhmu tak akan kuat ", ejek Hiruma dengan nada sedikit membuat Rizki kesal. Rizki hanya diam dan mencoba mengatur pernapasannya kembali lalu hampir satu jam kemudian dia berdiri.
" ini area luas aku harus bisa paling tidak mencapai perbatasan negara Tsuchi ", dari tempatnya yg berdiri saat ini adalah disekitar desa Iwagakure lebih tepatnya 100 meter dari gerbangnya. " fuuton no yoroi " Rizki kembali mengaktifkan jubah anginnya dan siap berteleportasi jauh. " syuttt " dia menghilang dari tempatnya berada. Hiruma melihat disekitarnya dan dia tak menabrak apapun.
" nampaknya anak itu sedikit berhasil ", ucap Hiruma lirih sekali.Nampak Rizki yg terjatuh karena tak mampu mendarat dengan sempurna.
" akhirnya berhasil sejauh ini ", sambil menatap ke arah desa Iwagakure yg sudah tidak terlihat lagi karena jaraknya yg jauh dari tempatnya berada.


Tak disangka Rizki ternyata tertidur saat mengenang masa lalunya itu.
" hei Rizki bangunlah ", sambil menggoyahkan tubuhnya yg masih tertidur pulas.