"Terima kasih," Aiko hanya tersenyum dan mereka berjalan menuju ke sebuah pelabuhan dengan beberapa kapal nelayan dan juga kapal besar yang biasa dipakai oleh bangsawan-bangsawan Kirigakure untuk menyebrang. Aiko yang sepertinya mengenal salah satu nelayan tampak menghampirinya.

"Kek, apakah kami berdua boleh menumpang perahu kakek?"

"Ah, Aiko-chan tentu saja tidak biasanya kau pergi sendirian tanpa Mizukage-sama. Naiklah," Aiko hanya tersenyum dan mengangguk, menoleh pada Syahdan yang ia harapkan untuk mengikutinya tadi. Dan ia juga berharap kalau pemuda itu tidak keberatan untuk naik kapal seperti ini.

"Apakah tidak apa-apa naik kapal seperti ini Syahdan-san?"

Lelaki itu berada di belakang Aiko.Tak lama kemudian,sampailah disebuah pelabuhan.

"Ya,tidak apa - apa,asalkan bisa sampai,itupun sudah cukup buat saya."ucap lelaki itu sembari berjalan menuju kapal yang akan dinaiki.

Awalnya ia juga sedikit tidak nyaman.Karena kapan yang dinaikinya sangat mudah kehilangan keseimbangan.Tapi seiring berjalannya waktu.Ia pun mulai terbiasa,tampak tidak ada satupun yang membuatnya tidak nyaman.

Karena memang ini perjalanan yang lumayan jauh,lelaki itu beristirahat sambil membaca buku yang berada di tasnya.Karena memang sangat bosan apabila tidak melakukan apapun di kapal.

"Oh iya Aiko - chan,engkau bisa membaca buku saya,silahkan baca.Daripada hanya melihat lautan luas dan tidak melakukan apa - apa." ucap lelaki itu sembari memberi sebuah buku kepada Aiko.

Ia segera menaiki perahu kecil itu dan duduk di salah satu sisinya. Memang tidak terlalu seimbang, tetapi sudah cukup terbiasa dengan semua itu dan ia hanya duduk tenang seolah perahu itu tidak akan bergoyang-goyang.

"Ah, terima kasih tetapi aku tidak begitu suka membaca buku, maaf sudah menolak," jawabnya sambil menggelengkan kepalanya dan sedikit mendorong buku itu. Ia memang lebih suka belajar dengan melihat buku daripada harus membaca buku-buku itu.

Ia heran kenapa Ienari bisa tahan membaca dan mempelajari formula fuin yang sangat rumit itu.

---

[ Karena sudah berangkat, pindah ke PDN yah Cancer-san XD ]

"Si-siapa kau sebenarnya!?"

Ia mengangkat bahunya. "Aku cuma shinobi biasa dari Konoha, tidak lebih." Senyum tipis menghiasi wajah pria berambut coklat pendek ini.

"Jadi—" "—ada kalimat terakhir, Uchiha Andri?" Ia berjongkok, menatap pria ini dari dekat.

Buronan dunia ini tergeletak lemah di pantai Kirigakure, dengan Kusanagi tertusuk di bagian dadanya. Ia sekarat. "Khhkk!"

"Khhk? Jadi itu kalimat terakhirmu? Ayolah," kembali berdiri tegap dan terlihat merapal segel.


Pesisir pantai Kirigakure.

"SUSANO'O." Cermin Yata mengembalikan bola api berukuran besar yang dilancarkan oleh pemuda berjubah hitam yang hanya menutupi tubuhnya. Namun dengan mudahnya pemuda ini menghindar dengan menggunakan Kawarimi no Jutsu. Dan kembali muncul tidak jauh dari pria dengan Susano'o tingkat tingginya.

"Susano'o? Kau benar-benar hebat, Uchiha Andri." Ia terlihat sangat lelah. Berusaha mengatur irama napasnya agar bisa bertarung dengan baik.

"..." Sepasang pupil pria itu menatap tajam ke arah dirinya. Tentu dibalas dengan tidak menatap balik, akan fatal jika menatap mata seorang Uchiha, terlebih lagi Uchiha dengan Eternal Mangekyou Sharingan.

"Ayolah, jangan tatap aku dengan tatapan genit seperti itu." Ucapnya dengan menunduk ke bawah, tidak—ia menatap kaki pria itu.

Di detik berikutnya, Susano'o melemparkan beberapa anak panah berlapis api hitam ke dirinya, dan lagi-lagi dihindari dengan mudah, tapi kali ini bukan dengan teknik yang sama. Ini teknik yang tidak biasa, teknik kecepatan tinggi, yang menyerupai cahaya. Dan ia berpindah ke sebelah pria dengan Susano'o itu—dengan menggunakan kecepatan tinggi miliknya dan segera meninjunya dengan tinjuan berlapis cakra petir, alias Raikiri. Dilancarkan ke lengan kiri Andri, tentunya sudah dibaca dengan baik oleh EMS.

Andri menahan tinju Raikiri itu dengan tangan kiri yang juga dialiri petir yang sama kuat. Tidak sempat beradu dua petir dari dua orang yang berbeda ini, karena Tetsuya menggunakan teknik kecepatannya lagi dan berpindah ke sisi kanan Andri.

Tangan kanan Tetsuya menepuk pundak Andri dari depan, tangan kirinya mengambil Kusanagi dari sarungnya dengan menggunakan jempol. Ia lakukan dengan cepat, lembut dan santai.

Lalu, dengan sekali sentakan...


JLEB!

To be continued...

Di barat Kirigakure yang sering perang, lahirlah seorang anak bernama Gawi. Memang, ia mau menjadi ninja, tetapi perjuangannya sungguh berat karena lawannya bukan main-main. Sekarang ia berhasil menjadi genin dengan sangat bangga, tapi tentu saja masih banyak orang yang harus dilampauinya. Akankah dia berhasil dengan bantuan keluarganya yg setia (ayah, ibu, Shinchi (kakaknya))

Satu segel yang ia buat di dalam ruangan Mizukage bersinar berwarna biru dan Ienari muncul begitu saja dari segel itu. Yah, segel miliknya tidak pernah mengecewakan, hanya ia yang bisa mengatur kemana perginya fuin itu, kalau seseorang mencoba untuk mengaturnya, maka itu tidak akan berarti.

"Sampai juga kembali ke Kirigakure," ia menghela nafas dan melihat sekeliling. Udara Kirigakure yang bagi sebagian orang menyesakkan merupakan sebuah udara terbaik yang ia rasakan. Ia yang sudah lahir dan besar disini tentu saja yang merasakan ini.

"Tinggal menunggu mereka..."

Pada saat Syahdan menginjak fuin tersebut,kemudian beberapa saat setelah Syahdan menginjak fuin,Daisuke merasa udara yang telah berubah,dia merasa agak sesak.

"Hmm,Turunkan aku sebentar Syahdan,kau pegang tanganku saja biar aku berjalan sendiri"

"Hmm,nafasku agak sesak,tempat ini?!

"Jadi,disini Kirigakure,bukan?

Daisuke pun lega mereka telah sampai ke kirigakure,sayangnya dia belum dapat melihat pemandangan di sekitar,dia hanya dapat menggunakan penciuman dan pendengarannya saja.

"Begitulah," Ienari melihat jubah Mizukagenya yang terlampir di salah satu gantungan yang ada di ruangan itu. Mengenakannya dengan segera, dan melepaskan Hitai Ate yang ia pakai di lengannya, dipindahkan di lehernya, "dan untuk informasi, kau berada di ruangan Mizukage. Ruanganku," jawabnya sambil tertawa entah kenapa ia mengatakannya.

"Maaf kalau udara berkabut seperti ini membuatmu tidak nyaman," itu adalah reaksi wajar dari pendatang yang sampai di Kirigakure. Bagaimanapun, kabut bukanlah sesuatu yang bersifat seperti udara. Ia mengandung air yang terkadang membuat mereka lebih padat daripada udara.

"Jadi," ia duduk di kursinya sambil memangku kepalanya dengan sebelah tangan, "aku harus memikirkan cara untuk membuatmu bisa melihat lagi Daisuke..."

"Hmm,ya,lama-lama aku akan familiar dengan kabut seperti ini"

Daisuke pun agak kaget setelah mendengar Senseinya berbicara tentang penglihatannya.

"Hmm?"

"Apakah itu dapat dilakukan?"

Daisuke pun memberi hormat pada senseinya.

"Tolonglah,Sensei!"

Walaupun memanggil Ienari dengan kata sensei agak lancang,tapi Daisuke tetap memanggilnya dengan sensei.

"Bagaimanapun Syahdan-san adalah Uchiha yang kehilangan Sharingan miliknya juga," jawabnya sambil menatap Syahdan yang ada disana dan tersenyum. Ia menghormati pemuda yang bisa dibilang adalah senpainya itu, karena pemuda ini sudah berguru pada Daimyou terdahulu sebelum ia juga ikut berguru.

"Kehilangan sharingan bukanlah sebuah akhir dari karirmu. Bahkan kufikir Syahdan-san tetaplah shinobi yang kuat walaupun tidak memiliki sharingan seperti sekarang," jawabnya sambil menautkan kedua tangannya. Nada bicaranya benar-benar santai dan seolah tidak berbicara pada bawahannya, "dan mendapatkan sharingan, bukanlah berarti seseorang bisa menguasai dunia..."

...

"Aku ingin mentranplantasikan sebuah mata padamu kalau saja waktunya sudah tepat. Mata yang cukup berguna walaupun tidak seperti sharingan," Matsugan milik mantan gurunya. Yang ditinggalkan satu sebagai bukti kalau gurunya meninggalkan keraguannya untuk mengabdi pada Kirigakure disana.

"Tetapi aku tidak mau mengambil resiko karena kudengar mata ini sangat beresiko dan tidak bisa sembarangan ditranplantasikan seperti mata sharingan," ia menutup matanya dan berfikir, "aku tidak bisa ambil resiko atau kau akan mati. Jadi, aku akan memberikan mata biasa padamu kalau kau tidak keberatan."

"Mata yang beresiko,mata apa itu?"

"Yah,walaupun aku kehilangan mataku,tetapi itu tetap bagian dari tubuhku,mungkin saja suatu hari aku akan mendapatkan mataku kembali."

"Tapi,memang tak apa bila mata biasa."

"Baiklah,aku menerimanya,terima kasih,Mizukage-sama." Ucap Daisuke yang menundukkan kepala pada Ienari.

Ia melihat sekitar.Nampak tempat yang sudah tidak asing baginya,yaitu ruangan Mizukage.Ia kemudian mendengarkan pembicaraan Ienari dan Daisuke mengenai mata Daisuke.

"Ya,memang benar,kehilangan mata memang membuatmu merasa tidak percaya diri.Tapi dengarlah sensei mu itu."ucapnya kepada Daisuke

Ia terdiam ketika Ienari berkata kalau dia akan mentranplantasikan mata Matsugan.Kemudian ia berjalan menuju Ienari dan berbicara pelan.

"Untungnya kau tidak jadi mentranplantasikan mata Matsugan ke Daisuke,aku juga tidak mau Daisuke mati hanya karena mentranplantasikan mata Matsugan.Keputusan yang benar.Kasihlah mata biasa terlbih dahulu."ucapnya pelan kepada Ienari

"Aku tahu, lagipula kudengar dari'nya' adalah penggunaan mata itu harus memiliki darah klan Rokudo," jawabnya sedikit berbisik pada Syahdan. Seharusnya pemuda itu tahu kalau 'nya' yang dimaksud adalah sang mantan ketua ANBU Kirigakure. Ienari mencoba untuk tidak menyebutkan namanya, "dan lagi, aku tidak akan mungkin begitu saja memberikan itu bukan."

Ia tersenyum pada Daisuke setelah berbisik pada Syahdan.

"Salah satu aset dari Kirigakure. Tetapi bukan aku tidak bisa mempercayakanmu, tetapi itu sangat beresiko," jawabnya masih menautkan kedua tangannya di depan wajahnya, "tenang saja, cara shinobi untuk kuat bukan hanya menggunakan Sharingan..."

Walaupun ia sendiri juga memiliki mata Mangekyo di mata kanannya yang tersamarkan karena warna matanya memang merah sejak dulu.

"Sebaiknya kau beristirahat dulu Daisuke, keadaanmu masih kacau. Aku akan memberitahu kapan operasi matamu akan berlangsung."

"Hmm,baiklah,Sensei!"

"Ngomong-ngomong ruang istirahatnya dimana?"

Daisuke pun lega pada saat mendengar bahwa dia akan mendapatkan mata baru walaupun tidak sekuat sharingan.

"Ah benar juga," ia hampir lupa kalau saat ini Daisuke tidak bisa melihat dan tidak tahu apapun letak dari tempat-tempat di sekelilingnya. Bahkan mungkin kalau ia bisa melihat tidak mungkin langsung mengetahui dimana tempat yang dituju saat itu, "aku akan mengantarkanmu."

Sebenarnya sebagai Mizukage ia bisa memerintah siapapun, namun itu memang sudah menjadi sifatnya untuk mengantar dan juga berinteraksi dengan semua warga Kirigakure saat ia sedang tidak sibuk dengan pekerjaannya.

"Syahdan-san, apakah kau ingin ikut?"

"Hmm,Baiklah!"

Daisuke pun terus terpaku terhadap ingatannya yang kelam.

Walaupun mata ini tak bisa melihat apa-apa,kebencian adalah mata serta tujuan utamaku,kebencianku takkan hilang.

"Syukurlah kalau begitu."

Ia kembali tenang.Wajahnya kembali seperti biasa,datar,namun terkadang senyum.Ia melepaskan ikat kepalanya yang berlambang Kirigakure dan menaruhnya di tasnya.Wajar saja ia lepaskan,karena memang sudah sampai ke desa yag dicintainya.Ya,walaupun dulu sedikit kecewa dengan apa yang terjadi dengan desa Kirigakure.

"Karena tidak ada pekerjaan,aku akan ikut."ucapnya

"Setelah ini aku ingin membahas sesuatu denganmu dan juga beberapa shinobi Syahdan-san," jawabnya sambil menghela nafas. Bagaimanapun, ia harus segera mempersiapkan semua kemungkinan kalau pihak utara menyerang selatan kembali. Yang ia tahu, saat ini Konoha sudah hancur dan yang lebih parah adalah Hokage tewas.

Tetapi apa lagi yang lebih parah daripada ini bukan?

"Ah, aku akan menugaskan salah satu ANBU untuk mengawa--menjagamu hingga satu bulan ini, karena seperti yang kukatakan tadi, aku tidak bisa begitu saja melepaskan seseorang yang baru masuk ke wilayah Kirigakure meskipun itu adalah muridku," ia tersenyum dan menghela nafas. Berjalan menuruni tangga, ia bertemu dengan beberapa shinobi yang menunduk hormat padanya.

"Mizukage-sama," salah satu ANBU tampak menghampirinya dan memberikan hormat sebelum berjalan dan berbicara dalam jarak yang cukup dekat dan berbisik, "kami baru mendapatkan kabar kalau Sunagakure mengalami kehancuran karena blok selatan. Diduga pelakunya sama seperti yang menghancurkan Konohagakure."

"APA?!" Ia bahkan baru akan merencanakan pertemuan dengan Kazekage dan dalam waktu yang cukup singkat Sunagakure sudah hancur karena pihak selatan.

"Dan... Kami mendapatkan kabar kalau, 'orang itu' juga berada di perbatasan Konoha dan juga Sunagakure," ia tahu kalau yang dimaksud 'orang itu' adalah nama tabu yang sebisa mungkin tidak disebutkan didepan Ienari.

Tangannya terkepal dengan erat bahkan hingga memutih sebelum ia berdecak kesal dan berjalan kembali. Kali ini bahkan terlihat kalau moodnya langsung berubah menjadi *sensor* karena dua berita yang tidak mengenakkan itu.

"Aku akan berbicara dengan shinobi divisi pertahanan setelah ini. Dan laporkan terus keadaan disekitar Sunagakure dan perbatasan blok utara dan selatan," jawabnya tidak menatap sang ANBU lagi yang membungkuk hormat serta menghilang begitu saja.

"Tsk..."

'Kenapa berita tentang orang itu harus muncul disaat seperti ini?'

"Baiklah,terima kasih,Sensei!" Ucapnya dengan hormat dan dia pun duduk di lantai kamar tersebut.

"Sepertinya aku harus memakainya walaupun aku telah membuatnya sejak kakakku masih ada,tapi,nanti saja." Pikir Daisuke

Daisuke pun mengeluarkan topengnya,kemudian menaruhnya kembali,Daisuke pun lega bahwa dia dapat aman sekarang.

"Aku akan menunggu disini sampai aku dapat mata baru,karena memang berbahaya jika aku masih dalam keadaan buta berjalan,bisa-bisa menabrak sesuatu,benar,Syahdan-san?"

"Baiklah Ienari."ucapnya

Ia kemudian duduk.Kemudian mengambil sesuatu didalam stasnya,yaitu sapu tangan.Keringatnya mengalir di seluruh tubuhnya.Tampak sangat lelah.Bagaimana tidak?ia baru saja melakukan perjalan menuju Konoha tanpa istirahat.Untungnya pada saat pulang ia menggunakan teleportasi.Sehingga tidak menggunakan tenaganya lagi.

Ia mengusap keringatnya menggunakan sapu tangan pada bagian wajahnya.Kemudian berdiri kembali.Dan melihat Daisuke mengeluarkan topeng 'Topeng apa itu,sepertinya itu bukan topeng sembarangan.'pikirnya.

"Ya itu benar,jangan melakukan sesuatu yang bisa membuatmu celaka.Apalagi dengan kondisimu yang tidak mempunyai mana."ucapnya kepada Daisuke

"hup, hup, hup," ucap seorang gadis kecil yang melompat - lompat dari satu batu ke batu lain untuk menyeberangi sungai dangkal.

Gadis berambut hitam berkepang dua ini memang selalu terlihat ceria, walau peristiwa pahit pernah ia lalui, namun itu semua tak membuatnya menjadi gadis yang pemurung, saat ini ia tinggal bersama orang yang ia anggap sebagai pamannya sendiri, rumahnya cukup sederhana, terletak dibalik hutan yang tak jauh dari danau dan tempat permukiman lainnya di desa Kirigakure.

"aku pulang,". ucap Sachiko sambil membuka pintu rumahnya. "hmmmm".
bau harum sebuah makanan tercium saat gadis tersebut membuka pintu rumahnya, seketika ia melepas alas kaki yang ia kenakan untuk lekas menuju meja makan, dibukanya penutup makanan tersebut, "waaaahhhh", matanya berbinar binar setelah melihat hidangan yang tersaji dimeja makan saat itu adalah makanan kesukaannya.

saat ketika ia menggeser tempat makanannya ia melihat secarik kertas terselip diatas meja makannya, ia ambil kertas tersebut, nampaknya itu adalah sebuah pesan untuknya,

Isi Pesan:

seketika raut mukanya cemberut, ia cemberut bukan karena tak dapat merayakan ulang tahunnya secara langsung bersama pamannya, namun ia cemberut saat membaca kalimat terakhir dalam surat tersebut.

"Paman Kira, lalu kenapa aku harus memanggilnya Mama Ira ?, sudahlah, itadakimasu". tanpa memperdulikan hal itu lagi Sachiko langsung memakan makanan tersebut dengan lahapnya. "hmmmm, oishi".

beberapa saat kemudian,

"oh iya, hadiahku,". Sachiko teringat akan hadiah yang diberikan oleh paman Kira seperti halnya yang beliau tulis di secarik kertas itu. bergegas ia berlari menuju kamar, ia buka pintu lemarinya.

"waaahhh". matanya kembali berbinar setelah melihat bungkusan yang dihias sebegitu menariknya, diambilnya sebuah Kado tersebut, ia pun duduk diatas tempat tidurnya.

"selamat ulang tahun yang ke 11 Sachiko". ucap Sachiko yang membaca kertas yang tertempel pada hiasan dikado tersebut. Sachiko tersenyum senang, dipeluknya dengan erat kado tersebut.

"Haah,jadi syahdan-san,aku harus menunggu disini sampai mataku datang,apa kau sibuk?mungkin saja aku mengganggumu."

Daisuke pun mengusao darah yang ada di sekitar wajahnya dengan sapu tangan yang agak basah,kemudian dia mengeluarkan pedangnya dan meraba pedang tersebut.

Yang kupunya memang cuma ini,haah. Gumam Daisuke

Daisuke pun menyimpan pedangnya dan berkata pada Syahdan-san.

"Maaf jika aku lancang,tapi aku juga ingin mendengar kejadian dibalik sharinganmu yang juga hilang,Syahdan-san,mari kita saling berbagi cerita,mungkin saja kejadian dibalik hilangnya sharinganku dapat menjadi informasi penting bagimu mungkin juga bagi Ienari-Sensei."

Ia terdiam sejenak.Teringat apa yang terjadi ketika ia kehilangan mata Sharingannya.Kejadian yang sungguh tidak menyenangkan untuknya.Karena kehilangan mata itu membutuhkan tekad untuk hidup yang sangat tinggi.Dan ia berhasil mendapatkan mata,walaupun taruhannya adalah nyawanya sendiri.

"Hmm...dimulai dari mana ya.Kehilangan mata itu memang sangat menyedihkan.Dulu memang aku ini pernah kehilangan mata Sharingan.Aku butuh tekad hidup yang sangat tinggi pada saat itu.Hingga pada akhirnya,aku mendapat mata kembali.Ya,walaupun ini hanyalah mata biasa."ucapnya kepada Daisuke

Ia memang tidak begitu ingat kejadian matanya hilang.Tapi yang ia ingat matanya hilan ketika sedang bertarung,kemudian pingsan.Dan pada saat terbangun,mata Sharingannya sudah tidak ada.

dengan perasaan yang berdebar-debar Sachiko perlahan membuka bungkus kadonya, wajah yang sebelumnya berbinar-binar sekejap menjadi sedikit padam, nampak dalam bungkusan kado tersebut berisi 1 buah buku dan 3 surat gulungan yang disusun rapi dalam sebuah kardus. tanpa berbikir panjang lagi, Sachiko mulai membuka buku tersebut.

"waaaahhhh". matanya kembali berbinar setelah membaca halaman pembuka dari buku tersebut, buku itu berisi tentang referensi dan cara-cara dari penggunaan Fuinjutsu, sebuah jutsu yang sangat ingin dikuasai oleh Sachiko sedari dulu. dengan semangat Sachiko membaca selembar demi selembar halaman buku tersebut,

"terima kasih paman". ucapnya dalam hati tanpa menahan senyum dalam wajahnya.

"Ckck,memang tragis bila kita kehilangan mata,aku harap aku bisa dapat mata baru secepat mungkin." Ucap Daisuke

"Apakah kau agak merasa putus asa waktu matamu diambil?" Tanya Daisuke pada Syahdan