Mentari mulai muncul di ufuk timur.Angin berhembus kencang.Suara penduduk memecah keheningan di pagi hari."Sial...kesiangan..." Seorang remaja laki - laki berambut merah terasa sangat marah pada dirinya sendiri.Ya,sebenarnya bukan remaja,melainkan dewasa.Karena umurnya yang sudah 28 tahun.Serentak suara menjadi hening.

"Aku tak pantas hidup di dunia ini,lebih baik aku mati saja!!!." Lelaki itu tampak tidak bisa menyalahkan dirinya sendiri.Setelah ditinggal oleh sang Daimyou dan teman baiknya akibat peristiwa 5 tahun yang lalu.Semenjak itu,ia berubah menjadi lelaki yang pendiam.Entah mengapa itu terjadi padanya.Mungkin karena rasa sakit yang sangat mendalam.Tapi apa boleh buat,karena masih hidup,ia terus menjalankan hidupnya sebagai pemurung.Jarang sekali melakukan apapun selain didalam kamarnya sendiri.

Lelaki itu menarik napas dalam - dalam." Aku memang tidak berguna,aku tidak bisa melakukan apapun terhadap teman baik ku maupun Daimyou...Aku ini lemah." Perasaan itu selalu ada didalam dirinya.Tidak ada rasa senang di hatinya.Semua rasa yang ada di hatinya adalah rasa kecewa dan sedih.Sampai di pagi hari itu juga,perasaan itu masih terus ada didalam hatinya.

---

"Ambillah untuk sarapanmu Aiko-chan..."

"Tetapi Ienari-sama tidak mengatakan apapun untuk mengambil makanan dari siapapun," gadis berambut indigo itu tampak menatap sebuah keranjang berisi roti yang masih hangat. Baru satu hari sang Mizukage keluar dari desa, dan ia sudah bingung harus melakukan apa. Toh ia hanya menuruti apa yang dikatakan oleh Ienari, bukan orang lain.

"Tidak apa-apa, lagipula Mizukage-sama tidak akan marah kalau kami memberikanmu makanan..."

Ibu itu tampak mendorong keranjang berisi roti itu agar dipegang mau tidak mau oleh gadis berambut indigo di depannya. Pada akhirnya mengangguk, dan melihat roti di dalam keranjang itu sebelum menunduk dan berjalan meninggalkan tempat itu untuk melakukan patroli kembali keliling.

Suara seseorang tidak sengaja ia dengar seolah menyalahkan diri sendiri dan mengatakan kalau ia tidak berguna dan sebagainya. Ia tidak bermaksud sengaja untuk mendengarkan, namun mau tidak mau karena ia berada di dekatnya ia bisa mendengar dengan jelas apa yang dikatakannya.

"Kau tidak apa-apa tuan?"

Lelaki itu tiba - tiba dikejutkan oleh seorang gadis berambut indigo.Ia terkejut,bahkan merasa malu,karena baru pertama kali ada yang menyapa setelah 5 tahun selalu menjadi seorang yang penyendiri.Apalagi yang menyapa adalah seorang gadis.Mukanya sedikit memerah.

"A-aku tidak apa - apa,hanya saja aku menyesali apa yang sudah terjadi selama ini,terutama dari 5 tahun yang lalu hingga sekarang."

Lelaki itu hanya bisa mengatakan itu.Pikirannya telah berputar - putar,seakan seperti bingung apa yang harus dilakukan maupun yang dikatakannya.Ya,tapi mau bagaimana lagi,kalau ditanya ya harus dijawab,walaupun agak sedikit melenceng.Mungkin karena ia masih gugup karena sudah lama tidak ada yang menyapanya.Akhirnya hari ini,pagi ini,baru ada yang menyapanya.Perasaan ini baru terasa,yaitu rasa senang,setelah sangat lama memendam rasa kecewa.

'Lima tahun yang lalu,' ia berfikir, sepertinya yang menjadi galau karena 5 tahun yang lalu bukan hanya Ienari. Terlihat beberapa orang yang kehilangan baik kehilangan seseorang maupun kehilangan sang Daimyou dan Mizukage dari Kirigakure. Ia sendiri tidak mengetahui semuanya tentang Kirigakure ataupun dirinya.

Jadi, yang bisa ia lakukan hanyalah melayani Ienari yang sudah menemukan dan merawatnya saat ia terluka beberapa hari sesudah peperangan berakhir.

"Aku tidak mengerti, lima tahun yang lalu perang berakhir tetapi kenapa banyak orang yang menyesal," jawabnya dengan nada monoton dan masih memeluk erat keranjang itu seperti memeluk sebuah boneka. Apa yang ia fikirkan, itulah yang ia katakan.

Perasaan kembali menjadi kacau balau.Antara senang dan sedih,itulah yang dirasakan lelaki berambut merah itu.Wajahnya nampak pucat.Rasa ingin mengeluarkan air mata sangatlah tinggi.Tapi sebagai seorang laki - laki,itu tidak boleh terjadi.Bagaimanapun juga,tidak boleh mengeluarkan air mata.

"Aku baru saja kehilangan seseorang yang selalu berada ketika aku membutuhkannya.Seseorang yang menjadi guruku,dan seseorang yang menjadi teman baikku.Aku sangat menyesal karena tidak bisa melindungi mereka berdua.Rasanya setelah mengetahui mereka itu telah tiada sangat sakit.Aku selalu menyalahkan diriku sendiri ketika mereka berdua telah tiada...Jika ingin tau siapa mereka berdua yang ku maksud,dia adalah...Daimyou dan L."

Rasa menahan air mata pun tidak berhasil.Lelaki itu akhirnya mengeluarkan air mata walaupun sedikit.Ia juga merasa malu karena gadis yang berbicara dengannya lebih muda darinya.Tapi ini sudah terjadi.Air mata terus mengalir di matanya.Setelah berhenti mengeluarkan air mata,ia kembali seperti biasa.

'Daimyou dan juga Mizukage terdahulu,' itu yang ada di fikirannya saat mendengar dua nama itu. Kalau kenal dengan keduanya mungkin ia adalah shinobi yang hebat, tetapi kenapa ia terlihat lemah dengan semua emosi yang dikeluarkan olehnya? Karena baginya, emosi adalah sebuah kelemahan dari seorang shinobi.

Toh Ienari juga mengatakan hal seperti itu.

"Ienari-sama juga menyesal karena tidak bisa melindungi Daimyou-sama dan Mizukage-sama, begitu juga dengan gurunya," ia tidak pernah bertemu langsung dengan Sora, tetapi yang ia dengar dari Ienari, Sora sangat mengenal baik sang Daimyou, "tetapi bukankah tidak baik menyesal dan menutupi diri seperti itu terus? Toh, dunia akan terus berputar walaupun mereka berdua tidak ada."

Mengulurkan sebuah roti yang masih hangat pada pemuda yang ada di depannya.

"Makanlah, kau tidak akan bersemangat kalau sedang lapar."

Melihat gadis berambut indigo mengulurkan sebuah roti kepadanya,ia sangat malu.Tapi karena sangat lapar,ia menerimanya dengan senang hati.Baru kali ini bertemu dengan gadis yang sebaik ini selain guru.Tangannya mengambil roti yang dikasih oleh gadis itu.

"Terima kasih...kau sangat baik,sama seperti Daimyou dulu."

Wajahnya nampak senang sekali.Tak ada rasa sedih di wajahnya.Pikirannya beralih ke jalan yang benar.Emosinya semakin lama semakin berkurang.Seolah - olah tidak ada yang membebaninya.

"Oh iya,boleh tidak aku bertanya?kalau boleh aku ingin bertanya,apakah yang kau ketahui tentang mizukage yang sekarang?."

"Terima kasih..."

Membungkuk pelan dengan gestur yang tidak kaku namun datar. Ienari-sama selalu mengatakan untuk bersikap baik pada semua orang yang ada disini selama orang itu bersikap baik pada Kirigakure. Tentu itu yang ada di dalam fikirannya saat ini dan menganggap pemuda itu orang baik maka ia akan bersikap baik.

"Maksud tuan, Ienari-sama? Tidak banyak," jawabnya sambil melihat kearah sekeliling dan duduk di tempat manapun yang kosong. Orang itu mengajaknya bicara dan tentu ia tidak akan bersikap cuek, "saya dengar Ienari-sama mengenal Mizukage terdahulu dan ia adalah murid dari tangan kanan daimyou-sama..."

Yah sedikit banyak seperti itu, tetapi tidak ada hubungan antara semua itu dengan pengangkatan Ienari menjadi Mizukage. Karena 5 tahun ia berusaha untuk mendapatkannya dan Aiko tahu hal itu.

"Ienari???." lelaki itu terkejut

'Ternyata aku ini memang benar - benar lemah.Kalah dengan Ienari yang masih muda.'gerutnya dalam hati. Lelaki itu nampak sedikit emosi.Namun dalam sekejap emosi itu hilang,karena menurutnya ia memang tidak pantas menjadi seorang Mizukage.

"Jadi kau kenal Ienari nampaknya.Dulu aku memang tidak begitu mengenal Ienari,karena aku jarang melihatnya.Mungkin kau bisa tanyakan nanti kepada Ienari,mungkin dia juga tidak mengenalku."

Lelaki itu berjalan menuju gadis berambut indigo.Kemudian tangannya menepuk bahu sebelah kiri gadis berambut indigo itu.

"Sepertinya sampai sini dulu bicaranya,ada yang harus kulakukan setelah ini.Dan kalau mau mengetahui nama,namaku adalah Cancer.Konyol bukan namanya?tapi ya mau bagaimana lagi,itu sudah nama pemberian dari orang tuaku." ucap lelaki itu kemudian meninggalkan gadis berambut indigo dengan perlahan - lahan.

“Cuaca berkabut seperti hari-hari sebelumnya…”

Pemuda berambut cokelat yang memiliki warna mata seperti sebuah daun itu berdiri dengan pakaian hitam polos dan juga syal berwarna kemerahan serta Hitai Ate Kirigakure yang terikat di lengan kanannya. Hiroto Zaoldyeck, satu dari sedikit orang dari klan Zaoldyeck, bahkan mungkin satu-satunya yang tersisa setelah pamannya dikabarkan tewas.

Ayahnya selalu menceritakan tentang saudara yang menjadi keluarga satu-satunya dari dirinya, namun ia tidak pernah sama sekali bertemu dengan pria itu bahkan hingga kabar pria itu tewas beredar.

Yah, bukan berarti ia langsung percaya saja, tetapi mendengar kalau jiwa pamannya dikunci oleh seorang Daimyou yang bahkan berasal dari desanya, ia jadi semakin ingin mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi pada sang paman. Ia bisa menelusuri semua Negara saat ini, toh ia juga sudah menjadi shinobi walaupun masih berpangkat gennin.

“Mungkin aku bisa memulainya mulai sekarang…”

Dan ia segera bergerak keluar dari desa itu, memulai apa yang sudah ia rencanakan sejak ayahnya tewas lima tahun yang lalu saat perang.

Mencari tahu keberadaan atau kenyataan dari balik kehidupan pamannya—Makenshi Zaoldyeck.

"Ternyata dia benar - benar menjadi Mizukage."

Mengambil napas sebanyak banyaknya.Kemudian mengehembuskan dengan perlahan.Lelaku itu terus berjalan tanpa tujuan.Entah apa yang ada di pikirannya.Tak ada yang bisa menebak.Ya,mungkin saja ia shock karena Mizukage yang sekarang adalah temannya,walaupun hanya teman jauh.

"Tidak baik berdiam saja di desa.Entah apa yang akan terjadi nanti.Aku harus keluar desa." Ucap lelaki itu

Langkahnya semakin cepat.Kali ini punya tujuan,yaitu pulang ke rumah.

5 menit kemudian

Lelaki itu mengambil kunci yang ada di kantongnya.Kemudian membuka pintu,dan mempersiapkan apa saja yang harus dibutuhkan nanti pada saat di perjalanan.Ia mengambil 15 kunai,10 shuriken,7 kertas peledak,dan 3 bom racun.Ia juga membawa ikat kepala Kirigakure,namun tidak memakainya.Hanya disimpan di tasnya.Karena ia pikir kalau tidak memakai ikat kepala akan tidak di curigai.

Setelah selesai persiapan,lelaki itu pun keluar dari rumahnya.Mengunci pintu,kemudian berjalan perlahan menuju pintu desa.

Langkahnya berhenti tepat di depan pintu desa.Seluruh tubuhnya gemetar.Karena memang baru kali ini ia pergi keluar desa setelah 5 tahun hanya berdiam diri di rumah saja.Akhirnya,lelaki itu menguatkan hatinya.Mempersiapkan mental,kemudian berjalan perlahan keluar desa.

"Ini adalah pertama kalinya keluar desa.Tidak boleh aku sia - siakan ini."

Lelaki itu terus berjalan tanpa lelah hingga keluar desa.Dan tanpa disadari,sudah tidak terlihat pintu desa Kirigakure.

Berjalan,berjalan dan berjalan.Tidak ada lelahnya.Napasnya memburu,nampak sudah kelelahan.Akhirnya lelaki itu berhenti sebentar untuk istirahat.Lelaki itu berjalan menuju sebuah pohon yang ada di dekatnya.Sesampainya,ia langsung duduk santai.Tapi entah mengapa ada sesuatu yang janggal saat berjalan keluar desa.Seperti kekurangan sesuatu.

"Perasaanku tidak seperti biasanya.Firasatku meminta agar aku kembali ke desa.Tapi apa alasan dibalik semua itu."

Lelaki itupun terdiam.Tak ada satupun kata terucap dimulutnya.Yang ada hanyalah berpikir apa yang membuat firasatnya harus kembali ke desa.

"Oh iya...ada yang tertinggal di rumah.Benda itu sagat penting bagiku agar terlindungi dari bahaya."

Akhirnya ia berdiri,kemudian berlari sangat cepat hingga ke pintu desa.

10 menit kemudian...

"Akhirnya aku sampai kembali di desa.Aku harus benda itu." Ucap lelaki itu kemudian berjalan menuju rumahnya.

Ditengah jalan,lelaki itu tampak terkejut.Pandangannya tertuju pada gadis berambut indigo.Lelaki itu berpikir kalau gadis berambut indigo itu adalah yang pada waktu itu menemuinya.Oleh karena itu,lelaki itu berjalan kearah gadis berambut indigo itu.

"Kita bertemu lagi ternyata."

Pagi hari, burung yang biasa membawa pesan ke Kirigakure datang dan mendatanginya hanya untuk menunjukkan sebuah pesan yang ditujukan untuknya dari sang Mizukage. Sudah beberapa hari lamanya Mizukage pergi meninggalkan Kirigakure, walaupun bisa kembali dalam waktu sekejap tetapi Aiko tetap saja sedikit was-was dengan apa yang terjadi pada sang Mizukage.

'Kalau memang ia khawatir bukankah lebih baik kalau kembali ke Kirigakure saja?'

Menghela nafas, menuliskan sebuah pesan pada sang Mizukage sebelum meletakkannya pada elang pembawa pesan itu untuk mencari keberadaan dari sang Mizukage. Setelah itu, ia segera keluar dari ruangan Mizukage yang ada di bangunan tertinggi di Kirigakure itu untuk melihat keadaan di desa itu.

"Ah," ia menoleh melihat pemuda yang kemarin berbincang dengannya itu. Dengan segera membungkuk pelan dan sopan di depannya, "selamat pagi..."

Ingin menyapa tetapi tidak tahu siapa namanya.

"Rasanya cepat sekali ya,kita bisa bertemu lagi."

Lelaki itu tampak senang.Karena bisa bertemu dengan gadis berambut indigo itu lagi.Ia mengeluarkan senyuman pertamanya kepada gadis berambut indigo itu.Entah mengapa senyum itu begitu saja keluar dari wajahnya.Karena dari 5 tahun yang lalu ia sama sekali tidak mengeluarkan senyumnya sama sekali.Hanya mengeluarkan wajah murung.Mungkin karena gadis indigo itu sangat baik dan imut.

"Oh iya,boleh tidak aku bertanya kembali denganmu?kalau boleh aku ingin bertanya,siapa namamu?." ucap lelaki itu dengan nada halus.

"Mungkin karena saya setiap hari mengelilingi desa untuk mengecek keadaan desa selama Ienari-sama tidak ada," jawabnya sambil tersenyum namun dengan nada yang datar seperti biasa. Bukan karena dibuat-buat, ia memang entah kenapa tidak bisa menunjukkan emosinya secara berlebihan, mungkin terkadang bisa tetapi itu sangat jarang dan mungkin hanya di depan Ienari.

"Maaf kalau saya lancang tidak memperkenalkan diri. Anda bisa memanggil saya Aiko," membungkuk sedikit untuk perkenalan, gadis indigo ini masih menyunggingkan senyuman yang sama, "bagaimana dengan anda?"

"Aiko ya...nama yang bagus,cocok untukmu."ucap lelaki itu

Senyum gadis itu sangat imut sekali.Senyumannya mengingat lelaki itu dengan senseinya dulu.Memang agak sedikit berbeda.Tapi entah mengapa senyumannya itu membuat ia kembali mengingat senyum senseinya.lelaki itupun menahan malunya,wajahnya hampir memerah.Tapi,karena menahannya,wajahnya pun kembali seperti semula.

"Namaku adalah Cancer.Tapi saya minta tolong kepadamu Aiko.Panggilah saya Syahdan.Entah mengapa dengan panggilan Syahdan saya bisa menahan rasa malu karena mempunyai nama yang tidak pantas untuk seorang lelaki.Jadi mohon,panggilah Syahdan,jangan Cancer."ucap lelaki itu sambil memohon kepada Aiko.

"Oh iya Aiko,saya juga meminta tolong kepadamu.Bisakah mengantarkan saya ke desa Konoha?memang sedikit aneh,tapi saya mohon,bisakah engkau menemani saya ke desa Konoha?."tanya lelaki itu kepada Aiko

"Kukira nama Cancer juga bagus," jawabnya sambil tertawa pelan. Pemuda bernama Cancer atau dalam hal ini ingin dipanggil Syahdan itu sepertinya ramah seperti penduduk Kirigakure yang lainnya. Gelar desa kabut berdarah memang sedikit demi sedikit dicoba oleh Ienari untuk dihilangkan dari image Kirigakure dan Aiko hanya berharap kalau ia bisa membantu walau hanya sedikit.

"Konoha?" Ienari mengatakan untuk membantu orang-orang di Kirigakure selama ia tidak berada di Kirigakure. Tetapi itu juga artinya ia harus meninggalkan Kirigakure untuk mengantarkan pemuda ini menuju ke Konohagakure.

Masalah jarak, ia sudah diajak oleh Ienari-sama dan mempelajari peta letak-letak desa besar, jadi tidak masalah.

"Baiklah kalau saya bisa membantu," jawabnya sambil mengangguk. Yah semoga saja apa yang menjadi keputusannya ini tidaklah salah.

"Terima kasih sudah mau membantu saya.Apabila nanti terjadi apa - apa di perjalanan,saya akan melindungi engkau." ucap lelaki itu

Rasa senang kembali terjadi oleh dirinya.Kali ini,ia merasa senang karena dibantu oleh gadis imut berambut indigo menuju konoha.Ya,walaupun hanya untuk mengantarkannya saja.

"Kalau begitu,nanti kita bertemu di depan pintu gerbang desa.Sekarang engkau pulang saja dulu.Persiapkan apa saja yang harus dibawa.Saya juga harus pulang karena ada yang tertinggal didalam rumah." ucap lelaki itu kepada Aiko

"Sama-sama, sampai jumpa di gerbang Kirigakure..." ia hanya mengangguk, melihat beberapa Jounnin yang ada disana sebelum menghampiri dan berbicara beberapa patah kata. Ia memang Chuunin namun ia memiliki sedikit akses untuk berbicara dengan ANBU ataupun Jounnin karena Ienari memang menyuruh semua Jounnin dan Chuunin untuk mendengarkannya.

Ia segera kembali ke rumahnya dan mempersiapkan semua yang seharusnya dibawa untuk perjalanan jauh. Yah, menyebrangi laut dan juga melewati hutan bukanlah sebuah perjalanan yang singkat bukan. Semuanya sudah tertata rapi di dalam tasnya dan dengan segera ia berjalan menuju ke gerbang Kirigakure.

"Kumohon bantuannya untuk menjaga Kirigakure..." sekali bungkukan ke beberapa Jounnin disana sebelum ia melanjutkan perjalanannya ke gerbang utama Kirigakure.

"Lagi - lagi pulang kerumah." ucap lelaki itu dengan kesal

Tapi ya mau bagaimana lagi.Benda yang tertinggal pun sangat penting untuknya.Dan yang lebih positifnya,ia mendapat bantuan dari seorang Chuunin.Rasa kesalnya pun mulai lama - lama menghilang.

Sesampainya dirumah ia pun mengambil benda yang tertinggal itu.Setelah semua lengkap,ia pun kembali keluar rumah dan berjalan menuju pintu gerbang Kirigakure.

Di tengah perjalanan,rasa ke khawatiran pun muncul."Apa aku ini salah dalam membuat keputusan,meminta bantuan pada Chuunin?apa aku salah?aku tidak ingin tidak terjadi apa - apa selama di perjalanan.Tapi apabila terjadi apa - apa aku harus bagaimana?aku tidak ingin seseorang terluka,apalagi 1 desa denganku."lelaki itu bertanya - tanya dengan dirinya.

"Apapun yang terjadi,aku harus melindungi dia,meskipun taruhannya adalah nyawaku."ucapnya dalam hati sembari berjalan menuju pintu gerbang Kirigakure

"Maaf sudah membuat anda menunggu lama..."

Gadis itu berjalan dan menghampiri pemuda itu yang akan diantarkannya menuju ke Konoha. Ia hanyalah seorang Chuunin, walaupun begitu ia tidak ingin sampai merepotkan seseorang apalagi membuat seseorang terbunuh hanya karena melindunginya.

"Mungkin saya akan menghambat perjalanan sedikit jika ada apa-apa, tetapi mohon bantuannya..."

Ia menunduk pelan sebelum melihat jalanan menuju ke pelabuhan yang akan membawa mereka pada kapal yang mengantarkan mereka ke sebrang pulau.

"Kita berangkat?"

"Tidak masalah,saya juga baru sampai." ucap lelaki itu

Sungguh,gadis itu memang sangat baik,hormat pula.Setiap lewat yang lebih tua darinya,selalu menunduk.Mungkin memang tipe gadis ini merupakan tipe yang perfect.Tapi ya mau bagaimana,ia hanyalah seorang penyendiri.Tapi setelah bertemu dengan gadis berambut indigo itu,ia pun mulai sedikit terbuka.

"Iya,tidak apa - apa.Saya juga ingin jalan santai menuju Konoha,tidak terburu - buru."ucap lelaki itu

"Saya juga harus melindungi engkau.Karena saya tidak mau terjadi apa - apa denganmu.Apalagi sampai membuatmu terluka.Saya tidak akan memaafkan yang membuatmu terluka.Jadi,saya akan melindungimu semaksimal mungkin."lanjut lelaki itu

Cuaca pun semakin panas.Matahari menyinari dengan terangnya.Angin berhembus kencang.

"Baiklah,kita berangkat."